Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to analyze the law on disputes over land rights belonging to
the Badung kahyangan temple (Case Study of the Denpasar District Court
Decision) (No.565/PDT.G/2018/PN.DPS). The research method used is legal
research methods and normative juridical approaches. In this study, data was
collected by studying primary data and secondary data. The results showed that 1)
The judge's consideration in deciding cases of disputes over land rights belonging
to Pura Kahyangan Badung was that the Panel of Judges rejected the claim of the
plaintiff because there was a mismatch between the object of the dispute and the
documents submitted. Thus, judges use the consideration of errors in objectivity as
a basis for decision making. 2) Juridical implications of Decision
No.565/PDT.G/2018/PN.DPS for the disputing parties, the Panel is of the opinion
that in order to fulfill a sense of justice, the Defendants' exceptions are in
accordance with the proposed legal considerations. Based on the considerations
made by the Panel of Judges, the Defendants' exception was declared rejected.
Denpasar District Court Decision No.565/PDT.G/2018/PN.DPS provides benefits
to both parties in dispute even though it does not support satisfying both parties.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kajian hukum terhadap sengketa
hak atas tanah milik pura kahyangan Badung (Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Denpasar) (No.565/PDT.G/2018/PN.DPS). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum dan pendekatan yauridis normative.
Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan cara mempelajari data primer dan data
sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertimbangan hakim dalam
memutuskan perkara sengketa hak atas tanah milik Pura Kahyangan Badung yaitu
Majelis Hakim menolak gugatan pihak penggugat karena terdapat ketidaksesuaian
objek sengketa dengan dokumen yang diajukan. Sehingga, hakim menggunakan
pertimbangan error in objecto sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Implikasi secara Yuridis Putusan No.565/PDT.G/2018/PN.DPS terhadap pihak
226
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
1 2
Anjasmara Candra Dewa and Ana I Gusti Agung Ngurah Putra Ambara,
Silviana Triyono, ‘Jaminan Kebenaran Data ‘Eksistensi Tanag-Tanah Milik Pura Desa
FIsik Dan Data Yuridis Dalam Sertifikat Hak Pakraman Kota Denpasar’ (Universitas
Atas Tanah (Studi Kasus Sertifikat Hak Milik Diponegoro, 2006). Hlm 2
Yang Objek Fisiknya “Tidak Ada”)’,
Diponegoro Law Review, 5, 2016, 3. Hlm 2
227
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
3
Ambara. Op. cit. hlm 3
228
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
milik. Berbeda dengan jenis tanah Hak dijadikan perumahan atau pemukiman.
Ulayat yang lainnya. Karena Tanah-tanah yang tergolong Hak
berdasarkan Aturan Pemerintahan Ulayat wajib untuk dimanfaatkan.
No.24/1997 Pasal 9 (1) mengenai objek Karena sebuah tanah bisa terhapus hak
pendaftaran tanahnya tidak miliknya apabila salah satunya yaitu
dicantumkan tanah Hak Ulayat untuk ditelantarkan, dimana hal tersebut
bisa didaftarkan. tercantum pada UUPA pada pasal 27.
Jadi berpedoman pada Peraturan Biasanya untuk tanah pelaba pura yang
Pemerintahan No.38/1936 tersebut, masih dalam bentuk perkebunan atau
maka badan keagamaannya punya persawahan maka oleh Bendesa atau
sebuah hak untuk mempunyai hak milik pemimpin adat diberikan kepada warga
terhadap tanah dengan syarat bahwa yang ingin menggarapnya (Penyakap).
tanah tersebut memiliki hubungan yang Sengketa tanah kerap terjadi antara
langsung dengan usaha keagamaan. penggarap (penyakap) dengan
Dimana hal itu tercantum pada pasal 4 Pengurus Desa Adat pada tanah Pelaba
Peraturan Pemerintahan No.38/1963 Pura. Tanah yang merupakan pelaba
mengenai Penunjukan Badan-badan pura diklaim menjadi milik pribadi oleh
Hukum yang mampu memiliki sebuah penggarap tanah tersebut. Karena
Hak Milik Atas Tanah. Pura merupakan penggarap (penyakap) sudah
salah satu badan keagamaan yang sudah menggarapnya dengan jangka waktu
disahkan secara hukum melalui SK yang lama, maka penggarap tersebut
Menteri Dalam Negeri RI memakai alasan yang secara konversi
SK/556/DJA/1986 tanggal 24 dalam pendaftaran tanah yang
September 1986. semestinya dimiliki oleh pelaba pura
Secara umum tanah yang masuk menjadi milik pribadinya. Penggarap
golongan pelaba pura merupakan tanah menggunakan pipil atau SPPT atas
perkebunan atau persawahan. Akan nama penggarap yang diterbitkan
tetapi seiring perkembangan zaman karena sudah menggarap tanahnya pada
maka tanah pelaba pura ada pula yang waktu yang relatif lama. Berdasarkan
229
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
SPPT tersebut maka penggarap bisa keputusan bahwa Desa Adat tidak
mengajukan pendaftaran tanahnya. 4 menyetujui perubahan status ini. Atas
Sengketa mengenai tanah Pelaba kasus tersebut maka selanjutnya
Pura ini terjadi di Banjar Bakung Sari pengurus Adat Pura Dalem Kahyangan
Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta, Badung mengajukan surat permohonan
Badung. Dimana pada kasus ini yang ke BPN Kabupaten Badung untuk tidak
menjadi objek sengketa adalah tanah menerbitkan Sertifikat Tanah tersebut.
Pelaba Pura Druwe Pura Dalem Hal ini berlanjut ke pengadilan dengan
Kayangan Badung yang merupakan Prajuru Adat Pura Dalem Kahyangan
Pura Kahyangan Tiga milik Desa Adat Badung sebagai penggugat dan
Ungasan. Adapun tanah objek sengketa beberapa orang penggarap tanah pelaba
statusnya sudah memiliki sertifikat hak pura sebagai pihak tergugat. Hasil
milik atas nama Duwe Pura Kayangan putusan menyatakan gugatan tidak
Badung. Sengketa ini terjadi karena dapat diterima karena terjadi
salah seorang penggarap (penyakap) ketidaksesuaian pada objek sengketa,
tanah pelaba pura pada Tahun 2002 yang mana mengakibatkan gugatan
mengajukan surat permohonan pajak penggugat kabur.
terhadap objek sengketa. Setelah terbit Mengacu pada latar belakang
SPPT Pajak Bumi dan Bangunan, tersebut maka penulis bermaksud
selanjutnya penggarap (penyakap) melakukan kajian mengenai sengketa
tersebut atas persetujuan salah seorang Kepemilikan Hak Atas Tanah melalui
pengempon pura mengajukan tanah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan
tersebut untuk didaftarkan menjadi hak judul: Kajian Hukum Terhadap
milik. Sedangkan dalam prosesnya Sengketa Hak Atas Tanah Milik Pura
pihak desa adat melakukan parum Kahyangan Badung (Studi Kasus
dimana hasil paruman menghasilkan
4
I Gusti Agung Mas Jayantiari, ‘Eksisensi Fakultas Hukum Universitas Udayana, 39.2
Tanah Adat Di Bali Dan Problematika Hukum (2017), 108–19.
Dalam Pengembangan Investasi’, Jurnal Ilmiah
230
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
231
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
232
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
233
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
234
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
atau Pengurus. Oleh karenanya tidak hak milik. Adapun apabila beralih
peralihan penguasaan bidang tanah hak milik maka wajib untuk mendapat
Duwe Pura Kahyangan Badung persetujuan dari pengempon Pura
terhadap para Tergugat tidak memenuhi Dalem Kahyangan Badung yang
Pasal 4 Ayat (1a) Peraturan Menteri sebagai perwakilannya yaitu
ATR/BPN Nomor 5 Tahun 1999. persetujuan dari Prajuru Pura Dalem
Perlunya persetujuan dari pengurus Kahyangan Badung.
atau prajuru Pura Dalem Kahyangan Pertimbangan putusan Hakim
Badung dalam peralihan atas Tanah belum menyentuh pada pokok perkara,
Duwe Pura Kahyangan Badung karena hakim menolak gugatan dari
terdapat dalam Peraturan Daerah penggugat karena ketidaksesuaian
Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2019. objek sengketa yang tercatat sebagai
Pada Pasal 59 Ayat (5) menyatakan bukti dengan kenyataan di lapangan.
bahwa pengalihan dan perubahan status Apabila dikaji dalam pokok perkara
padruwen Desa Adat wajib mendapat dasar hukum yang digunakan oleh
persetujuan dari Paruman Desa Adat. Tergugat untuk mendaftarkan tanah
Oleh karena itu apabila mengacu pada gugatan menjadi Hak Milik tidak kuat.
isi Pasal Peraturan Daerah tersebut Karena dalam Undang-undang Nomor
maka secara Hukum pelaksanaan 5 Tahun 1960 mengenai Peraturan
peralihan hak atas tanah pada Duwe Dasar Pokok Agraria pada Pasal 3
Pura Dalem Kahyangan Badung tidak menyatakan bahwa pengelolaan Hak
sah dilakukan oleh para Pihak Tergugat. Ulayat sepenuhnya diatur oleh
Apabila mengacu pada awig-awig organisasi adat yang dalam hal ini
Prajuru Pura Dalem Kahyangan adalah Prajuru Pura Dalem Kahyangan
Badung, penyakap memiliki hak untuk Badung. Oleh karenanya penting untuk
mengelola seluruh Duwe Pura Dalem memiliki surat persetujuan dari prajuru
Kahyangan Badung dengan pembagian Desa Adat terkait dengan perubahan
yang merata. Akan tetapi hak yang status hak milik Duwe Pura Dalem
diberikan hanya sebatas pengelolaan, Kahyangan Badung. Hal tersebut
235
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
236
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
237
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
238
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
mengajukan gugatan agar tidak masalah baru dalam eksekusi atas tanah
terganjal pada sisi formil gugatan. sengketa.
Sedangkan asas kemanfaatan Pertimbangan hakim tersebut
terhadap pihak tergugat, dengan mencerminkan asas kemanfaatan dalam
ditolaknya gugatan yang diajukan maka hal perbaikan terhadap bukti apabila
Para Tergugat yang merupakan anggota akan ditempuh jalur hukum yang lebih
warga yang bermukim di atas tanah tinggi. Berkaitan dengan manfaat untuk
sengketa bisa kembali beraktivitas dan menyenangkan seluruh ihak dari sebuah
tinggal di atas tanah yang produk hukum memang sangat sulit
disengketakan. Hukum memang untuk diwujudkan. Karena dalam pihak
mewajibkan untuk memberikan yang bersengketa selalu ada yang
manfaat seluas-luasnya terhadap diuntungkan dan dirugikan. Akan tetapi
masyarakat, namun akan selalu ada ada aspek yang bermanfaat dari produk
pihak yang merasa diuntungkan dan tersebut yang bisa digunakan sebagai
merasa dirugikan dalam setiap bahan perbaikan dalam pengajuan
keputusan Hukum yang dibuat. gugatan untuk penyelesaian perkara
Putusan Hakim yang menyatakan kasus sengketa.
bahwa berdasarkan fakta yang D. Simpulan dan Saran
dihubungkan dengan gugatan pihak Berdasarkan hasil pembahasan
Penggugat baik dalam posita maupun yang telah dipaparkan, maka adapun
dalam petitum gugatan menurut Majelis simpulan dari penelitian ini adalah
Hakim seharusnya dengan tegas sebagai berikut. 1) Pertimbangan hakim
disebutkan tentang obyek gugatan yang dalam memutuskan perkara sengketa
telah dibelah oleh sebuah jalan, sebab hak atas tanah milik Pura Kahyangan
hal tersebut tentu akan membawa Badung yaitu Majelis Hakim menolak
konsekwensi berkurangnya luas tanah gugatan pihak penggugat karena
sengketa secara keseluruhan sehingga terdapat ketidaksesuaian objek
dikemudian hari tidak menimbulkan sengketa dengan dokumen yang
diajukan. Sehingga hakim
239
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
240
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr
sengketa. Indonesia.
241
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr