You are on page 1of 14

Jurnal Studi Pemuda

Volume 8 Nomor 1 tahun 2019


http://doi.org/10.22146/studipemudaugm.46133

Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu:


Dependensi dan Negosiasi (Mahasiswa Part Time di
Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)
Nanda Harda Pratama Meiji
Universitas Negeri Malang
nanda.harda.fis@um.ac.id

ABSTRACT

Part-time work is a relatively common thing for young people today. Unlike the previous decade, now,
part-time jobs offered are mushrooming with various types of activities. Similarly, Indonesia offers a
variety of part-time jobs to its main students. Malang, a city of education with thousands of students
in it, also competing to take part in working part-time. This study seeks to focus on the aspects of de-
pendency and negotiation carried out by students who take part-time jobs, especially at coffee shops.
This phenomenon is because the culture of “coffee” has become one of the activities carried out by
young people in Indonesia to spend their free time. Not only limited to hanging out, but also the coffee
culture is also used by young people in Malang City in addition to looking for financial and experience
additions before taking the post-graduate work pathway. This study used qualitative research meth-
ods with the process of observation and in-depth interviews to informants in the field as a technique
of data collection. Through a purposive sampling process, four main informants were able to present
their narratives while working part-time while working on their final assignments. This research was
conducted from mid-2018 to 2019 to obtain sufficient depth. From the results of this study it was found
that there is a close relationship between the process of dependencies that they do with negotiation
and consumption during part-time work. Especially entering the era of the risk society where every
decision that has been taken will pose risks that must be passed and minimized the danger by young
part-time workers.

KEYWORDS Youth | Part-time works | Consumption | Risk

PENDAHULUAN

Menggali pengalaman selama menempuh nya untuk mencari tambahan finansial dan pen-
pendidikan tinggi menjadi sebuah keniscayaan galaman. Beragam jenis pekerjaan rupanya ter-
bagi para mahasiswa yang tentunya masuk da- sedia di sekitar para mahasiswa, mulai peker-
lam kategori pemuda. Oleh sebab itu, selama be- jaan yang sifatnya informal maupun formal. Ti-
lajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya dak hanya di Indonesia, di kebanyakan Negara
bergelut dengan dinamika sosial di lingkungan- lain, pekerjaan paruh waktu juga menjadi salah
nya, kegiatan organisasi, tetapi juga –kini men- satu aktivitas umum bagi para anak-anak muda
jadi hal lain yang dilakukan oleh para mahasiswa, yang sedang menempuh pendidikan, terutama
bekerja paruh waktu. Pekerjaan paruh waktu saat masa sekolah menengah atau menempuh
menjadi sebuah tantangan sekaligus berkah pendidikan tinggi (Barron and Anastasiadou
ekonomi bagi mareka yang meluangkan waktu- 2009b; Kalleberg 2000). Bahkan pekerjaan-
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 15
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Nanda Harda Pratama Meiji

pekerjaan paruh waktu merupakan salah satu jukkan terdapat 66.349 mahasiswa dari Univer-
cara bagi anak muda untuk menggapai kesuk- sitas Brawijaya, 37.239 mahasiswa Universitas
sesannya di masa depan dimana mereka mulai Negeri Malang, dan 39.014 mahasiswa Univer-
belajar mengenai kemandirian dan juga aspek sitas Muhammadiyah Malang (Forlap Dikti).
lain seperti kewirausahaan yang terkadang tidak Banyaknya usaha yang menawarkan lapangan
didapatkan pada bangku perkuliahan (Thomas pekerjaan paruh waktu ini rupanya mendapat
2012). Berbeda dengan di Negara-negara bela- respon positif dari kalangan mahasiswa dan
han dunia Utara yang telah mengenal pekerjaan membuat mereka akhirnya mengambil kesem-
paruh waktu sejak lama dengan berbagai regu- patan tersebut. Terlebih bagi mahasiswa yang
lasi yang mengatur jenis dan beban pekerjaan ingin menambah penghasilan sendiri di sela-sela
paruh waktu, di Indonesia hal tersebut belum aktivitas perkuliahan mereka. Oleh karena itu,
terjamah. Meskipun demikian, pekerjaan paruh banyak mahasiswa yang kemudian tertarik men-
waktu di Indonesia menjadi tambahan bagi para coba bekerja paruh waktu di beberapa kafe, dis-
pemuda khususnya pelajar guna mendapat- tro, ataupun restoran yang ada di Kota Malang.
kan tambahan finansial sekaligus pengalaman Konteks kajian ini lebih mengarah pada
(dengan upah dan beban kerja yang belum ter- para mahasiswa yang bekerja paruh waktu di
kondisikan karena regulasi yang belum siap). kedai kopi atau kafe. Sebagaimana diketahui
Tidak hanya di luar negeri, part time job publik bahwasanya budaya ngopi menjadi salah
makin marak terutama di lingkungan kampus satu gaya hidup masyarakat saat ini, tanpa terke-
di Indonesia, tanpa terkecuali Malang. Bebe- cuali di Indonesia (Syahriyanti 2009). Maka tak
rapa usaha yang menawarkan pekerjaan paruh heran apabila tempat seperti kedai kopi semakin
waktu seperti kafe, warnet, desain grafis, dis- menjamur terutama di wilayah kota-kota besar
tro, atau restoran bahkan salah satu department maupun kota pendidikan, seperti Kota Malang,
store pada waktu tertentu membutuhkan jasa Jawa Timur. Kedai kopi sederhana hingga kafe
mahasiswa sebagai pekerjanya. Tidak hanya di yang memiliki peralatan modern dan bercap-
ranah pekerjaan non-akademis, beberapa pusat kan waralaba luar negeri menjamur di sekeliling
studi atau lembaga survei kerap menggunakan masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Tuck-
jasa mahasiswa untuk menjadi enumerator atau er bagaimana budaya kopi tidak hanya dikenal
magang. Melalui beberapa media cetak seperti di Negara-negara dunia Utara, namun hampir
koran serta yang paling marak adalah via pam- di seluruh pelosok dunia dengan kearifan lokal
flet digital di situs jejaring sosial seperti Face- masing-masing (Tucker 2017). Menjamurnya kafe
book, Twitter, atau Instagram. Tak ayal banyak berkorelasi dengan jumlah tenaga kerja yang di-
tempat usaha menawarkan lowongan pekerjaan dominasi oleh anak-anak muda yang memiliki
bagi mahasiswa yang ingin bekerja paruh waktu keseharian dengan kafe dan gaya hidup modern
di tempat mereka. lainnya. Rerata kedai kopi di Malang kemudian
mengoptimalkan anak-anak muda khususnya
Sebagai salah satu kota pendidikan yang
para pelajar di berbagai perguruan tinggi untuk
ada di Indonesia, Kota Malang memiliki cukup
bekerja paruh waktu di tempat-tempat tersebut.
banyak institusi pendidikan menengah hingga
Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan
perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
dimana kedai kopi kini mulai mempekerjakan
Terletak di wilayah Provinsi Jawa Timur, sebagai
mahasiswa sebagai pekerja paruh waktu (teruta-
kota terbesar kedua setelah ibukota Provinsi,
ma bagi kedai kopi atau kafe yang belum memi-
Surabaya, Malang memiliki magnet tersendiri
liki modal besar).
bagi para mahasiswa untuk melanjutkan pendi-
dikannya di kota tersebut. Data terakhir dari 3 Pada wacana mengenai aspek kepemu-
universitas terbesar di Kota Malang saja menun- daan, kerja merupakan ranah yang tidak asing

16 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

bagi mereka, terutama apabila dilihat dalam Oleh karena itu, berbeda dengan peneli-
perspektif transisi (Naafs 2012; Sutopo and Meiji tian-penelitian sebelumnya, pada kajian kali ini
2017; Sutopo and Azca 2013). Namun dalam dis- lebih menelaah bagaimana fase sebelum anak-
kursus kepemudaan terkait transisi, biasanya anak muda lulus dari perguruan tinggi, mereka
lebih mengarah pada bagaimana pemuda pasca- sudah bersentuhan dengan dunia kerja paruh
lulus dari institusi pendidikannya sebelum waktu dari aspek dependensi dan negosiasi
men-coba untuk jenis aktivitas pekerjaan baru. mereka. Di balik itu terdapat proses negosiasi
Studi-studi terdahulu yang pernah dilakukan di dalam diri mereka ketika mengambil peker-
terkait mahasiswa pekerja paruh waktu biasanya jaan paruh waktu serta bagaimana proses de-
lebih berkutat pada motivasi dan konsumsi pendensi yang ingin mereka lakukan untuk lebih
me-reka saat mengambil pekerjaan paruh waktu bertanggung jawab. Kajian kali ini akan lebih
(Hipjillahdan Badriyah 2016; Patriana 2007). memfokuskan pada dinamika anak-anak muda
Dalam kajiannya Hipjillah dan Badriyah lebih yang bekerja paruh waktu pada sisi dependensi
menyoroti bagaimana pekerjaan paruh waktu mereka serta proses negosiasi apa saja yang mer-
tidak memiliki keterkaitan langsung dengan pola eka hadapi guna berproses ke arah masa depan.
konsumsi mahasiswa yang bekerja part time.
Sementara Patriana lebih melihat mahasiswa KERJA PARUH WAKTU DALAM KONTEKS
pekerja paruh waktu di suatu bimbingan belajar MASYARAKAT RISIKO
rerata memiliki kemandirian yang lebih tinggi Pekerjaan paruh waktu dalam konteksnya
karena rasa tanggung jawab lebih pada peker- tidak hanya sekadar memiliki fungsi ekonomi
jaannya. semata. Lebih dari itu, dalam pekerjaan paruh
Sementara Disi Riswanda Rabbani lebih waktu, mahasiswa mendapatkan hal-hal lain-
menyoroti bagaimana aspek-aspek hukum nya seperti pengalaman bagaimana memanfaat-
dalam pekerjaan paruh waktu layak diperhati- kan waktu luang mereka untuk lebih produktif
kan oleh para pemberi pekerjaan seperti yang ia (Kalleberg 2000). Setidaknya terdapat dua hal
tunjukkan pada PT. Aseli Dagadu Djokja (Rab- yang memang didapatkan saat mengikuti kegia-
bani 2017). Sorotan mengenai pekerjaan waktu tan kerja paruh waktu yakni pertama pemenu-
terutama dalam konteks sistem kerja yang han aspek ekonomi dan pengalaman/pengeta-
hanya teregulasi di UU Ketenagakerjaan nomor huan atau apabila menggunakan term Bourdieu
13 tahun 2003 namun tidak spesifik mengatur sebagai modal budaya (Barron and Anastasiadou
hingga konteks pengupahan pada pekerja paruh 2009a; Kalleberg 2000). Terlebih dalam konteks
waktu. Di dalam pasal 51 pada UU Ketenaga- di Negara berkembang, aspek ekonomi menjadi
kerjaan mengisyaratkan bahwasanya segala salah satu penopang bagi generasi muda menuju
jenis hubungan kerja semestinya dilakukan se- proses identitas diri.
cara tertulis melalui kontrak kerja. Hal yang Salah satu penanda nyata di dalam dina-
kemudian juga dijelaskan oleh Rabbani bahwa mika perekonomian masyarakat adalah uang.
masih terdapat ketimpangan apabila diperband- Melalui kepemilikan uang pula modal ekonomi
ingkan antara jumlah jam kerja dengan upah dapat terakumulasi dalam bentuk nyata. Se-
yang didapatkan oleh para pekerja paruh waktu bagaimana dijelaskan oleh Simmel bahwa uang
(Rabbani 2017). Hal tersebut tentunya menjadi merupakan ukuran nilai yang obyektif dalam
dilema bagi para pekerja paruh waktu, meski- transaksi antarmanusia ( Johnson 1986). Ter-
pun di dalam UU tersebut telah diatur hak-hak lebih bagi mereka yang telah bekerja, upah
yang mereka dapat layaknya buruh pekerja didapatkan dalam bentuk uang. Pada kon-
tetap, namun urung terlaksana dalam praktek di teks kerja paruh waktu, uang sebagai penan-
lapangan. da ekonomi menjadi salah satu aspek penting

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 17


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Nanda Harda Pratama Meiji

Tidak heran apabila kemudian muncul anekdot Zukin and Maguire 2004). Eksplorasi terkait
dimana dalam situasi kerja, uang dapat membeli benda yang dikonsumsi oleh anak-anak muda
manusia yang notabenenya merupakan pencipta ini pula yang membuat mereka rentan pada
uang itu sendiri (Frisby 2002). Terlebih di dunia perilaku konsumerisme. Walaupun dalam be-
yang terus berlari mengikuti perkembangan mo- berapa aspek perilaku konsumerisme yang bi-
dernitas zaman atau dalam term yang digunakan asanya dilakukan terkadang masih dalam batas
oleh Ulrich Beck sebagai zaman masyarakat kewajaran kemampuan ekonomi mereka. Proses
risiko (Clarke and Beck 1994). keinginan untuk diakui di lingkungannya terk-
adang membuat anak-anak muda mengkonsumsi
Salah satu risiko yang muncul dari per-
sesuatu yang mereka inginkan berdasarkan ko-
tumbuhan dan kelimpahruahan materi adalah
munitas peer group mereka.
proses konsumsi yang seolah menjadi penanda
bagi masyarakat modern (Hull, Zacher, and Hib- Selain aspek finansial, aspek pengetahuan
bert 2009; Ritzer 2008). Konsumsi seolah men- dan pengalaman menjadi salah satu hal yang be-
jadi salah satu bagian di dalam proses menun- rusaha diraih oleh anak-anak muda ketika ber-
jukkan identitas dan jati diri, utamanya bagi gabung dalam kerja paruh waktu. Pengala-
anak-anak muda yang kerap terombang-amb- man berbeda bukan hanya sekadar dalam ak-
ing pada proses pencarian identitas. Oleh sebab tivitas pekerjaan tetapi juga bagaimana hal-hal
itu, dalam proses konsumsi yang dilakukan baru yang didapatkan selama bekerja mulai dari
oleh pemuda biasanya tidak hanya berujung lingkungan sosial tempat bekerja hingga ber-
pada konteks kebutuhan terhadap komoditas temu dengan orang-orang baru dalam prosesnya.
namun keinginan (Mendick 2015). Salah satu Sebagaimana konsumsi, aspek pengalaman juga
contoh bagaimana media periklanan menyasar digunakan sebagai salah satu penopang iden-
pada generasi yang telah bekerja dan berpeng- titas bagi anak-anak muda yang bekerja paruh
hasilan, tetapi juga berusaha menggaet generasi waktu. Pengalaman bekerja menjadi proses ke-
muda. Strategi yang memang terbukti berhasil mandirian bagi anak-anak muda yang ditonjol-
menyakinkan anak-anak muda tersebut di ban- kan bagaimana mereka semakin terindividu-
yak kajian terkait perilaku konsumtif di kalan- alisasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Beck, se-
gan pemuda (Naafs and White 2012). Tak pelak iring perkembangan zaman dimana masyarakat
perilaku konsumsi mahasiswa saat ini dapat dili- mengalami individualisasi institusi yakni peru-
hat sebagai bentuk dari risiko yang muncul aki- bahan dari masyarakat institusi menuju mas-
bat dari pertumbuhan globalisasi dan kapital- yarakat individu (Sindhunata 2000). Hal terse-
isme global dengan berbagai jenis komoditasnya. but pula yang terjadi dalam konsep risiko pada
Sebagaimana dijelaskan oleh Ritzer bagaimana generasi muda dimana mereka mencoba untuk
produk-produk milik multinational corporations lepas dari bayang-bayang orangtua untuk men-
mampu tersebar di belahan dunia utara dan se- jadi seseorang yang lebih mandiri.
latan (Ritzer 2008). Logika kapitalisme global Oleh karena itu, dalam hal ini anak-
dimana produksi barang dalam perdagangan se- anak muda sebenarnya berusaha untuk men-
mestinya dilakukan secara menyeluruh. Alhasil gatur risiko yang mereka akan hadapi untuk
perilaku konsumsi menjadi salah satu risiko dari masa depan mereka (Sutopo and Meiji 2014).
banyaknya risiko yang muncul dari berbagai pe- Risiko bukanlah sebuah bahaya karena risiko
rubahan sosial yang telah terjadi. merupakan akibat dari sesuatu yang masih
Lantas untuk apa konsumsi itu sendiri? dapat dikontrol (Sindhunata 2000). Anak-anak
Salah satu aspek yang muncul adalah proses muda berusaha untuk mencoba sesuatu yang
eksplorasi identitas diri yang berusaha dibang- baru bagi mereka seperti bekerja paruh waktu,
un pada lingkungan eksternal (Heryanto 2008; hal tersebut justru merupakan tantangan bagi

18 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

mereka untuk menghadapi masa depan. Risiko tahun. Pemilihan para informan tersebut digu-
bukanlah sesuatu yang harus dihindari layak- nakan untuk menjawab bagaimana dependensi
nya hazard atau bahaya melainkan sebuah ken- dan negosiasi yang dilakukan oleh mahasiswa
iscayaan yang dapat dikontrol. pekerja paruh waktu di dalam kehidupan kese-
harian mereka pada beberapa kali interview.
METODE Namun, guna penjelasan mengenai narasi lebih
berkembang dipilih empat mahasiswa pekerja
Dalam kajian ini digunakan metode pe-
paruh waktu yang memiliki kisah berbeda an-
nelitian kualitatif dengan memfokuskan pada
tara satu dengan lainnya. Dalam prosesnya, pe-
mahasiswa yang bekerja paruh waktu di kafe
neliti melakukan proses indepth interview dan
atau kedai kopi sebagai waiter atau barista di
observasi pada lokasi dimana mereka bekerja
wilayah Kota Malang. Menurut Sugiyono (2016),
atau tempat yang telah disepakati sebelumnya.
dalam penelitian kualitatif memiliki sifat un-
tuk memahami makna secara mendalam da-
TREN BEKERJA PARUH WAKTU, NARASI
lam konteks sosial di masyarakat. Kedalaman
MAHASISWA
data melalui penggalian informasi pada infor-
man dan lingkungan sekitar informan diperlu- Dalam beberapa tahun terakhir, di
kan guna pemaparan dan analisa data. Semen- wilayah Kota Malang mulai bermunculan ke-
tara dalam proses penggalian data dilakukan dai kopi ataupun kafe yang lebih menjual kopi
melalui indepth interview pada para informan sebagai komoditas utamanya. Persebaran kedai
dan lingkungan sosial di sekitar mereka serta kopi atau kafe tersebut juga menyeluruh hampir
observasi. Melalui indepth interview, didapat- di beberapa wilayah Kota Malang, terutama lo-
kan data yang utuh terutama terkait narasi yang kasi yang berdekatan dengan kampus. Sebagai
dibangun oleh para informan tentang dirinya salah satu kota pendidikan yang ada di Indo-
dan aktivitasnya (Denzin and Lincoln 2000). Se- nesia dengan sejumlah perguruan tinggi, lum-
mentara melalui observasi utamanya untuk me- rah ketika melihat banyak lokasi hiburan dan
lihat bagaimana keseharian dari para informan tempat nongkrong di sekitar wilayah kampus di
di dalam melakukan aktivitasnya serta mem- Kota Malang.
berikan gambaran yang holistik kehidupan para Pertumbuhan kafe ataupun kedai kopi ini
pemuda pekerja paruh waktu. rupanya juga membuat pertumbuhan pekerjaan
Informan pada penelitian ini merupakan paruh waktu meningkat. Sebagaimana yang di-
mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebagai paparkan oleh pemilik salah satu kafe di wilayah
waiter atau barista di beberapa kafe/kedai kopi Kota Malang dimana menawarkan pekerjaan
yang ada di Kota Malang. Mahasiswa yang men- full time maupun part time pada pekerjanya.
jadi informan rata-rata telah menempuh masa Namun, rupanya pekerjaan paruh waktu ban-
studi 7 semester atau lebih. Hal ini dipilih karena yak menarik peminat terutama dari kalangan
nantinya akan menunjukkan pada bagian pem- pemuda mahasiswa yang menginginkan tamba-
bahasan pada sub bab berikutnya bahwasanya han pengalaman kerja maupun finansial. Maka
terdapat benang merah ketika mereka men- tak heran apabila para pekerja di kafe maupun
gambil pekerjaan paruh waktu pada saat semes- kedai kopi Malang, rata-rata adalah anak muda
ter akhir di masa perkuliahan mereka. Peneli- yang masih menempuh kuliah di beberapa Per-
tian yang berlangsung sejak pertengahan tahun guruan Tinggi di Kota Malang.
2018 hingga sekitar awal 2019 ini menggunakan Tidak hanya berasal dari wilayah Malang
teknik purposive sampling dan didapatkan be- Raya, beberapa mahasiswa yang mengambil
berapa informan yang mana masing-masing pekerjaan paruh waktu di kafe atau kedai kopi
telah bekerja di kafe/kedai kopi minimal satu juga berasal dari beberapa daerah yang ada di
Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 19
www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Nanda Harda Pratama Meiji

Indonesia. Berdasarkan hasil observasi yang jurusan yang berhubungan dengan ekonomi ini
telah dilakukan, rerata dari mereka merupakan tergolong mahasiswa yang cukup rajin di aw-
mahasiswa yang telah menempuh penuh sesi al-awal perkuliahan. Namun semenjak semes-
perkuliahan (di atas semester keenam) dan me- ter kelima, Angga mulai merasa galau dengan
nempuh tugas akhir. Hanya beberapa mahasiswa kepemilikan finansial yang pas-pasan. Akhirnya
yang bekerja paruh waktu pada semester ketiga ia mulai belajar untuk meracik kopi pada salah
atau keempat. Oleh karena itu, waktu yang mer- seorang kawannya yang telah berprofesi sebagai
eka miliki seharusnya hanya berfokus pada tu- seorang barista di salah satu kafe. Dari sana
gas akhir yang ada. Rerata dari para informan Angga mulai menemukan dunia yang sebelum-
mengungkapkan bahwasanya waktu yang luang nya tidak pernah Ia miliki. Kegiatan yang ber-
membuat mereka lebih memilih untuk bekerja hubungan dengan pembuatan kopi dan bekerja
paruh waktu. Meskipun dalam beberapa hal, untuk mendapatkan materi membuatnya ba-
waktu tersebut sebenarnya dapat mereka man- hagia dan betah untuk bekerja paruh waktu.
faatkan untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Meskipun di awal karirnya bekerja paruh waktu,
Oleh karena itu, pada bagian ini akan dicerita- Ia hanya mendapatkan upah seadanya karena
kan empat narasi yang dikemukakan oleh maha- kemampuannya meracik kopi yang belum begitu
siswa pekerja paruh waktu bagaimana konteks baik. Hingga akhirnya setelah kurang lebih satu
biografis mereka berkorelasi dengan masa lalu tahun bekerja, Angga mulai mendapatkan upah
hingga masa kini (Bertaux 1981). Narasi-narasi yang lebih baik daripada saat awal Ia bekerja
tersebut nantinya saling berkaitan hingga kenapa paruh waktu.
mereka tertarik untuk bekerja paruh waktu saat “Awal-awal dulu ya biasa Mas, iseng coba-coba
ini, sebagaimana konteks kepemudaan yang sa- lihat temen kok kayaknya asyik cuma racik-racik
kopi gitu doing dibayar. Apalagi kerjanya juga cuma
ling berkorelasi dengan masa-masa kehidupan-
seminggu paling 5-6 hari dah dapet duit segitu.
nya (Sutopo and Azca 2013). Makanya saya coba iseng aja belajar cara racik kopi
Mas sama si A (menyebut nama salah seorang kawa-
A. Angga nnya). Terus coba ikut daftar ada coffe shop yang
butuh barista Mas, isenglah daftar. Ya memang sulit
Laki-laki yang berasal dari salah satu kota di awal apalagi duitnya Mas, hahaha. Tapi lama-ke-
di Jabodetabek ini lahir dan besar di keluarga lamaan kan makin pro dan bayaran juga ikut dengan
menengah ke bawah secara ekonomi. Ia meru- sendirinya.” (Wawancara Angga, 2019)

pakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Ayahnya Namun, pekerjaan paruh waktu yang ia
menjadi buruh pabrik di kota asalnya, Tange- tekuni hingga saat proses wawancara dilaku-
rang, sementara Ibunya membuka toko kelon- kan rupanya membuat Angga agak mengabaikan
tong di tempat tinggalnya. Meskipun berasal perkuliahan yang sebenarnya telah mema-
dari keluarga dengan ekonomi kelas menengah suki semester akhir. Bagi Angga pada akhirnya
ke bawah, kedua orangtua Angga tetap beru- perkuliahan yang ia tempuh selama ini men-
saha memberikan pendidikan yang terbaik un- jadi beban bagi dirinya sendiri karena kedua
tuknya. Terbukti seorang kakaknya telah me- orangtuanya terus bertanya kapan ia menyele-
nempuh pendidikan hingga perguruan tinggi, saikan masa studinya. Meskipun demikian,
sementara kedua kakaknya yang lain telah me- Angga merasa senang karena ia tidak lagi perlu
nempuh pendidikan hingga diploma. Angga pun meminta uang bulanan pada orangtuanya. Ia
terpacu untuk menempuh pendidikan tinggi la- beranggapan bahwa dia telah memasuki fase
yaknya saudaranya tersebut, hingga akhirnya ia kemandirian finansial di dalam kehidupannya
diterima di salah satu perguruan tinggi yang ada sehingga orangtuanya hanya perlu membiayai
di Kota Malang. UKT (Uang Kuliah Tunggal) semester saja. Selain
Di kampusnya, mahasiswa di salah satu itu, Angga juga merasa senang karena dari hasil

20 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

kerjanya tersebut ia mampu untuk memenuhi pertanian, dengan harapan nantinya berguna
kebutuhan sekunder lainnya seperti membeli bagi perkembangan pertanian milik orang tua-
pakaian bahkan gawai. Terlebih bagi Angga yang nya.
lahir dari kelas menengah ke bawah dimana Sejak kecil Dani terdidik di dalam
menurutnya gawai seperti smartphone mid- lingkungan pendidikan ala pesantren. Tidak
end ataupun high-end (seperti Samsung Galaxy hanya di Mojekerto, namun Dani sempat mon-
Note 8 atau Iphone X) merupakan suatu impian dok hingga ke Jombang sebelum akhirnya
yang ia idam-idamkan. Belum lagi biaya sosial melanjutkan studinya di Kota Malang. Sebagai
yang ia butuhkan pula ketika nongkrong dengan anak sulung, Dani seolah dijadikan contoh oleh
rekan-rekannya. Pekerjaan paruh waktu sung- kedua orangtuanya bagi adik-adiknya. Namun,
guh memberikan tambahan finansial bagi dir- rupanya hal tersebut menjadi berbeda ketika ia
inya. kuliah di Kota Malang. Awalnya kedua orang
Meskipun perkuliahannya agak terbeng- tuanya menyarankan Dani untuk tetap kuliah
kalai, bagi Angga pengalamannya salama beker- sembari mondok. Namun, Dani menolak keingi-
ja dengan bertemu berbagai macam konsumen nan kedua orangtuanya tersebut dan memilih
dan tambahan finansial yang ia dapatkan dari untuk kos. Hingga akhirnya kedua orang tuanya
bekerja paruh waktu cukup tergantikan. Melalui mengizinkan Dani untuk menyewa kamar kos
pekerjaan paruh waktu yang ia lalui saat ini, alih-alih kembali untuk mondok.
Angga merasakan kebebasan dalam melakukan “Awalnya dulu diminta tetap mondok karena aku
hal yang ia senangi, walaupun pada sisi yang lain kan dari kecil itu sudah mondok. Tapi ya sesekali
pengen merasakan pengalaman lain, masa mondok
juga mulai sadar bahwa bekerja sebagai barista
terus. Akhirnya ngomong sama Ayah dan Ibu ingin
dengan jurusan yang ia ambil tidak terlalu ber- kos saja biar dapat pengalaman baru”. (Wawancara
hubungan satu sama lain. Angga beranggapan Dani, 2019)
bahwa hari ini adalah hari ini, hari esok bisa
Di Kota Malang ini Dani mulai mera-
dipikirkan kemudian dan bukan suatu beban
sakan suasana “kota” dengan kegemerlapan dan
bagi dirinya. Oleh karena itu, bagi Angga saat
kelimpahruahan komoditas yang bertebaran.
ini selain berkarir di pekerjaan paruh waktunya,
Nuansa yang menurut Dani berbeda dengan
ia merasa mampu untuk segera menyelesaikan
pengalamannya selama di pondok pesantren
skripsinya yang telah lama tertunda.
ataupun rumahnya. Terlebih lagi ketika Dani
melihat lingkungan sosial pertemanannya yang
B. Dani
bisa dibilang kebanyakan merupakan anak-anak
Dani lahir dan besar di salah satu desa “gaul” di kota mereka masing-masing. Secara
di wilayah Mojokerto, Jawa Timur, sebuah otomatis Dani pun akhirnya berusaha menye-
kota kecil yang terletak di tenggara Surabaya. suaikan dengan kondisi dimana ia berada, yakni
Kedua orangtuanya merupakan petani yang bergaul dengan lingkungan sosialnya. Dari hal
cukup mapan di wilayah desanya. Kondisi per- tersebut yang kemudian membuat Dani mulai
ekonomian keluarga yang cukup matang secara terjebak dalam pola belanja kebutuhan yang se-
ekonomi membuat Dani tidak kesuli tan dalam benarnya lebih mengarah pada konsumerisme.
hal mengenyam pendidikan. Anak sulung dari 3 Sebagaimana diakui Dani, bagaimana lingku-
bersaudara ini amat senang ketika pertama kali ngan sosial di sekitarnya membuat ia selalu ingin
menginjak Kota Malang karena salah satu impi- mencoba hal baru layaknya milik teman-teman-
annya terwujud. Kedua adik Dani masih berse- nya yang lain. Dari hal tersebut Dani kemudian
kolah di salah satu perguruan tinggi di Kota memutuskan untuk mencari uang tambahan
Surabaya dan menginjak bangku SMA. Di per- melalui kerja paruh waktu karena ia tidak ingin
guruan tinggi saat ini Dani mengambil jurusan

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 21


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Nanda Harda Pratama Meiji

terlalu banyak menyusahkan kedua orang tua- Sejak SMA, salah satu impian Tari me-
nya secara finansial mang ingin untuk membuka kafe di daerah asal-
“Ya akhirnya aku sadar juga Mas, kalau kayak gini nya. Kecintaanya pada nongkrong di kafe pasca
terus lama-lama ya ruwet. Apalagi aku anak su- pindah ke Kota Malang membuatnya mulai ter-
lung dan jadi contoh buat adik-adikku. Akhirnya tarik pada dunia perkafean utamanya ketika
kapan itu ada tawaran yang disebar via Whatsapp
melihat barista meracik minuman. Baginya para
tentang kerjaan sambilan di kafe dengan bayaran-
nya lumayan lah, apalagi posisinya aku sudah ke- barista yang tengah meracik minuman terlihat
lar kuliah (selesai menyelesaikan mata kuliah), ting- cool dengan apron yang melekat di badan mer-
gal skripsi. Ya wes Mas aku coba ambil aja kerjaan eka. Kesenangannya pada profesi barista terse-
itu. Kerjanya awalnya memang kayak pelayan gitu,
but yang kemudian membuatnya mencoba untuk
tapi lama-lama kayak sekarang Mas dipindah jadi
di bagian masak Mas dan kadang bantu kasir juga.” bekerja paruh waktu. Terlepas dari kebutuhan
(Wawancara Dani, 2019) finansialnya yang sebenarnya lebih dari cukup,
menjadi seorang barista seakan membuat im-
Dari pekerjaan di kafe itulah Dani mu-
piannya perlahan menjadi kenyataan. Bahkan
lai mendapatkan pengalaman baru dimana un-
sebelum Tari mendaftarkan diri bekerja paruh
tuk mendapatkan sejumlah uang, diperlukan
waktu pada salah satu kafe, ia menyempatkan
kerja ekstra. Dari pengalamannya bekerja paruh
diri untuk belajar privat pada salah seorang ke-
waktu itu pula, menurut Dani, ia mulai men-
nalannya. Hingga akhirnya ia bekerja sebagai
gurangi perilaku konsumtifnya. Tidak kurang
barista di salah satu kafe di Kota Malang.
hampir 2 tahun lebih Dani bekerja di kafe terse-
but. Bagi Dani, ia merasa betah bekerja di kafe Keinginan Tari menjadi seorang barista
tersebut karena rasa kekeluargaan yang ia dapa- rupanya bukan tanpa halangan. Sebelum bekerja
tkan. Ketika disinggung terkait perkuliahan- paruh waktu sebagai seorang barista, Tari sem-
nya, Dani mengelak bahwasanya melalui bekerja pat mendapatkan penolakan keras dari kedua
paruh waktu, ia mendapatkan pengalaman un- orangtuanya karena khawatir nantinya meng-
tuk mengatur uang yang ia dapatkan, meski- hambat pendidikan Tari. Setelah beberapa kali
pun di akhir menurutnya akan habis untuk ke- perdebatan panjang, akhirnya kedua orangtu-
butuhan sekunder atau tersiernya. Menurutnya anya sepakat memperbolehkan Tari bekerja
ia mampu menjadi contoh bagi adik-adiknya di- paruh waktu asalkan lulus tidak lebih dari sepu-
mana seorang kakak juga turut berjuang di ran- luh semester. Kesepakatan itulah yang kemudian
tau tidak hanya untuk kuliah tetapi juga bekerja. mengantarkan Tari bekerja paruh waktu. Tari
sendiri tipikal gadis yang ingin tahu dengan men-
C. Tari coba bekerja pada beberapa kafe di Kota Malang.
Setidaknya Tari telah 4 kali menjadi barista di
Gadis berusia 22 tahun ini merupakan
tempat-tempat yang berbeda. Menurutnya ke-
mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di
empat kafe dimana ia telah bekerja memberikan
Kota Malang. Ia merupakan anak tunggal yang
nuansa serta pengalaman yang berbeda. Ter-
berasal dari Kota Madiun. Bapak Tari bekerja
lebih lagi ia tidak terlalu memikirkan upah yang
sebagai pedagang di Madiun, sementara Ibunya
didapatkan selama bekerja paruh waktu. Upah
membantu perdagangan Bapaknya. Tari ter-
yang ia dapatkan dari bekerja paruh waktu lebih
masuk dalam kategori kelas menengah ke atas
sering ia manfaatkan untuk kebutuhan sekunder
apabila dilihat dari penampilan secara materi.
atau tersiernya seperti membeli pakaian ataupun
Menurutnya hampir tiap kebutuhan yang ia ing-
nongkrong bersama teman-temannya.
inkan atau butuhkan selalu dapat dipenuhi oleh
“Kalau aku sendiri memang udah 4 kali pindah Mas
kedua orangtuanya. Terlebih lagi sebagai anak
dari satu kafe ke kafe lainnya. Ya gimana lagi aku
tunggal, kedua orangtuanya tidak terlalu repot memang pengen ngerasain hal yang baru sih dari
untuk memikirkan pengeluaran anak yang lain. kafe-kafe itu. Jujur aku juga nggak terlalu butuh duit-

22 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

nya Mas. Aku lebih pengen cari pengalaman supaya di kafe, melainkan di salah satu warung makan
nanti kalau mimpiku bikin kafe terwujud aku bisa
di dekat kampus, dimana ia bertugas sebagai
ngeh gimana cara bikin kopi atau minuman yang
enak dan manajemen kafe. Lagipula bayaran part-
kasir. Namun seiring berjalannya waktu, Indah
time itu berapa sih Mas? Bukannya gimana-gimana mulai mendapatkan link untuk bekerja paruh
ya Mas, kalau cuma ngejar duit pasti aku bakalan waktu di salah satu kafe sebagai waitres di salah
cari kerjaan di tempat lain nggak seperti kafe-kafe satu kafe laris yang ada di Kota Malang. Per-
tadi.” (Wawancara Tari, 2019).
pindahan pekerjaan itu juga disebabkan oleh
Memasuki semester ke delapan, membuat besaran upah yang ia dapatkan di kafe tersebut.
Tari telah memiliki beberapa pengalaman yang Menurut Indah, upah pekerjaannya di kafe saat
berbeda dari tiap kafe. Hal tersebut membuat- ini hampir dua kali pendapatannya ketika ia
nya mulai agak mengendorkan jam kerjanya, bekerja di warung makan. Namun konsekuen-
karena di kafe tempat ia bekerja saat ini upah sinya jam kerja yang didapatkan Indah juga lebih
yang didapatkan berasal dari akumulasi jam bertambah. Hal tersebut menurut Indah dilaku-
kerja. Hal tersebut membuatnya lebih nyaman kannya untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi
untuk mengerjakan tugas akhirnya, meskipun sehari-harinya serta keinginannya tidak mem-
menurutnya masih terkendala karena fokusnya bebani keluarganya.
masih terbagi dalam dua aktivitas yang berbeda. “Saya kerja di kafe ini ya baru sekitar setahunan
Tari sebagaimana kesepakatan di awal dengan Mas, sebelumnya kerja di warung makan A. Di sana
kedua orangtuanya, berusaha untuk menepati- bayarannya tapi nggak seberapa Mas, makanya saya
milih pindah ketika ada temen nawarin pekerjaan
nya. Oleh karena itu, ia kini hanya mengambil
paruh waktu ini ke saya. Nggak terlalu pikir pan-
jam pada hari-hari sibuk seperti Jumat, Sabtu, jang karena beasiswa sudah dicabut jadi harus kerja
dan Minggu. Sementara pada hari lain, ia lebih part time kayak gini Mas untuk biaya kos sama se-
memilih untuk fokus pada skripsinya. hari-hari.” (Wawancara Indah, 2019)

Keinginan Indah untuk lulus cepat sebel-


D. Indah umnya sempat terkendala karena faktor dosen
Indah merupakan mahasiswa semes- yang menurutnya kurang bersahabat sehingga
ter sepuluh dari sebuah perguruan tinggi neg- membuatnya agak malas untuk mengerjakan
eri di Kota Malang. Ia berasal dari Banyuwangi tugas akhir. Namun kini setelah masuk ke se-
dan dibesarkan dari keluarga kelas menengah mester 10, jurusannya membuat kebijakan baru
ke bawah. Bapaknya telah tiada, sementara dengan memindahkannya pada dosen pem-
Ibunya berjualan di pasar. Indah lahir sebagai bimbing lainnya. Alhasil Indah mulai kembali
anak kedua dari 3 bersaudara. Kakaknya telah semangat untuk mengerjakan tugas akhirnya.
bekerja di salah satu hotel di Bali, sementara Kendala yang muncul saat ini adalah mana-
adiknya masih duduk di bangku SMP dan me- jemen waktu yang ia butuhkan karena harus
nemani Ibunya di Banyuwangi. Indah diterima berhadapan dengan aktivitas yang sama-sama
di salah satu perguruan tinggi dengan jalur bea- membutuhkan konsentrasi tinggi dalam penger-
siswa, sehingga beberapa kebutuhannya dan ke- jaannya. Terlebih di pekerjaan paruh wak-
wajiban membayar UKT telah ditanggung bea- tunya di kafe tersebut menuntut Indah untuk
siswanya hingga semester ke delapan. Namun, aktif pada sore hingga malam hari dengan hanya
pada semester berikutnya, Indah mulai mencari 1 hari libur. Oleh karena itu, Indah berusaha
uang sendiri untuk membiayai perkuliahannya memanfaatkan waktu yang tersisa ini untuk
dibantu oleh kakaknya. Oleh karena itu, pada mengerjakan tugas akhirnya pada pagi hingga
semester ketujuh, Indah mulai mengambil kerja siang hari sebelum ia bekerja.
paruh waktu. “…. La saya malu Mas sama Ibu terutama kalau ta-
hunya saya nanti nggak lulus” (Wawancara Indah,
Pekerjaan paruh waktu awalnya bukanlah
2019)

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 23


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Nanda Harda Pratama Meiji

Keinginannya untuk segera menyele- keluarga, dan menikmati kehidupannya seba-


saikan kuliahnya termotivasi oleh Ibunya yang gai seorang pemuda layaknya air yang meng-
mengingatkan supaya segera merampungkan alir. Sementara pada sudut pandang becoming
pendidikannya. Indah pribadi memang merasa terdapat perspektif yang berbeda dimana ada
mendapatkan uang lebih pascabekerja paruh keinginan orangtua dalam melihat anak mer-
waktu sehingga ia juga dapat memenuhi kebu- eka seolah para pemuda ini telah memiliki garis
tuhan sekundernya dengan baik. Bahkan tabun- yang jelas pada fase transisi mereka (Huijsmans
gannya juga dapat ia gunakan untuk membeli and Boyden 2016). Apabila alasan yang diambil
smartphone untuk berkomunikasi dengan kelu- dan penjelasan narasi yang dipaparkan oleh para
arganya yang ada di Bali dan Banyuwangi. Oleh informan, kebanyakan memang lebih berada
karena itu, Indah merasa meskipun secara mate- pada posisi being sebagaimana Angga, Dani,
riil, ia tercukupi dari pekerjaan paruh waktunya, maupun Tari yang terlihat masih menikmati
ia tetap berusaha untuk segera menyelesaikan pekerjaan paruh waktu mereka di sela-sela
kewajiban utamanya untuk lulus pendidikan penyelesaian tugas akhir. Sementara Indah ka-
tinggi. rena tekanan finansial, berusaha untuk segera
menyelesaikan tugas akhirnya meskipun belum
JALAN TERJAL MENUJU DUNIA KERJA PAS- memiliki bayangan seperti apa di masa depan-
CAPENDIDIKAN TINGGI: ANTARA DEPEN- nya.
DENSI DAN NEGOSIASI Dari gambaran narasi yang dipaparkan
Para mahasiswa yang mengambil peker- oleh para mahasiswa pekerja paruh waktu terse-
jaan paruh waktu memiliki beragam alasan ke- but terlihat berusaha dependen untuk tidak ter-
tika akhirnya mereka memutuskan untuk men- ikat lagi secara ekonomi pada orangtua mer-
gambil pekerjaan tersebut. Rata-rata di antara eka. Sebagaimana diungkapkan oleh keempat
mereka menjawab faktor ekonomi dan pengala- narasi dari Angga, Dani, Tari, dan Indah terle-
man sebagai hal yang dominan sebagai alasan pas dari kelas sosial ekonomi yang melekat pada
mengambil kerja part-time. Di tengah ketidak- mereka saat ini, masing-masing berusaha untuk
pastian yang muncul terhadap masa depan para menjadi pribadi yang lebih dewasa daripada se-
pemuda ini, mereka mencoba untuk mengambil belumnya melalui kemandirian finansial. Hal
risiko dengan bekerja paruh waktu ketika mer- tersebut yang beberapa kali dilontarkan mereka
eka masih menempuh studi akhir. Tidak dapat pada saat proses wawancara berlangsung untuk
dipungkiri bahwasanya ketika anak muda men- menunjukkan bahwasanya meskipun masih me-
coba untuk memilih jalur lain pada periode fase nempuh pendidikan mampu untuk menghasil-
kehidupan mereka, secara otomatis risiko yang kan uang sendiri. Aspek kemandirian ini se-
muncul juga akan berbeda. Rerata anak-anak bagaimana dijelaskan pula oleh Baron dan
muda ini mencoba untuk menelaah masa depan Anastasiadou merupakan salah satu aspek yang
mereka pascalulus, meskipun tidak terlalu se- dikejar oleh remaja sekolah ketika mengambil
rius. Apabila menggunakan konsep becoming pekerjaan paruh waktu, dimana secara finan-
and being, rerata dari mereka lebih condong sial seolah lepas dari keluarga (Barron and An-
pada konsep being daripada becoming (Huijs- astasiadou 2009a). Meskipun demikian, para in-
mans and Boyden 2016). forman dalam proses penelitian kali ini tidaklah
benar-benar lepas secara finansial dari sokon-
Dalam konsep being dan becoming,
gan keluarga mereka. Minimal mereka masih
pemuda dilihat pada dua sisi yang berbeda.
membutuhkan dana tambahan yang berasal dari
Dalam sudut pandang being, fase hidup anak
keluarga untuk kebutuhan UKT mereka seperti
muda dilihat sebagai sesuatu yang tidak teren-
Indah yang masih dibantu secara keuangan oleh
cana, dekat dengan teman sebaya daripada

24 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

Kakaknya. Bahkan dalam hal yang lain, beber- sebagaimana dilakukan oleh Angga dan Dani
apa di antara mereka juga masih menerima uang dimana mereka mengganti smartphone mereka
saku bulanan dari kedua orangtua mereka. Alha- agar dapat bermain game online yang sedang
sil pendapatan yang didapatkan dari pekerjaan menjamur di kalangan anak muda dengan uang
paruh waktu menjadi uang tambahan konsumsi. kerja paruh waktu mereka. Proses budaya pop-
uler yang menjamur via anak-anak muda dan
Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan
kemudian menjadi trending kerap diikuti oleh
pola konsumsi yang pada awalnya hanya sebatas
generasi muda (Heryanto 2014). Proses tersebut
subsisten, kini cenderung ke arah prestise atau
yang nantinya mengarah pada konteks pemben-
ekspresi identitas seseorang dalam masyarakat.
tukan identitas ala generasinya melalui hasil ko-
Termasuk dalam hal ini coffe culture dimana
moditas konsumsi yang mereka nikmati.
kedai kopi tidak hanya bergerak sebagai lokus
untuk nongkrong dan minum kopi, lebih dari Para informan yang bekerja sebagai seo-
itu mampu memberikan tambahan penghasi- rang waiter atau barista berusaha menghindari
lan bagi para pelajar untuk bekerja paruh waktu. masa pendidikan yang stagnan dan ketidakjela-
Hal tersebut ditambah pula dengan makin san arah masa depan mereka. Bagi sebagian dari
maraknya iklan serta pesan dalam berbagai ben- mereka menganggap lulus cepat sebagai sebuah
tuk yang tersebar hampir di seluruh pelosok. “ketakutan” (mengalami ketidakpastian untuk
Bagi mahasiswa kerja paruh waktu, pendapatan mencari pekerjaan). Sementara bagi beberapa
yang mereka dapatkan dari bekerja tidak hanya yang lain justru merasa momentum sebagai ma-
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mer- hasiswa merupakan masa untuk mencari link
eka. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, be- sosial dan pengalaman untuk ke arah masa de-
berapa di antara mahasiswa ini juga masih me- pan yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari
nerima uang bulanan dari keluarga mereka. Al- konsep risiko yang dijelaskan oleh Ulrich Beck
hasil pendapatan yang didapatkan dari bekerja sebagai sebuah sesuatu yang harus siap untuk
paruh waktu dialokasikan pada hal lain yakni dikontrol dan diminimalisir dari segi bahayanya
konsumsi kebutuhan sekunder maupun tersier. (Clarke and Beck 1994). terdapat semacam ke-
Beberapa informan memaparkan narasi mer- galauan dari semua informan dimana mereka
eka dimana pendapatan yang mereka dapatkan belum terlalu yakin pascalulus apakah mereka
hanya untuk biaya nongkrong ataupun mem- akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak
beli gawai. Walaupun ada pula informan seperti daripada ketika masih bekerja paruh waktu.
Indah yang karena keterbatasan finansial kelu- Proses individualisasi yang dibayangkan oleh
arganya menggunakan uang yang didapatkan Beck juga mulai terekam pada para pemuda
dari bekerja paruh waktu sebagai biaya hidup pekerja paruh waktu ini dari segi bagaimana di
sehari-hari. posisi sebagai mahasiswa akhir harus berjuang
demi tugas dan juga aktualisasi dirinya melalui
Konsumsi yang mereka lakukan pada
bekerja.
satu sisi juga menjadi bagian dari pembentu-
kan identitas diri dimana terjadi proses penye- Pergeseran dari masyarakat institusi
suaian dari berbagai komoditas yang digunakan menuju masyarakat individu yang dijelaskan
oleh lingkungan sosial di sekelilingnya. Mengacu oleh Beck rupanya justru memunculkan risiko-
pada perspektif being, dimana pemuda lebih risiko baru yang ditanggung secara personal
dekat dengan lingkungan peer group-nya dan oleh pemuda pekerja paruh waktu dalam meng-
membuat mereka melakukan proses pemben- hadapi masa depannya (Sindhunata 2000). Rasa
tukan identitas yang relatif mirip satu sama lain was-was pada mahasiswa pekerja paruh waktu
(Huijsmans and Boyden 2016). Terlebih proses ini sebenarnya mengkondisikan realitas dimana
eksplorasi mereka pada suatu hal yang baru struktur lapangan pekerjaan yang terbatas dan

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 25


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Nanda Harda Pratama Meiji

tidak berbanding dengan jumlah lulusan, meski- masing-masing dari mereka tidak memiliki pe-
pun memang jumlah pengangguran lebih berku- rencanaan yang matang terkait masa depan kerja
ran di tahun 2018 (Bappenas 2018). Sebagaimana mereka. Anak-anak muda yang bekerja paruh
pula dijelaskan oleh Beck bahwa menjadi sesuatu waktu ini lebih mencoba mengikuti alur saat ini
yang lumrah ketika seseorang mulai khawatir meskipun dalam diri mereka juga terdapat rasa
dengan pertumbuhan perekonomian yang naik waspada akibat ketidakpastian situasi yang nan-
dan turun. Dalam konteks ketenagakerjaan ber- tinya mereka hadapi di dunia kerja.
munculan transformasi komposisi gender, mun- Narasi lainnya terkait aspek ekonomi
culnya kerja paruh waktu, kehancuran tradisi, dan pengalaman yang mereka dapatkan selama
serta permasalahan ketidakstabilan ekonomi bekerja paruh waktu menggambarkan bahwa
(Goldblatt 2019). Oleh karena itu, ketika risiko- keduanya tidak terpisahkan satu sama lain.
risiko tersebut muncul dalam benak para anak Aspek ekonomi dibutuhkan untuk memenuhi
muda yang bekerja paruh waktu, dalam tahapan kebutuhan maupun keinginan konsumsi dari
tertentu mereka sadar terdapat risiko pasca mer- mahasiswa ini. Sementara aspek pengalaman
eka lulus dan berhadapan dengan dunia kerja juga tak kalah penting dimana mereka mendapa-
“yang sesungguhnya”. Anak-anak muda pekerja tkan pengetahuan lebih terkait dinamika dunia
paruh waktu harus berhadapan dengan risiko kerja sejak dini sebagai persiapan untuk masuk
yang muncul baik secara struktural maupun kul- dalam dunia kerja pascalulus. Aspek ekonomi
tural bahkan sebelum mereka lulus dan men- meski dalam pemaparan narasi tidak diang-
coba bekerja paruh waktu. Pengalaman yang gap penting oleh sebagian informan, namun
didapatkan dari bekerja paruh waktu dihara- nyatanya dalam keseharian mereka (terutama
pkan dapat memberikan tambahan pengeta- untuk mencukupi kebutuhan konsumsi komo-
huan guna menghadapi realitas dunia kerja ke- ditas sekunder dan tersier) justru digunakan dan
tika mereka telah lulus. Di tengah risiko-risiko dinikmati secara tidak sadar (unconsciously)
tersebut, mereka juga mesti bernegosiasi dengan dengan anggapan kemandirian ekonomi. Tak
lingkungan di sekitar mereka. Salah satu bentuk ayal konsumsi yang mahasiswa pekerja paruh
negosiasi tersebut sebagaimana yang dilakukan waktu ini lakukan sebenarnya juga merupakan
oleh para mahasiswa kerja paruh waktu dalam salah satu bentuk risiko yang mereka hadapi
proses pengambilan keputusan untuk bekerja di tengah-tengah ketidakpastian dalam masa
hingga untuk menyelesaikan perkuliahannya. depan masing-masing individu.

KESIMPULAN

Narasi-narasi yang dipaparkan oleh para


informan menunjukkan bahwasanya risiko ter-
kait dunia kerja tidak hanya dihadapi ketika
mereka telah lulus dan masuk dalam dunia kerja.
Risiko mengenai dunia kerja nyatanya telah
mereka hadapi pada saat mereka bekerja paruh
waktu. Bahkan hingga muncul rasa was-was
pada diri anak-anak muda ini untuk segera lu-
lus akibat adanya ketidakpastian dari risiko yang
akan mereka hadapi. Persoalan itu pada satu
sisi juga dapat dilihat sebagai wujud bagaimana
anak-anak muda ini dalam kebingungan dari
segi becoming and being. Dari segi becoming,

26 Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

DAFTAR PUSTAKA Uno Board Game Cafe ).” Jurnal Ilmiah


Mahasiswa FEB 3 (2).
Adzkia, Aghnia. 2018. Pekerja Anak di Bawah
Huijsmans, Roy, and Jo Boyden. 2016. Generation-
Bayang Kemiskinan dan Minim Pendi-
ing Development, A Relational Approach
dikan. Beritagar.id. Retrieved May 2019
to Children, Youth, and Development. UK:
(https://beritagar.id/artikel/berita/peker-
Palgrave Macmillan.
ja-anak-di b aw a h - b a y a n g - k e m i -
Hull, Glynda, Jessica Zacher, and Liesel Hibbert.
skinan-dan-minim-pendidikan)
2009. “Youth, Risk, and Equity in a Global
Bappenas. 2018. Lapangan Kerja Indonesia.
World.” Review of Research in Education
Barron, Paul, and Constantia Anastasiadou.
33(1): 117–59.
2009a. “Student Part-Time Employment:
Johnson, Doyle P. 1986. Teori Sosiologi Klasik
Implications, Challenges and Opportuni-
Dan Modern I. Jakarta: PT Gramedia.
ties for Higher Education.” International
Kalleberg, Arne L. 2008. “Nonstandard Employ-
Journal of Contemporary Hospitality Man-
ment Relations: Part-Time, Temporary and
agement 21(2).
Contract Work.” Annual Review of So-
Barron, Paul, and Constantia Anastasiadou.
ciology Vol. 26:341-365.
2009b. “Student Part-time Employment.”
Mendick, Heather. 2015. “Youth Cultures in the
International Journal of Contemporary
Age of Global Media”. Journal Gender and
Hospitality Management 21 (2), 140-153.
Education 27 (6).
Bertaux, Daniel. 1981. “From the Life-History
Naafs, Suzanne. 2012. “Meniti Transisi Dari Seko-
Approach to the Transformation of Socio-
lah Menuju Dunia Kerja Di Kota Industri
logical Practice.” In Biography and Society.
Indonesia: Perempuan Muda Di Cilegon.”
The Life History Apporach in the Social
Jurnal Studi Pemuda 13(1): 49–63.
Sciences. edited by Daniel Bertaux. New
Naafs, Suzanne, and Ben White. 2012. “Generasi
York: Sage Publications.
Antara: Refleksi Tentang Studi Pemuda In-
Clarke, Lee, and Ulrich Beck. 1994. “Risk Socie-
donesia.” Jurnal Studi Pemuda I(2): 89–
ty: Towards a New Modernity.” Social
106.
Forces 73 (1), 328–329..
Pradnya Patriana. 2007. “Hubungan Antara Ke-
Denzin, Norman K., and Yvonna S. Lincoln.
mandirian Dengan Motivasi Bekerja Se-
2000. “The Discipline and Practice of
bagai Pengajar Les Privat Pada Mahasiswa
Qualitative Research.” In The SAGE Hand-
Di Semarang.” Thesis. Universitas Dipone-
book of Qualitative Research. Edited by
goro.
Norman K Dezin and Yvonna S. Lincoln.
Rabbani, Disi Riwanda. 2017. “Kerja Layak Bagi
New York: Sage Publications.
Mahasiswa Pekerja Kontrak Paruh
Frisby, David. 2002. Georg Simmel (Key
Waktu (Garda Depan) Di Pt. Aseli Dagadu
Sociologists). New York: Routledge.
Djokdja.” Jurnal Studi Pemuda 6(2): 605–
Goldblatt, David. 2019. Teori-Teori Sosial
18.
Kontemporer Paling Berpengaruh. 1st ed.
Ritzer, George (ed). 2008. The Blackwell Compa-
Yogyakarta: Diva Press.
nion to Globalization (Google EBook). US:
Heryanto, Ariel (ed). 2008. Popular Culture in
Blackwell Publishing.
Indonesia: Fluid Identities in Post-Authori-
Sindhunata. 2000. “Menuju Masyarakat Risiko.”
tarian Politics. New York: Routledge.
Basis: 4–13.
Hipjillah, Achmad dan Nurul Badriyah. 2016.
Sugiyono. 2016. Memahami Penelitian Kualitatif.
“Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu: Antara
Bandung: Alfabeta.
Konsumsi dan Prestasi Akademik (Studi
Pada Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu Di

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 27


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda
Pemuda (Pe)kerja Paruh Waktu: Dependensi dan Negosiasi
(Mahasiswa Part Time di Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia)

Sutopo Oki Rahadianto, and Azca Muhammad Thomas, Liz. 2012. Building Student Engagement
Najib. 2013. “Transisi Pemuda Yogyakarta And Belonging In Higher Education At A
Menuju Dunia Kerja: Narasi Dan Pers- Time Of Change. York, England: Higher Ed-
pektif Dari Selatan.” Jurnal Universitas ucation Academy.
Paramadina 10 (2), 698-719. Tucker, Catherine M. 2017. Coffee Culture: Local
Sutopo Oki Rahadianto, and Meiji Nanda Harda Experiences, Global Connections Coffee
Pratama. 2014. “Transisi Pemuda Dalam Mas- Culture: Local Experiences, Global Connec-
yarakat Risiko: Antara Aspirasi, Hambatan tions: Second Edition. New York: Routledge
Dan Ketidakpastian.” Jurnal Universitas Para- Zukin, Sharon, and Jennifer Smith Maguire. 2004.
madina 11(3): 1164–86. “Consumers and Consumption.” Annual Re-
Sutopo, Oki Rahadianto, and Nanda Harda Pratama view of Sociology Vol 30, 173-197.
Meiji. 2017. “Kapasitas Refleksif Pemuda Adzkia, Aghnia. 2018. Pekerja Anak di Bawah
Dalam Transisi Menuju Dunia Kerja.” JSW: Bayang Kemiskinan dan Minim Pendi-
Jurnal Sosiologi Walisongo 1 (1), 1-16. dikan. Beritagar.id. Retrieved May
Syahriyanti, E. 2009. I Love Coffee and Tea: Ngopi 2019 (https://beritagar.id/artikel/berita/
Dan Ngeteh Sebagai Bagian Dari Gaya Hidup. pekerja-anak-di b a w a h - b a y a n g - k e m i -
1st ed. Yogyakarta: Diva Press. skinan-dan-minim-pendidikan)

Jurnal Studi Pemuda 8(1), 2019 28


www.jurnal.ugm.ac.id/jurnalpemuda

You might also like