You are on page 1of 17

JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)

Volume. 01, Nomor 01, (2021)


FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

KAJIAN HUKUM TERHADAP SENGKETA HAK ATAS


TANAH MILIK PURA KAHYANGAN BADUNG
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar)
(No.565/PDT.G/2018/PN.DPS)
Ni Kadek Lila Arsa Sari Asih1, I Wayan Eka Artajaya2)
1,2)
Fakultas Hukum, Universitas Mahasaraswati, Denpasar
Email: iwayanekaartajaya@gmail.com

Abstract
This study aims to analyze the law on disputes over land rights belonging to
the Badung kahyangan temple (Case Study of the Denpasar District Court
Decision) (No.565/PDT.G/2018/PN.DPS). The research method used is legal
research methods and normative juridical approaches. In this study, data was
collected by studying primary data and secondary data. The results showed that 1)
The judge's consideration in deciding cases of disputes over land rights belonging
to Pura Kahyangan Badung was that the Panel of Judges rejected the claim of the
plaintiff because there was a mismatch between the object of the dispute and the
documents submitted. Thus, judges use the consideration of errors in objectivity as
a basis for decision making. 2) Juridical implications of Decision
No.565/PDT.G/2018/PN.DPS for the disputing parties, the Panel is of the opinion
that in order to fulfill a sense of justice, the Defendants' exceptions are in
accordance with the proposed legal considerations. Based on the considerations
made by the Panel of Judges, the Defendants' exception was declared rejected.
Denpasar District Court Decision No.565/PDT.G/2018/PN.DPS provides benefits
to both parties in dispute even though it does not support satisfying both parties.

Keywords: legal review, disputes over temple land rights

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kajian hukum terhadap sengketa
hak atas tanah milik pura kahyangan Badung (Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Denpasar) (No.565/PDT.G/2018/PN.DPS). Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian hukum dan pendekatan yauridis normative.
Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan cara mempelajari data primer dan data
sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertimbangan hakim dalam
memutuskan perkara sengketa hak atas tanah milik Pura Kahyangan Badung yaitu
Majelis Hakim menolak gugatan pihak penggugat karena terdapat ketidaksesuaian
objek sengketa dengan dokumen yang diajukan. Sehingga, hakim menggunakan
pertimbangan error in objecto sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Implikasi secara Yuridis Putusan No.565/PDT.G/2018/PN.DPS terhadap pihak

226
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

yang bersengketa Majelis berpendapat bahwa demi memenuhi rasa keadilan,


eksepsi para Tergugat dipertimbangkan sesuai dengan pertimbangan Hukum yang
diajukan. Berdasarkan pertimbangan yang dilakukan oleh Majelis Hakim, maka
eksepsi Para Tergugat dinyatakan ditolak. Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No
565/PDT.G/2018/PN.DPS memberikan kemanfaatan bagi kedua pihak yang
bersengketa meskipun tidak memungkinkan untuk memuaskan kedua belah pihak.

Kata Kunci: Kajian Hukum, Sengketa Hak Atas Tanah Pura

A. Pendahuluan untuk menjaga hal tersebut demi


Bumi, air, serta kekayaan alam kelangsungan generasi.
yang terkandung di dalamnya dikuasai Sebagai salah satu sumber daya
oleh negara dan dipergunakan sebesar- yang menjadi penunjang hidup
besarnya untuk kemakmuran rakyat. manusia, maka setiap warga negara
Hal tersebut merupakan amanat yang diatur oleh norma tertentu dalam
tertuang pada pasal 33 Ayat (3) pemanfaatan, penguasaan, dan
Undang-undang Dasar Negara pemilikan tanah untuk kehidupannya. 1
Republik Indonesia Tahun 1945. Menimbang peran tanah bagi
Perintah undang-undang itu bermakna masyarakat atau warga sangat penting,
bahwa manusia memiliki hak untuk maka secara khusus mengenai
memanfaatkan kekayaan yang ada di hubungan masyarakat dengan tanah
alam untuk kesejahteraannya yang diatur melalui UU No.5/1960 mengenai
diatur oleh pemerintah melalui Undang- Peraturan Pokok-pokok Agraria
2
undang yang berlaku. Selain memiliki (UUPA). Undang-undang UUPA
hak untuk memanfaatkan kekayaan memiliki peran untuk menyeragamkan
alam, manusia juga tentu berkewajiban hukum pada bidang pertanahannya

1 2
Anjasmara Candra Dewa and Ana I Gusti Agung Ngurah Putra Ambara,
Silviana Triyono, ‘Jaminan Kebenaran Data ‘Eksistensi Tanag-Tanah Milik Pura Desa
FIsik Dan Data Yuridis Dalam Sertifikat Hak Pakraman Kota Denpasar’ (Universitas
Atas Tanah (Studi Kasus Sertifikat Hak Milik Diponegoro, 2006). Hlm 2
Yang Objek Fisiknya “Tidak Ada”)’,
Diponegoro Law Review, 5, 2016, 3. Hlm 2

227
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

yang secara nasional di seluruh Negara Berdasarkan Undang-undang


Indonesia. No.4/2019 mengenai Desa Adat yang
Seluruh hak mengenai penguasaan ada pada daerah Bali pada Pasal 1 Ayat
tanah menyangkut tentang wewenang 8. Tanah-tanah yang ada pada wilayah
dan kewajiban dari pemegang hak kesatuan masyarakat yang secara
tersebut. Secara umumnya penguasaan hukum adat atau desa pakraman atau
mengenai hak atas tanahnya tersusun desa adat disebut dengan Tanah Adat.
atas penguasaan secara Undang-undang No.4/2019 mengenai
individu/perorangan serta penguasaan Desa Adat di Bali pada Pasal 11 Ayat
bersama atau disebut sebagai Tanah (1) menyatakan “Perubahan status hak
Adat, pada UUPA diistilahkan sebagai dan fungsi atas tanah Desa Adat harus
Hak Ulayat.3 dilakukan berdasarkan kesepakatan
Hak ulayat dalam Pasal 3 UUPA melalui Paruman Desa Adat/Banjar
memiliki dua persyaratan. Yaitu Adat bersangkutan.” Tanah adat
mengenai keberadaan yang artinya mampu disebutkan sesuai status serta
secara fisik tanah tersebut masih ada fungsi tanah.
pada suatu wilayah hukum adat, dan Tanah adat tersebut dikelola dan
mengenai pelaksanaannya yaitu tidak diurus oleh Desa Adat yang memang
diperbolehkan memiliki ketentangan berwenang. Wewenang dari desa adat
dengan aturan UU yang amat tinggi. mengenai pengaturan hak ini diatur
Selama dua hal tersebut bisa dipenuhi, dalam Pasal 103 huruf (b) pada
maka Hak Ulayat terhadap suatu objek UUNo.6/2014 Undang-undang Desa
tanah bisa diakui. yaitu Desa Adat memiliki wewenang
Bali memiliki sebuah kesatuan untuk “pengaturan dan pengurusan
pada masyarakatnya dalam bidang ulayat atau wilayah adat”. Khusus pada
hukum adat yang diistilahkan sebagai golongan tanah laba atau pelaba pura
desa pakraman atau Desa Adat. bisa dilakukan penerbitan sertifikat hak

3
Ambara. Op. cit. hlm 3

228
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

milik. Berbeda dengan jenis tanah Hak dijadikan perumahan atau pemukiman.
Ulayat yang lainnya. Karena Tanah-tanah yang tergolong Hak
berdasarkan Aturan Pemerintahan Ulayat wajib untuk dimanfaatkan.
No.24/1997 Pasal 9 (1) mengenai objek Karena sebuah tanah bisa terhapus hak
pendaftaran tanahnya tidak miliknya apabila salah satunya yaitu
dicantumkan tanah Hak Ulayat untuk ditelantarkan, dimana hal tersebut
bisa didaftarkan. tercantum pada UUPA pada pasal 27.
Jadi berpedoman pada Peraturan Biasanya untuk tanah pelaba pura yang
Pemerintahan No.38/1936 tersebut, masih dalam bentuk perkebunan atau
maka badan keagamaannya punya persawahan maka oleh Bendesa atau
sebuah hak untuk mempunyai hak milik pemimpin adat diberikan kepada warga
terhadap tanah dengan syarat bahwa yang ingin menggarapnya (Penyakap).
tanah tersebut memiliki hubungan yang Sengketa tanah kerap terjadi antara
langsung dengan usaha keagamaan. penggarap (penyakap) dengan
Dimana hal itu tercantum pada pasal 4 Pengurus Desa Adat pada tanah Pelaba
Peraturan Pemerintahan No.38/1963 Pura. Tanah yang merupakan pelaba
mengenai Penunjukan Badan-badan pura diklaim menjadi milik pribadi oleh
Hukum yang mampu memiliki sebuah penggarap tanah tersebut. Karena
Hak Milik Atas Tanah. Pura merupakan penggarap (penyakap) sudah
salah satu badan keagamaan yang sudah menggarapnya dengan jangka waktu
disahkan secara hukum melalui SK yang lama, maka penggarap tersebut
Menteri Dalam Negeri RI memakai alasan yang secara konversi
SK/556/DJA/1986 tanggal 24 dalam pendaftaran tanah yang
September 1986. semestinya dimiliki oleh pelaba pura
Secara umum tanah yang masuk menjadi milik pribadinya. Penggarap
golongan pelaba pura merupakan tanah menggunakan pipil atau SPPT atas
perkebunan atau persawahan. Akan nama penggarap yang diterbitkan
tetapi seiring perkembangan zaman karena sudah menggarap tanahnya pada
maka tanah pelaba pura ada pula yang waktu yang relatif lama. Berdasarkan

229
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

SPPT tersebut maka penggarap bisa keputusan bahwa Desa Adat tidak
mengajukan pendaftaran tanahnya. 4 menyetujui perubahan status ini. Atas
Sengketa mengenai tanah Pelaba kasus tersebut maka selanjutnya
Pura ini terjadi di Banjar Bakung Sari pengurus Adat Pura Dalem Kahyangan
Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta, Badung mengajukan surat permohonan
Badung. Dimana pada kasus ini yang ke BPN Kabupaten Badung untuk tidak
menjadi objek sengketa adalah tanah menerbitkan Sertifikat Tanah tersebut.
Pelaba Pura Druwe Pura Dalem Hal ini berlanjut ke pengadilan dengan
Kayangan Badung yang merupakan Prajuru Adat Pura Dalem Kahyangan
Pura Kahyangan Tiga milik Desa Adat Badung sebagai penggugat dan
Ungasan. Adapun tanah objek sengketa beberapa orang penggarap tanah pelaba
statusnya sudah memiliki sertifikat hak pura sebagai pihak tergugat. Hasil
milik atas nama Duwe Pura Kayangan putusan menyatakan gugatan tidak
Badung. Sengketa ini terjadi karena dapat diterima karena terjadi
salah seorang penggarap (penyakap) ketidaksesuaian pada objek sengketa,
tanah pelaba pura pada Tahun 2002 yang mana mengakibatkan gugatan
mengajukan surat permohonan pajak penggugat kabur.
terhadap objek sengketa. Setelah terbit Mengacu pada latar belakang
SPPT Pajak Bumi dan Bangunan, tersebut maka penulis bermaksud
selanjutnya penggarap (penyakap) melakukan kajian mengenai sengketa
tersebut atas persetujuan salah seorang Kepemilikan Hak Atas Tanah melalui
pengempon pura mengajukan tanah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan
tersebut untuk didaftarkan menjadi hak judul: Kajian Hukum Terhadap
milik. Sedangkan dalam prosesnya Sengketa Hak Atas Tanah Milik Pura
pihak desa adat melakukan parum Kahyangan Badung (Studi Kasus
dimana hasil paruman menghasilkan

4
I Gusti Agung Mas Jayantiari, ‘Eksisensi Fakultas Hukum Universitas Udayana, 39.2
Tanah Adat Di Bali Dan Problematika Hukum (2017), 108–19.
Dalam Pengembangan Investasi’, Jurnal Ilmiah

230
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

Putusan Pengadilan Negeri Denpasar B. Pertimbangan Hakim Dalam


Metode Penelitian Memutuskan Perkara Sengketa Hak
Metode penelitian yang digunakan Atas Tanah Milik Pura Kahyangan
adalah metode penelitian hukum dan Badung. Seorang hakim dalam
pendekatan yauridis normative dengan memutus suatu perkara tentu
pendekatan perundang-undangan mengedepankan asas keadilan dan
(statute approach), pendekatan kasus kemanfaatan yang berlandaskan atas
(case approach), dan pendekatan hukum. Oleh karenanya wajib ada
analisis konsep hukum (conceptual pertimbangan hukum dalam putusan
approach). Adapun bahan hukum yang hakim ketika menyelesaikan suatu
dijadikan dalam penelitian ini meliputi perkara. Maka dapat dilakukan analisis
bahan hukum primer, sekunder, serta terhadap pertimbangan hukum dalam
non hukum. Pada penelitian ini, putusan hakim yang digunakan dalam
pengumpulan datanya yaitu dengan menyelesaikan perkara sengketa atas
mengetahui data primer serta sekunder tanah Pura Kahyangan Tiga yang
yang berupa putusan pengadilan, bahan tertuang dalam Putusan Pengadilan
kepustakaan, aturan UU lainnya yang Negeri Denpasar No.
memiliki relevansi dengan 565/PDT.G/2018/PN.DPS.
permasalahan yang akan diteliti. Berkaitan dengan pertimbangan
Selanjutnya data akan dianalisis dengan hukum yang diajukan dalam
normative untuk mendapatkan sebuah persidangan, terdapat 3 (tiga)
gambaran terkait analisis hukum pertimbangan hukum yang diajukan
mengenai sengketa hak milik terhadap oleh Tergugat dalam eksepsi, yaitu
tanah milik Pura Kahyangan Badung. sebagai berikut.
Data yang terkumpul selanjutnya akan 1. Gugatan error in objecto, karena
disajikan dalam bentuk deskriptif tidak ada hubungan antara
analisis. Penggugat dengan Objek Sengketa
C. Pembahasan 2. Obscuur libel, karena dasar yuridis
gugatan tidak jelas

231
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

3. Plurium Litis Consortium, karena hubungan yang erat antara Penggugat


gugatan kurang pihak. dengan objek sengketa dalam perkara a
Berdasarkan pengajuan quo.
pertimbangan hukum tersebut, Majelis Pertimbangan hukum berikutnya
hakim memperhatikan dengan seksama yaitu mengenai eksepsi obscuur libel
yang pertama mengenai error in yang menurut Para Pihak Tergugat
objecto, yang mana menurut pihak tidak ada hubungan Hukum antara Para
Tergugat bahwa Penggugat dalam hal Tergugat dengan pihak Penggugat,
ini I Made Putra Risnawa, ST tidak ada setelah Majelis Hakim mempelajari
hubungan dengan objek sengketa, gugatan Penggugat dengan seksama
ternyata setelah Majelis mempelajari ternyata pihak Penggugat dalam
dengan seksama isi gugatan penggugat jabatannya selaku ketua atau Penua
yang menyatakan bahwa penggugat (I Prajuru Pura Dalem Kahyangan
Made Putra Risnawa, ST) dalam Badung, Desa Pakraman Denpasar
jabatannya selaku Ketua atau Penua melakukan gugatan terhadap Para
Prajuru Pura Dalem Kahyangan Pihak Tergugat yang menurut pihak
Badung, Desa Pakraman Denpasar penggugat menguasai biding tanah
melakukan gugatan terhadap para milik dari Pura Dalem Kahyangan
tergugat berdasarkan Buku Badung, sehingga menurut Majelis ada
Kepemilikan dan Penguasaan Tanah di hubungan hukum antara Penggugat
Kawasan Bukit, Kecamatan Kuta, dengan para tergugat.
Kabupaten Badung, Desa Ungasan Pertimbangan hukum berikutnya
Nomor 128, pada halaman 21 yang terdapat dalam persidangan yaitu
menyebutkan jika tanah seluas 2,800 mengenai objek sengketa. Saksi yang
Ha/28000 m2, pipil nomor 228, persil diajukan oleh pihak Penggugat yakni I
nomor 18dp, klas II nama Pemegang Made Kari, SH dan I Gede Suparka, SP
haknya adalah Duwe Pura Kahyangan yang bersesuaian pula dengan
Badung. Bahwa berdasarkan fakta keterangan saksi yang diajukan oleh
tersebut menurut Majelis Hakim ada para Tergugat yakni I Wayan Widia, I

232
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

Wayan Wandra, dan saksi I Wayan Hasil putusan hakim tersebut


Sudia, yang semua saksi memberi menggunakan pertimbangan hukum
keterangan di persidangan di bawah bahwa objek sengketa tidak sesuai
sumpah pada pokoknya menerangkan dengan apa yang diterangkan pada
tentang keberadaan tanah sengketa persidangan. Pada persidangan tidak
bahwa memang benar di atas tanah disebutkan bahwa objek sengketa sudah
sengketa sekarang ini ada jalan aspal dibelah oleh jalan, hal tersebut akan
yang membelahnya tembus menuju mengurangi luas sesungguhnya objek
Pura Dalem yang dipergunakan oleh sengketa karena sudah diambil
masyarakat Desa selama ini. sejumlah bagian untuk dijadikan jalan.
Berdasarkan hal tersebut jika Hakim dalam memutus perkara
dihubungkan dengan gugatan pihak menggunakan beberapa pertimbangan
penggugat baik dalam posita maupun yang menentukan isi putusan yang akan
dalam petitum gugatan menurut Majelis disampaikan. Pertimbangan hakim
seharusnya dengan tegas disebutkan dalam pemutusan perkara diantaranya
tentang objek gugatan yang telah yang pertama yaitu hakim melalui
dibelah oleh sebuah jalan, sebab hal mekanisme penyelesaian sengketa
tersebut akan membawa konsekuensi sudah mengupayakan perdamaian dan
berkurangnya luas tanah sengketa mediasi dengan menunjuk seorang
secara keseluruhan sehingga mediator yaitu I Ketut Suarta, SH.,
dikemudian hari tidak menimbulkan MH., namun tidak berhasil sehingga
masalah baru dalam eksekusi atas tanah dilanjutkan penyelesaian sengketa
sengketa. Berdasarkan pertimbangan melalui jalur pengadilan.
tersebut maka Majelis berpendapat Berdasarkan hasil pertimbangan,
bahwa gugatan penggugat kabur sebelum hakim mempertimbangkan
sehingga gugatan dinyatakan tidak lebih lanjut mengenai siapa yang berhak
dapat diterima (niet onvankelijke atas objek sengketa, maka terlebih
velklaard). dahulu Majelis mempertimbangkan
tentang formil gugatan yang

233
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

menyangkut Objek maupun subjek pedoman Kitab Undang-Undang


gugatan. Berdasarkan hasil dari Hukum Acara Perdata.
persidangan diperoleh bahwa terjadi Berdasarkan Putusan Hakim
ketidaksesuaian objek sengketa yang Pengadilan Negeri Denpasar No.
dipaparkan oleh penggugat dengan 565/PDT.G/2018/PN.DPS pihak
kenyataannya sehingga gugatan tergugat yang mengajukan pendaftaran
dinyatakan tidak dapat diterima. Tanah Duwe Pura Dalem Kahyangan
Eksepsi dari para tergugat yang Badung yang ditempatinya merupakan
berjumlah tiga poin yaitu error in pengempon pura yang memiliki
objecto, obscuur libel, dan Litis kewajiban sebagai penyakap untuk
Consortium, keseluruhan ditolak oleh mengelola tanah tersebut. Keadaan
hakim. Meskipun para Penggugat tidak tersebut tidak bertentangan dengan
menanggapinya, tetapi Majelis Hakim Hukum Adat yang berlaku karena
tetap mempertimbangkan eksepsi penyakap disepakati memiliki hak
tersebut demi memenuhi rasa keadilan. untuk mengelola tanah dan dapat
Berdasarkan data-data dan pembuktian bermukim di atas tanah adat tersebut.
di persidangan, Majelis Hakim menilai Akan tetapi berkaitan dengan syarat
bahwa eksepsi yang diajukan oleh pihak yang ketiga yaitu dikehendaki oleh
penggugat secara keseluruhan tidak pemegang hak, para Tergugat yang
kuat dan bisa dibantah dengan mengajukan pendaftaran tanah tidak
pembuktian yang ada. Pengambilan memiliki surat pernyataan kesediaan
keputusan terhadap eksepsi tergugat dari pemegang hak yang mana dalam
dilakukan melalui pemeriksaan barang hal ini adalah Prajuru Pura Dalem
bukti berupa dokumen, saksi di Kahyangan Badung. Para Tergugat
lapangan, dan saksi ahli. Berlandaskan hanya memiliki surat pernyataan
asas keadilan Majelis Hakim persetujuan dari salah satu pengempon
memberikan kesempatan kepada kedua Pura Dalem Kahyangan Badung,
belah pihak yang bersengketa untuk dimana pengempon tersebut tidak
saling menanggapi sesuai dengan memiliki kedudukan sebagai Prajuru

234
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

atau Pengurus. Oleh karenanya tidak hak milik. Adapun apabila beralih
peralihan penguasaan bidang tanah hak milik maka wajib untuk mendapat
Duwe Pura Kahyangan Badung persetujuan dari pengempon Pura
terhadap para Tergugat tidak memenuhi Dalem Kahyangan Badung yang
Pasal 4 Ayat (1a) Peraturan Menteri sebagai perwakilannya yaitu
ATR/BPN Nomor 5 Tahun 1999. persetujuan dari Prajuru Pura Dalem
Perlunya persetujuan dari pengurus Kahyangan Badung.
atau prajuru Pura Dalem Kahyangan Pertimbangan putusan Hakim
Badung dalam peralihan atas Tanah belum menyentuh pada pokok perkara,
Duwe Pura Kahyangan Badung karena hakim menolak gugatan dari
terdapat dalam Peraturan Daerah penggugat karena ketidaksesuaian
Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2019. objek sengketa yang tercatat sebagai
Pada Pasal 59 Ayat (5) menyatakan bukti dengan kenyataan di lapangan.
bahwa pengalihan dan perubahan status Apabila dikaji dalam pokok perkara
padruwen Desa Adat wajib mendapat dasar hukum yang digunakan oleh
persetujuan dari Paruman Desa Adat. Tergugat untuk mendaftarkan tanah
Oleh karena itu apabila mengacu pada gugatan menjadi Hak Milik tidak kuat.
isi Pasal Peraturan Daerah tersebut Karena dalam Undang-undang Nomor
maka secara Hukum pelaksanaan 5 Tahun 1960 mengenai Peraturan
peralihan hak atas tanah pada Duwe Dasar Pokok Agraria pada Pasal 3
Pura Dalem Kahyangan Badung tidak menyatakan bahwa pengelolaan Hak
sah dilakukan oleh para Pihak Tergugat. Ulayat sepenuhnya diatur oleh
Apabila mengacu pada awig-awig organisasi adat yang dalam hal ini
Prajuru Pura Dalem Kahyangan adalah Prajuru Pura Dalem Kahyangan
Badung, penyakap memiliki hak untuk Badung. Oleh karenanya penting untuk
mengelola seluruh Duwe Pura Dalem memiliki surat persetujuan dari prajuru
Kahyangan Badung dengan pembagian Desa Adat terkait dengan perubahan
yang merata. Akan tetapi hak yang status hak milik Duwe Pura Dalem
diberikan hanya sebatas pengelolaan, Kahyangan Badung. Hal tersebut

235
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

didukung pula oleh Peraturan Menteri mengajukan gugatan perlu


ATR/BPN Nomor 5 Tahun 1999 memperhatikan kesesuaian objek
dimana syarat dari peralihan hak atas sengketa dengan keadaan
tanah ulayat kepada perseorangan ada sesungguhnya di lapangan. Karena
tiga, yaitu warga tersebut merupakan kesesuaian tersebut akan menimbulkan
warga masyarakat hukum adat, (2) kepastian terhadap hukum yang
memiliki hak penguasaan menurut digunakan sebagai dasar dalam
ketentuan hukum adat yang berlaku, memutus perkara. Jadi Majelis Hakim
dan (3) dikehendaki oleh pemegang lebih memperhatikan aspek hukum
haknya. Pihak Tergugat apabila ingin dalam pengambilan keputusan, sesuai
mengajukan pendaftaran hak milik dengan Peraturan Mahkamah Agung
terhadap tanah ulayat tersebut wajib tersebut bahwa ketidaksesuaian antara
untuk mendapat kehendak dalam bukti dokumen dengan keadaan di
bentuk surat persetujuan dari pemegang lapangan bisa mengakibatkan
haknya yaitu Prajuru Adat Pura Dalem ditolaknya gugatan. Implikasi Yuridis
Kahyangan Badung. Sengketa Hak Atas Tanah Pura
Berdasarkan kasus perkara Kahyangan Tiga Dalam Putusan
sengketa hak miik tanah Pura Dalem Pengadilan Negeri Denpasar
Kahyangan Badung, Majelis Hakim No565/PDT.G/2018/PN.DPS
menggunakan asas kepastian hukum Putusan Pengadilan Negeri
dalam menyelesaikan perkara. Pihak Denpasar No
penggugat yang sementara memegang 565/PDT.G/2018/PN.DPS dapat
surat Hak Milik dari tanah Pura Dalem dianalisis isi dan pertimbangan yang
Kahyangan Badung, pada perkara ini digunakan dalam menyusun putusan
tuntutannya ditolak. Apabila apakah sudah mengandung asas
memandang asas keadilan maka kepastian hukum atau tidak. Adapun
putusan Hakim ini terkesan tidak adil asas kepastian yang pertama yaitu
karena pihak yang memiliki hak yang Tersedia aturan-aturan yang jelas
ditolak gugatannya. Akan tetapi dalam (jernih), konsisten dan mudah

236
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui menghasilkan keputusan yang sesuai


karena (kekuasaan) negara. Aturan dengan kehendak pihak yang
yang tersedia yang digunakan oleh bersengketa.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Hakim dalam menilai perkara yang
Denpasar dalam memutuskan perkara diajukan penggugat mengutamakan
No 565/PDT.G/2018/PN.DPS yaitu pandangan terhadap aspek
Putusan Mahkamah Agung Republik keseimbangan. Adapun pihak
Indonesia tanggal 17 April 1979 Nomor penggugat yang ingin menggugat pihak
1149K/Sip/1975 yang menyatakan tergugat yang mengajukan penerbitan
karena surat gugatan tidak disebutkan Hak Miliki terhadap Duwe Pura
dengan jelas letak/batas-batas tanah Kahyangan Badung harus dibuktikan
sengketa, maka gugatan tidak dapat kebenaran terhadap bantahan hak orang
diterima. Dalam hal ini Majelis Hakim lain yang dalam hal ini adalah hak dari
Pengadilan Negeri Denpasar pihak tergugat untuk menyatakan tanah
menggunakan Yurisprudensi yang tersebut sebagai hak milik, maka pihak
merupakan Keputusan Mahkamah penggugat tersebut harus membuktikan
Agung untuk dijadikan landasan adanya hak atau kejadian tersebut.
pengambilan keputusan. Adapun Berdasarkan pandangan tersebut maka
kutipan putusan yang menyatakan hal hakim memberikan kesempatan kepada
tersebut adalah sebagai berikut pihak penggugat untuk membuktikan
Bukti yang disampaikan oleh pihak gugatannya.
penggugat wajib memiliki kebenaran Akan tetapi dalam proses
yang bisa terbukti secara langsung, pembuktian hak yang dimiliki oleh
apabila terjadi ketidaksesuaian antara penggugat, terdapat ketidaksesuaian
bukti dengan kenyataan maka gugatan antara dokumen yang dimiliki dengan
bisa ditolak. Oleh karenanya dalam hal kenyataan di lapangan. Oleh karenanya
persidangan baik hukum perdata dokumen yang dijadikan bukti dalam
maupun pidana, pengajuan alat bukti perkara persidangan tersebut tidak
memiliki peranan pokok untuk dapat dibuktikan kebenarannya. Bukti

237
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

yang disampaikan oleh penggugat Pihak Penggugat tidak menanggapinya,


mengenai objek perkara memiliki Majelis berpendapat bahwa demi
perbedaan dengan kenyataan di memenuhi rasa keadilan, eksepsi para
lapangan. Dimana dalam dokumen Tergugat dipertimbangkan sesuai
yang diajukan hanya menyebutkan dengan pertimbangan Hukum yang
sebidang tanah, sedangkan pada diajukan. Berdasarkan pertimbangan
kenyataannya tanah tersebut sudah yang dilakukan oleh Majelis Hakim,
dibelah oleh jalan dan dibangun maka eksepsi Para Tergugat dinyatakan
beberapa rumah. Oleh karena ditolak. Hal tersebut menandakan
keabsahan bukti dokumen persidangan bahwa Majelis Hakim dalam proses
tidak autentik, maka Majelis Hakim persidangan dan pengambilan
memutuskan bahwa gugatan dari pihak keputusan berlandaskan atas asas
penggugat dinyatakan ditolak. keadilan.
Implikasi Keadilan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri
mengambil keputusan berkaitan dengan Denpasar No
Putusan Pengadilan Negeri Denpasar 565/PDT.G/2018/PN.DPS memberikan
No 565/PDT.G/2018/PN.DPS kemanfaatan bagi kedua pihak yang
menerapkan asas keadilan. Keadilan bersengketa meskipun tidak
yang ditunjukkan oleh hakim memungkinkan untuk memuaskan
diantaranya yaitu memberikan kedua belah pihak. Hasil putusan yang
kesempatan yang sama kepada kedua menolak gugatan karena
pihak yang bersengketa untuk ketidaksesuaian objek gugatan
mengajukan gugatan, menjawab memberi manfaat jika pihak penggugat
pertanyaan (replik), dan menanggapi memiliki kekurangan dalam
jawaban atas pertanyaan yang diajukan menjelaskan dan mengajukan dokumen
(duplik). objek gugatan, dimana dokumen yang
Berkaitan dengan pertimbangan diajukan tidak sesuai dengan keadaan di
hukum dalam eksepsi yang diajukan lapangan. Oleh karenanya diperlukan
oleh pihak Para Tergugat, meskipun analisis dan kehati-hatian dalam

238
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

mengajukan gugatan agar tidak masalah baru dalam eksekusi atas tanah
terganjal pada sisi formil gugatan. sengketa.
Sedangkan asas kemanfaatan Pertimbangan hakim tersebut
terhadap pihak tergugat, dengan mencerminkan asas kemanfaatan dalam
ditolaknya gugatan yang diajukan maka hal perbaikan terhadap bukti apabila
Para Tergugat yang merupakan anggota akan ditempuh jalur hukum yang lebih
warga yang bermukim di atas tanah tinggi. Berkaitan dengan manfaat untuk
sengketa bisa kembali beraktivitas dan menyenangkan seluruh ihak dari sebuah
tinggal di atas tanah yang produk hukum memang sangat sulit
disengketakan. Hukum memang untuk diwujudkan. Karena dalam pihak
mewajibkan untuk memberikan yang bersengketa selalu ada yang
manfaat seluas-luasnya terhadap diuntungkan dan dirugikan. Akan tetapi
masyarakat, namun akan selalu ada ada aspek yang bermanfaat dari produk
pihak yang merasa diuntungkan dan tersebut yang bisa digunakan sebagai
merasa dirugikan dalam setiap bahan perbaikan dalam pengajuan
keputusan Hukum yang dibuat. gugatan untuk penyelesaian perkara
Putusan Hakim yang menyatakan kasus sengketa.
bahwa berdasarkan fakta yang D. Simpulan dan Saran
dihubungkan dengan gugatan pihak Berdasarkan hasil pembahasan
Penggugat baik dalam posita maupun yang telah dipaparkan, maka adapun
dalam petitum gugatan menurut Majelis simpulan dari penelitian ini adalah
Hakim seharusnya dengan tegas sebagai berikut. 1) Pertimbangan hakim
disebutkan tentang obyek gugatan yang dalam memutuskan perkara sengketa
telah dibelah oleh sebuah jalan, sebab hak atas tanah milik Pura Kahyangan
hal tersebut tentu akan membawa Badung yaitu Majelis Hakim menolak
konsekwensi berkurangnya luas tanah gugatan pihak penggugat karena
sengketa secara keseluruhan sehingga terdapat ketidaksesuaian objek
dikemudian hari tidak menimbulkan sengketa dengan dokumen yang
diajukan. Sehingga hakim

239
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

menggunakan pertimbangan error in dalam hal bukti-bukti dan data


objecto sebagai dasar dalam pendukung yang diajukan. Agar tidak
pengambilan keputusan. 2) Implikasi terjadi kekeliruan antara objek sengketa
secara Yuridis Putusan pada kenyataan dengan dokumen yang
No.565/PDT.G/2018/PN.DPS terhadap diajukan sebagai bukti gugatan.
pihak yang bersengketa Majelis Apabila terdapat ketidaksesuaian antara
berpendapat bahwa demi memenuhi bukti dokumen tertulis dengan fakta di
rasa keadilan, eksepsi para Tergugat lapangan agar disesuaikan terlebih
dipertimbangkan sesuai dengan dahulu. Supaya keputusan terhadap
pertimbangan Hukum yang diajukan. suatu perkara tidak terkendala pada
Berdasarkan pertimbangan yang formil gugatan, akan tetapi langsung
dilakukan oleh Majelis Hakim, maka membahas mengenai pokok gugatan. 2)
eksepsi Para Tergugat dinyatakan Pihak Prajuru Adat sebaiknya dalam
ditolak. Putusan Pengadilan Negeri penyelesaian perkara yang menyangkut
DenpasarNo 565/PDT.G/2018/PN.DPS Hak Desa Adat terlebih berkaitan
memberikan kemanfaatan bagi kedua dengan Druwen Pura agar diselesaikan
pihak yang bersengketa meskipun tidak melalui musyawarah adat dan tidak
memungkinkan untuk memuaskan melalui jalur hukum. Karena pihak adat
kedua belah pihak. Kemanfaatan yang yang lebih paham akan kondisi
diberikan diantaranya adalah masyarakat dan objek sengketa
pembelajaran dalam pengajuan bukti di sehingga keputusan yang dihasilkan
persidangan untuk lebih diperhatikan bisa mengedepankan konsep Tri Hita
kesesuaian antara bukti dokumen Karana. Ditambah lagi bahwa objek
dengan bukti fisik di lapangan. sengketa merupakan bagian dari Pura
Berdasarkan simpulan yang Dalem Kahyangan Badung, sehingga
diperoleh, adapun saran yang dapat yang terlibat di dalamnya tidak hanya
diberikan adalah sebagai berikut. 1) permasalahan hukum, tetapi perlu juga
Pihak penggugat sebaiknya lebih teliti diperhatikan sisi ketuhanan, sosial, dan
dalam mengajukan gugatan, terutama

240
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

kemanusiaan dalam menyelesaikan Pokok Agraria Presiden Republik

sengketa. Indonesia.

Daftar Pustaka Peraturan Pemerintah No 24 Tahun

Buku 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Ambara, I Gusti Ngurah Putra. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

‘Eksistensi Tanag-Tanah Milik 1963 tentang Penunjukan Badan-

Pura Desa Pakraman Kota Badan Hukum Yang Dapat

Denpasar. Universitas Mempunyai Hak Milik Atas

Diponegoro. Surabaya Tanah.

Dewa, A.C. dan Ana ., ‘Jaminan Peraturan Menteri Negara Agraria

Kebenaran Data FIsik Dan Data Kepala Badan Pertanahan

Yuridis Dalam Sertifikat Hak Atas Nasional Nomor 5 Tahun 1999

Tanah (Studi Kasus Sertifikat Hak Putusan Hakim

Milik Yang Objek Fisiknya “Tidak No.565/PDT.G/2018/PN.DPs

Ada”)’, Diponegoro Law Review, Putusan Mahkamah Agung Republik

5, 2016, 3 Indonesia tanggal 17 April 1979

Jayantiari, I Gusti Agung Mas. 2017. Nomor 1149K/Sip/1975

‘Eksisensi Tanah Adat Di Bali Dan


Problematika Hukum Dalam
Pengembangan Investasi’, Jurnal
Ilmiah Fakultas Hukum
Universitas Udayana, 39.2, 108–
19
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-

241
JURNAL MAHASISWA HUKUM SARASWATI (JUMAHA)
Volume. 01, Nomor 01, (2021)
FAKULTAS HUKUM UNMAS DENPASAr

You might also like