You are on page 1of 12

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Research Article

Kendala Dan Solusi Bagi Penyandang Disabilitas Kota Semarang Dalam Mengakses
Pekerjaan
Ananta Refka Nanda1, Ratna Herawati2
1Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
2Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

ananta.refka@gmailcom

ABSTRACT

The right to work is a right protected by the country's constitution. Because every individual is given the right to
be able to get a job and a decent life. In living life is an absolute right for every human being who lives in this
world. But in reality, these rights cannot be felt by everyone. One of them is someone who has physical
limitations or people with disabilities. In Law Number 8 of 2016 concerning Persons with Disabilities, the rights
of persons with disabilities are regulated. The implementation of this law is particularly the right to work.
Implementation of work rights for persons with disabilities, employment in government agencies and
companies. Implementation of its implementation in the city of Semarang. Efforts made by the government so
that these rights can be fulfilled. This study uses a normative juridical research method by reviewing data
sources from legal literature and literature studies and interviews with related parties. This study aims to find
out how the implementation related to work rights for persons with disabilities. As well as the efforts made by
the City Government in guaranteeing work rights for persons with disabilities. As for the protection of the rights
of persons with disabilities, the City of Semarang does not yet have a Regional Regulation that regulates the
protection of the rights of persons with disabilities. There needs to be good cooperation between the
community, entrepreneurs and the government so that the rights of persons with disabilities can be fulfilled.

Keywords : Work Rights; Persons with Disabilities; Constrain; Solution


ABSTRAK
Hak kerja merupakan hak yang dilindungi oleh konstitusi negara ini. Karena setiap individu diberikan hak
untuk bisa mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak. Dalam menjalani kehidupan merupakan hak
mutlak bagi setiap manusia yang hidup di dunia ini. Namun dalam kenyataannya, hak-hak tersebut belum
dapat dirasakan oleh semua orang. Salah satu diantaranya adalah seseorang yang memiliki keterbatasan fisik
atau penyandang disabilitas. Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas,
diatur mengenai hak-hak para penyandang disabilitas. Implentasi Undang-Undang ini khususnya hak kerja.
Implementasi hak kerja bagi penyandang disabilitas, penyerapan tenaga kerja di instansi pemerintah dan
perusahaan. Implementasi pelaksaanaanya di Kota Semarang. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah agar
hak tersebut dapat terpenuhi. Penelitian ini mengunakan metode penelitian yuridis normatif dengan mengkaji
sumber data dari literatur hukum dan kajian kepustakaan.dan wawancara kepada pihak terkait. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi terkait hak kerja bagi penyandang disabilitas. Serta
upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam menjamin hak kerja bagi penyandang disabilitas. Adapun
terkait perlindungan hak penyandang disabilitas, Kota Semarang belum memiliki Peraturan Daerah yang
mengatur terkait perlindungan hak penyandang disabilitas. Perlu adanya kerjasama yang baik antara
masyarakat, pengusaha dan pemerintah agar hak penyandang dapat terpenuhi.
Kata Kunci : Hak Kerja; Penyandang Disabilitas; Kendala; Solusi

325
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN layak bagi kaum disabilitas, maka diperlukan


Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh seperangkat peraturan hukum yang adil dan tegas
Tuhan Yang Maha Esa dengan memiliki beragam dalam mengatur, aparat negara yang sigap, dan pro
kelebihan dan kekurangan. Keberagaman itu untuk disabilitas serta masyarakat yang terbuka terhadap
saling mengenal serta untuk saling tolong menolong isu disabilitas (Hamidi, 2016).
satu sama lainnya. Karena bahwa hak asasi manusia merupakan
Indonesia merupakan negara yang hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri
berasaskan pancasila dan Undang-undang Dasar manusia, bersifat universal dan langgeng sehingga
NRI 1945 sebagai dasar negara. Setiap warga itu harus dilindungi, dihormati, dan dipertahankan.
negara memiliki kesamaan hak dan kewajiban, Kaitannya antara hak kerja yang tertuang didalam
begitupula dengan para penyandang disabilitas, konstitusi negara kita, dengan penyandang disabilitas
seperti yang tertuang di dalam UUD NRI 1945 dalam kaitannya sangat erat. Yang mana di dalam hak
Pasal 27 yang berbunyi “Setiap warga negara berhak kerja tersebut untuk mendapatkan kehidupan yang
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak layak, mapan serta menjaga martabat. Dalam
bagi kemanusiaan”. kaitannya perlindungan hukum bagi penyandang
Hak Asasi Manusia merupakan suatu hak disabilitas dibutuhkan aturan yang menjamin
yang harus dihormati dan dilindungi oleh setiap terlaksanya hak-hak bagi penyandang disabilitas.
manusia. Di dalam ide negara hukum, jaminan Seperti aksebilita syang memudahkan pergerakan
perlindungan HAM dianggap sebagai ciri yang utama dari penyandang disabilitas, serta hak kerja bagi
yang harus ada di setiap negara yang dapat disebut penyandang disabilitas.
rechsstaat (Assiddiqie, 2012). Karena dari Aksesibilitas di sektor pekerjaan pun belum
perlindungan yang baik maka akan tercapainya memberi ruang yang luas bagi penyandang
tujuan dari bernegara. disabilitas. Perusahaan terkadang belum mengerti
Setiap manusia memiliki hak masing-masing aturan antara pekerjaan yang disediakan dan
bahkan sejak dari lahir. Salah satunya adalah hak keterampilan penyandang disabilitas. Persoalan
asasi manusia. Hak tersebut tidak hanya dimiliki oleh akses kesetaraan bagi penyandang disabilitas
orang yang secara fisik sempurna,tetapi jbagi mereka ternyata tak hanya menyangkut infrastruktur (sarana-
yang memiliki kondisi kurang sempurna dibandingkan prasarana) dan pelayanan publik, tetapi juga
dengan manusia pada umumnya atau biasa kita minimnya akses keadilan (access to justice)
kenal dengan cacat atau penyandang disabilitas. (Trimaya, 2016).
Sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap Dalam laporan yang dibuat oleh International
pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia Labour Organitation (ILO) pada 2017 dilaporkan,
khususnya, untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih dari satu miliar orang atau 15 persen penduduk

326
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dunia adalah penyandang disabilitas dan lebih dari itu, dapat diartikan bahwa pemerintahan berasal dari
70 persen merupakan penduduk dalam usia kerja rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat (Abustan, 2017).
(ilo.org, 2017). Konsep demokrasi pancasila adalah
Berdasarkan data berjalan 2020 dari Badan demokrasi kedaulatan rakyat yang dijiwai dan
Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas diintegrasikan dengan sila-sila lainnya (Sudrajat,
di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima 2016). Indonesia sebagai sebagai negara demokrasi
persen (Febrinastri, & Hapsari, 2020). pancasila, perlindungan HAM. Dimana prinsip
Adapula di dalam lingkungan keluarga juga persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia,
masih terjadi ketidak adilan bagi penyandang keseimbangan hak dan kewajiban, kebebasan yang
disabilitas misalnya anggota keluarga yang malu, bertanggung jawab dan memujudkan keadailan bagi
memberikan batasan bersosial untuk mereka yang seluruh rakyat merupakan bentuk pengakuan dan
memiliki keterbatasan. selain itu dalam lingkup penghormatan terhadap HAM dalam konsep negara
keluargapun masih ada yang memandang anak yang demokrasi pancasila (Aswandi, & Roisah, 2019).
menyandang disabilitas itu tidak mampu berpikir, Penyandang disabilitas kedudukannya diakui
tidak memiliki bakat, dan tidak memiliki masa depan, oleh konstitusi sebagaiwarga negara yang setara
sehingga berimplikasi pada anak penyandang dengan warga negara lainnya dalam memperoleh
disabilitas yaitu merasa rendah diri, menutup diri hakhak pribadinya yang tidak dapat dihalangi,
untuk bergaul dimasyarakat, hingga merasa dihambat atau dihilangkan oleh siapapun. Hak atas
menderita dengan lingkungan yang tidak peduli kesamaaan kedudukan di dalam hukum dan
kepadanya (Musoliyah, 2019). pemerintahan diatur dalam pasal 27 ayat 1, pasal 28
Penyandang disabilitas memerlukan perhatian D ayat 1 dan ayat 3, konstitusi dasar negara. Pasal
khusus dari pemerintah dan seluruh elemen tersebut menjamin kedudukan penyandang
masyarakat. Maka diberilah landasan hukum sebagai disabilitas agar tidak mengalami diskriminasi dan
aturan yang melindungi penyandang disabilitas yaitu alienasi sosial di tengah pergaulan (Priya dkk, 2021).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Selanjutnya yang dilihat adalah implementasi
Penyandang Disabilitas. Lalu kemudian Pemerintah dari aturan tersebut untuk memberikan hak kerja bagi
Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan Peraturan penyandang disabilitas di Kota Semarang.
Daerah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
Hak Penyandang Disabilitas sebagai langkah untuk diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan
memperjelas dan mempertegas persamaan hak bagi permasalahan sebagai berikut : 1.Mengapa
penyandang disabilitas. penyandang disabilitas masih mengalami kendala
Demokrasi adalah berasal dari demos dan dalam mengakses pekerjaan?; 2.Bagaimana
kratos yang artinya rakyat dan pemerintahan. Karena

327
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

mengatasi masalah hak kerja bagi penyandang mengatasi hal tersebut, pemerintah telah berupaya
disabilitas di Kota Semarang? dengan membuat peraturan perundang-undangan
Penelitian ini menggunakan beberapa untuk melindungi hak-hak kaum disabilitas (Umam, &
referensi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arifin, 2019).
beberapa peneliti yang membahas aksebilitas dan Penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas
hak kerja bagi penyandang disabilitas. Hasil Satya Putra mengenai Aksesibilitas Perlindungan
penelitian sebelumnya akan digunakan untuk Hukum Bagi Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Di
mendukung penelitian ini yakni sebagai berikut: Kabupaten Karawang. Dalam penelitian yang
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad diangkat tersebut ditemukan masih belum sinkronnya
Afdal Karim yang berjudul Implementasi Kebijakan antara setiap peraturan yang ada. Belum adanya
Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Kota sanksi baik itu sanksi baik itu sanksi pidana ataupun
Makassar. Dalam penelitian ini membahas terkait sanksi administrasi. perlu adanya pengawasan
implementasi dari Peraturan Daerah No.6 tahun 2013 Pemerintah sehingga tidak ada Pemutusan
Kota Makassar tentang Pemenuhan hak-hak Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerja yang
Penyandang Disabilitas, masih terjadinya faktor mengalami cacat tetap disabilitas) akibat kecelakaan
penghambat dari pemenuhan hak penyandang kerja (Putra, 2019).
disabilitas dengan memberikan pelatihan Anna Lawson & Angharad E. Beckett dengan
kewirausaan dan pemberdayaan wanita penyandang judul The social and human rights models of
disabilitas dengan membuat kerajianan tangan. disability: towards a complementarity thesis berisi
Meskipun masih mendapatkan kurangnya dukungan Upaya negara untuk menerapkan Konvensi tentang
dari lingkungan sosialnya (Karim, 2018). Hak Penyandang Disabilitas, Convention On The
Penelitaian yang dilakukan oleh Muhammad Rights Of Persons With Disabillities (CPRD), sudah
Miftahul Umam dan Ridwan Arifin berisi mengenai sangat baik dengan adanya konvensi tersebut
Perlindungan dan Hak Kaum Difabel dalam sebagai langkah untuk membuat adanya
Perspektif Hak Asasi Manusia Kesempatan untuk perlindungan HAM bagi penyandang disabilitas.
mendapatkan kesamaan kedududukan, hak dan Dalam perlindungannya hak penyandang disabilitas
kewajiban bagi penyandang disabilitas hanya dapat haruslah memiliki landasan ham yang adil (Lawson,
diwujudkan apabila tersedia aksesibilitas, yakni suatu & Beckett, 2020).
kemudahan bagi penyandang cacat untuk mencapai Penelitian Marcia Rioux dan Anne Carbert
kesamaan kesempatan dalam memperoleh berjudul Human Rights and Disability: The
kesamaan kedudukan, hak, dan kewajiban. Maka International Context. mengangkat isu hak
dari itu, perlu diadakan upaya penyediaan penyandang disabilitas menjadi isu bersama di dunia
aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Untuk internasional. Meningkatkan pengakuan disabilitas

328
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sebagai masalah hak asasi manusia dan pengakuan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi
tanggung jawab sistem hak asasi manusia PBB pekerja/buruh atau tenaga kerja (Wijaya, Kurniawan,
untuk mengambil tindakan untuk melindungi dan & Sood, 2019).
memajukan hak asasi manusia penyandang Hak asasi manusia sebagai anugerah Tuhan
disabilitas (Rioux, & Carbert, 2011). Yang Maha Esa, biasa dirumuskan sebagai hak
kodratiah yang melekat dimiliki oleh manusia sebagai
B. METODE PENELITIAN karunia pemberian Tuhan kepada insan manusia
Metode penelitian yang digunakan adalah dalam menopang dan mempertahankan hidup dan
metode Yuridis Normatif, dimana penelitian hukum ini prikehidupannya di muka bumi (Muhtaj,2009).
memperoleh data dari data primer dan data Berbagai penggunaa istilah yang digunakan
sekunder, Spesifikasi penelitian yang digunakan untuk memanggil seseorang yang mempunyai
dalam penelitian adalah deskriptif analisis,yakni jenis keterbatasan fisik maupun mental, terdapat banyak
dan teknik pengumpulan data dengan literatur hukum istilah yang digunakan mulai dari penyandang cacat,
dan kajian kepustakaan. difabel dan disabilitas. Beberapa istilah tersebut
mengandung berbagai macam arti dan konotasi yang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN berbeda-beda baik dalam bentuk penyebutan
1. Kendala Yang Di Hadapi Oleh Penyandang maupun dalam penggunaannya. Secara harfiah
Disabilitas Dalam Mengakses Pekerjaan pengertian dan makna dari istilah-istilah tersebut
Dalam hukum negara modern (negara saling memiliki keterikatan namun masyarakat
kesejahteraan) negara berkewajiban untuk menjamin Indonesia lebih sering menggunakan istilah difabel
pelaksanaan hak konstitusional. Terkait dengan apabila dibandingkan dengan penggunaan istilah
adanya kewajiban negara dalam melaksanakan hak penyandang cacat yang dinilai tidak halus.
konstitusional, negara dituntut untuk memberikan Pengertiang penyandang disabilitas menurut Kamus
pelayanan yang sebaik-baik dan seluas-luasnya Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring adalah (1)
kepada masyarakat dan akhirnya pasti akan muncul keadaan (seperti sakit atau cedera) yang merusak
dua gejala, yakni : atau membatasi kemampuan mental dan fisik
a. Campur tangan pemerintah terhadap aspek seseorang. (2) keadaan tidak mampu melakukan hal-
kehidupan masyarakat sangat luas. hal dengan cara yang biasa. Sedangkan disabilitas
b. Dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan sering di merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari
gunakan asas diskresi (Mustari, 2016). kata serapan bahasa Inggris disability (jamak:
Hukum ketenagakerjaan tidak lepas dari teori disabilities) yang berarti cacat atau ketidakmampuan.
negara hukum kesejahteraan, karena hukum Sedangkan pengertian lain yang berdasarkan
ketenagakerjaan merupakan suatu regulasi yang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang

329
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Penyandang Disabilitas, pengertian dari penyandang konotasi dan asosiasi.Kedua, peran lain dari istilah
disabilitas yaitu : Penyandang Disabilitas adalah adalah ‘generalisasi’ (Maftuhin, 2016).
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, Terdapat beberapa jenis orang dengan
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka kebutuhan khusus/disabilitas. Ini berarti bahwa setiap
waktu lama yang dalam berinteraksi dengan penyandang disabilitas memiliki defenisi masing-
lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan masing yang mana kesemuanya memerlukan
untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan bantuan untuk tumbuh dan berkembang secara baik.
warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Jenis-jenis penyandang disabilitas:
Penggunaan istilah difabel saat ini sedang 1. Penyandang Disabilitas Fisik.
diperjuangkan dan dikenalkan kepada seluruh Yang dimaksud dengan disabilitas fisik adalah
masyarakat agar dapat menggatikan istilah terganggunya fungsi gerak, antara lain amputasi,
penyandang cacat, karena istilah tersebut dinilai lumpuh layuh atau kaku, paraplegi, celebral palsy
mengandung stigma yang negatif. dekonstruksi (CP), akibat stroke, akibat kusta, dan orang kecil.
terhadap dikursus “disable” ataupun “penyandang Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:
cacat” dengan memunculkan narasi yang lebih halus a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa). Tunadaksa adalah
serta positif lebih adil dan memberdayakan yakni individu yang memiliki gangguan gerak yang
bahwa mereka yang tidak memiliki kaki misalnya disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan
ternyata memiliki “different abilities” atau yang di struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
Indonesiakan serta disingkat difabel” (Fakih, 2004). akibat kecelakaan (kehilangan organ) polio atau
Terkait perubahan istilah saat ini: ‘penyandang lumpuh.
disabilitas’ yang untuk pertama kalinya secara resmi b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra).
digunakan dalam Undang-Undang Nomor 19 tahun Tunanetra adalah individu yang memiliki
2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat
of Persons with Disabilities (Konvensi mengenai Hak- diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta
hak Penyandang Disabilitas). Istilah ini kemudian total (blind) dan low vision.
mengukuhkan posisi strategisnya sebagai ‘istilah c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu
resmi’ dengan terbitnya Undang-undang No. 8 Tahun adalah individu yang memiliki hambatan dalam
2016 yang menegaskan kembali digunakannya istilah pendengaran baik permanen maupun tidak
‘penyandang disabilitas’. Keragaman istilah yang permanen. Karena memiliki hambatan dalam
terkait dengan difabel menunjukkan betapa pemilihan pendengaran individu tunarungu memiliki
istilah itu sangat penting.setidaknya ada dua peran hambatan dalam berbicara sehingga mereka
penting sebuah istilah (naming). Pertama, peran biasa disebut tunawicara.

330
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

d. Kelainan Bicara (Tunawicara), adalah seseorang membuka formasi bagi penyandang disabilitas.
yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 8
pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. menjelesakan :
Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Usaha
lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib
di mana kemungkinan disebabkan karena mempekerjakan paling sedikit 2% (dua persen)
ketunarunguan, dan organik yang memang Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ pekerja.
bicara maupun adanya gangguan pada organ (2) Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling
motorik yang berkaitan dengan bicara. sedikit 1% (satu persen) Penyandang Disabilitas dari
2. Penyandang Disabilitas Intelektual jumlah pegawai atau pekerja.
Yang dimaksud dengan Penyandang Disabilitas Menurut data statistik yang dibuat oleh Dinas
intelektual adalah terganggunya fungsi pikir Sosial Kota Semarang, Statistik Data Terpadu
karena tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, Kesejahteraan Sosial (DTKS) periode oktober 2020
antara lain lambat belajar, disabilitas grahita dan jumlah penyandang disabilitas di Kota Semarang
down syndrom. berjumlah 3.191 jiwa (Dinas Sosial Kota Semarang,
3. Penyandang Disabilitas Mental 2021).
Yang dimaksud dengan Penyandang Disabilitas Akses informasi terkait pelatihan kerja,
Mental adalah terganggunya fungsi pikir, emo1si, pelatihan kewirausaahan masih belum merata
dan perilaku, antara lain: terhadap semua penyandang disabilitas. Hanya yang
a. psikososial di antaranya skizofrenia, bipolar, aktif yang berorganisasi yang bisa mendapatkan
depresi, anxietas, dan gangguan kepribadian dan akses tersebut. Banyak faktor kenapa seorang
b. disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada penyandang disabilitas tidak aktif untuk berorganisasi
kemampuan interaksi sosial di antaranya salah satunya adanya faktor keluarga yang tidak
4. Penyandang Disabilitas Sensorik mengizinkan untuk keluar rumah karena malu dll.
Yang dimaksud dengan “Penyandang Disabilitas Selain itu adapula faktor akses yang tidak bisa
sensorik” adalah terganggunya salah satu fungsi dari diajangakau oleh penyandang disabilitas (Basuki,
panca indera, antara lain disabilitas netra, disabilitas 2021).
rungu, dan/atau disabilitas wicara (Reefani, 2013). Lowongan yang tersedia tidak sesuai dengan
Kendala yang dihadapi penyandang disabilitas kapasitas seorang penyandang disabilitas, yang
dalam mendapatkan pekerjaan adalah masih berkebutuhan khusus. Hal ini menjadi kendala antara
kurangnya informasi ketersediaan lowongan yang perusahaan dan tenaga kerja penyandang disabilitas.

331
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Selain itu di Kota Semarang sendiri belum perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) dapat
adanya Peraturan Daerah yang mengatur terkait dipastikan lebih dirasakan dalam masyarakat.
pemunuhan hak penyandang disabilitas. Sebagai Sehingga diperlukan suatu sinergi dan kerjasama
aturan yang mengatur khusus mengenai pemenuhan dari pemerintah, perusahaan dan pengusaha untuk
hak penyandang disabilitas di Kota Semarang. dapat mewujudkan kesetaraan peluang untuk
2. Solusi Mengatasi Kendala Bagi Penyandang menjamin perlindungan HAM di Indonesia (Widjaja,
Disabilitas Dalam Mengakses Pekerjaan Wijayanti & Yulistyaputri, 2020).
Hak-hak dasar pekerja dan jaminan perlakuan Mengenai Hak Penyandang Disabilitas Pasal 5
yang sama tanpa ada Diskriminasi apa pun untuk ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
mencapai kesejahteraan pekerja dan keluarganya tentang Penyandang Disabilitas, menjabarkan
masih memperhatikan perkembangan dunia bisnis mengenai Penyandang Disabilitas memiliki hak: a.
dan kepentingan pengusaha. Adapun hidup; b. bebas dari stigma; c. privasi; d. keadilan
perlindungannya Dasar yang diberikan meliputi dan perlindungan hukum; e. pendidikan; f. pekerjaan,
perlindungan sosial atau kesehatan kerja (Raditia, & kewirausahaan, dan koperasi; g. kesehatan; h.
Yustiawan, 2020). politik; i. keagamaan; j. keolahragaan; k. kebudayaan
Penyandang disabilitas merupakan bagian dari dan pariwisata; l. kesejahteraan sosial; m.
masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, Aksesibilitas; n. Pelayanan Publik; o. Pelindungan
hak, kewajiban, dan kesempatan serta peran yang dari bencana; p. habilitasi dan rehabilitasi; q.
sama dalam segala aspek kehidupan maupun Konsesi; r. pendataan; s. hidup secara mandiri dan
penghidupan. Penyandang disabilitas memiliki hak dilibatkan dalam masyarakat; t. berekspresi,
fundamental layaknya manusia pada umumnya. berkomunikasi, dan memperoleh informasi; u.
Penyandang disabilitas memperoleh perlakuan berpindah tempat dan kewarganegaraan; dan v.
khusus dimaksudkan sebagai upaya perlindungan bebas dari tindakan Diskriminasi, penelantaran,
dari kerentanan terhadap berbagai pelanggaran HAM penyiksaan, dan eksploitasi.
(Purinami, Apsari & Mulyana, 2018). Masih Pasal 51 Pemberi Kerja wajib menjamin agar
terabaikannya perlindungan hak bagi penyandang Penyandang Disabilitas dapat melaksanakan hak
disabilitas disebabkan karena faktor sosial dan berserikat dan berkumpul dalam lingkungan
budaya, faktor ekonomi dan lemahnya kebijakan dan pekerjaan.
penegakan hukum yang memihak pada kelompok Pasal 52 Pemerintah dan Pemerintah Daerah
difabel (Lestari, Sumarto, & Isdaryanto,2017) wajib menjamin akses yang setara bagi Penyandang
Ketika hak konstitusional setiap warga negara Disabilitas terhadap manfaat dan program dalam
yang tercantum dalam UUD 1945 dapat menjamin sistem jaminan sosial nasional di bidang
terwujudnya kesetaraan peluang, maka upaya ketenagakerjaan.

332
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Dalam upaya pemberian hak kerja bagi hak merupakan bukti sosiologis yang mendasari
penyandang disabilitas Pemerintah melalui seleksi perlunya membuat aturan tentang perlindungan hak-
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) telah membuka hak hukum penyandang disabilitas. Secara politis,
lowongan formasi penyandang disabilitas. Ini Indonesia juga terikat dengan ketentuan yang diatur
merupakan langakah yang baik dari Pemerintah dalam CRPD karena sudah diratifikasi oleh
untuk memberikan hak kerja bagi penyandang pemerintah. Masyarakat Indonesia, sebagai bagian
disabilitas. Meskipun dalam penerimaan tersebut dari masyarakat dunia, harus menghormati konvensi
tidak menyebutkan secara rinci jenis-jenis disabilitas internasional, sebagai bagian dari upaya
apa yang dibutuhkan pada formasi tersebut. menciptakan perdamaian dunia sebagaimana
Selain itu upaya untuk membuka akses hak diamanatkan oleh konstitusi (Sodiqin, 2021).
kerja dengan hak kerja bagi penyandang disabilitas Jadi dalam implementasi pemenuhan hak
masih memiliki banyak upaya untuk memenuhi serta kerja bagi penyandang disabilitas merupakan
mencakup semua lini dari penyandang disabilitas. tanggung jawab bersama baik itu pihak Pemerintah,
Mulai dari mengawali membentuk komunitas- Pemerintah Kota/Daerah, Swasta, Lingkungan dan
komunitas penyandang disabilitas, memfasilitasi Masyarakat. Maka dari itu perlunya sinergisitas untuk
terselenggaranya kegiatan. Serta menjadi wadah mendorong terlaksannya implementasi hak kerja bagi
bertukar informasi di kalangan penyandang penyandang disabilitas yang mandiri dan terciptanya
disabilitas dan menjadi wadah untuk saling memberi kesesjahtraan dan berdaya. Meskipun di Kota
semangat serta motivasi. Di Kota Semarang sendiri Semarang sendiri belum memiliki aturan khusus atau
wadah komunitas penyandang disabilitas kurang peraturan daerah yang mengatur mengenai
lebih ada 20 komunitas/ organisasiyang dinaungi pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.
oleh Dinas Sosial Kota Semarang. Seharusnya untuk membrikan hasil yang maksimal
Dalam Peraturan Daerah Jawa Tengah Nomor harus adanya aturan yang lebih khusus yaitu perda.
11 Tahun 2014 tentang Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas, pasal 7 ayat tertuang bahwa D. SIMPULAN
: Pemenuhan hak Penyandang Disabilitas Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
merupakan kewajiban dan tanggung-jawab: yang dilakukan oleh penulis, maka disimpulkan
a) Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten / bahwa Masih belum adanya Peraturan Daerah Kota
Kota; b) BUMD, badan hukum dan badan usaha Semarang mengenai Penyandang Disabilitas.
lainnya; c) Masyarakat; d) Keluarga dan/atau Upaya-upaya Pemerintah Kota Semarang dalam
orangtua. mengimplementasi amanat dari Undang-Undang
Kesadaran masyarakat dunia tentang perlunya Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
menumbuhkan sikap inklusi berdasarkan kesamaan Disabilitas perlu didukung, baik itu dari masyarakat,

333
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

pengusaha, Pemerintah Kota Semarang agar Maftuhin, A. (2016). Mengikat Makna Diskriminasi
semakin maksimal penyerapan hak kerja bagi Penyandang Cacat, Difabel dan Penyandang
penyandang disabilitas. Disabilitas. INKLUSI: Journal of Disability
Studies,Vol.3(No.2),pp.139-162.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.14421/ijds.030201
JURNAL Mustari. (2016). Hak Atas Pekerjaan Dengan Upah
Abustan. (2017). Eksistensi Indonesia Sebagai Yang Seimbang. Jurnal Supremasi, Vol.XI,
Negara Hukum Demokrasi, Sebuah Telaah (No.2),pp.108-117. https://doi.org/10.26858/
Kritis. Jurnal Justicia Sains, Vol.2, (No.2), supremasi.v11i2.2806
pp.115-130.http://dx.doi.org/10.24967/jcs. Musoliyah, A. (2019). Pemenuhan Hak-hak Anak
v2i2.279 Berkebutuhan Khusus dalam Perspektif
Aswandi, Bobi., & Roisah, Kholis. (2019). Negara Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Penyandang Disabilitas: Studi Kasus Di Desa
Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (Ham). Sonoageng Kecamatan Prambon Kabupaten
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Vol.1, Nganjuk. Sakina; Journal of Family Studies,
(No.1),pp.128-145. https://doi.org/10.14710/jp Vol.3, (No.2), pp.1–12. http://urj.uin-
hi.v1i1.128-145 malang.ac.id/index.php/jfs/article/view/283
Hamidi, J. (2016). Perlindungan Hukum Terhadap Karim, Muhammad A. (2018). Implementasi
Disabilitas Dalam Memenuhi Hak Kebijakan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang
Mendapatkan Pendidikan Dan Pekerjaan. Disabilitas di Kota Makassar. Government;
Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol.23, (No.4), Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol.11, (No.2, Juli),
pp.120-130. https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/ pp.86-102. https://journal.unhas.ac.id/index.
article/view/7632 php/government/article/view/8054
Lestari, Eta Yuni., Sumarto, Slamet., & Isdaryanto, Lawson, Anna., & Beckett, Angharad E. (2020).. The
Noorochmat. (2017). Pemenuhan Hak Bagi International Journal of Human Rights, Vol.25,
Penyandang Disabilitas Di Kabupaten (No.2),pp.348-379. https://www.tandfonline.
Semarang Melalui Implementasi Convention com/doi/full/10.1080/13642987.2020.1783533
On The Rights Of Persons With Disabillities Purinami, Geminastiti., Apsari, Nurliana Cipta., &
(CPRD) Dalam Bidang Pendidikan. Mulyana, Nandang. (2018). Penyandang
INTEGRALISTIK, Vol.33, (No.1), pp.45- Disabilitas Dalam Dunia Kerja. Focus: Jurnal
51. https://doi.org/10.15294/integralistik.v28i1. Pekerjaan Sosial, Vol.1, (No.3), pp.234-
11804 244. https://doi.org/10.24198/focus.v1i3.20499

334
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Putra, Pamungkas S. (2019). Aksesibilitas (No.1),pp1-17. https://doi.org/10.21831/moz.


Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja v8i1.10763
Penyandang Disabilitas Di Kabupaten Trimaya, A. (2016). Upaya Mewujudkan
Karawang. Mimbar Hukum, Vol.31, (No.2), pp. Penghormatan, Perlindungan, Dan
205-221. https://doi.org/10.22146/jmh.44200 Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas
Priya, Faldi., Sutrisno, Endang., Lambok, Betty Dina., Melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016
& Djuhariah. (2021). Analisis Kajian Hukum Tentang Penyadang Disabilitas. Jurnal
Dan Kebijakan Dalam Pemenuhan Hak Legislasi Indonesia,Vol.13,(No.4),pp.401– 410.
Disabilitas Bidang Ketenagakerjaan. https://ejurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/artic
Hermeneutika, Vol.5, (No.1), pp.154- le/view/85
161. http://dx.doi.org/10.33603/hermeneutika. Umam, Muhammad Miftahul., & Arifin, Ridwan.
v5i1.5012 (2019). Aksesabilitas Kaum Difabel Dalam
Raditia,Tjokorda Gde Agung Smara., & Yustiawan, Perlindungan Hukumnya Dalam Perspektif
Dewa Gede Pradnya. (2020). Pemenuhan Hak Asasi Manusia. Pena Justisia, Vol.18,
Hak-Hak Tenaga Kerja Penyandang (No.1), pp.46-54. http://dx.doi.org/10.31941/
Disabilitas Yang Bekerja Pada Yayasan Di pj.v18i1.1089
Bali. Jurnal Kertha Semaya, Vol.8, (No.12), pp. Widjaja, Alia Harumdani., Wijayanti, Winda., &
1845-1852. Yulistyaputri, Rizkisyabana. (2020).
https://doi.org/10.24843/KS.2020.v08.i12.p02 Perlindungan Hak Penyandang Disabilitas
Rioux, Marcia., & Carbert, Anne. (2011). Human dalam Memperoleh Pekerjaan dan
Rights and Disability: The International Penghidupan yang Layak bagi Kemanusiaan.
Context. Journal On Developmental Jurnal Konstitusi, Vol.17, (No.1), pp 154-161.
Disabilities, Vol.10, (No.2), pp.1-14. https://doi.org/10.31078/jk1719
https://ecommons.cornell.edu/handle/1813/765 Wijaya, Mardani., Kurniawan., & Sood, Mohammad.
72 (2019). Hak Konstitusional Warga Negara
Sodiqin, A. (2021). Ambigiusitas Perlindungan Untuk Bekerja Pada Era Revolusi Industri 4.0.
Hukum Penyandang Disabilitas Dalam Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, Vol.7,
Perundang-Undangan Di Indonesia. Jurnal (No.2),pp.182-193. http://dx.doi.org/10.29303/
Legislasi Indonesia, Vol 18 (No.1), pp. 31-44. ius.v7i2.637
https://ejurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/artic
le/view/707
Sudrajat, A. (2016). Demokrasi Pancasila Dalam
Persfektif Sejarah. Jurnal Mozaik UNY, Vol 8,

335
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 3, Nomor 3, Tahun 2021, halaman 325-336 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

BUKU
Assiddiqie, J. (2012). Hukum Tata Negara dan Pilar-
Pilar Demokrasi, Ed.2, Cet.2. Jakarta: Sinar
Grafika.
Reefani, Nur K. (2013). Panduan Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Imperium.
Fakih, M. (2004). Kesetaraan Hak Penyandang
Cacat. Yogyakarta: Kaukaba.
Muhtaj, Majda El. (2009). Dimensi-Dimensi HAM
Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya,
Jakarta: Rajawali Pers.

SUMBER ONLINE
Febrinastri, Fabiola., & Hapsari, Dian Kusumo.
(2020). Kemensos Dorong Akses Informasi
Ramah Penyandang Disabilitas.Retrieved from
https://www.suara.com/bisnis/2020/10/27/1008
01/kemensos-dorong-akses-informasi-ramah-
penyandang-disabilitas
Dinas Sosial Kota Semarang. (2021). Statistik Data
Terpadu Kesejahtraan Sosial (DTKS).
Retrieved from http://dinsos.semarangkota.go.
id/
International Labour Organization (ilo.org). (2017).
Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia.
Retrieved from https://www.ilo.org/publication/
wcms_233426

WAWANCARA
Basuki. (2021). Ketua Komunitas Sahabat Mata
Semarang.

336

You might also like