You are on page 1of 4

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

A. Model Penelitian dan Pengembangan

Rancang model Research and Development (R&D) pada penelitan ini adalah model Dick
and Carrey. Penggunakan model Dick and Carrey dirasa cocok untuk diaplikasikan karena dapat
digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas produk yang dikembangkan. model Dick and
Carrey menitik beratkan pada masukan dan saran dari validator dan penguji produk. Saran dan
Masukan tersebut dijadikan bahan perbaikan untuk menyempurnakan produk yang
dikembangkan. (Tegeh dkk 2014:30).

Alasan lain peneliti menggunakan model Dick and Carrey karena tahapannya mudah
diaplikasikan serta mudah dipahami oleh peneliti. Selain itu secara sistematika penelitian tahapan
pada model Dick and Carrey memiliki susunan yang sistematis. Susunan tahapan yang sistematis
tersebut membuat peneliti mudah untuk melaksanakan serangkaian tahapan penelitian sehingga
produk penelitian dapat dikembangkan dengan hasil yang baik. Maskan & Fauzi (2014:32) juga
mendeskripsikan bahwa tahapan pada penelitian Dick and Carrey memiliki tahapan yang
sistematis dan rinci, sehingga memudahkan peneliti menerapkan langkah-langkah penelitian
pengembangan.

Berikut ini adalah tahapan dalam melaksanakan penelitian pengembangan dengan


menggunakan model Dick and Carrey yang diantaranya: 1) asses needs to indetify goal; 2)
conduct instruction al analysis; 3) analyze learners and contex; 4) write performance objectives;
5) develop assesment instrumens; 6) develop industrial strategy; 7) develop and select
instructional material; 8) design and conduct formative evaluation of instruction; 9) revise
instruction; 10) evaluation summative (Tegeh dkk, 2014:31).

Pada aplikasi model Dick and Carrey peneliti melakukan adaptasi dengan pertimbangan
efisiensi dan efektifitas waktu proses penelitian. Adaptasi tersebut merubah sepuluh tahap model
Dick and Carrey menjadi delapan tahap diantaranya: 1) analisis kebutuhan dan tujuan; 2) analisis
pembelajaran; 3) analisis pembelajar (mahasiswa) dan konteks; 4) merumuskan tujuan
performasi; 5) mengembangkan instrumen; 6) mengembangkan dan memilih bahan
pembelajaran; 7) merancang dan melakukan evaluasi formatif; 8) melakukan revisi. Jika pada uji
coba lapangan ditemukan respon positif dengan nilai >75% maka dapat disimpulkan bahwa
produk yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai heater water disekolah.

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Tahapan pada proses penelitian ini menggunakan delapan tahap. Delapan tahapan
tersebut merupakan hasil adaptasi model Dick and Carrey yang terdistribusi pada bagan berikut
ini.

Analisis kebutuhan dan


tujuan

Kepentingan air hangat sebagai penunjang Mengembangkan alat Heater Water


kegiatan belajar mengajar bertenaga surya

Merumuskan tujuan
performasi

Mengembangkan Prototipe
menggunakan corel draw 10

Revisi Produk

Mengembangkan dan memilih bahan


heater water surya

Merancang dan melakukan


evaluasi formatif

Produk Pemanas Air (Heater Water) Bertenaga Surya di MAN Kota


Pasuruan

Gambar 3.1 Adaptasi Model Dick and Carey (dalam Setyosari, 2015:288)
C. Uji Coba Produk

Desain Uji Coba Produk

Uji coba produk pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap. Setyosari (2013:288)
menjelaskan bahwa ada tiga langkah dalam pelaksanaan uji coba produk yang direkomendasi
oleh Dick and Carrey diantaranya uji coba prototype, ujicoba kelompok kecil, dan ujicoba
lapangan. Secara lebih menyeluruh akan dideskripsikan pada paragraf berikut:

a. Uji Coba Prototype

Uji coba prototype adalah uji coba yang dilaksanakan secara perorangan (one to one

trying out). Uji coba prototype dilakukan kepada 1-3 orang dengan target masukan dan saran

yang membangun agar bisa menjadi bahan perbaikan produk. Produk akan diperbaiki untuk

tahap uji selanjutnya.

b. Uji Coba Kelompok Kecil (small group tryout)

Uji coba kelompok kecil dilakukan dengan subjek 5-8 orang. Pada tahap uji coba

kelompok kecil peneliti akan mendapatkan saran dan pesan positif. Saran tersebut kan menjadi

bahan perbaikan produk, sedangkan saran akan menjadi indikator kelayakan produk yang

dikembangkan.

c. Uji Coba Lapangan (field tryout)

Uji coba lapangan dikakukan kepada 15-30 subjek uji coba (a whole class of learners).
Hasil uji coba lapangan berupa saran dan pesan positif. Pada uji coba lapangan peneliti lebih
menitik beratkan kepada uangkapan positif agar dapat diketahui bahwa produk layak
dipergunakan dan diproduksi secara masal. Saran yang diberikan akan menjadi bahan
pertimbangan perbaikan produk untuk penenlitian pengembangan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tegeh, I, M. Jampel, I, N. Pudjawan, K. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Prenada
Media Groub.
Maskan, M. Fauzi, A. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Enterpreneurship Terpadu
dengan Aplikasi Learning Management System (LMS) Berbasis Internet/Intranet di
Politeknik Malang. Jurnal JIBEKA. (Online), volume 8 No 1
(http://lp3m.asia.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Mohammad-Maskan-dan-
Ahmad-Fauzi.pdf), diakses 10 Mei 2016.

You might also like