You are on page 1of 7

Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning: Penelitian

Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe.

Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2

ABSTRACT ARTICLE HISTORY


This study was aimed to investigate improvement of students’ Submitted 21 Januari 2022
Revised 24 Januari 2022
reading comprehension in description text through problem Accepted 26 Januari 2022
KEYWORDS
based learning as collaborative action research. It was observed
enhancement, reading comprehension, description
that students in SMP Negeri 3 Lhokseumawe were not
text, problem based learning
performing really well in reading comprehension score. Problem
CITATION (APA 6th Edition)
Based Learning was selected as a model to help improve
Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2. (2022). Peningkatan Membaca
students’ understanding of description texts. The objective of Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based
Learning: Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP
the study was to determine whether the implementation of Negeri 3 Lhokseumawe. Sintaks: Jurnal Bahasa dan Sastra
Indonesia. Volume 2 (1), page. 21 – 27
Problem Based Learning would allow improvement the
*CORRESPONDANCE AUTHOR
students’ reading comprehension score. Related to the research,
the researcher conducts a classroom action research. The
procedure of the research consists of planning, action,
observation, and reflection. The research was applied in two
cycles. In collecting the data, the writer uses qualitative and
quantitative techniques. The qualitative data come from
observation and interview. It is supported by quantitative data
that were taken from some written tests. The tests consisted of
rasyimah@unimal.ac.id
pretest and osttest, which were conducted prior to and after
each cycle. The results indicated evidence that Problem Based
Learning effectively improved the students’ reading
comprehension. The improvement of students’ reading
comprehension score was indicated by the achievement of
students’ test score. In cycle 1, the mean score of the pretest is
53.35 and the mean score of the posttest is 60.75. In cycle 2, the
mean score of the pretest is 59.20 and the mean score of the
posttest is 68.28.

Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Indonesia


PENDAHULUAN
Membaca merupakan proses interaktif yang berlangsung antara pembaca dan teks, sehingga menghasilkan
pemahaman. Menurut Mayer (34: 2003) membaca adalah teknik untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam

© 2021 The Author(s). Published by Medan Resource Center 21


This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (http://creativecommons.org/license/by/4.0/),
which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
22 | Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2
mengekstraksi pengetahuan yang bermanfaat dari teks. Teks menyajikan huruf, kata, kalimat, dan paragraf yang
menyandikan makna. Pembaca menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan strategi untuk menentukan apa
makna itu. Pratama (2015) mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mengkaitkan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang sesuatu topik atau wacana tertulis
serta kemudian secara aktif mendapatkan arti sesuai dengan yang disampaikan. Dalman (2014:87) juga memberikan
pendapat tentang membaca pemahaman. Dalman (2014:87) menyebutkan bahwa membaca pemahaman adalah
keterampilan dalam membaca secara kognitif dimana tujuan untuk membaca dituntut mampu memahami isi.
Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa membaca pemahaman merupakan proses membaca yang kompleks dimana
kemampuan dalam pemahaman makna dan kemampuan berpikir sangatlah penting.
Dalam proses pembelajaran, siswa seharusnya diperlakukan menjadi pembelajar yang mandiri dan aktif.
Pengajaran membaca bukan hanya tentang bagaimana siswa mendapatkan pemahamannya, tetapi bagaimana
mereka memahami makna teks dengan mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penguasaan
membaca tidak diajarkan secara langsung yaitu dengan memerintahkan siswa untuk menerjemahkan teks kata per
kata tetapi siswa bekerja sendiri untuk menemukan pemahaman melalui diskusi di antara anggota pasangan atau
kelompok.
Metode konvensional yang digunakan untuk mengajar membaca biasanya membuat siswa bosan karena
metodenya yang monoton, dan siswa menjadi cenderung tidak aktif. Salah satu cara untuk mengefektifkan
pengajaran membaca adalah dengan membuat siswa aktif, sehingga mereka senang belajar dan mereka dapat
meningkatkan keterampilan membaca mereka. Metode pengajaran membaca yang bisa digunakan untuk
menghindari hal tersebut diatas adalah menggunakan PBL.
Metode pembelajaran dengan menggunakan PBL menuntut siswa untuk berusaha memperoleh
pengetahuan yang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Hal ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kecakapan memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta keaktifan dalam
mendapatkan pengetahuan. Arends (2008) menyebutkan salah satu tujuan PBL adalah untuk membantu guru dalam
menyampaikan ilmu dalam pembelajaran dan diharapkan memberikan cara untuk pengembangan keterampilan
berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah.
Menurut Ghufron & Ermawati (2018) PBL diawali dengan adanya masalah tidak terstruktur yang memiliki
lebih dari satu jawaban. Dalam siklus PBL siswa diharuskan secara kolaboratif belajar bersama. Selanjutnya, dari
pengidentifikasian masalah yang tidak terstruktur kemudian digunakan sebagai titik awal pembelajaran,
menciptakan minat yang mendalam di kalangan siswa untuk mempelajari pengetahuan baru dan mengintegrasikan
yang sudah ada, dan memaksa mereka untuk berpikir kritis dan kritis. Sanjaya (dalam Tyas, 2017) menyatakan
bahwa kelebihan dari PBL ini antara lain diharapkan adanya peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa,
tumbuhnya inisiatif siswa dalam belajar, dan juga meningkatnya hubungan interpersonal dengan bekerja kelompok.
Julianto (2019) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah
menerima pembelajaran mengunakan metode PBL ini. Sumarni (2021) menyatakan bahwa penerapan metode PBL
meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas V melalui model PBL mengalami peningkatan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II. Selanjutnya,
Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning:
Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe. | 23
Nurhayati dkk (2021) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL terbukti mampu meningkatkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Penelitian yang dilakukan Hajar (2015) juga menunjukkan peningkatan
pemahaman siswa tentang materi penyimpangan sosial yang diajarkan melalui metode PBL ini. Hal ini terbukti
dengan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus penerapan PBL. Penelitian yang dilakukan Nafiah (2014)
juga menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sebesar 24,2% sementara peningkatan hasil belajar
siswa setelah penerapan PBL menjadi 31.03%.
Metode ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teks deskripsi. Dengan
menerapkan metode PBL ini, pengajaran membaca tidak hanya akan menekankan pada pemahaman arti kata-kata.
Metode PBL ini diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, baik dengan teks
maupun dengan siswa lain. Selain itu, seperti yang disampaikan oleh Rahmayanti (2017) bahwa salah satu
keunggulan model pembelajaran PBL ini adalah siswa lebih baik dalam memahami isi pemblejaran dan menantang
kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru.
Setelah melakukan observasi, ditemukan dua masalah utama dalam membaca untuk pemahaman teks
deskripsi yang mendasari penelitian ini. Penerapan metode teacher-centered masih sangat dominan dilakukan oleh
guru. Guru cenderung menerapkan metode pembelajaran yang sama secara terus menerus. Kedua, siswa masih
kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa hanya mendengar penjelasan guru tanpa terlibat langsung
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, maka penerapan PBL diharapkan dapat merubah kedua hal tersebut.
PEMBAHASAN
Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi (PTK Kolaboratif). Menurut Castro Garces
dan Granada (2016) PTK kolaboratif adalah penelitian yang melibatkan guru dalam tim kerja dan memungkinkan
mereka untuk merenungkan praktik pedagogis mereka. Pada gilirannya, penelitian tindakan kelas kolaborative ini
juga dapat membantu pengembangan guru di masa depan (Castro Garces dan Granada, 2016). Seperti yang
disampaikan oleh Khasinah (2015), salah satu tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan
kualitas guru sendiri di kelas. Sejalan dengan pernyataan di atas, Paizaluddin & Ermalinda (2016:2) menegaskan
bahwa penelitian tindakan kelas memiliki tujuan untuk mengatasi masalah- masalah pembelajaran di kelas dan
juga merupakan upaya sebagai peningkatan efektifitas pembelajaran.
Riel (2019) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif melibatkan proses sistematis untuk
memeriksa data. Analisis data bisa dilakukan oleh peneliti tindakan, tetapi lebih kuat bila dilakukan dengan
sekelompok orang yang juga akan terlibat dalam hasil. Jenis penelitian ini membangun pengetahuan,
menginformasikan teori, dan mengubah praktik. Refleksi merupakan jantung dari penelitian tindakan. Ketika refleksi
ini didasarkan pada pemeriksaan yang cermat terhadap bukti dari berbagai perspektif, hasilnya kemudian dapat
memberikan strategi yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas kolaboratif ini dilakukan dengan guru di salah satu SMP di Lhokseumawe. Subjek
penelitian adalah siswa satu kelas IX yang terdiri dari 25 siswa (12 perempuan dan 13 laki-laki). Penelitian ini
menerapkan Model Spiral Kemmis & Mc Taggart, dimana terdapat empat tahapan penting dalam penelitian tindakan
kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Asrori & Rusman, 2020:23). Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus yang menerapkan keempat tahapan dari Model Spiral Kemmis & McTaggart.
24 | Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dimana setiap siklus memerlukan tiga
pertemuan dengan beberapa tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan
refleksi. Sementara untuk teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis data secara kualitatif pada penelitian dilakukan melalui observasi atau pengamatan proses pembelajaran
yang berlangsung dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sedangkan untuk analisis data secara
kuantitatif dilakukan pre-test dan post-tes untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.
Selanjutnya, observasi dan tes menjadi teknik pengumpulan data utama. Sementara wawancara dan dokumentasi
digunakan sebagai teknik pengumpulan data pendukung.
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan guru bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama di
Lhokseumawe. Sebelum melakukan penelitian, peneliti dan guru berdiskusi tentang penelitian tindakan kelas.
Karena penelitian dilakukan secara kolaboratif, peneliti dan guru bekerja sama. Guru sebagai pengamat dan peneliti
sebagai praktisi yang melaksanakan tindakan. Guru dan peneliti secara kolaboratif merancang, merencanakan,
merevisi prosedur penelitian dan mendiskusikan hasil penelitian sebagai refleksi.
Data kondisi awal dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh setelah peneliti melakukan observasi dan tes
pada pratindakan. Dari data pratindakan tersebut, kemudian dilaksanakan tindakan dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning pada siklus I dan siklus II. Pra-tindakan dilakukan sebelum melakukan
penelitian tindakan kelas. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses belajar
mengajar yang berhubungan dengan kompetensi membaca siswa, untuk mengidentifikasi teknik guru dalam
mengajar membaca dan untuk mengidentifikasi motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Kegiatan pra
tindakan tersebut adalah mewawancarai guru dan siswa, mengamati proses belajar mengajar, mengamati data hasil
tes dan memberikan pre-test kepada siswa.
Proses belajar mengajar yang dilakukan awalnya lebih banyak berpusat pada guru. Kemudian, guru meminta
siswa untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks deskripsi. Proses di atas mengakibatkan siswa
pasif. Itu terjadi karena mereka tidak diizinkan untuk mengeksplorasi teks itu sendiri. Nilai tes pemahaman membaca
siswa masih rendah. Skor rata-rata adalah 55,80. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa masih
rendah dan perlu ditingkatkan.
Dari wawancara, observasi, dan nilai membaca siswa dapat disimpulkan dua hal. Pertama adalah kompetensi
membaca siswa masih rendah. Kedua yaitu pasifnya siswa dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian untuk meningkatkan kompetensi membaca siswa ini meliputi dua siklus. Setiap siklus
terdiri dari tiga kali pertemuan. Siklus penelitian ini terdiri dari serangkaian langkah. Langkah-langkah tersebut
adalah mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengamati atau memantau
tindakan, mengevaluasi dan merefleksikan hasil pengamatan, dan merevisi rencana.
Selama pelaksanaan siklus PBL, siklus dimulai dengan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa.
Sebelum itu, guru menanyakan kepada siswa tentang teks deskriptif. Dia mengatakan kepada kelas bahwa mereka
akan belajar tentang teks deskriptif. Tidak ada satu pun siswa yang menjawab pertanyaan tersebut, sehingga guru
mengulas tentang teks deskriptif. Kemudian dia melanjutkan menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan. Dia
Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning:
Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe. | 25
mengatakan bahwa mereka akan melakukan permainan tebak-tebakan. Siswa harus menebak benda apa yang ada
pada gambar tertutup. Mereka bisa menebaknya dengan petunjuk deskripsi yang tertulis dalam teks.
Siswa mengerjakan tugas tersebut secara berkelompok. Kemudian guru membagi kelas menjadi lima
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Setelah kelompok terbentuk, guru memberi mereka dua lembar
kertas yang masing-masing berisi dua teks deskriptif. Teks-teks itu tentang deskripsi suatu hal yang harus ditebak
oleh siswa. Beberapa siswa dari setiap kelompok diminta untuk membaca teks dengan keras. Ini bertujuan untuk
mengetahui pengucapan siswa dan untuk mendapatkan perhatian mereka pada teks. Siswa dalam setiap kelompok
mulai mendiskusikan tugas tersebut. Sementara itu, guru memantau dan mendorong siswa. Dalam proses
pembelajaran ini, sebagian besar siswa dilibatkan secara aktif dalam diskusi. Secara keseluruhan partisipasi dan
kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas sudah cukup baik.
Dalam penelitian ini, observasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan tugas pemecahan masalah
terhadap kompetensi membaca siswa baik saat proses pembelajaran maupun akhir pembelajaran. Guru sebagai
pengamat membantu peneliti untuk mengamati proses pembelajaran. Dari observasi terlihat bahwa banyak siswa
yang tidak memperhatikan selama pembelajaran; bahkan mereka membuat keributan sehingga siswa lain merasa
terganggu. Namun, mereka akan menjadi siswa yang pasif ketika guru meminta mereka untuk menjawab pertanyaan
atau melakukan sesuatu. Positifnya adalah mereka sangat bersemangat untuk mengambil bagian dalam diskusi
untuk menyelesaikan tugas.
Pada tahapan tugas, guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompoknya untuk bekerja secara
mandiri. Jika ada pertanyaan dari siswa yang berkaitan dengan jawaban atau solusi dari tugas tersebut, guru tidak
memberikan jawaban secara langsung tetapi membimbing siswa agar mereka dapat menemukan jawabannya
sendiri. Di akhir setiap tahap laporan, guru membimbing kelas untuk meninjau teks.
Di akhir siklus satu, dan dua, guru dan peneliti memberikan post-test kepada siswa untuk mengukur
kompetensi membaca mereka. Hasil pre-test dan post-test kemudian dibandingkan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kompetensi membaca siswa setelah dilakukan tindakan. Di akhir siklus, siswa diberikan
post-test yang dilakukan dalam bentuk tes tertulis. Setelah itu, praktikan dan guru kemudian menganalisis hasil tes
tersebut. Pada akhir siklus satu, belum terlihat perubahan skor rata-rata pada angka 55,80. Namun, perubahan mulai
terlihat pada post test kedua.
Berdasarkan hasil tes dan observasi guru terhadap tindakan, dapat ditarik beberapa hasil positif dan
beberapa kelemahan pada siklus akhir siklus I dan II. Hasil positif pertama adalah siswa tertarik dengan metode baru
yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran. Mereka terlihat penasaran dan termotivasi dengan metode
tersebut. Yang kedua, terjadi perubahan positif pada perilaku siswa selama proses pembelajaran. Siswa menjadi
lebih aktif dalam mencoba mengerjakan tugas. Terakhir, terjadi peningkatan kompetensi membaca siswa. Hal itu
ditunjukkan dengan peningkatan hasil post-test. Sementara itu, kelemahan yang terjadi adalah partisipasi dan
perhatian siswa dalam beberapa tahapan masih kurang. Pada tahap tugas, ketika ada diskusi kelompok, beberapa
anggota kelompok tidak mengikutinya.
Dengan mendiskusikan tugas dalam kelompok, motivasi siswa dalam proses belajar meningkat. Mereka akan
menemukan solusi dari masalah yang diberikan sendiri tanpa meminta bantuan kepada guru. Ketika mereka
26 | Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2
menemukan kosakata baru, mereka mendiskusikannya di antara anggota kelompok. Mereka menangkap maknanya
sesuai dengan konteksnya untuk membantu mereka mendapatkan ide teks. Proses diskusi membutuhkan keaktifan
siswa dan akan membuat mereka lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan
beberapa masalah kehidupan nyata untuk dipecahkan. Hal ini membuat siswa lebih tertarik dan lebih mudah dalam
memahami teks. Dengan mengamati proses dan kegiatan pada siklus dua, dapat dikatakan bahwa tugas-tugas yang
dilakukan oleh guru sudah sesuai dalam meningkatkan kompetensi membaca siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pretest dan post test pada siklus dua. Nilai rata-rata pretest adalah 58,16 sedangkan nilai rata-rata post test adalah
66,82. Dari rerata skor tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kompetensi
membaca siswa sebelum dan sesudah siklus pertama dan kedua.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilakukan di kelas, penulis menarik kesimpulan
bahwa pengajaran melalui PBL dapat meningkatkan kompetensi membaca siswa. Melalui penerapan metode ini,
siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Interaksi siswa dengan teks dan juga siswa lain meningkat saat
para siswa ini terlibat aktif dalam mengerjakan tugas. Dengan bekerja dalam kelompok atau berpasangan, siswa
dapat saling membantu dalam mengerjakan tugas. Itu membuat mereka lebih mudah dalam memahami teks.
Selanjutnya, metode ini juga mengarahkan proses belajar mengajar ke berpusat pada siswa. Pengajaran membaca
adalah tentang bagaimana mendapatkan pesan dari teks melalui tugas-tugas. Guru hanya membimbing siswa untuk
menyelesaikan tugas dengan mengaktifkan pengetahuan latar belakang mereka. Selain itu, tugas-tugas tersebut
menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Peningkatan kemampuan pemahaman dalam membaca teks deskripsi siswa juga didukung oleh hasil nilai
tes. Nilai rata-rata pre test pertama adalah 53,35 dan pada post test meningkat menjadi 60,75. Pada pre test kedua,
skor rata-rata adalah 59,20 dan skor rata-rata post tes adalah 68,28. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada
peningkatan yang signifikan dari kompetensi membaca siswa setelah penulis melakukan penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa pengajaran membaca melalui PBL dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa.
Penerapan PBL pada penelitian ini juga dapat dikatakan berhasil membuat siswa termotivasi untuk terlibat dalam
proses pembelajaran. Dengan kata lain, terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
REFERENSI
Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach. Seventh Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc.
Asrori, dan Rusman. (2020). Classroom Action Research: Pengembangan Kompetensi Guru. Purwokerto: Pena
Persada.
Castro Garcés, A. Y., & Martínez Granada, L. (2016). The Role of Collaborative Action Research in Teachers’
Professional Development. PROFILE Issues in Teachers’ Professional Development, 18(1), 39-54.
Dalman, H. (2014). Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ghufron, M. Ali., Siti Ermawati. (2018). The Strengths and Weaknesses of Cooperative Learning and Problem based
Learning in EFL Writing Class: Teachers and Students’ Perspectives. International Journal of Instruction.
Vol. 11 No. 4. E-ISSN 13081470 , P-ISSN 1694-609X.
Hajar, Nisaul Azmi, Darmono, A.Y. D., Atik Catur Budiati. (2015). Penerapan model pembelajaran problem based
learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sosiologi SMA Negeri
Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning:
Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe. | 27
Kebakkramat tahun ajaran 2015/2016. Jurnal SOSIALITAS (Penelitian Tindakan Kelas) Vol 7, No 2 (2015).
ISSN.2252-8407.
Julianto. (2019). Pembelajaran Membaca Teks Deskripsi melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Problem Based
Learning (PBL) pada Siswa SMP Negeri 6 Subang. Jurnal Didaktik Vol. 5 No 1 (2019): 129-142. ISSN 2614-
722X (Online), 2477-5673 (Print).
Khasinah, Siti. (2015). Classroom Action Research. Jurnal Pionir Vol. 4 Nomor 1. P-ISSN 2339-2495, E-ISSN 2549-6611.
Mayer and Richard, (2003). Learning and Instruction. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Nafiah, Yunin Nurun. (2014). Penerapan Model Problem based Learning untuk MeningkatkanKeterampilan Berfikir
Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi Vol. 1 No 1. ISSN 2088-2866 (print) || ISSN 2476-
9401 (online).
Nurhayati, Nana Mardiana, dan Rianti. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Pada
Pelajaran Bahasa Indonesia Guna Meningkatkan Terampil Membaca dan Menulis Lanjut di Kelas IV
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Setiabudhi VOL 4 NO 2 (2021). P-ISSN 2580-9466, E-ISSN 2621-
4997.
Paizaluddin, M., & Ermalinda, M. (2016). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Panduan Teoritis
dan Praktis. Bandung: Alfabeta.
Pratama, V. A. (2015). Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Individualized Schema-
Based Learning dan Transactional Learning bagi Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Psikologi dan
Kemanusiaan. ISBN 978-979-796-324-8.
Rahmayanti, Esty. (2015). Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Peserta Didik pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI SMA. Prosiding
Konferensi Nasional Kewarganegaraan III. P-ISSN 2598-5973, E-ISSN 2599-008X.
Riel, Margaret. (2019). Undestanding Collaborative Action Research. Center for Collaborative Action Research:
Pepperdine University. https://base.socioeco.org/docs/center_for_collaborative_action_research.pdf
Sumarni. (2021). Implementasi Model PBL untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas V UPT SD Negeri
106 Pinrang. Jurnal Pinisi. Vol. 2 No3 (2021). E-ISSN 2723-1631.
Tyas, Retnaning. (2017). Kesulitan Penerapan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
Tecnosienza Vol. 2. No. 1 Oktober 2017.

You might also like