You are on page 1of 8

UJI DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN GIZI BISKUIT DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus )


DAN DAUN BANGUN BANGUN (Coleus amboinicus Lour)

Devy Andriana S1, Zulhaida Lubis2, Fitri Ardiani3


1
Alumni Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
²Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155
Email : Devyandriana70@gmail.com

ABSTRACT

Dumbo catfish (Clarias gariepinus) and bangun bangun leaf (Coleus ambonicus
Lour) can be processed into biscuit. Biscuit is one of additional food that can full fill the
needs of people nutrient. Biscuits had sweet taste and interesting shape. This research
purpose to determine the acceptability test and nutritional content of biscuits with the
addition of dumbo catfish and bangun bangun leaf.
The type of research was an experiment conducted by completely
randomized design using two factors and with two treatments, the treatmens are the addition
of dumbo catfish and bangun bangun leaf with treatments 10% : 20%, and 15% : 20%. The
acceptability biscuit with the addition of dumbo catfish and bangun bangun leaf by FKM
USU students as much as 30 people, nutrient analysis was tested in laboratory of
industrial research and standarization Agency Medan.
The results organoleptic test based on color, aroma, flavor, and texture biscuit
by thirty students panelist showed the most preferred are biscuit mixture of dumbo catfish
15% and bangun bangun leaf 20%. Acceptability of students showed that two treatments
have been preferred by people. The result of nutrional content analysis showed that
two treatments has content of carbohydrates 54,8g, 55,3 g, content of protein 10,2g
11,3g content fat 21,6g 20,9g, content of calcium 397mmg, 362mmg and phosphor 327,6
mmg and 389,4 mmg.
It is recommended for people to take of dumbo catfish and bangun bangun leaf biscuit
as alternative additional food for people. As well as the need to do further research to see the
content of nutrients contained in dumbo catfish and bangun bangun leaf biscuit.

Keywords :Dumbo catfish, Bangun bangun leaf, Biscuit, Acceptability, Nutrient content

PENDAHULUAN
Biskuit adalah salah satu jenis kue disukai oleh masyarakat. Menurut SNI
kering yang sampai saat ini banyak 2973 - 2011 biskuit adalah produk
digemari oleh masyarakat sebagai makanan kering yang dibuat dengan cara
makanan jajanan atau camilan dari memanggang adonan yang terbuat dari
berbagai kelompok ekonomi dan tepung terigu dengan atau substitusinya,
kelompok umur. Menurut Moehji (2000), minyak atau lemak dengan atau tanpa
biskuit sering dikonsumsi oleh anak balita, penambahan bahan pangan lain dan bahan
anak usia sekolah, remaja, hingga orang tambahan pangan yang diizinkan.
tua yang biasa dikonsumsi sebagai (Saksono 2012) menyatakan bahawa
makanan selingan atau makanan bekal. berdasarkan data asosiasi industri, tahun
Harga biskuit yang terjangkau oleh 2012 konsumsi biskuit diperkirakan
berbagai kelompok ekonomi juga menjadi meningkat 5% -8% didororng oleh
satu alasan mengapa biskuit banyak kenaikan konsumsi domestik.

1
Biskuit dikonsumsi oleh semua menyebabkan daging ikan lele mudah
usia, baik bayi hingga dewasa namun mengalami proses oksidasi sehingga
dengan jenis yang berbeda-beda. Namun, menyebabkan bau tengik. Hal tersebut
biskuit komersial yang beredar di pasaran dapat menghambat penggunaanya sebagai
memiliki kandungan gizi yang kurang bahan pangan, sehinggga perlu diolah
seimbang. Kebanyakan biskuit memiliki menjadi suatu produk yang lebih tahan
kandungan karbohidrat dan lemak yang lama untuk disimpan, antara lain dibuat
tinggi, sedangkan kandungan protein dan menjadi tepung (Adawiyah,2007). Tepung
kalsium nya relatif rendah. Bahan utama ikan merupakan salah satu produk
pembuatan biskuit pada umumnya pengolahan hasil sampingan ikan yang
adalah dengan menggunakan tepung sampai saat ini sudah mulai dimanfaatkan
terigu, namun tepung terigu adalah secara maksimal terutama untuk bahan
produk impor. pangan contohnya dalam pembuatan
Untuk mengurangi kuota impor cookies, nugget dan lain sebagainya.
terigu tersebut dapat dilakukan dengan Pembuatan tepung ikan berbahan dasar
memanfaatkan komoditi pangan lokal ikan lele dumbo dapat menjadi suatu
sebagai bahan baku yang bernilai gizi bentuk alternatif bahan pangan.
dengan harga yang relatif murah, dapat Daun bangun - bangun sebutan
menghasilkan produk baru yang bernilai yang lazim dipakai oleh orang Batak
ekonomis dan bergizi. Oleh karena itu, (Coleus amboinicus Lour) merupakan
perlu adanya pemanfaatan sumber daya salah satu tumbuhan yang banyak
lokal yang bersumber dari dalam negeri, dikonsumsi oleh ibu-ibu setelah
salah satunya adalah ikan lele dumbo melahirkan di daerah Toba, Sumatera
yang telah diproses menjadi tepung dan Utara (Warsiki 2005). Tanaman ini tidak
dapat digunakan sebagai bahan baku diketahui asal usulnya, batangnya
dalam pembuatan biskuit. berbentuk bulat dan sedikit berambut.
Ikan lele yang memiliki nama Daun bangun-bangun dipercaya dapat
ilmiah Clarias sp ini perkembangan meningkatkan produksi air susu ibu (ASI).
produksinya secara nasional sangat baik. Daun Bangun-bangun ini memiliki
Selama lima tahun terakhir produksi kandungan zat gizi tinggi, terutama zat
ikan lele terus meningkat. Pada tahun besi dan karoten.
2008 produksi nasional ikan lele Ditemukan pula bahwa konsumsi
sebesar 114,371 ton, tahun 2009 terus daun Bangun-bangun berpengaruh nyata
meningkat menjadi 144,755 dan makin terhadap peningkatan kadar beberapa
meningkat di tahun 2010, angka mineral seperti zat besi, kalium, seng dan
sementara yan dipublikasikan produksi magnesium dalam ASI serta
ikan lele dari hasil budidaya sebesar mengakibatkan peningkatan berat badan
273,554 ton (Ditjen Perikanan Budidaya, bayi secara nyata (Damanik et al., 2006).
2012). Ikan lele dumbo memiliki Meskipun demikian, pemanfaatannya
kandungan gizi yang cukup tinggi masih terbatas dikalangan masyarakat
diantaranya dari 100 gr ikan lele terdapat suku Batak dengan bentuk olahan hanya
sumber energi 90 kal, protein 18,7 gr, leak sebagai sayuran atau sop. Oleh karena itu
1,1 gr, kalsium 15 mg, fosfor 126 mg, zat untuk memperluas dan mempermudah
besi 2 mg, natrium 15 mg, Vit B1 0,1 mg pemanfaatannya oleh masyarakat di luar
dan vit B2 0,05 mg. suku batak, pada penelitian ini daun
Ikan lele memiliki kandungan air bangun bangun akan dijadikan sebagai
yang tinggi yaitu 78,5% dan pH ikan lele bahan tambahan dalam pembuatan biskuit,
mendekati netral sehingga menyebabkan dengan cara mengeringkan daun bangun
daging ikan lele mudah busuk. Selain itu bangun lalu digiling atau diiris halus
kandungan asam lemak tak jenuh sehingga menghasilkan irisan daun bangun

2
bangun. Pengeringan dilakukan untuk menambah produk biskuit dengan
mengurangi bau langu yang ada pada daun penambahan tepung ikan lele dan
bangun bangun. Pengeringan juga daun bangun bangun sebagai
bertujuan untuk memperpanjang masa penganekaragaman pangan berdasar
penyimpanan biskuit nantinya. Sedangkan bahan pangan lokal dan merupakan
dilakukan pengirisan daun bangun bangun langkah awal pengurangan penggunaan
hingga halus, untuk mempermudah terigu sebagai pangan impor dalam
penyampuran daun bangun bangun dengan upaya meningkatkan ketahanan pangan
adonan biskuit sehingga didapat tampilan nasional.
yang menarik. Diharapkan biskuit dengan
Penelitian terhadap produk yang penambahan tepung ikan lele dan daun
dibuat dari tepung ikan lele pernah dibuat bangun bangun dapat memperbaiki
oleh Rohimah (2013) yaitu pembuatan kandungan gizi biskuit karena ikan lele
biskuit dengan penambahan tepung ikan dan daun bangun bangun kaya akan
lele dan labu kuning dan menyimpulkan kandungan protein, kalsium, dan fosfor.
bahwa kadar karbohidrat, protein dan Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
lemak yang terdapat pada biskuit dengan mengenai uji daya terima dan kandungan
penambahan tepung ikan lele dan labu gizi biskuit yang di modifikasi dengan
kuning lebih tinggi dibanding dengan yang tepung ikan lele dan daun bangun bangun.
ada dalam biskuit tepung terigu. Penelitian Dengan perbandingan tepung ikan lele
yang dibuat oleh Mervina (2009) yaitu 10%: daun bangun bangun 20% dantepung
Formulasi biskuit dengan substitusi tepung ikan lele 15% : daun bangun bangun 20%
ikan lele dumbo dan isolat protein kedelai dari berat utama bahan dasar 250g tepung
sebagai makanan potensial untuk anak terigu yang diulang sebanyak 2 kali pada
balita gizi kurang. Formulasi 4 dengan proses pembuatan biskuit dengan maksud
perbandingan tepung badan ikan 3,5 : untuk memperkecil error atau kesalahan
tepung kepala ikan 1,5 : isolat protein yang mungkin terjadi pada saat
kedelai 10, menjadi formulasi paling penimbangan bahan yang digunakan dalam
banyak disukai dengan kandungan kadar pembuatan biskuit dilakukan karena
air 4,13%, kadar abu 2,52%, kadar protein peneliti telah melakukan penelitian
19,55%, kadar lemak 21,99%, kadar pendahuluan sebelum melakukan
karbohidrat 55,94% dalam 100 gram penelitian ini dengan perbandingan
biskuit. tersebut peneliti ingin melihat
Penelitian terhadap produk yang bagaimana peningkatan kandungan
dibuat dari tepung daun bangun bangun karbohidrat dan protein dan apabila
sudah pernah dilakukan oleh Syarief dkk presentase terlalu besar akan
(2014) yaitu Pemanfaatan Daun Bangun - menghasilkan biskuit yang keras dan
Bangun dalam Pengembangan Produk bau apek serta aroma amis yang tinggi
Makanan Tambahan Fungsional untuk Ibu dari tepung ikan lele dan daun bangun
Menyusui dan menyimpulkan analisis bangun akan lebih terasa.
kandungan gizi dari produk yang
dihasilkan menunjukkan bahwa 100 g METODE PENELITIAN
produk dengan penambahan 120g daun Jenis penelitian yang digunakan
bangun - bangun mengandung energi dalam penelitian ini adalah eksperimen,
sebesar 375,18 kkal dan protein 11,71 menggunakan rancangan penelitian acak
g. Sedangkan 100g produk dengan lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor
penambahan daun bangun -bangun yaitu tepung ikan lele dan daun bangun
150g mengandung energi sebesar 376,09 bangun dengan dua perlakuan penambahan
kkal dan protein 12,15 g. Penelitian ini tepung ikan lele (10%, 15%) dan daun
diharapkan bermanfaat dalam hal

3
bangun bangun (20%, 20%) dari berat tepung ikan lele 10% dan daun bangun
bahan dasar tepung terigu. bangun 20% beraroma khas biskuit,
Pembuatan biskuit dengan berwarna coklat kehijauan, tekstur sedikit
penambahan tepung ikan lele dan daun renyah dan rasanya sedikit terasa lele.
bangun bangun dilakukan di Laboratorium Biskuit dengan penambahan tepung ikan
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat lele 15% dan daun bangun bangun 20%
Universitas Sumatera Utara. Uji beraroma agak khas lele, berwarna coklat
organoleptik diujikan pada 30 orang kehijauan, tekstur renyah dan rasanya
mahasiswa FKM USU dengan kisaran terasa lele.
umur 19-25 tahun yang disebut sebagai
panelis tidak terlatih dan dilakukan di Analisis Organoleptik Biskuit
Fakultas Kesehatan Masyarakat terhadap Aroma
Universitas Sumatera Utara (FKM-USU). Hasil analisis organoleptik aroma
Pengujian kandungan gizi biskuit biskuit dengan penambahan tepung ikan
dilakukan di Badan Riset dan lele dumbo dan daun bangun bangun dapat
Standardisasi Industri Medan. Penelitian dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
ini dilakukan pada bulan Juni – November
2017. Tabel 1 Hasil Analisis Organoleptik
Data yang dikumpulkan merupakan Aroma Biskuit Tepung Ikan
data mentah yang harus di organisasi Lele dan Daun Bangun Bangun
sedemikian rupa agar dapat disajikan Kriteria A1 A2
Aroma Panelis Skor % Panelis Skor %
dalam bentuk tabel atau grafik hingga Suka 19 57 63,3 20 60 66,6
mudah dianalisis dan di tarik kesimpulan. Kurang
11 22 24,4 10 20 22,2
Suka
Setelah diketahui tingkat penerimaan Tidak
- - - -
panelis terhadap biskuit ikan lele dan daun Suka
Total 30 79 87,7 30 80 88,8
bangun bangun, selanjutnya akan
dilakukan uji analisis menggunakan
Berdasarkan tabel di atas dapat
program komputer (SPSS) yaitu analisis
dilihat dari total skor kedua perlakuan
data menggunakan Uji T- Independent
dalam uji organoleptik terhadap aroma,
Test Analisis yang digunakan untuk
biskuit A2 memiliki total skor tertinggi
menguji perbedaan rata-rata dari dua
yaitu 88,8%. Perbedaan pengaruh pada
sampel dengan syarat populasi yang diuji
kedua perlakuan dapat diketahui dengan
harus berdistribusi normal.
Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil
Dalam penelitian ini data yang
perhitungan diperoleh nilai thitung (0,788) >
dihasilkan tidak berdistribusi normal
ttabel (0,05). Hal ini berarti tidak ada
sehingga dilanjutkan dengan menggunakan
perbedaan pengaruh perlakuan terhadap
Uji Mann Whitney untuk mengetahui ada
aroma antara biskuit A1 dan A2.
atau tidaknya perbedaan daya terima
terhadap aroma, rasa, warna dan tekstur
Analisis Organoleptik Biskuit
dalam pembuatan biskuit ikan lele dan
terhadap Warna
daun bangun bangun.
Hasil analisis organoleptik warna
biskuit dengan penambahan tepung ikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
lele dumbo dan daun bangun bangun dapat
Berdasarkan kedua perlakuan
dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
yang berbeda terhadap biskuit dengan
penambahan tepung ikan lele dan daun
bangun bangun maka dihasilkan biskuit
yang tidak terlalu menunjukkan perbedaan
pada tampilan biskuit. Dari hasil
penelitian, biskuit dengan penambahan

4
Tabel 2 Hasil Analisis Organoleptik perhitungan diperoleh nilai thitung (0,035) <
Warma Biskuit Tepung Ikan ttabel (0,05). Hal ini berarti ada perbedaan
Lele dan Daun Bangun Bangun pengaruh perlakuan terhadap tekstur antara
Kriteria A1 A2 biskuit A1 dan A2.
Warna Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 18 54 60 20 60 66,6 Pada biskuit dengan penambahan
Kurang
12 24 26,6 10 20 22,2 10% tepung ikan lele memiliki tekstur
Suka
Tidak yang sedikit lebih keras dibandingkan pada
- - - - -
Suka biskuit dengan penambahan tepung ikan
Total 30 78 86,6 30 80 88,8
lele 15% memiliki tekstur rapuh padat.
Tekstur biskuit yang berbeda disebabkan
Berdasarkan tabel di atas dapat
oleh konsentrasi tepung ikan lele, tekstur
dilihat dari total skor kedua perlakuan
pada biskuit dengan penambahan 10%
dalam uji organoleptik terhadap warna,
tepung ikan lele lebih keras karena
biskuit A2 memiliki total skor tertinggi
pemakaian tepung ikan lele lebih sedikit
yaitu 88,8%. Perbedaan pengaruh pada
dari pada biskuit dengan penambahan
kedua perlakuan dapat diketahui dengan
15% tepung ikan lele.
Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai thitung0,595 >
Analisis Organoleptik Biskuit
ttabel 0,05 Hal ini berarti tidak ada
terhadap Rasa
perbedaan pengaruh perlakuan terhadap
Hasil analisis organoleptik rasa
warna antara biskuit A1 dan A2. Pada
biskuit dengan penambahan tepung ikan
biskuit dengan penambahan 10% ikan lele
lele dumbo dan daun bangun bangun dapat
dan 15% ikan lele tidak memiliki
dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
perbedaan warna dikarenakan
perbandingan komposisi bahan utama
Tabel 4 Hasil Analisis Organoleptik
pada kedua perlakuan tidak terlalu jauh.
Rasa Biskuit Tepung Ikan
Lele dan Daun Bangun
Analisis Organoleptik Biskuit
Bangun
terhadap Tekstur Kriteria A1 A2
Hasil analisis organoleptik tekstur Rasa Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 12 36 40 20 60 66,6
biskuit dengan penambahan tepung ikan Kurang
14 28 31,1 10 20 22,2
lele dumbo dan daun bangun bangun dapat Suka
Tidak
dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Suka
4 4 4,4 - - -
Total 30 68 75,5 30 80 88,8
Tabel 3 Hasil Analisis Organoleptik
Tekstur Biskuit Tepung Ikan Berdasarkan tabel di atas dapat
Lele dan Daun Bangun Bangun dilihat dari total skor kedua perlakuan
Kriteria A1 A2 dalam uji organoleptik terhadap rasa,
Tekstur Panelis Skor % Panelis Skor %
Suka 19 57 63,3 26 78 86,6 biskuit A2 memiliki total skor tertinggi
Kurang
10 20 22,2 4 8 8,88 yaitu 88,8%. Perbedaan pengaruh pada
Suka
Tidak kedua perlakuan dapat diketahui dengan
1 1 1,11 - - -
Suka Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil
Total 30 78 86,6 30 86 95,4
perhitungan diperoleh nilai thitung thitung
(0,043) < ttabel (0,05). Hal ini berarti ada
Berdasarkan tabel di atas dapat
perbedaan pengaruh perlakuan terhadap
dilihat dari total skor kedua perlakuan
rasa antara biskuit A1 dan A2.
dalam uji organoleptik terhadap tekstur,
Perbedaan rasa pada kedua
biskuit A2 memiliki total skor tertinggi
perlakuan biskuit terutama dipengaruhi
yaitu 86%. Perbedaan pengaruh pada
oleh penggunaan bahan dasar yaitu tepung
kedua perlakuan dapat diketahui dengan
ikan lele. Penggunaan tepung ikan lele
Uji Mann Whitney. Berdasarkan hasil
sebagai penambahan tepung terigu

5
memberikan rasa yang berbeda pada 6,9%. Kandungan lemak yang terdapat
biskuit dibandingkan biskuit pada dalam kedua perlakuan biskuit yaitu 21,6%
umumnya. dan 20,9% dengan standar SNI 01-2973-
1992 14,4%. Kandungan kalsium 397 mg
Analisis Kandungan Zat Gizi dan 362 mg dengan standar SNI 01-2973-
Biskuit dengan penambahan tepung 1992 62 mg dan kndungan fosfor 327,6
ikan lele dan daun bangun bangun. mg dan 389,4 mg sudah memenuhi syarat
Hasil analisis kandungan zat gizi SNI 01-2973-1992 yaitu 87 mg. Dari data
biskuit dengan penambahan tepung ikan diatas dapat diketahui bahwa kandungan
lele dan daun bangun bangun di lakukan lemak,protein,kalsium dan fosfor pada
di Laboratorium Balai Riset dan kedua perlakuan biskuit sudah memenuhi
Standarisasi Industri Medan yaitu pada standar mutu biskuit SNI 01-2973-1992.
biskuit A1 dan biskuit A2 dapat dilihat Menurut Peraturan Menteri
pada tabel 4.6 dibawah ini. Kesehatan (Permenkes) No. 75 Tahun
2013 tentang angka kecukupan gizi pada
Tabel 5 Hasil Kandungan Gizi Biskuit ibu nifas, dianjurkan mengkonsumsi
dengan penambahan Tepung karbohidrat per harinya yaitu sebanyak
Ikan Lele dan Daun Bangun 354 g, protein 86 g, lemak 86 g, kalsium
Bangun dalam 100 g. 1300 mg dan fosfor 700 mg. Berdasarkan
hasil Uji Laboratorium dalam 30 g (±6
No Parameter
Hasil kandungan Gizi keping) biskuit dengan penambahan 15%
A1 A2 tepung ikan lele mengandung karbohidrat
1 Protein (%) 10,2 11,3
2 Lemak Total (%) 21,6 20,9
sebesar 16,7 g atau dapat menyumbang
3 Karbohidrat (%) 54,8 55,3
sekitar 4,7%, protein 11,3g atau sekitar
4 Kalsium(Ca) mg/kg 397 362
4%, lemak 6,27 g atau sekitar 7,2%,
kalsium sebesar 108,6 mg atau sekitar
5 Fosfor mg 327,6 389,4
8,3% dan mengandung fosfor sekitar 116,8
Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan (2017)
mg atau sekitar 16,6% dari Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk ibu
Berdasarkan hasil Laboratorium
menyusui.
di Balai Riset dan Standarisasi Industri
Angka Kecukupan Gizi yang
Medan, dapat dilihat perbedaan kandungan
dianjurkan untuk anak usia 1-3 tahun yaitu
karbohidrat, protein, lemak, kalsium dan
mengonsumsi karbohidrat per harinya
fosfor dalam 100 g ( 20 keping) biskuit
yaitu sebanyak 155g, protein 26 g, lemak
dengan penambahan 10% ikan lele dan
44 g, kalsium 650 mg dan fosfor sekitar
biskuit dengan penambahan 15% tepung
500mg. Berdasarkan uji laboratorium
ikan lele menunjukkan bahwa kandungan
dalam 30 g (±6 keping) biskuit dengan
protein, karbohidrat dan fosfor lebih tinggi
penambahan 15% tepung ikan lele dapat
pada biskuit dengan penambahan tepung
menyumbangkan kebutuhan karbohidrat
ikan lele 15%. Sedangkan pada lemak dan
sekitar 10,7%, protein 13%, lemak 14%,
kalsium lebih tinggi pada biskuit dengan
kalsium 16,7% dan fosfor sekitar 23% dari
perlakuan penambahan 10% ikan lele.
kebutuhan yang dianjurkan.
Kandungan karbohidrat pada kedua
Berdasarkan uraian di atas maka
perlakuan biskuit yaitu 54,8% dan 55,3%
dapat diketahui bahwa biskuit dengan
sedangkan standar SNI 01-2973-1992
penambahan 15% tepung ikan lele dan
yaitu 75,1% sehingga dapat diketahui
20% daun bangun bangun memiliki
bahwa kandungan karbohidrat belum
kandungan kalsium dan fosfor tertinggi
sesuai dengan syarat mutu biskuit menurut
jika dibandingkan dengan kandungan gizi
SNI 01-2973-1992. Sedangkan untuk
lainnya. Begitu pun dari hasil organoleptik
kandungan protein, 10,2% dan 11,3%
terhadap aroma, warna, rasa dan tekstur
dengan standar SNI 01-2973-1992 yaitu
6
panelis lebih menyukai biskuit dengan 1. Berdasarkan hasil uji organoleptik
penambahan 15% tepung ikan lele dan terhadap tekstur dan rasa dan
20% daun bangun bangun. Berdasarkan berdasarkan hasil uji kandungan gizi
pertimbangan tersebut, biskuit yang terhadap kandungan protein,
disarankan untuk dikonsumsi adalah karbohidrat dan fosfor biskuit dengan
biskuit dengan penambahan 15% tepung penambahan tepung ikan lele 15%
ikan lele dan 20% daun bangun bangun. dapat dijadikan sebagai produk
pangan alternatif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang DAFTAR PUSTAKA
telah dilakukan, diperoleh kesimpulan Moehji, Sjasmien. 2000. Ilmu Gizi dan
sebagai berikut : Diet. Bharata Karya Aksara.
1. Pembuatan biskuit dengan Jakarta
penambahan tepung ikan lele dan Standar Nasional Indonesia. 2011. Syarat
daun bangun bangun memberikan Mutu Biskuit. Departemen
pengaruh yang berbeda terhadap Perindustrian RI
tekstur dan rasa biskuit, tetapi tidak Saksono H. 2012. Pasar biskuit diproyeksi
memberikan pengaruh yang berbeda tumbuh 8% didorong konsumsi.
terhadap aroma dan warna biskuit. http://www.indonesiafinancetoday.c
2. Daya terima biskuit dengan om/red/26980/-pasar-biskuit-
penambahan tepung ikan lele dan Diproyeksi-Tumbuh-8-Didorong-
daun bangun bangun berdasarkan Konsumsi diakses pada tanggal 20
aroma, warna, tekstur dan rasa yang Februari 2017
lebih disukai adalah biskuit dengan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.,
penambahan ikan lele 15%. 2013. Laporan Tahunan Direktorat
3. Berdasarkan uji Laboratorium Produksi. Jakarta: Departemen Kelautan
kandungan gizi biskuit dengan dan Perikanan
penambahan tepung ikan lele dan Adawyah, R. 2007. Pengelolaan Dan
daun bangun bangun mengandung Pengawetan Ikan. PT. Bumi
protein tertinggi pada biskuit dengan Aksara. Jakarta
penambahan ikan lele 15% yaitu 11,3 Warsiki, E., Damayanthy,E.,dan Damanik,
%. Kandungan lemak biskuit tertinggi R. 2005 Karakteristik Mutu Sop
pada biskuit dengan penambahan 10% Daun Torbangun (coleus
tepung ikan lele yaitu 21,6% . amboinicus lour) dalam Kemasan
Kandungan karbohidrat biskuit Kaleng dan Perhitungan Total
tertinggi pada biskuit dengan Migrasi Bahan
penambahan tepung ikan lele 15% Kemasan.IPB:18(3):21,22
yaitu 55,3 %. Kandungan kalsium Damanik, R., Wahlqvist, M.L.,
biskuit tertinggi pada biskuit dengan Wattanapenpaiboon, N.(2006).
penambahan tepung ikan lele 10% Lactagogue effects of Torbangun,
yaitu 397 mg/kg, dan kandungan a Bataknese Traditional Cuisine.
fosfor pada biskuit tertinggi pada Asia Pacific Journal of Clinical
biskuit dengan penambahan tepung Nutrition 2006. 15(2) :267-274
ikan lele 15% yaitu 389,4 mg. Rohimah, I. 2013. Analisis Energi dan
Protein Serta Uji Daya Terima
SARAN Biskuit Tepung Labu Kuning dan
Berdasarkan hasil penelitian yang Ikan Lele. Medan: Skripsi FKM
telah dilakukan, hal yang dapat disarankan Universitas Sumatera Utara
sebagai berikut : Mervina. 2009. Formulasi Biskuit
Dengan Substitusi Tepung Ikan

7
Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
dan Isolat Protein kedelai (Glycine
max) Sebagai Makanan Potensial
Untuk Anak Balita Gizi Kurang.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor
Syarif H, Damanik RM, Sinaga T,
Doloksaribu TH. 2014.
Pemanfaatan Daun Bangun-
Bangun dalam Pengembangan
Produk Makanan Tambahan
Fungsional untuk Ibu Menyusui.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI), April 2014 Vol. 19 (1): 38-
42.Jurnal
Standar Nasional Indonesia. 1992. Syarat
Mutu Biskuit. Departemen
Perindustrian RI
Balai Riset Dan Standarisasi Industri
Medan 2017

You might also like