You are on page 1of 11

p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.53-63


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

ANALISIS FAKTOR RISIKO KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN


BAGIAN PRODUKSI PT. ARWANA ANUGRAH KERAMIK, Tbk

Mariani Juliana,1Anita Camelia, Anita Rahmiwati


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

RISK FACTORS ANALYSIS FOR FATIGUE IN PRODUCTION DEPARTEMENT


EMPLOYEES OF PT. ARWANA ANUGRAH KERAMIK, Tbk

ABSTRACT
Background: Work fatigue is one of the safety and health issues that can be a risk factor for accidents at
work. Fatigue can be caused by several factors both internal and external factors. Internal factors included
age, anemia status, length of service, sleep quality and workload, while external factors were work shift, and
hot working climate. Meanwhile, the purpose of this research is to analyze the factors related to work fatigue
in production employees of PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk.
Metode: This research use analytical research method with cross sectional approach. The population in this
study was all employees who are in the production of PT Arwana Anugrah Ceramics, Tbk which amounted to
168 people. Sampling technique obtained sample of 75 people. Primary data collection using questionnaires
and secondary data (study documentation). Data processing techniques using data analysis techniques are
Chi – square.
Result: The result of the research showed that age (p-value=0,793) and work period (p-value=0,337) did not
have significant correlation with work fatigue, while anemia status (p-value=0,012), work shift (p-
value=0,021), sleep quality (p-value=0,0001), workload (p-value=0,001), and hot working climate (p-
value=0,004) have a significant relationship with work fatigue.
Conclusion: The factors relating for fatigue in production departement employees of PT. Arwana Anugrah
Keramik, Tbk is anemia status, work shift, sleep quality, workload, and hot working climate. To prevent work
fatigue, the company PT Arwanan Anugrah Keramik, Tbk should provide transportation equipment to lighten
the workload of employees, provide drinking water at a relatively affordable distance, and allow employees
to take a break (10-15 minutes) every 1-2 hours.
Keyword: Work fatigue, risk factors, worker

ABSTRAK
Latar Belakang: Kelelahan kerja adalah salah satu permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja yang
dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Kelelahan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal diantaranya usia, status anemia,
masa kerja, kualitas tidur, dan beban kerja, sedangkan faktor eksternal yaitu shift kerja dan iklim kerja panas.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada di bagian produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk yang
berjumlah 168 orang. Teknik sampling yang digunakan yaitu propability sampling dengan teknik simple
random sampling diperoleh sampel sebesar 75 orang. Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan
data sekunder (studi dokumentasi). Teknik pengolahan data menggunakan teknik analisis data yaitu Chi –
square.
Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa usia (p-value=0,793) dan
masa kerja (p-value=0,337) tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan kerja, sedangkan
status anemia (p-value=0,012), shift kerja (p-value=0,021), kualitas tidur (p-value=0,0001), beban kerja (p-
value=0,001), dan iklim kerja panas (p-value=0,004) memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan
kerja.
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian produksi PT. Arwana
Anugrah Keramik, Tbk adalah status anemia, shift kerja, kualitas tidur, beban kerja, dan iklim kerja panas.
Untuk mencegah kelelahan kerja, perusahaan PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk sebaiknya menyediakan
alat angkut untuk meringankan beban kerja karyawan, menyediakan air minum pada jarak yang relatif
terjangkau, serta memperbolehkan karyawan untuk beristirahat sejenak (10-15 menit) setiap 1-2 jam kerja.

Alamat Koresponding: Mariani Juliana, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Jl. Palembang Prabumulih KM. 32,
Indralaya Indah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, email : maria.liana34@yahoo.com

Maret 2018 53
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

Kata Kunci: Kelelahan kerja, faktor risiko, pekerja

PENDAHULUAN Indonesia telah dilakukan penelitian, hasil


penelitian menunjukkan bahwa gejala
Majunya perkembangan teknologi
kelelahan yang dialami rata-rata pekerja
semakin mendorong Indonesia untuk
adalah gejala sakit kepala, kaku di bahu serta
mencapai tahap industrialisasi. Tertantangnya
nyeri punggung.4
perusahaan untuk berproduksi selama 24 jam
Faktor penyebab kelelahan di industri
secara terus menerus merupakan konsekuensi
sangat bervariasi. Lingkungan kerja dapat
dari perkembangan industri tersebut. Dengan
mempengaruhi kinerja pekerja, misalnya
demikian peningkatan kualitas serta kuantitas
kebisingan, iklim kerja panas, pencahayaan
produksi sangat diharapkan untuk tercapainya
yang buruk dan vibrasi dapat mengakibatkan
keuntungan yang maksimal.
ketidaknyamanan dalam bekerja. Apabila
Menjalankan kegiatan produksi dan
bekerja dengan kondisi tidak nyaman lama
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,
kelamaan akan menimbulkan kelelahan.5
diperlukan perlindungan terhadap tenaga
Selain dari faktor fisik lingkungan kerja,
kerja. Adapun perlindungan yang dimaksud
Suma’mur memprediksi beberapa faktor
adalah perlakuan yang sesuai martabat
utama yang signifikan terhadap kelelahan
manusia, keselamatan, kesehatan, serta
yang meliputi jenis kelamin, usia, status gizi,
pemeliharaan moral kerja. Memberikan
beban kerja, ukuran tubuh dari pekerja yang
jaminan terhadap keselamatan dan
bersangkutan serta waktu yang digunakan
meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja
dalam bekerja.6
merupakan tujuan dari perlindungan tersebut.1
Silaban menyebutkan faktor utama
Salah satu permasalah K3 (Kesehatan
penyebab timbulnya kelelahan adalah
dan Keselamatan Kerja) yang dapat menjadi
pekerjaan bergilir.7 Secara alamiah, alam telah
pemicu terjadinya kecelakaan kerja adalah
mengatur periodisasi waktu kerja dan
kelelahan. Kelelahan kerja merupakan suatu
istirahat. Pada siang hari dengan adanya
keadaan menurunnya efisiensi dan ketahanan
matahari yang menyebabkan keadaan
seseorang dalam bekerja.1 Istilah kelelahan
lingkungan menjadi terang membuat manusia
mengarah pada kondisi melemahnya tenaga
mempunyai naluri untuk bekerja dan
kerja untuk melakukan suatu kegiatan,
sebaliknya karena pengaruh gelap malam
sehingga mengakibatkan terjadinya
menimbulkan naluri manusia untuk
pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan
beristirahat. Masa selama siang hari disebut
tubuh.2
fase ergotropik, yaitu kinerja manusia berada
World Health Organization (WHO)
pada puncaknya, sementara masa malam hari
meramalkan bahwa yang menjadi penyakit
disebut fase trophotropik, yaitu terjadinya
pembunuh nomor 2 setelah penyakit jantung
proses istirahat dan pemulihan tenaga.
adalah perasaan lelah yang berat.3
Tenaga kerja yang bekerja
Kementerian tenaga kerja Jepang melakukan
menggunakan sistem kerja begilir dan
penelitian terhadap 12 ribu perusahaan dan
melakukannya dalam satu kali saja, maka
melibatkan sekitar 16 ribu orang tenaga kerja
circadian rhythms dapat kembali normal.
yang dipilih secara random, hasil dari
Tetapi bila pekerja bekerja menggunakan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa 65%
sistem kerja bergilir secara terus menerus
tenaga kerja mengeluhkan kelelahan fisik
maka circadian rhythms tidak akan kembali
akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan
normal. Dengan tidak kembalinya circadian
kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja
rhythms maka dapat mengakibatkan gangguan
mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.
tidur dan berbagai gejala lainnya.8
Pada bagian produksi salah satu perusahaan di

54 Maret 2018
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

Penelitian ini akan dilakukan pada 3. Kuesioner digunakan untuk memperoleh


karyawan bagian produksi PT. Arwana data karyawan serta mencatat hasil
Anugrah Keramik, Tbk yang merupakan pengukuran, yang terdiri dari:
perusahaan yang bergerak di bidang industri a. Kuesioner 30 item gejala kelelahan
pembuatan keramik. Dari pengambilan data kerja digunakan untuk mengukur
awal melalui survei lokasi diperoleh bahwa tingkat kelelahan karyawan.
jumlah karyawan yang bekerja pada bagian b. Kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep
produksi adalah 168 orang dan terbagi atas 3 Quality Index) digunakan untuk
shift kerja. Selain itu, proses produksi keramik mengukur kualitas tidur karyawan.
juga melalui tahap pembakaran yang dapat Analisis data terdiri dari analisis
mempengaruhi iklim kerja di bagian produksi. univariat untuk menggambarkan tiap-tiap
Iklim kerja panas dapat berpengaruh terhadap variabel dan analisis bivariat menggunakan uji
terjadinya kelelahan kerja. Adapun tujuan dari Chi-square dengan nilai signifikansi 95% atau
penelitian ini adalah untuk menganalisis α=0,05 digunakan untuk melihat hubungan
faktor-faktor yang berhubungan dengan antara variabel independen terhadap variabel
kelelahan kerja pada karyawan bagian dependen. Data yang telah terolah kemudian
produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk. disajikan dalam bentuk tabel dan teks dengan
menggunakan kata-kata berupa narasi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian HASIL PENELITIAN
cross sectional dengan menggunakan metode
Tabel 1.
kuantitatif. Populasi pada penelitian adalah Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja pada
seluruh karyawan bagian produksi PT. Karyawan PT. Arwana Anugrah Keramik,
Arwana Anugrah Keramik, Tbk yang Tbk
berjumlah 168 orang. Besarnya sampel pada
penelitian ini berjumlah 75 orang, dan teknik Kelelahan Kerja Total Responden
n %
pengambilan sampel yang digunakan dalam Tinggi 11 14,7
penelitian ini adalah teknik simple random Sedang 40 53,3
sampling. Teknik ini merupakan pengambilan Rendah 24 32,0
Jumlah 75 100
sampel sedemikian rupa sehingga setiap
individu mendapat kesempatan yang sama Data diatas menunjukkan bahwa tingkat
untuk diambil sebagai sampel.9 kelelahan kerja yang dialami karyawan PT.
Instrument yang digunakan dalam Arwana Anugrah Keramik, Tbk cukup
penelitian ini adalah sebagai berikut: bervariasi. Berdasarkan tabel 1 dapat
1. Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) / diketahui bahwa tingkat kelelahan kerja
Questemp 36o digunakan untuk mengukur sedang merupakan tingkat kelelahan kerja
iklim kerja di lingkungan kerja. yang paling banyak dialami karyawan yaitu
2. Hb meter (Easy Touch GCHb Meter) sebanyak 40 orang (53,3%).
digunakan untuk mengukur kadar
hemoglobin karyawan.

Maret 2018 55
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada PT. Arwana Anugrah Keramik,
Tbk

Variabel Total Responden


n %
Usia
> 27 Tahun 25 33,3
≤ 27 Tahun 50 66,7
Status Anemia
Anemia 59 78,7
Tidak Anemia 16 21,3
Masa Kerja
≥ 2 Tahun 48 64
< 2 Tahun 27 36
Shift Kerja
Malam 25 33,3
Sore 25 33,3
Pagi 25 33,3
Kualitas Tidur
Buruk 41 54,7
Baik 34 45,3
Beban Kerja
Berat 23 30,7
Sedang 45 60
Ringan 7 9,3
Iklim Kerja Panas
Terpapar 68 90,7
Tidak Terpapar 7 9,3

Berdasarkan tabel 2 diperoleh informasi sebesar 64%, shift kerja jumlahnya sama yaitu
bahwa dari 75 orang total responden, sebesar 33,3%, kualitas tidur buruk sebesar
mayoritas karyawan berusia ≤ 27 tahun yaitu 54,7%, beban kerja dengan tingkat sedang
sebesar 66,7%, yang mengalami anemia sebesar 60%, dan yang terpapar iklim kerja
sebesar 78,7%, dengan masa kerja ≥ 2 tahun panas sebesar 90,7%.

Tabel 3.
Hubungan Antara Usia, Status Anemia, Masa Kerja, Shift Kerja, Kualitas Tidur, Beban
Kerja, dan Iklim Kerja Panas dengan Kelelahan Kerja

Kelelahan Kerja
Variabel Tinggi Rendah n p - value PR (95%CI)
n % n %
Usia
> 27 Tahun 16 64 9 36 25 0,793 0,91 (0,64 – 1,29)
≤ 27 Tahun 35 70 15 30 50
Status Anemia
Anemia 43 76,8 13 23,2 56 0,012 1,82 (1,05 – 3,15)
Tidak Anemia 8 42,1 11 57,9 19
Masa Kerja
≥ 2 Tahun 35 72,9 13 27,1 48 0,337 1,23 (0,86 – 1,75)
< 2 Tahun 16 59,3 11 40,7 27
Shift Kerja
Malam 22 88 3 12 25 0,014 1,69
(1,13 – 2,53)
Sore 16 64 9 36 25 0,567 1,23
(0,76 – 1,98)
Pagi 13 52 12 48 25 1
Kualitas Tidur
Buruk 37 90,2 4 9,8 41

56 Maret 2018
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

Baik 14 41,2 20 58,8 34 0,0001 2,19 (1,44 – 3,31)


Beban Kerja
Berat 20 87 3 13 23 0,001 6,08
(0,98-37,62)
Sedang 30 66,7 15 33,3 45 0,013 4,66
(0,75-28,98)
Ringan 1 14,3 6 85,7 7 1
Iklim Kerja Panas
Terpapar 50 73,5 18 26,5 68
Tidak Terpapar 1 14,3 6 85,7 7 0,004 5,14 (0,83 – 31,77)

Berdasarkan tabel 3 diatas, hasil serta beban kerja juga dapat mempengaruhi
analisis Chi-square menunjukkan bahwa tingkat kelelahan yang dialami oleh karyawan.
status anemia, shift kerja, kualitas tidur, beban
kerja, dan iklim kerja panas memiliki Hubungan Usia dengan Kelelahan Kerja
hubungan dengan kelelahan kerja pada pada Karyawan PT. Arwana Anugrah
karyawan bagian produksi PT. Arwana Keramik, Tbk
Anugrah Keramik, Tbk, sedangkan usia dan
Usia adalah lamanya seseorang hidup
masa kerja tidak memiliki hubungan dengan
mulai sejak lahir sampai ulang tahun terakhir
kelelahan kerja.
pada saat penelitian berlangsung.
Pengkategorian usia pada penelitian ini
PEMBAHASAN menggunakan nilai mean sebagai cut off point
Kelelahan Kerja
karena data yang diperoleh berdistribusi
Kelelahan kerja menggambarkan normal.
seluruh respon tubuh terhadap aktivitas yang Berdasarkan hasil uji statistik Chi-
dilakukan dan paparan yang diterima selama square diperoleh nilai p-value=0,793, dapat
bekerja. Ketika tubuh melakukan aktivitas diartikan bahwa tidak terdapat hubungan
selama bekerja 8 jam, tubuh akan rentan antara usia dengan kelelahan kerja. Hal ini
mengalami kelelahan. Tubuh yang mengalami dapat terjadi dikarenakan rata-rata usia
kelelahan akan muncul gejala seperti sering karyawan dibawah 27 tahun, sehingga variasi
menguap, haus, rasa mengantuk, dan susah data kelelahan pada kelompok tersebut juga
berkonsentrasi. Ada tiga indikasi terjadinya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
kelelahan kerja yaitu pelemahan aktivitas, signifikan. Penelitian ini juga menunjukkan
pelemahan motivasi kerja dan kelelahan fisik. bahwa bukan hanya karyawan yang berusia
Ketiga indikasi tersebut merupakan gejala tua yang mengalami kelelahan kerja tinggi,
yang dapat diamati untuk mengetahui akan tetapi karyawan yang berusia muda juga
kelelahan kerja. dapat mengalami kelelahan kerja tinggi.
Berdasarkan wawancara pengisian Kelelahan tersebut bisa terjadi dikarenakan
kuesioner diperoleh hasil yang menunjukkan keadaan pekerjaaan yang monoton. Kondisi
bahwa mayoritas karyawan mengalami tingkat kerja yang berulang-ulang atau monoton,
kelelahan kerja sedang yaitu sebesar 53,3%, dapat menyebabkan rasa bosan, serta
sedangkan tingkat kelelahan kerja rendah menjadikan karyawan merasa lelah dan jenuh.
sebesar 32,0% dan tingkat kelelahan kerja Namun dapat juga dikarenakan oleh beban
tinggi sebesar 14,7%. Penyebab kelelahan kerja yang dirasakan karyawan, serta keadaan
karyawan di bagian produksi PT. Arwana lingkungan seperti iklim kerja panas.
Anugrah Keramik, Tbk dapat berasal dari Karyawan yang berusia tua juga tidak
lingkungan pekerjaan yaitu iklim kerja panas. menutup kemungkinan mengalami kelelahan
Selain itu, faktor individu seperti usia, status tingkat rendah karena pengalaman kerja yang
anemia, masa kerja, shift kerja, kualitas tidur,

Maret 2018 57
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

dimiliki sehingga dapat menyiasati supaya beban kerja serta jarangnya karyawan sarapan
tidak mengalami kelelahan tinggi. sebelum melakukan aktivitas juga menjadi
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pemicu terjadinya anemia.
penelitian yang dilakukan oleh Chesnal Hal ini sejalan dengan penelitian
dengan menggunakan uji Chi-square Ramdan yang menyatakan bahwa status
didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan anemia berhubungan dengan kelelahan kerja
usia terhadap kelelahan kerja pada karyaawan (p-value=0,0001).14 Hal ini kemungkinan
bagian produksi PT. Putra Karangetang dikarenakan faktor yang mempengaruhi
Popontolen Minahasa Selatan (p- kelelahan kerja bukanlah hanya faktor kadar
10
value=0,807). hemoglobin, dalam perannya hemoglobin
sebagai penyokong gizi untuk tubuh, karena
Hubungan Status Anemia dengan fungsi hemoglobin yang salah satunya sebagai
Kelelahan Kerja pada Karyawan PT. pengangkut zat gizi ke seluruh tubuh.15
Arwana Anugrah Keramik, Tbk
Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan
Kondisi rendahnya kadar hemoglobin
Kerja pada Karyawan PT. Arwana
darah seseorang disebut dengan anemia. Nilai Anugrah Keramik, Tbk
batas normal anemia untuk pria dewasa adalah
≥ 13 (gr/L)2.11 Dalam fungsi transportasi O2, Masa kerja adalah lamanya karyawan
hemoglobin memiliki peranan penting. Saat bekerja di PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk
melakukan aktivitas berat, kebutuhan energi terhitung mulai pertama kali bekerja sampai
akan meningkat berarti kebutuhan oleh pada saat penelitian ini dilakukan.
jaringan juga meningkat. Aktivitas berat Pengkategorian masa kerja pada penelitian ini
membuat jantung harus bekerja ekstra dengan menggunakan nilai mean sebagai cut off point
meningkatkan volume dan frekuensi denyut karena data yang diperoleh berdistribusi
jantung untuk memasok oksigen ke jaringan normal. Berdasarkan hasil analisis Chi-square
otot untuk melakukan aktivitas.12 Dengan kata diperoleh nilai p-value=0,337, dapat diartikan
lain, pengurangan kadar hemoglobin dalam bahwa tidak terdapat hubungan antara masa
darah sangat mempengaruhi ketahanan fisik kerja dengan kelelahan kerja.
dan produktivitas kerja seseorang. Masa kerja 2 tahun merupakan waktu
Menurunnya hemoglobin dalam darah dapat yang cukup lama untuk pekerja beradaptasi
mengakibatkan metabolisme didalam otot dan menyesuaikan diri dengan aktivitas
terganggu dan terjadi penumpukan asam sehari-hari di tempat kerja. Namun pada
laktat yang menyebabkan rasa lelah.13 penelitian ini karyawan yang memiliki masa
Berdasarkan analisis Chi-square kerja ≥ 2 tahun lebih banyak mengalami
diperoleh nilai p-value=0,012, dapat diartikan kelelahan tinggi, hal ini kemungkinan
bahwa terdapat hubungan antara status anemia dikarenakan adanya kecenderungan karyawan
dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian memiliki masa kerja ≥ 2 tahun yaitu sebanyak
produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk. 48 orang sedangkan karyawan yang memiliki
Data yang diperoleh ketika penelitian masa kerja < 2 tahun sebanyak 27 orang.
menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang Selain itu, adanya faktor lain yang
karyawan PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk mempengaruhi, seperti: monotoni kerja,
mengalami anemia. Tanda-tanda anemia yang lingkungan fisik kerja, dan faktor individu
sering dialami karyawan adalah mudah dapat menjadi pemicu terjadinya kelelahan.
merasa lelah, kadang-kadang pusing, dan Mauludi dalam penelitian yang
mudah mengantuk. Asupan gizi karyawan dilakukannya pada tenaga kerja bagian
yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag

58 Maret 2018
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

Division) PT. Indocement Tunggal Perkasa, malam), serta karyawan lebih memilih tidur
Tbk Citeurup-Bogor juga memperoleh hasil daripada makan pada jam istirahat.
bahwa tidak terdapat hubungan masa kerja Menurut Suma’mur tenaga kerja yang
terhadap kelelahan kerja (p-value=0,880).16 bekerja pada malam hari akan mengalami
tingkat kelelahan yang lebih besar
Hubungan Shift Kerja dengan Kelelahan dibandingkan tenaga kerja yang bekerja pada
Kerja pada Karyawan PT. Arwana pagi hari atau siang hari, hal itu dikarenakan
Anugrah Keramik, Tbk jumlah jam tidur/istirahat pada siang hari yang
diperoleh tenaga kerja shift malam relatif jauh
Setiap instansi pengguna sistem kerja
lebih kecil.6
bergilir perlu menyadari konsekuensi dari
Hal ini sejalan dengan penelitian
penerapan sistem tersebut, karena kondisi
sebelumnya yang dilakukan oleh Kimberly.
kerja antara siang hari dan malam hari sangat
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
berbeda. Grandjean dalam Tarwaka, dkk,
kelelahan kerja pada shift malam cenderung
menyatakan bahwa secara alamiah alam telah
lebih tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari
mengatur periodisasi waktu kerja dan
hasil pengukuran denyut nadi yang dilakukan.
istirahat. Pada siang hari dengan adanya
Denyut nadi tenaga kerja yang bekerja pada
matahari yang menyebabkan keadaan
shift malam rata-rata lebih tinggi
lingkungan menjadi terang membuat manusia
dibandingkan dengan yang bekerja pada shift
mempunyai naluri untuk bekerja dan
pagi.18
sebaliknya karena pengaruh gelap malam
menimbulkan naluri manusia untuk
Hubungan Kualitas Tidur dengan
beristirahat. Masa selama siang hari disebut
Kelelahan Kerja pada Karyawan PT.
fase ergotropik, yaitu kinerja manusia berada Arwana Anugrah Keramik, Tbk
pada puncaknya, sementara masa malam hari
disebut fase trophotropik, yaitu terjadinya Salah satu faktor yang berhubungan
proses istirahat dan pemulihan tenaga.17 dengan penyebab terjadinya kelelahan adalah
Karena keadaan tersebut, pekerja yang bekerja gangguan tidur yang antara lain dapat
pada shift malam lebih mudah mengantuk dan dipengaruhi oleh kurangnya waktu tidur dan
lelah. gangguan pada jam biologis tubuh (circadian
Berdasarkan hasil uji statistik Chi- rhythms) akibat shift kerja.
square setelah dilakukan dummy variabel Berdasarkan hasil uji statistic Chi-
diperoleh nilai p-value (1)=0,014 yang berarti square diperoleh nilai p-value=0,0001, yang
ada hubungan yang bermakna antara shift berarti terdapat hubungan antara kualitas tidur
kerja malam terhadap kelelahan kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan bagian
dibandingkan dengan shift kerja pagi, dan p- produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk.
value (2)=0,567 yang berarti tidak ada Sebanyak 41 orang karyawan bagian produksi
hubungan shift kerja sore terhadap kelelahan PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk memiliki
kerja. Adanya hubungan shift kerja malam kualitas tidur yang buruk.
terhadap kelelahan kerja pada penelitian ini Hal ini sesuai dengan teori Kroemer
dapat dilihat dari jumlah karyawan yang dan Grandjean yang menyatakan bahwa
mengalami tingkat kelelahan tinggi lebih circadian rhythms merupakan salah satu
banyak pada shift kerja malam. Selain itu faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja di
karyawan yang bekerja pada malam hari industri, yang apabila circadian rhythmsnya
mengeluh merasa lelah dan mengantuk ketika terganggu maka akan menyebabkan gangguan
bekerja disebabkan cuaca malam hari (angin pola tidur pada seseorang dan dapat
mempengaruhi kualitas tidurnya.19 Kualitas

Maret 2018 59
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

tidur yang buruk pada karyawan dapat dilihat Berdasarkan hasil uji statistik Chi-
dari lamanya karyawan tidur di malam hari square setelah dilakukan dummy variabel
rata-rata hanya 4-5 jam, masalah-masalah diperoleh nilai p-value (1)=0,001 yang berarti
yang sering dirasakan yang mengganggu tidur terdapat hubungan yang signifikan antara
mereka seperti tidak mampu tertidur selama beban kerja berat dengan kelelahan kerja
30 menit sejak berbaring, terbangun ditengah dibandingkan dengan beban kerja ringan, dan
malam, terbangun untuk ke kamar mandi, p-value (2)=0,013 yang berarti terdapat
kedinginan atau kepanasan di malam hari, dan hubungan antara beban kerja sedang dengan
ada juga yang menyebutkan alasan lain kelelahan kerja dibandingkan beban kerja
(seperti: anak rewel di malam hari). ringan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Tarwaka mengemukakan bahwa
penelitian Nanik bahwa ada hubungan yang aktivitas kerja adalah penyebab timbulnya
signifikan antara kualitas tidur dengan kelelahan. Adanya aktivitas kerja
terjadinya kelelahan kerja (p-value=0,043). menyebabkan timbulnya beban kerja dari
Gangguan tidur yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan tersebut.21 Pekerjaan
kelelahan biasanya disebabkan faktor-faktor yang monoton akan mengakibatkan
seperti kebisingan, pencahayaan, kebiasaan pembebanan otot secara statis. Suasana kerja
minum yang berlebihan, dan faktor lainnya.20 dengan otot statis, aliran darah menurun,
sehingga asam laktat terakumulasi dan
Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan mengakibatkan kelelahan otot lokal.22
Kerja pada Karyawan PT. Arwana Hasil penelitian ini sejalan dengan
Anugrah Keramik, Tbk penelitian yang dilakukan oleh Irwandi,
menyatakan bahwa ada hubungan antara
Setiap pekerjaan akan menimbulkan
beban kerja dan tugas tambahan. Banyaknya
beban kerja pada pekerja. Beban kerja yang
tugas tambahan yang dikerjakan oleh
dialami oleh karyawan PT. Arwana Anugrah
seseorang, akan menambah tinggi beban
Keramik, Tbk secara umum berbeda-beda
kerjanya. Apabila ini berlangsung terus-
dikarenakan perbedaan pekerjaan yang
menerus maka akan mengakibatkan kelelahan
dilakukan. Pekerjaan karyawan dibagi
kerja.23
berdasarkan lokasi kerja. Sebagai contoh,
Adapun cara untuk mengendalikan
karyawan yang bekerja dibagian Sortir
kelelahan kerja yang diakibatkan beban kerja,
Packing bertugas memilah kualitas dan
sebaiknya pihak perusahaan memperhatikan
ukuran keramik, serta meyusun keramik
kebutuhan karyawan, seperti meyediakan
kedalam pallet. Karyawan pada bagian sortir
fasilitas air minum untuk mengurangi rasa
packing ini rata-rata mengalami beban kerja
haus karena iklim kerja panas, serta
sedang. Beban kerja yang diterima karyawan
menyediakan alat bantu angkut.
diperoleh dari kondisi lingkungan kerja fisik,
seperti: posisi kerja berdiri dan terkadang
Hubungan Iklim Kerja Panas dengan
membungkuk serta uap panas keramik yang
Kelelahan Kerja pada Karyawan PT.
baru keluar dari kiln juga menyebabkan Arwana Anugrah Keramik, Tbk
karyawan mudah merasa haus. Dibagian
Glaze Prep, karyawan bertugas mengangkut Karyawan PT. Arwana Anugrah
bahan baku pembuatan keramik tanpa alat Keramik, Tbk melakukan pekerjaan di lima
bantu. Beban kerja karyawan pada bagian ini lokasi yang berbeda-beda iklim kerjanya.
lebih berat dibandingkan bagian lainnya Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
dikarenakan membutuhkan energi yang lebih sebanyak 49 orang karyawan terpapar iklim
untuk mengangkut bahan baku. kerja panas. Uji statistic Fisher’s Exact

60 Maret 2018
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

menunjukkan bahwa nilai p-value=0,004, diperoleh bahwa suhu tertinggi adalah 29,5oC
yang berarti terdapat hubungan yang dan suhu terendah 28,2oC.
bermakna antara iklim kerja panas dengan Perusahaan sudah mendesain ruang
kelelahan kerja pada karyawan PT. Arwana produksi dengan dinding terbuka pada semua
Anugrah Keramik, Tbk. sisi untuk mengurangi panas yang diakibatkan
Ada banyak penelitian yang proses produksi keramik, serta ruang khusus
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan untuk beristirahat (tempat istirahat dengan
iklim kerja panas terhadap kelelahan kerja, suhu 24-26oC) yang terpisah dengan proses
diantaranya penelitian Ramdan yang kerja untuk pemulihan tenaga, namun pihak
dilakukan pada karyawan bagian produksi PT. perusahaan belum menyediakan waktu atau
LJP Provinsi Kalimantan Timur. Pada hasil mengizinkan karyawan untuk beristirahat
penelitiannya, Ramdan menyatakan bahwa sejenak (sekitar 5-15 menit) setiap 1-2 jam
terdapat perbedaan perasaan kelelahan kerja kerja serta belum menyediakan fasilitas air
yang signifikan antara tenaga kerja yang minum untuk karyawan dengan jarak yang
bekerja pada suhu di atas nilai ambang relative dekat dari semua area tempat kerja.
batas.24 Hal-hal tersebut sebaiknya diperhatikan oleh
Suhu tubuh seseorang dapat meningkat pihak perusahaan karena dapat
diakibatkan oleh suhu lingkungannya yang menghindari/mengurangi terjadinya kelelahan
tinggi. Ketika suhu tubuh seseorang kerja pada karyawan.
meningkat, hipotalamus di dalam otak akan
merangsang kelenjar keringat untuk KESIMPULAN DAN SARAN
mengeluarkan keringat. Pengeluaran keringat
Gambaran kelelahan kerja pada
yang berlebihan akan menyebabkan tubuh
karyawan PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk
kekurangan cairan serta mengurangi kadar ion
dengan kategori sedang (53,3%), karyawan
natrium dan klorida dalam tubuh, yang dapat
yang berusia ≤ 27 tahun (66,7%), karyawan
menghambat transportasi glukosa sebagai
dengan status anemia (78,8%), karyawan
sumber energi dan pasokan darah ke organ
dengan masa kerja ≥ 2 tahun (64%), karyawan
tubuh. Hal ini menyebabkan penurunan
dengan kualitas tidur buruk (54,7%), beban
kontraksi otot sehingga tubuh mengalami
kerja yang dialami karyawan dalam kategori
kelelahan.25
sedang (60%) dan karyawan yang terpapar
Seorang tenaga kerja akan bekerja
iklim kerja panas (90,7%). Berdasarkan
dengan efisien dan produktif bila lingkungan
analisis bivariat tidak terdapat hubungan
tempat kerjanya nyaman, atau dapat dikatakan
antara usia dan masa kerja dengan kelelahan
efisiensi kerja optimal dalam daerah nikmat
kerja pada karyawan PT. Arwana Anugrah
kerja, tidak panas dan tidak dingin. Bagi
Keramik, Tbk. Terdapat hubungan antara
orang Indonesia suhu nyaman ditempat kerja
status anemia, shift kerja, kualitas tidur, beban
antara 21oC-30oC ISBB.26
kerja, dan iklim kerja panas dengan kelelahan
Pada ruang produksi, dalam proses
kerja pada karyawan PT. Arwana Anugrah
produksi keramik akan dilakukan tahap
Keramik, Tbk.
pembakaran menggunakan tungku pemanas
Saran dari penelitian ini adalah sebagai
(kiln) dengan suhu yang cukup lumayan tinggi
berikut:
guna mengubah massa yang rapuh menjadi
1. Pihak perusahaan disarankan sebaiknya
massa yang padat, keras, dan kuat, sehingga
menyediakan alat bantu angkut seperti
iklim kerja di bagian produksi meningkat.
crane untuk mengangkut bahan baku
Berdasarkan hasil pengukuran suhu dibagian
keramik untuk menghindari kelelahan
produksi PT. Arwana Anugrah Keramik, Tbk

Maret 2018 61
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

kerja yang diakibatkan oleh beban kerja memberikan asupan gizi yang sesuai
yang berlebihan. dengan beban kerja karyawan terutama
2. Pihak perusahaan disarankan sebaiknya karyawan yang bekerja pada malam hari.
menginformasikan kepada karyawan untuk 4. Karyawan diharapkan dapat mengenali
minum sebanyak 150-200 ml setiap 15-20 gejala timbulnya kelelahan dan pihak
menit serta menyediakan fasilitas air perusahaan disarankan sebaiknya
minum untuk karyawan dengan jarak yang memberikan izin kepada karyawan untuk
relatif dekat dari semua area tempat kerja beristirahat setiap 1-2 jam kerja selama 5-
untuk menghindari adanya dehidrasi 15 menit untuk menghindari kejadian yang
dikarenakan iklim kerja panas. tidak diinginkan.
3. Pihak perusahaan disarankan sebaiknya
memperhatikan gizi pekerja, seperti

DAFTAR PUSTAKA 9. Budiarto, Eko, Dr. Biostatistika untuk


1. Suma’mur, P. K. Higiene Perusahaan dan Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Jakarta: EGC. 2002.
Sagung Seto. 2009. 10. Chesnal, H. Hubungan Antara Umur,
2. Nurmianto, E. Ergonomi Konsep Dasar Jenis Kelamin, dan Status Gizi dengan
dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya. Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di
2003. Bagian Produksi PT. Putra Karangetang
3. World Health Organization (WHO). Popontolen Minahasa Selatan. Artikel
Globals Goals for Oral Health 2020. Penelitian Kesehatan Masyarakat
2003. Online: Universitas Sam Ratulangi Manado.
http://www.who.int/oralhealth/publicatio 2014.
ns/goals2020/en/. 11. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan.
4. Miranti, S.W. Caecillia, dan Yuniar. Jakarta: ECG. 2009.
Tingkat Beban Kerja Mental Masinis 12. Baldy, C. M. 2001. Sel Darah Merah
Berdasarkan NASA – TLX (Task Load dalam Patofisiologi Konsep Klinis
Index) di PT. KAI Daop II Bandung. Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
Jurnal Online Institut Teknologi EGC.
Nasional. 2008. Vol.01. No.1. 13. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
5. Setyawati. Kelelahan Kerja dan Stress Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kerja. Jurnal Proceeding Seminar 2003.
Ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalam 14. Ramdan, I. M. Faktor-Faktor yang
Industri. Forum Komunikasi Teknik Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
Industri Yogyakarta dan Perhimpunan pada Tenaga Kerja Wanita di PT. RRL
Ergonomi Indonesia. Yogyakarta. 2006. Kalimantan Timur Tahun 2014. Makalah
6. Suma’mur, PK. Higiene Perusahaan dan Seminar Nasional Global Health 2014
Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Fakultas Kesehatan Masyarakat
Agung. 1996. Universitas Mulawarman. 2014.
7. Silaban, G. Kelelahan Kerja. Majalah 15. Suma’mur. Ergonomi untuk
Kesehatan Masyarakat Indonesia Produktivitas. Jakarta: CV. Haji Mas
(MKMI) Tahun XXVI. 1998. Vol.10, pp. Agung. 2003.
539 – 544. 16. Mauludi, M. N. Faktor-Faktor yang
8. Dekker, D.K., Tepas, D.I., dan Colligan, Berhubungan dengan Kelelahan pada
M.J. The Human Faktors Aspect of Pekerja di Proses Produksi Kantong
Shiftwork. Occupational Ergonomics Semen PBD (Paper Bag Division) PT.
Theory and Applications. Marcel Dekker. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Inc. New York. 1996. Citeureup-Bogor Tahun 2010. [Skripsi].
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. 2010.

62 Maret 2018
Juliana et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):53-63

17. Tarwaka, Bakri, HA. Solichul, dan 23. Irwandi. Faktor-Faktor yang
Sudiajeng, L. Ergonomi untuk Berhubungan dengan Beban Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Perawat Pelaksana di Unit Rawat Inap
Produktivitas. Surakarta: UNIPRESS. Rumah Sakit Jiwa Pusat Makassar Tahun
2004. 2005. [Skripsi]: Fakultas Kesehatan
18. Kimberly. Pengaruh Shift Kerja terhadap Masyarakat Universitas Hasanuddin
Kelelahan Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Makassar. 2006.
di PT. X Labuhan Batu. Jurnal Teknik 24. Ramdan, I. M. Dampak Giliran Kerja,
Industri. 2011. Vol.12, No.2, pp.110-117. Suhu dan Kebisingan terhadap Perasaan
19. Kroemer, K. H. E dan Grandjean, E. Kelelahan Kerja di PT. LJP Provinsi
Fitting The Task To The Human. A. Kalimantan Timur. The Indonesian
Textbook Of Occupational Ergonomics. Journal of Public Health. 2007. Vol.4,
5thEdition. London and New York: No.1, pp.13.
Taylor & Francis. 2005. 25. Guyton, AC dan Hall John E. Buku Ajar
20. Nanik. Hubungan Antara Karakteristik Fisiologi Kedokteran. Setiawan I,
Individu, Sikap Kerja dan Kualitas Tidur Tengadi KA, Santoso A, penerjemah:
dengan Kelelahan Kerja pada Perawat Setiawan I, editor. Jakarta: EGC.
RS. X Gresik. 2008. Terjemah dari: Textbook of Medical
21. Tarwaka. Dasar-Dasar Pengetauan Physiology. 1991.
Ergonomic dan Aplikasi di Tempat 26. Suma’mur, P. K. Higiene Perusahaan dan
Kerja. Solo: Harapan Press Solo. 2010. Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta:
22. Nurmianto, E. Ergonomi Konsep Dasar Sagung Seto. 1991.
dan Aplikasinya. Edisi Ke – 2. Surabaya:
Guna Widya. 2008.

Maret 2018 63

You might also like