Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan
yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah
ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi
masalah pokok bangsa inidan membutuhkan penanganan segera supaya tidak
semakin membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi mengara
yang lebih maju. Kemiskinan merupakan suatu masalah yang menyangkut
banyak aspek karena berkaitan dengan pendapatan yang rendah, pendidikan yang
rendah, buta huruf, derajat kesehatan yang rendah dan buruknya lingkungan
hidup. Kemiskinan di pandang sebagai kondisi di mana seseorang atau
sekelompok orang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk
menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bemartabat. Mengatasi masalah
kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah pengangguran,
pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit berkaitan
erat dengan masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah salah satu masalah dalam
perekonomian Indonesia yang kompleks dan mendasar.
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kemiskinan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya kemiskinan
3. Untuk mengetahu cara menangani kemiskinan
4. Untuk mengetahui dampak kemiskinan terhadap kehidupan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kemiskinan
1. Pengetian kemiskinan secara umum
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai
standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang
disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty
threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh
setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo
kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari
perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan
jasa lainnya (BPS dan Depsos, 2002:4).
1. Pengangguran
Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja
sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis multi
dimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan banyaknya
pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak
bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran
telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan
memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan
tingkat pengeluaran rata-rata. Dalam konteks daya saing secara keseluruhan,
belum membaiknya pembangunan manusia di Tanah Air, akan melemahkan
kekuatan daya saing bangsa. Ukuran daya saing ini kerap digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu bangsa dalam bersaing dengan bangsa-bangsa lain
secara global. Dalam konteks daya beli di tengah melemahnya daya beli
masyarakat kenaikan harga beras akan berpotensi meningkatkan angka
kemiskinan. Razali Ritonga menyatakan perkiraan itu didasarkan atas kontribusi
pangan yang cukup dominan terhadap penentuan garis kemiskinan yakni hampir
tiga perempatnya [74,99 persen].
2. Kekerasan.
Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan
efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah
melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi
seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan
pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu
[dengancara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-
pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk
operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
3. Pendidikan
Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi
dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat
lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat
menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu
miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan. Bagaimana
seorang penarik becak misalnya yang memiliki anak cerdas bisa mengangkat
dirinya dari kemiskinan ketika biaya untuk sekolah saja sudah sangat mencekik
leher. Sementara anak-anak orang yang berduit bisa bersekolah di perguruan-
perguruan tinggi mentereng dengan fasilitas lengkap.
Jika ini yang terjadi sesungguhnya negara sudah melakukan
“pemiskinan struktural” terhadap rakyatnya. Akhirnya kondisi masyarakat miskin
semakin terpuruk lebih dalam. tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya
tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan
seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan
bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi
yang menuntut keterampilan di segala bidang.
4. Kesehatan
Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal.
Hampirsetiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan
tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak
terjangkau oleh kalangan miskin.
5. Konflik Sosial Bernuansa SARA
Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan
kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari
kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan
jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan
ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas
yang subjektif.S
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini
yangberdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin.
Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi
hampir merata disetiap daerah diIndonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemiskinan di indonesia, sampai saat sekarang masih banyak dan
masihbelum bisa ditangani secara keseluruhan, Tapi semogadengan adanya
penangulangan kemiskinan yang diadakan pemerintah, kemiskinan akan lebih
berkurang dan warga masyarakat akan lebih sejahtera dan makmur.
Berdasar uraian di atas dapat dikemukakan, bahwa dalam mengatasi
masalah kemiskinan diperlukan kajian yang menyeluruh sehingga dapat dijadikan
acuan dalam merancang program pembangunan kesejahteraan sosial yang lebih
menekankan pada konsep pemberdayaan dan pengentasan, bukan pertolongan.
Pada konsep pemberdayaan, pemberdayaan dapat diartikan sebagai
upaya untuk menggerakkan masyarakat yang lemah atau tidak berdayauntuk
berusaha agar mampu baik secara fisik, mental dan pikiran untuk mencapai
kesejahteraan sosial hidupnya. Dalam konteks ini, mereka dipandang sebagai
aktor yang mempunyai peran penting untuk mengatasi masalahnya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad,Amir.2020.Menanggulangi Kemiskinan Di Daerah Upaya
Penanggulangan Kemiskinan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Sulawesi
Selatan.
Azkiya Publishing. Bogor Akhmad. 2012. Dampak Kebijakan Fiskal Terhadap
Perekonomian Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Sulawesi Selatan. Disertasi
Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Akhmad. 2020. Hubungan Kausalitas Kemiskinan, Tingkat Pengangguran, Dan
Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Selatan. Balance : Jurnal Ekonomi
Volume 16, Nomor 1, 268-5467