Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning: Penelitian
Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe.
Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2
ABSTRACT ARTICLE HISTORY
This study was aimed to investigate improvement of students’ Submitted 21 Januari 2022 Revised 24 Januari 2022 reading comprehension in description text through problem Accepted 26 Januari 2022 KEYWORDS based learning as collaborative action research. It was observed enhancement, reading comprehension, description that students in SMP Negeri 3 Lhokseumawe were not text, problem based learning performing really well in reading comprehension score. Problem CITATION (APA 6th Edition) Based Learning was selected as a model to help improve Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2. (2022). Peningkatan Membaca students’ understanding of description texts. The objective of Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning: Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP the study was to determine whether the implementation of Negeri 3 Lhokseumawe. Sintaks: Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia. Volume 2 (1), page. 21 – 27 Problem Based Learning would allow improvement the *CORRESPONDANCE AUTHOR students’ reading comprehension score. Related to the research, the researcher conducts a classroom action research. The procedure of the research consists of planning, action, observation, and reflection. The research was applied in two cycles. In collecting the data, the writer uses qualitative and quantitative techniques. The qualitative data come from observation and interview. It is supported by quantitative data that were taken from some written tests. The tests consisted of rasyimah@unimal.ac.id pretest and osttest, which were conducted prior to and after each cycle. The results indicated evidence that Problem Based Learning effectively improved the students’ reading comprehension. The improvement of students’ reading comprehension score was indicated by the achievement of students’ test score. In cycle 1, the mean score of the pretest is 53.35 and the mean score of the posttest is 60.75. In cycle 2, the mean score of the pretest is 59.20 and the mean score of the posttest is 68.28.
Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Indonesia
PENDAHULUAN Membaca merupakan proses interaktif yang berlangsung antara pembaca dan teks, sehingga menghasilkan pemahaman. Menurut Mayer (34: 2003) membaca adalah teknik untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam
This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Common Attribution License (http://creativecommons.org/license/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. 22 | Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2 mengekstraksi pengetahuan yang bermanfaat dari teks. Teks menyajikan huruf, kata, kalimat, dan paragraf yang menyandikan makna. Pembaca menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan strategi untuk menentukan apa makna itu. Pratama (2015) mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengkaitkan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang sesuatu topik atau wacana tertulis serta kemudian secara aktif mendapatkan arti sesuai dengan yang disampaikan. Dalman (2014:87) juga memberikan pendapat tentang membaca pemahaman. Dalman (2014:87) menyebutkan bahwa membaca pemahaman adalah keterampilan dalam membaca secara kognitif dimana tujuan untuk membaca dituntut mampu memahami isi. Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa membaca pemahaman merupakan proses membaca yang kompleks dimana kemampuan dalam pemahaman makna dan kemampuan berpikir sangatlah penting. Dalam proses pembelajaran, siswa seharusnya diperlakukan menjadi pembelajar yang mandiri dan aktif. Pengajaran membaca bukan hanya tentang bagaimana siswa mendapatkan pemahamannya, tetapi bagaimana mereka memahami makna teks dengan mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Penguasaan membaca tidak diajarkan secara langsung yaitu dengan memerintahkan siswa untuk menerjemahkan teks kata per kata tetapi siswa bekerja sendiri untuk menemukan pemahaman melalui diskusi di antara anggota pasangan atau kelompok. Metode konvensional yang digunakan untuk mengajar membaca biasanya membuat siswa bosan karena metodenya yang monoton, dan siswa menjadi cenderung tidak aktif. Salah satu cara untuk mengefektifkan pengajaran membaca adalah dengan membuat siswa aktif, sehingga mereka senang belajar dan mereka dapat meningkatkan keterampilan membaca mereka. Metode pengajaran membaca yang bisa digunakan untuk menghindari hal tersebut diatas adalah menggunakan PBL. Metode pembelajaran dengan menggunakan PBL menuntut siswa untuk berusaha memperoleh pengetahuan yang bermanfaat dalam pemecahan masalah. Hal ini dapat membantu siswa dalam mengembangkan kecakapan memecahkan masalah, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan, serta keaktifan dalam mendapatkan pengetahuan. Arends (2008) menyebutkan salah satu tujuan PBL adalah untuk membantu guru dalam menyampaikan ilmu dalam pembelajaran dan diharapkan memberikan cara untuk pengembangan keterampilan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah. Menurut Ghufron & Ermawati (2018) PBL diawali dengan adanya masalah tidak terstruktur yang memiliki lebih dari satu jawaban. Dalam siklus PBL siswa diharuskan secara kolaboratif belajar bersama. Selanjutnya, dari pengidentifikasian masalah yang tidak terstruktur kemudian digunakan sebagai titik awal pembelajaran, menciptakan minat yang mendalam di kalangan siswa untuk mempelajari pengetahuan baru dan mengintegrasikan yang sudah ada, dan memaksa mereka untuk berpikir kritis dan kritis. Sanjaya (dalam Tyas, 2017) menyatakan bahwa kelebihan dari PBL ini antara lain diharapkan adanya peningkatan kemampuan berfikir kritis siswa, tumbuhnya inisiatif siswa dalam belajar, dan juga meningkatnya hubungan interpersonal dengan bekerja kelompok. Julianto (2019) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pada nilai rata-rata yang diperoleh siswa setelah menerima pembelajaran mengunakan metode PBL ini. Sumarni (2021) menyatakan bahwa penerapan metode PBL meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas V melalui model PBL mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II. Selanjutnya, Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning: Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe. | 23 Nurhayati dkk (2021) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL terbukti mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Penelitian yang dilakukan Hajar (2015) juga menunjukkan peningkatan pemahaman siswa tentang materi penyimpangan sosial yang diajarkan melalui metode PBL ini. Hal ini terbukti dengan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus penerapan PBL. Penelitian yang dilakukan Nafiah (2014) juga menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa sebesar 24,2% sementara peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan PBL menjadi 31.03%. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teks deskripsi. Dengan menerapkan metode PBL ini, pengajaran membaca tidak hanya akan menekankan pada pemahaman arti kata-kata. Metode PBL ini diharapkan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, baik dengan teks maupun dengan siswa lain. Selain itu, seperti yang disampaikan oleh Rahmayanti (2017) bahwa salah satu keunggulan model pembelajaran PBL ini adalah siswa lebih baik dalam memahami isi pemblejaran dan menantang kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan baru. Setelah melakukan observasi, ditemukan dua masalah utama dalam membaca untuk pemahaman teks deskripsi yang mendasari penelitian ini. Penerapan metode teacher-centered masih sangat dominan dilakukan oleh guru. Guru cenderung menerapkan metode pembelajaran yang sama secara terus menerus. Kedua, siswa masih kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa hanya mendengar penjelasan guru tanpa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, maka penerapan PBL diharapkan dapat merubah kedua hal tersebut. PEMBAHASAN Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi (PTK Kolaboratif). Menurut Castro Garces dan Granada (2016) PTK kolaboratif adalah penelitian yang melibatkan guru dalam tim kerja dan memungkinkan mereka untuk merenungkan praktik pedagogis mereka. Pada gilirannya, penelitian tindakan kelas kolaborative ini juga dapat membantu pengembangan guru di masa depan (Castro Garces dan Granada, 2016). Seperti yang disampaikan oleh Khasinah (2015), salah satu tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan kualitas guru sendiri di kelas. Sejalan dengan pernyataan di atas, Paizaluddin & Ermalinda (2016:2) menegaskan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki tujuan untuk mengatasi masalah- masalah pembelajaran di kelas dan juga merupakan upaya sebagai peningkatan efektifitas pembelajaran. Riel (2019) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif melibatkan proses sistematis untuk memeriksa data. Analisis data bisa dilakukan oleh peneliti tindakan, tetapi lebih kuat bila dilakukan dengan sekelompok orang yang juga akan terlibat dalam hasil. Jenis penelitian ini membangun pengetahuan, menginformasikan teori, dan mengubah praktik. Refleksi merupakan jantung dari penelitian tindakan. Ketika refleksi ini didasarkan pada pemeriksaan yang cermat terhadap bukti dari berbagai perspektif, hasilnya kemudian dapat memberikan strategi yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas kolaboratif ini dilakukan dengan guru di salah satu SMP di Lhokseumawe. Subjek penelitian adalah siswa satu kelas IX yang terdiri dari 25 siswa (12 perempuan dan 13 laki-laki). Penelitian ini menerapkan Model Spiral Kemmis & Mc Taggart, dimana terdapat empat tahapan penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Asrori & Rusman, 2020:23). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang menerapkan keempat tahapan dari Model Spiral Kemmis & McTaggart. 24 | Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2 Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua siklus dimana setiap siklus memerlukan tiga pertemuan dengan beberapa tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi. Sementara untuk teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif pada penelitian dilakukan melalui observasi atau pengamatan proses pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Sedangkan untuk analisis data secara kuantitatif dilakukan pre-test dan post-tes untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa. Selanjutnya, observasi dan tes menjadi teknik pengumpulan data utama. Sementara wawancara dan dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data pendukung. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan guru bahasa Indonesia di sekolah menengah pertama di Lhokseumawe. Sebelum melakukan penelitian, peneliti dan guru berdiskusi tentang penelitian tindakan kelas. Karena penelitian dilakukan secara kolaboratif, peneliti dan guru bekerja sama. Guru sebagai pengamat dan peneliti sebagai praktisi yang melaksanakan tindakan. Guru dan peneliti secara kolaboratif merancang, merencanakan, merevisi prosedur penelitian dan mendiskusikan hasil penelitian sebagai refleksi. Data kondisi awal dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh setelah peneliti melakukan observasi dan tes pada pratindakan. Dari data pratindakan tersebut, kemudian dilaksanakan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada siklus I dan siklus II. Pra-tindakan dilakukan sebelum melakukan penelitian tindakan kelas. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi selama proses belajar mengajar yang berhubungan dengan kompetensi membaca siswa, untuk mengidentifikasi teknik guru dalam mengajar membaca dan untuk mengidentifikasi motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Kegiatan pra tindakan tersebut adalah mewawancarai guru dan siswa, mengamati proses belajar mengajar, mengamati data hasil tes dan memberikan pre-test kepada siswa. Proses belajar mengajar yang dilakukan awalnya lebih banyak berpusat pada guru. Kemudian, guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks deskripsi. Proses di atas mengakibatkan siswa pasif. Itu terjadi karena mereka tidak diizinkan untuk mengeksplorasi teks itu sendiri. Nilai tes pemahaman membaca siswa masih rendah. Skor rata-rata adalah 55,80. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Dari wawancara, observasi, dan nilai membaca siswa dapat disimpulkan dua hal. Pertama adalah kompetensi membaca siswa masih rendah. Kedua yaitu pasifnya siswa dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan penelitian untuk meningkatkan kompetensi membaca siswa ini meliputi dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Siklus penelitian ini terdiri dari serangkaian langkah. Langkah-langkah tersebut adalah mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengamati atau memantau tindakan, mengevaluasi dan merefleksikan hasil pengamatan, dan merevisi rencana. Selama pelaksanaan siklus PBL, siklus dimulai dengan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa. Sebelum itu, guru menanyakan kepada siswa tentang teks deskriptif. Dia mengatakan kepada kelas bahwa mereka akan belajar tentang teks deskriptif. Tidak ada satu pun siswa yang menjawab pertanyaan tersebut, sehingga guru mengulas tentang teks deskriptif. Kemudian dia melanjutkan menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan. Dia Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning: Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe. | 25 mengatakan bahwa mereka akan melakukan permainan tebak-tebakan. Siswa harus menebak benda apa yang ada pada gambar tertutup. Mereka bisa menebaknya dengan petunjuk deskripsi yang tertulis dalam teks. Siswa mengerjakan tugas tersebut secara berkelompok. Kemudian guru membagi kelas menjadi lima kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Setelah kelompok terbentuk, guru memberi mereka dua lembar kertas yang masing-masing berisi dua teks deskriptif. Teks-teks itu tentang deskripsi suatu hal yang harus ditebak oleh siswa. Beberapa siswa dari setiap kelompok diminta untuk membaca teks dengan keras. Ini bertujuan untuk mengetahui pengucapan siswa dan untuk mendapatkan perhatian mereka pada teks. Siswa dalam setiap kelompok mulai mendiskusikan tugas tersebut. Sementara itu, guru memantau dan mendorong siswa. Dalam proses pembelajaran ini, sebagian besar siswa dilibatkan secara aktif dalam diskusi. Secara keseluruhan partisipasi dan kerjasama siswa dalam mengerjakan tugas sudah cukup baik. Dalam penelitian ini, observasi bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan tugas pemecahan masalah terhadap kompetensi membaca siswa baik saat proses pembelajaran maupun akhir pembelajaran. Guru sebagai pengamat membantu peneliti untuk mengamati proses pembelajaran. Dari observasi terlihat bahwa banyak siswa yang tidak memperhatikan selama pembelajaran; bahkan mereka membuat keributan sehingga siswa lain merasa terganggu. Namun, mereka akan menjadi siswa yang pasif ketika guru meminta mereka untuk menjawab pertanyaan atau melakukan sesuatu. Positifnya adalah mereka sangat bersemangat untuk mengambil bagian dalam diskusi untuk menyelesaikan tugas. Pada tahapan tugas, guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompoknya untuk bekerja secara mandiri. Jika ada pertanyaan dari siswa yang berkaitan dengan jawaban atau solusi dari tugas tersebut, guru tidak memberikan jawaban secara langsung tetapi membimbing siswa agar mereka dapat menemukan jawabannya sendiri. Di akhir setiap tahap laporan, guru membimbing kelas untuk meninjau teks. Di akhir siklus satu, dan dua, guru dan peneliti memberikan post-test kepada siswa untuk mengukur kompetensi membaca mereka. Hasil pre-test dan post-test kemudian dibandingkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi membaca siswa setelah dilakukan tindakan. Di akhir siklus, siswa diberikan post-test yang dilakukan dalam bentuk tes tertulis. Setelah itu, praktikan dan guru kemudian menganalisis hasil tes tersebut. Pada akhir siklus satu, belum terlihat perubahan skor rata-rata pada angka 55,80. Namun, perubahan mulai terlihat pada post test kedua. Berdasarkan hasil tes dan observasi guru terhadap tindakan, dapat ditarik beberapa hasil positif dan beberapa kelemahan pada siklus akhir siklus I dan II. Hasil positif pertama adalah siswa tertarik dengan metode baru yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran. Mereka terlihat penasaran dan termotivasi dengan metode tersebut. Yang kedua, terjadi perubahan positif pada perilaku siswa selama proses pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dalam mencoba mengerjakan tugas. Terakhir, terjadi peningkatan kompetensi membaca siswa. Hal itu ditunjukkan dengan peningkatan hasil post-test. Sementara itu, kelemahan yang terjadi adalah partisipasi dan perhatian siswa dalam beberapa tahapan masih kurang. Pada tahap tugas, ketika ada diskusi kelompok, beberapa anggota kelompok tidak mengikutinya. Dengan mendiskusikan tugas dalam kelompok, motivasi siswa dalam proses belajar meningkat. Mereka akan menemukan solusi dari masalah yang diberikan sendiri tanpa meminta bantuan kepada guru. Ketika mereka 26 | Rasyimah1, Dewi Kumala Sari2 menemukan kosakata baru, mereka mendiskusikannya di antara anggota kelompok. Mereka menangkap maknanya sesuai dengan konteksnya untuk membantu mereka mendapatkan ide teks. Proses diskusi membutuhkan keaktifan siswa dan akan membuat mereka lebih mandiri dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan beberapa masalah kehidupan nyata untuk dipecahkan. Hal ini membuat siswa lebih tertarik dan lebih mudah dalam memahami teks. Dengan mengamati proses dan kegiatan pada siklus dua, dapat dikatakan bahwa tugas-tugas yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dalam meningkatkan kompetensi membaca siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dan post test pada siklus dua. Nilai rata-rata pretest adalah 58,16 sedangkan nilai rata-rata post test adalah 66,82. Dari rerata skor tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kompetensi membaca siswa sebelum dan sesudah siklus pertama dan kedua. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilakukan di kelas, penulis menarik kesimpulan bahwa pengajaran melalui PBL dapat meningkatkan kompetensi membaca siswa. Melalui penerapan metode ini, siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Interaksi siswa dengan teks dan juga siswa lain meningkat saat para siswa ini terlibat aktif dalam mengerjakan tugas. Dengan bekerja dalam kelompok atau berpasangan, siswa dapat saling membantu dalam mengerjakan tugas. Itu membuat mereka lebih mudah dalam memahami teks. Selanjutnya, metode ini juga mengarahkan proses belajar mengajar ke berpusat pada siswa. Pengajaran membaca adalah tentang bagaimana mendapatkan pesan dari teks melalui tugas-tugas. Guru hanya membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas dengan mengaktifkan pengetahuan latar belakang mereka. Selain itu, tugas-tugas tersebut menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Peningkatan kemampuan pemahaman dalam membaca teks deskripsi siswa juga didukung oleh hasil nilai tes. Nilai rata-rata pre test pertama adalah 53,35 dan pada post test meningkat menjadi 60,75. Pada pre test kedua, skor rata-rata adalah 59,20 dan skor rata-rata post tes adalah 68,28. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari kompetensi membaca siswa setelah penulis melakukan penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran membaca melalui PBL dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Penerapan PBL pada penelitian ini juga dapat dikatakan berhasil membuat siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, terjadi peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. REFERENSI Arends, Richard I. (2008). Learning to Teach. Seventh Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc. Asrori, dan Rusman. (2020). Classroom Action Research: Pengembangan Kompetensi Guru. Purwokerto: Pena Persada. Castro Garcés, A. Y., & Martínez Granada, L. (2016). The Role of Collaborative Action Research in Teachers’ Professional Development. PROFILE Issues in Teachers’ Professional Development, 18(1), 39-54. Dalman, H. (2014). Keterampilan Menulis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Ghufron, M. Ali., Siti Ermawati. (2018). The Strengths and Weaknesses of Cooperative Learning and Problem based Learning in EFL Writing Class: Teachers and Students’ Perspectives. International Journal of Instruction. Vol. 11 No. 4. E-ISSN 13081470 , P-ISSN 1694-609X. Hajar, Nisaul Azmi, Darmono, A.Y. D., Atik Catur Budiati. (2015). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran sosiologi SMA Negeri Peningkatan Membaca Pemahaman Siswa pada Teks Deskripsi melalui Problem Based Learning: Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif pada Siswa SMP Negeri 3 Lhokseumawe. | 27 Kebakkramat tahun ajaran 2015/2016. Jurnal SOSIALITAS (Penelitian Tindakan Kelas) Vol 7, No 2 (2015). ISSN.2252-8407. Julianto. (2019). Pembelajaran Membaca Teks Deskripsi melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Problem Based Learning (PBL) pada Siswa SMP Negeri 6 Subang. Jurnal Didaktik Vol. 5 No 1 (2019): 129-142. ISSN 2614- 722X (Online), 2477-5673 (Print). Khasinah, Siti. (2015). Classroom Action Research. Jurnal Pionir Vol. 4 Nomor 1. P-ISSN 2339-2495, E-ISSN 2549-6611. Mayer and Richard, (2003). Learning and Instruction. New Jersey: Pearson Education, Inc. Nafiah, Yunin Nurun. (2014). Penerapan Model Problem based Learning untuk MeningkatkanKeterampilan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi Vol. 1 No 1. ISSN 2088-2866 (print) || ISSN 2476- 9401 (online). Nurhayati, Nana Mardiana, dan Rianti. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Guna Meningkatkan Terampil Membaca dan Menulis Lanjut di Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Setiabudhi VOL 4 NO 2 (2021). P-ISSN 2580-9466, E-ISSN 2621- 4997. Paizaluddin, M., & Ermalinda, M. (2016). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Panduan Teoritis dan Praktis. Bandung: Alfabeta. Pratama, V. A. (2015). Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Individualized Schema- Based Learning dan Transactional Learning bagi Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. ISBN 978-979-796-324-8. Rahmayanti, Esty. (2015). Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI SMA. Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III. P-ISSN 2598-5973, E-ISSN 2599-008X. Riel, Margaret. (2019). Undestanding Collaborative Action Research. Center for Collaborative Action Research: Pepperdine University. https://base.socioeco.org/docs/center_for_collaborative_action_research.pdf Sumarni. (2021). Implementasi Model PBL untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas V UPT SD Negeri 106 Pinrang. Jurnal Pinisi. Vol. 2 No3 (2021). E-ISSN 2723-1631. Tyas, Retnaning. (2017). Kesulitan Penerapan Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Tecnosienza Vol. 2. No. 1 Oktober 2017.