You are on page 1of 13

Edumatsains, 6 (1) Juli 2021, 111-122

EduMatSains
Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/edumatsains

DAYA HAMBAT EKSTRAK CALLYSPONGIA SP. TERHADAP


BAKTERI DARI Eucheuma Cottoni BERPENYAKIT Ice-Ice

Yosephina Payu Wao1*, Melania Priska2


1,2,
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Flores

Diterima: 27 Mei 2021 Direvisi: 11 Juni 2021 Diterbitkan : 01 Juli 2021

ABSTRACT

Callyspongia sp. is one type of sea sponge that produces secondary metabolites in the form of steroids,
alkaloids, flavonoids, and terpenoids which can be used as antibacterial agents. This reseach aims to determine
whether or not there is an inhibitory power of sea sponge extract Callyspongia sp. on the growth of bacterial
isolates on Eucheuma cottonii seaweed that is infected by ice-ice disease. This type of research is an
experimental laboratory. Extract of Callyspongia sp. is the result of Callyspongia sp. extraction which has been
dried and then macerated using a polar ethanol solvent. Inhibition test with the modified Kirby-Bauer method
used wells to measure the zone of inhibition formed by the extract of the Callyspongia sp. The test was carried
out to observe the presence or absence of an inhibition zone of Callyspongia sp. extract against bacterial isolates
(Isolates I, II and III) that is infected by seaweed that is infected by ice-ice disease after 24 hours of incubation.
The results showed that an inhibition zone was formed in bacterial isolates. Treatment with extracts of
Callyspongia sp. shows the diameter of the highest inhibition zone that is 16.67 mm which is classified as a
strong inhibitory force, so that Callysponia sp. extract has the potential in overcoming ice-ice in Eucheuma
cottonii seaweed.

Keywords: Ice-ice, Callyspongia sp., Eucheuma cottonii

PENDAHULUAN Indonesia (Kementrian Kelautan dan


Eucheuma cottoni merupakan rumput Perikanan, 2012).
laut karaginafit yang banyak dibudidayakan Salah satu kendala yang dihadapi
di Indonesia (Distantina et al., 2011). Di dalam budidaya rumput laut ialah munculnya
Nusa Tenggara Timur (NTT), rumput laut E. penyakit pada rumput laut. Penyakit yang
cotonii menjadi salah satu spesies unggul menyerang rumput laut di wilayah NTT ialah
dalam budidaya rumput laut. Rumput laut ini ice-ice. Ice-ice merupakan penyakit yang
merupakan makroalga yang memiliki menyebabkan kerusakan struktur jaringan sel
kandungan karagenan yang yang tinggi penyusun rumput laut karena bakteri patogen
(Narvaez, 2018) sehingga bernilai ekonomis yang berdampak pada penurunan jumlah
yang menjadi salah satu sumber pendapatan kandugan karaginan dan degradasi substansi
utama bagi masyarakat pesisir di NTT. Pada organik secara signifikan pada jaringan
tahun 2015, NTT telah menyumbangkan thallus rumput laut (Aris, 2011).
60% dari total produksi rumput laut di Kemunculan penyakit ini ditandai dengan

*Correspondence Address
E-mail: *yosephina0319@gmail.com
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

adanya bercak-bercak merah pada thallus terhambatnya proses fotosintesis sehingga


yang lama kelamaan menjadi kuning pucat berat biomassa rumput laut berkurang hingga
kemudian berangsur putih dan akhirnya mencapai 60 sampai 80% (Vairappan et al.,
rontok (Arisandi dan Farid, 2014) 2010).
Kondisi Iingkungan seperti salinitas, Bakteri yang ditemukan pada rumput
suhu air dan intensitas cahaya menjadi faktor laut yang terkena ice-ice bermacam-macam.
utama dalam budidaya rumput laut E. Sarawati (2016) menemukan dua jenis
cottonii. Salintas normal bagi pertumbuhan bakteri pada rumput laut yang berpenyakit
rumput laut yaitu berkisar antara 28 sampai ice-ice diantaranya Vibrio alginoliticus dan
35 ppt. Salinitas yang melebihi 35 ppt Pseudomonas aeroginosa. Nasmia et al.
menyebabkan rumput laut tidak dapat (2016) menemukan 3 jenis bakteri pada
menahan arus air sehingga thallus mudah rumput yang terkena ice-ice yaitu bakteri
patah dan terhanyut. Suhu air normal bagi Acinetobacter sp., Pseudomonas sp., dan
pertumbuhan rumput laut yaitu berkisar Flavo-Cytophaga sp. Erbabley dan Kelabora
diantara 27 sampai 30°C. Suhu yang melibihi (2018) juga melaporkan 4 jenis bakteri yang
kondisi normal menyebabkan denaturasi ditemukan pada rumput laut yang
protein sedangkan suhu kurang dari kondisi berpenyakit ice-ice yaitu Pseudomonas
normal menyebabkan protein dan lemak stutzeri, Aeromonas faecalis, Vibrio
akan mengalami kerusakan sebagai akibat alginolitycus dan Pseudomonas flurescens.
terbentuknya kristal di dalam sel. Intensitas Porifera banyak ditemukan di perairan
cahaya yang baik untuk pertumbuhan rumput Indonesia dengan jumlah sebanyak 830 jenis
laut yaitu 5000 lux (Armita, 2011). Cahaya (Marzuki, 2018). Menurut Setiowati (2007),
adalah sumber energi utama yang sangat Porifera banyak ditemukan di wilayah
penting untuk fotosintesis dan pertumbuhan perairan NTT, NTB dan Sulawesi. Porifera
rumput laut (Soenardjo, 2011). Jika kondisi memiliki potensi bioaktif dengan persentasi
salinitas air, suhu air dan intensi cahaya tidak keaktifan yang lebih besar dibandingkan
sesuai dengan kondisi normal maka akan dengan senyawa-senyawa yang dihasilkan
menimbulkan stres pada rumput laut oleh tumbuhan darat (Marzuki, 2018).
sehingga rumput laut memproduksi substansi Kelas Demospongiae merupakan kelas
organik yang menyebabkan thallus-nya yang mendominasi filum Porifera dengan
berlendir yang merangsang banyak bakteri jumlah mencapai 90% dari seluruh jenis
tumbuh disekitarnya (Arisandi et al., 2011). spons. Callyspongia sp. merupakan salah
Ice-ice menyebabkan thallus rumput laut satu spesies dari kelas Demospongiae yang
mengalami pengeroposan, patah dan mengandung senyawa aktif yaitu alkaloid,

112
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

steroid, terpenoid, dan flavonoid Januari sampai September 2020 dengan


(Krisyunida, 2012). Ekstrak Callyspongia sp. tahap-tahap penelitian sebagai berikut :
dan C. plicifera menunjukan secara dominan a. Pengumpulan dan Penanganan
menghambat pertumbuhan bakteri dari Sampel
substrat referensi (Qian, et al., 2006). Sampel rumput laut yang berpenyakit
Spesies ini banyak ditemukan di perairan ice-ice diperoleh dari lahan pertanian rumput
Indonesia, sehingga mudah ditemukan laut di wilayah pesisir Tablolong, Kabupaten
(Fristiohady et al., 2020). Kupang, NTT. Sampel rumput laut yang
Dari observasi di lapangan, upaya diambil yaitu bagian thallus yang berwarna
penanggulangan belum banyak dilakukan keputih-putihan (berpenyakit ice-ice).
oleh masyarakat. Umumnya masyarakat Thallus dimasukan ke dalam wadah yang
hanya melakukan tindakan preventif seperti berisi air laut.
membersihkan kotoran yang melekat pada b. Pembuatan Isolat Bakteri Penyebab
thallus rumput laut. Tindakan ini belum Penyakit Ice-ice
cukup efektif sehingga perlu dilakukan Thallus rumput laut E. cottonii yang
penanggulangan lebih serius. berwarna keputih-putihan (berpenyakit ice-
Pengetahuan mengenai senyawa ice) diambil dan dihaluskan dengan
antibakteri Callyspongia sp. dapat menjadi menggunakan blender. Untuk meperoleh
langkah awal dalam penangulangan ice-ice. bakteri bebas sampel diencerkan dengan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui menggunakan air laut steril. Selanjutnya
daya hambat eksrak Callyspongia sp. diambil 150 μl sampel dan dituang ke atas
terhadap bakteri dari rumput laut E. cottoni media agar modifikasi air laut pada cawan
yang berpenyakit ice-ice dengan penilaian petri dan disebarkan dengan menggunakan
zona hambat yang terbentuk. Hasil dari speader steril. Media agar yang telah dituang
penelitian ini diharapkan dapat digunakan dengan sampel thallus yang berpenyakit ice-
sebagai salah satu acuan dalam pengendalian ice, diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
infeksi bakteri terhadap rumput laut E. sampai 48 jam. Selanjutnya diamati koloni
cottonii. bakteri yang tumbuh. Setiap koloni bakteri
yang tumbuh dikarakterisasi berdasarkan
METODE PENELITIAN karakteristik morfologi. Adapun karakteristik
Penelitian ini berjenis ekperimental morfologi yang diamati meliputi bentuk,
laboratorik yang dilaksanakan pada pola penataan, ukuran dan warna bakteri.
Laboratorium Pendidikan Biologi
Universitas Nusa Cendana pada bulan

113
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

c. Pembuatan Larutan Antimikroba rata dengan isolat bakteri dari rumput laut
Callyspongia sp. yang berpenyakit ice-ice. Selanjutnya
Callyspongia sp. dikumpulkan dari campuran tersebut dituang di atas lapisan
Laut Tablolong, Kabupaten Kupang Barat, dasar media MHA dan disebarkan secara rata
NTT. Callyspongia sp. dikeringkan, dengan speader steril. Selanjutnya sensidisk
dipotong kecil-kecil dan dihaluskan. atau pecandang diletakan di atas permukaan
Selanjutnya ditimbang sebanyak 100 gram, media dan diisi dengan larutan uji sebanyak
kemudian dimasukan ke dalam wadah 0,2 ml.
maserasi dan ditambah pelarut etanol Satu medium ditumbuhkan satu jenis
sebanyak 350 ml dan didiamkan selama 5 bakteri (1 isolat bakteri) dan diletakan 3
hari sambil sekali-sekali diaduk. Setelah pecandang yang masing-masing diisi dengan
proses maserasi, dilakukan penyaringan Tetrasiklin sebagai kontrol positif, Aquades
sehingga diperoleh ekstrak Callyspongia sp. sebagai kontrol negatif dan ekstrak
Ekstrak kemudian dipekatkan sampai kental Callyspongia sp.. Medium tersebut
dengang Vacuum Evaporator. Selanjutnya, diinkubasi pada suhu 30°C selama 24 jam.
ekstrak etanol Callyspongia sp. ditimbang Selanjutnya diameter zona hambat diukur
5,0 gram dan dilarutkan dalam aquades steril dengan menggunakan jangka sorong.
hingga volumenya mencapai 10 ml dengan Kategori zona hambat dapat digolongkan
konsentrasi 50%. berdasarkan Susanto, Sudrajat dan Ruga
d. Pembuatan Larutan Pembanding (2012) pada tabel 1.
Tetrasiklin digunakan sebagai kontrol f. Pengumpulan dan Analisis Data
positif. Tetrasiklin ditimbang sebanyak 3,0 Data yang dikumpulkan dalam penelitian
gram dan dilarutkan dalam aquades steril ini adalah diameter zona bening atau zona
hingga volumenya mencapai 10 ml dengan hambat dari masing-masing isolat bakteri
konsentrasi 30µg/ml. rumput laut yang berpenyakit ice-ice yang
e. Pengujian Zona Hambat Ekstrak diberikan ekstrak Callyspongia sp, tetrasiklin
Callyspongia sp. terhadap Isolat Bakteri dan aquades. Data zona hambat tersebut
dari Rumput Laut yang Berpenyakit Ice- dianalisis secara statistik dengan one way
ice ANOVA pada taraf signifikansi 1%.
Sebanyak 10 ml media MHA dituang
secara aseptik ke dalam cawan petri dan
dibiarkan hingga beku sebagai lapisan dasar.
Sebanyak 5 ml medium MHA yang agak
dingin (suhu 45°C sampai 48°C) dicampur

114
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

Tabel 1. Kategori Diameter Zona Hambat


Diameter Kekuatan daya hambat
≤ 5 mm Lemah
6-10 mm Sedang
11-20 mm Kuat
≥21 mm Sangat kuat

(Susanto, Sudrajat dan Ruga, 2012)

HASIL DAN PEMBAHASAN pori yang berdiameter antara 0,2 cm sampai


Callyspongia sp. dan rumput laut E. 0,6 cm dan mempunyai tubuh yang rapuh.
cottoni yang digunakan dalam penelitian ini Sedangkan, rumput laut E. cottonii memiliki
berasal dari Perairan Laut Timor, Desa ciri-ciri yaitu thallus berbentuk silindris
Tablolong, Kabupaten Kupang Barat, NTT. dengan percabangan tidak teratur, terdapat
Callyspongia sp. yang diperoleh memiliki bintil-bintil pada permukaan thallus dengan
bentuk seperti tabung dengan diameter pola tidak teratur dan berwarna hijau
berkisar antara 2 sampai 3 cm, memiliki kekuningan (Gambar 1).
warna cokelat sedikit orange, mempunyai

Gambar 1. Rumput Laut Eucheuma cottonii

1. Jenis-jenis isolat Bakteri dari Rumput (Gambar 4.) yang mempunyai bentuk yang
Laut yang Berpenyakit Ice-ice sama yaitu batang pendek. Untuk pola
Hasil isolasi bakteri dari rumput laut penataan, isolat I mempunyai pola penataan
yang berpenyakit ice-ice menunjukkan strepto sama dengan isolat II, namun berbeda
beberapa ciri tertentu (Tabel 2). Isolat I dengan isolat III yang mempunyai pola
(Gambar 2.) mempunyai bentuk kokus penataan mono. Ukuran bakteri dari ketiga
berbeda dengan isolat II (Gambar 3.) dan III isolat berbeda-beda. Isolat I berukuran 0,5 x

115
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

1µm, isolat II berukuran 1,2µm dan isolat III bakteri ber-gram negatif dan isolat III adalah
berukuran 0,7 µm). Pada pewarnaan gram bakteri ber-gram positif.
menunjukkan bahwa isolat I dan II adalah

Tabel 2. Karakteristik Sel dari Masing-Masing Isolat dan Hasil Pewarnaan Gram
Isolat Bakteri
No Karakteristik
I II III
1 Bentuk Kokus Batang Pendek Batang pendek
2 Pola Penataan Strepto Strepto Mono
3 Ukuran 0,5 x 1µm 1,2µm 0,7µm
4 Warna Merah Merah Ungu
5 Gram Negatif Negatif Positif

Damayati (2003) menunjukkan dua jenis batang dan merupakan bakteri gram positif.
bakteri yang ditemukan pada rumput laut Namun, isolat bakteri ini belum dipastikan
yang berpenyakit ice-ice yaitu Bacillus merupakan ketiga jenis bakteri tersebut.
cereus dan Bacilllus megaterium, serta Perlu dilakukan uji lanjutan seperti uji
bakteri lain yang ditemukan oleh Aris et al. biokimia untuk mengetahui spesies bakteri
(2013) yaitu Corynebacterium sp.. Ketiga melalui kemampuan tumbuh pada masing-
bakteri ini memiliki kesaman bentuk dan masing media (Saraswati dan
jenis dengan ketiga isolat dari rumput laut Darmasetiawana, 2016).
yang berpenyakit ice-ice yaitu berbentuk

Gambar 2. Isolat (I) Bakteri dari E. cottoni yang Terinfeksi Ice-ice

Gambar 3. Isolat (II) Bakteri dari E. cottoni yang Terinfeksi Ice-ice

117
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

Gambar 4. Isolat (III) Bakteri dari E. cottoni yang Terinfeksi Ice-ice

2. Zona Hambat Ekstrak Callyspongia sp. Pengujian daya hambat dilakukan


Zona hambat ekstrak Callyspongia sp. dengan mengukur diameter zona hambat
diketahui dengan mengamati zona bening setiap perlakuan yaitu ekstra Callyspongia
yang terdapat pada sekeliling pecandang sp., Tetrasiklin dan Aquades pada masing-
pada masing-masing isolat bakteri. masing isolat (Tabel 3.) Pada isolat I,
Selanjutnya, diameter horizontal dan vertikal diameter zona hambat dari ketiga perlakuan
pada zona bening tersebut diukur dengan yang menunjukkan aktivitas tertinggi adalah
menggunakan jangka sorong. Hasil pada ekstrak Callyspongia sp. (15,67 mm)
pengukuran kemudian dijumlahkan, dan Tetrasiklin (15, 67 mm). Pada isolat II,
selanjutnya dirata-ratakan dan hasilnya diameter zona hambat dari ketiga perlakuan
dikurangi 7 (ukurang diameter pecandang, 7 yang menunjukkan aktivitas tertinggi adalah
mm). Secara matematis dapat dihitung ekstrak Callyspongia sp. (16,67 mm)
dengan menggunakan rumus berikut kemudian diikuti dengan tetrasiklin (15,33
(Warbung et al., 2013) mm). Pada isolat III, diameter zona hambat
yang menunjukkan aktivitas tertinggi adalah
(1) ekstrak Callyspongia sp. (16,67 mm)
Keterangan: kemudian diikuti dengan tetrasiklin. (15,67
d1 = diameter vertikal zona bening pada mm). Dari ketiga perlakuan pada masing-
media masing isolat, perlakuan yag tidak
d2 = diameter horizontal zona bening pada menunjukkan diameter zona hambat adalah
media aquades.
X = diameter pecandang (7 mm)

118
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

Tabel 3. Diameter Zona Hambat yang Terbentuk dari Masing-Masing Perlakuan pada Ketiga
Isolat Bakteri
Diameter Zona Hambat
Bakteri Rata-rata Keterangan
Perlakuan Ulangan Ulangan Ulangan
Uji (mm) Antibakteri
1 2 3
Ekstrak
Isolat 1 15 14 18 15.67±2.08a
Callyspongia sp. Kuat
a
Tetrasiklin 15 16 16 15,67±0.58 Kuat
Aquades 0 0 0 0 ± 0b Lemah
Ekstrak Kuat
Isolat 2 18 16 16 16.67± 1.15a
Callyspongia sp.
Tetrasiklin 16 15 15 15,33±0.58a Kuat
Aquades 0 0 0 0 ± 0b Lemah
Ekstrak Kuat
Isolat 3 15 18 17 16.67± 1.53a
Callyspongia sp.
Tetrasiklin 16 16 15 15,67± 0.58a Kuat
Aquades 0 0 0 0± 0b Lemah
Keterangan: Huruf superkrip yang berbeda (a dan b) menunjukkan perbedaan yang signifikan
P<0.001)

Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan pada sel bakteri sehingga menyebabkan
adanya perbedaan signifikan dari rata-rata perubahan komponen-komponen penyusun
diameter zona hambat yang terbentuk dari sel (Siregar et al., 2012).
perlakuan ekstrak Callyspongia sp., Senyawa flavonoid mampu merusak
tetrasiklin dan aquades terhadap ketiga isolat dinding sel bakteri karena adanya ikatan
bakteri uji (P < 0,01; n=9). Krisyuninda hidrogen pada strukur protein pada dinding
(2012) menunjukan bahwa ekstrak sel, sehigga menyebabkan struktur dinding
Callyospongia sp. mengandung senyawa sel menjadi tidak normal yang kemudian
steroid, alkaloid, flavonoid dan terpenoid. akan menghambat berbagai aktivitas sel
Steroid ialah salah satu kelompok senyawa bakteri. Terhambatnya aktivitas sel bakteri
metabolit sekunder. Kelompok senyawa dapat menimbulkan kematian sel bakteri
tersebut diketahui memiliki potensi sebagai tersebut. Rustama dan Lingga (2005) juga
antibakteri (Wadhaningsi et al., 2014) dan menunjukkan bahwa aktivitas senyawa
antifungi (Saraswati, et al., 2010). Senyawa flavonoid terhadap bakteri dilakukan dengan
steroid berpotensi sebagai antibakteri melalui merusak dinding sel bakteri yang terdiri atas
mekanisme penghambatan sintesis protein lipid dan asam amino. Selain itu, flavonoid

119
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

akan bereaksi dengan DNA yang daripada daya hambat Callyspongia sp.
menimbulkan kerusakan struktur lipid DNA terhadap isolat I dengan besar diameter zona
sehingga bakteri akan lisis dan sel akan mati. hambat yang terbentuk pada isolat II dan III
Seperti flavonoid yang bekerja ialah 16,67, yang tergolong sebagai daya
merusak dinding sel bakteri, senyawa hambat kuat sehingga dapat digunakan
alkaloid juga dapat merusak komponen sebagai senyawa antibakteri rumput laut E.
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, cottonii yang terinfeksi ice-ice.
yang mengakibatkan dinding sel bakteri
tidak terbentuk secara utuh dan terjadi DAFTAR PUSTAKA
kematian sel tersebut (Darsana et al, 2012). Armita, D. 2011. Analisis Perbandingan
Mekanisme kerja terpenoid sebagai senyawa Kualitas Air di Daerah Budidaya
antibakteri melalui interaksi dengan porin Rumput Laut dengan Daerah Tidak
(protein transmembran) pada membran luar Ada Budidaya Rumput Laut di Dusun
dinding sel bakteri. Interaksi ini Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan
menghasilkan ikatan polimer yang kuat yang Mangarabombang, Kabupaten Takalar.
mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri Skripsi. Universitas Hasanuddin
(Wulansari et al., 2020). Makassar.
Adanya kandungan senyawa-senyawa Aris, M. (2011). Identifikasi, Patogenitas
ini pada ekstrak Callyspongia sp. dapat Bakteri dan Pemanfaatan Gen 16S-
menghambat pertumbuhan sel bakteri pada rRNA untuk Deteksi Penyakit Ice-ice
isolat bakteri pada rumput laut yang pada Budidaya Rumput Laut
berpenyakit ice-ice sehingga terlihat adanya (Kappaphycus alvarezii). Tesis. Institut
zona bening (tidak ditumbuhi bakteri) Pertanian Bogor
sebagai zona hambat yang terlihat di sekitar Aris, M. Enang, H. Fatuhri, S. dan Munti, Y.
pecandang yang berisi ekstrak Callyspongia (2013). Identifikasi Molekular Bakteri
sp.. Patogen dan Desain Primer PCR.
Aquacultura Indonesiana. 1 (3), 43-50.
KESIMPULAN Arisandi, A., Marsoedi, Nursyam, H.,
Ekstrak Callyspongia sp. dapat Sartimbul, A. (2011). Kecepatan dan
menghambat pertumbuhan isolat bakteri Presentase Infeksi Penyakit Ice-ice
pada rumput laut Eucheuma cottonii yang pada Kappaphycus alvarezii di
berpenyakit ice-ice. Daya hambat ekstrak Perairan Bluto Sumenep. Jurnal Ilmiah
Callyspongia sp. terhadap isolat II dan III Perikanan dan Kelautan, 3 (1), 47-51.
sama besar dan keduanya lebih besar

120
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

Arisandi, A. dan Farid, A. (2014). Dampak W.O. S., Sahidin, I. (2021). Isolation
Faktor Ekologis terhadap Sebaran and Identification of Secondary
Penyakit Ice-ice. Jurnal Kelautan, Metabolite from Marine Sponge
7(1).20-25. Callyspongia sp. and its Antibacterial
Darmayati, Y. (2003). Bakteri Patogenik Potency. Biointerface Research in
Penyebab Penyakit Ice ice pada Applied Chemistry Journal. 11(3),
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii 10082-10088.
(Doty, 1986) (Eucheuma cotonii). Kementerian Kelautan dan Perikanan
ISBN 978-978-98802-5-3. IPB Republik Indonesia. (2012). Kelautan
International Convention Center. dan Perikanan Dalam Angka 2012.
Bogor. Jakarta: Departemen Kelautan dan
Darsana, I. G. O., Besung, I. N. K. dan Perikanan.
Mahatmi, H. (2012). Potensi Daun Kriyuninda, M. (2012). Uji toksisitasfraksi
Binahong (Anredera cordifolia spons Callyspongia sp. dengan metode
(Tenore) Steenis) dalam Menghambat brine shrimp test dari perairan pasir
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli putih situbondo. Surabaya: Institut
secara In Vitro. Indonesia Medicus Teknologi Sepuluh November
Veterinus, 1 (3), 337-351. Marzuki, I. (2018). Eksplorasi Spons
Distantina, S., Wiratni, Fahrurrozi, M., Indonesia. Makasar: Nas Media
Rochmadi. (2011). Carrageenan Pustaka
Properties Extracted From Eucheuma Narvaez, T.A. (2018). Seaweeds Jobs Value-
cottonii, Indonesia. International Chain Analysis in Zamboanga
Journal of Chemical and Molecular Peninsula, Philippines, 2015 Int J
Engineering, 5 (6), 487-491. Oceanogr Aquac. 2 (2). 1-12.
Erbabley, N. Y. G. F., Kelabora, D. M. Nasmia, Natsir, S dan Rosyida, E. (2016).
(2018). Identifikasi Bakteri Rumput Potensi Aktivitas dari Ekstrak Rumput
Laut Kappaphycus alvarezii Laut Sargassum Cinereum terhadap
Berdasarkan Musim Tanam di Perairan Bakteri Patogen Ice-ice pada
Maluku Tenggara. Jurnal Akuatika Gracilaria Verrucosa. Seminar
Indonesia, 3 (1), 19-25. Nasional Inovasi IPTES Perguruan
Fristiohady, A., Yodha, A.W. M., Sadarun, Tinggi untuk Meningkatkan
B., Purnama, L.O. M. J., Rachmat H, Kesejahteraan Masyarakat, Denpasar:
A. A., Malaka, M. H., Hamsidi, R., 29-30 Agustus 2016. Hal. 1009-1017.
Wahyuni, Salma, W. O., Musnina,

121
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

Qian, Y., Dobretsov, S., Dahms, H. U., Rumput Laut Terhadap Bakteri
Pawlik, J. (2006). Antifouling activity Penyakit Kulit Pseudomonas
and microbial diversity of two aeruginosa, Staphylococcus
congeneric sponges Callyspongia spp. epidermidis, dan Micrococcus luteus.
from Hong Kong and the Bahamas. Journal Of Marine Research.1(2),152-
Mar Ecol Prog Ser, 324, 151–165. 160.
Rustama, M. M., Lingga, M. A. (2005). Uji Soenardjo, N. 2011. Aplikasi Budidaya
Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Air Rumput Laut Eucheuma cottoni
dan Etanol Bawang Putih (Allium (Weber van Bosse) dengan Metode
sativum L.) terhadap Bakteri Gram Jaring Lepas Dasar (Net Bag) Model
Negatif dan Gram Positif yang Cidaun. Buletin Oseanorafi Marina. 1:
Diisolasi dari Udang Dogol 36-44.
(Metapenaeus monoceros), Udang Susanto, D., Sudrajat dan Ruga, R. (2012).
Lobster (Panulirus sp.), dan Udang Studi Kandungan Bahan Aktif
Rebon (Mysis Acetes). Jurnal Biotika tumbuhan Meranti Merah (Shorea
5(2), 35-40. leprosula Miq) Sebagai Sumber
Saraswathi, R., Lokesh, U., Senyawa Antibakteri, 11(2), 1-5.
Venkatakrishnan, R., Meera, R., Devi, Vairappan, C. S., Anangdan, S. P., Tan, K.
P. (2010). Isolation and biological L. dan Shigeki, M. (2010). Role of
evaluation of steroid from stem of Secondary Metabolites as Defense
Costus igneus, Journal of Chemical Chemicals Against Ice-ice Disease in
and Pharmaceutical Research, 2(5), Biofouler at Carrageenophyte Farms.
444-448. Journal of Applied Phycology. 22 (3):
Saraswati, S. A., Darmasetiyawana, I. M. S. 305 – 311.
(2016). Identifikasi Bakteri pada Wahdaningsih, S., Untari, E. K., Fauziah, Y.
Rumput Laut Euchema spinosum yang (2014). Antibakteri Fraksi n-Heksana
terserang penyakit Ice-ice di Perairan Kulit Hylocereus polyrhizus Terhadap
Pantai Kutuh. J. Mar. Aquat. Sci. 2, Staphylococcus epidermidis dan
11–15. Propionibacterium acnes. Pharm Sci
Setiowati, Tety dan Deswaty Furqonita. Res, 1 (3), 180-193.
2007. Biologi Interaktif. Azka Press. Warbung, Y.Y., Vonny, N. S. W., Jimmy.
Jakarta. hal. 217 (2014). Daya Hambat Ekstrak Spons
Siregar, A. F., Sabdono, A., Pringgenies, D. Laut Callyspongia sp terhadap
(2012). Potensi Antibakteri Ekstrak Pertubuhan Bakteri Staphylococcus

122
Y. P. Wao, M. Priska/ Edumatsains 6 (1) (2021) 111-122

aureus. Jurnal Ilmiah Kedokteran Sebagai agen antibakteri terhadap


Gigi. 1(2), 1-12. bakteri Methicillin-Resistant
Wulansari, E.D., Lestari, D., Khoirunissa, Staphylococcus aureus. Pharmcon
M.A. (2020). Kandungan terpenoid Journal, 9(2), 219-225.
dalam daun ara (ficus carica l.)

123

You might also like