You are on page 1of 13

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Volume 9, Issue 2, August 2021, E-ISSN 2477-815X, P-ISSN 2303-3827


Nationally Accredited Journal, Decree No. 30/E/KPT/2018
open access at : http://jurnalius.ac.id/ojs/index.php/jurnalIUS

Kewenangan Pemerintah Daerah Mengenai


Pelestarian Lahan Pertanian Padi
Pandanwangi Cianjur Sebagai Bagian Dari
Indikasi Geografis
Authorities of Local Governments Regarding
Conservation of Pandanwangi Rice Farming Land
of Cianjur As Part of Geographic Indications
Koerniatmanto Soetoprawiro
Universitas Katolik Parahyangan
E-mail: koernisoetoprawiro@yahoo.com

M. Rendi Aridhayandi
Universitas Suryakancana
E-mail: mrendiaridhayandi@unsur.ac.id

Dedi Mulyadi
Universitas Suryakancana
E-mail: dedimulyadi53@gmail.com

Aji Mulyana
Universitas Suryakancana
E-mail: ajimulyana94@gmail.com

Muhamad Fahreza Ramdhi


Universitas Suryakancana
E-mail: mfahrezaramdhani@yahoo.co.id

Abstract
Cianjur Pandanwangi rice is a superior product in Cianjur Regency which is registered as
a Geographical Indication that can only be planted in 7 sub-districts in Cianjur Regency,
whose existence needs to be protected. However, in its development, the existence of the
Cianjur Pandanwangi rice cultivation area continues to decrease. With the increase in
population, the process of development or non-agricultural activities in Cianjur Regency
is getting faster, resulting in the process of changing the function of rice fields and
agriculture to non-agricultural activities becoming more frequent and uncontrollable.
This can threaten the existence of productive agricultural land, especially the Cianjur
Pandanwangi rice field. These problems can have an impact on the threat of the existence
of rice fields that have the potential as land for the cultivation of Cianjur Pandanwangi
Rice. This research method is using a normative juridical approach. The specification
of this research is descriptive analysis, by analyzing the relevant laws and regulations,
then reviewed with legal theories, and in this research is library research. Efforts are
being made to prevent the conversion of Pandanwangi rice agricultural land, namely
through Regional Regulation No. 19 of 2012 concerning Preservation and Protection of
Cianjur Pandanwangi Rice and Protection of Sustainable Food Agricultural Land, but
in reality, these efforts have not been realized properly.
Keywords: Pandanwangi Cianjur Land; Geographical Indication; Local Gov-
ernment.

DOI: http://dx.doi.org/10.29303/ius.v9i2.900
Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadil an | Vol . 9 | Issue 2 | August 2021 | hlm, 352~363

Abstrak
Padi/Beras Pandanwangi Cianjur merupakan produk unggulan di Kabupaten Cianjur yang
terdaftar sebagai Indikasi Geografis yang hanya dapat ditanam di 7 kecamatan saja di
Kabupaten Cianjur, yang keberadaannya perlu dilindungi. Namun dalam perkembangannya
keberadaan lahan budidaya Padi Pandanwangi Cianjur terus berkurang. Dengan adanya
peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan proses pembangunan atau kegiatan non
pertanian di Kabupaten Cianjur semakin cepat, mengakibatkan proses alih fungsi lahan
sawah dan pertanian menjadi non pertanian semakin sering terjadi dan tak terkendali.
Hal tersebut dapat mengacam keberadaan lahan pertanian produktif, khususnya lahan
pertanian Padi Pandanwangi Cianjur. Dengan adanya permasalahan tersebut, dapat
berdampak pada terancamnya keberadaan lahan sawah yang berpotensi sebagai lahan
budidaya Padi Pandanwangi Cianjur. Metode penelitian ini adalah menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif. Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analisis, dengan
menganalisis peraturan perundang-undangan yang relevan, kemudian dikaji dengan teori-
teori hukum, serta dalam penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Upaya yang
dilakukan untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian Padi Pandanwangi tersebut yaitu
melalui Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pelestarian dan Perlindungan
Padi Pandanwangi Cianjur dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,
namun pada kenyataannya upaya tersebut masih belum terealisasi dengan baik.
Kata Kunci: Lahan Pandanwangi Cianjur; Indikasi Geografis; Pemerintah Daerah.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah
yang dapat menghasilkan berbagai ragam keunikan baik itu hayati maupun nabati,
sehingga dapat memberikan berbagai macam potensi dari kekayaan alam yang ada,
kemudian dari potensi tersebut menghasilkan berbagai macam produk pertanian,
perkebunan, perhutanan, budidaya dan kerajinan yang mencirikan geografis dimana
potensi itu berada.
Produk-produk tersebut di Indonesia dapat dilindungi oleh instruimen perlindungan
hukum Indikasi Geografis. Produk Indikasi Geografis tersebut diantaranya Beras
Pandanwangi Cianjur, Ubi Cilembu, Kopi Gayo, Apel Batu Malang, Kopi Toraja, Kopi
Kintamani Bali, Lada Hitam Lampung, Keramik Dinoyo, Gerabah Kasongan dan lain-
lain. Potensi alam yang melimpah tersebut dapat bermanfaat bagi daerah sebagai ciri
khas suatu daerah tersebut dan dapat dimanfaatkan sebagai aset berharga yang dapat
meningkatkan perekonomian daerah dimana produk unggulan tersebut berada.1
Pada sektor pertanian di Indonesia sendiri memiliki produk hasil pertanian yang
diunggulkan dan memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang lainnya. Salah satunya
yaitu padi Pandanwangi Cianjur yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kabupaten
Cianjur Sebagai daerah lumbung padi yang juga berperan dalam membantu penyediaan
pangan nasional.2 Dengan adanya produk unggulan Padi Pandanwangi Cianjur di
Kabupaten Cianjur maka Pemerintah Kabupaten Cianjur perlu mengembangkan dan
melestarikan produk Padi Pandanwangi Cianjur tersebut. Padi Pandanwangi Cianjur
memiliki ciri karakteristik yang istimewa dan spesifik, serta hanya dapat diproduksi di

1
Nizar Apriansyah, 2018, Perlindungan Indikasi Geografis Dalam Rangka Mendorong Perekonomian Daerah,
Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18 No. 4, Jakata, hlm. 525.
2
M. Rendi Aridhayandi dkk, 2019, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Suatu Analisis Peraturan Daerah (Perda)
DI Kabupaten Cianjur, CV. Mulya Bookstore, Cianjur, hlm. 2.

352 Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan


P-ISSN: 2303-3827, E-ISSN: 2477-815X

beberapa wilayah di Kabupaten Cianjur yang airnya berasal dari mata air Gunung Gede
dan tanahnya yang berbahan organik tinggi.3
Padi Pandanwangi Cianjur menjadi produk unggulan dikarenakan dari segi aroma,
rasa dan tekstur nasi yang pulen, dari keunggulan tersebut maka beras padi pandanwanggi
banyak diminati masyarakat menengah keatas dan dengan harga yang sesuai dengan
kualitas diharapkan dapat meningkatkan ekonomi di daerah tersebut.4
Padi Pandanwangi Cianjur hanya dapat diproduksi di beberapa Kecamatan di
Kabupaten Cianjur, diantaranya yaitu di Kecamatan Warungkondang, Cibeber, Cugenang,
Cilaku, Cianjur, Gekbrong, dan Campaka.5 Dengan keistimewaannya tersebut, maka
pada tahun 2015 Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur melalui MP3C (Masyarakat
Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur) telah mendaftarkan beras pandanwangi Cianjur
kedalam Indikasi Geografis (IG) dengan mengajukan permohonan IG ke Kementrian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan nomor permohonan Indikasi Geografis
00.2014.000011 dan nomor pendaftaran ID G 000000034.6 Dengan telah didaftarkan
IG Beras Pandanwangi Cianjur maka masyarakat perlu menjaga produk unggul tersebut
Menurut Miranda Risang Ayu, Indikasi Geografis merupakan sebuah nama
dagang yang dikaitkan, dipakai dan dilekatkan pada kemasan suatu produk dan juga
berfungsi untuk menunjukan asal tempat produk tersebut, dimana asal tempat tersebut
menandakan bahwa kualitas produk tersebut sangat dipengaruhi oleh tempat asalnya
sehingga produk tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi di kalangan masyarakat
khususnya konsumen, yang tahu bahwa tempat asal itu rnemang punya kelebihan
khusus ·dalam menghasilkan suatu produk.7 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis pasal 1 angka 8 menjelaskan bahwa Indikasi
Geografis merupakan suatu tanda yang menunjukan daerah atau asal suatu barang dan/
atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk alam, faktor manusia
ataupun faktor dari kombinasi keduanya yang memberikan reputasi, kualitas dan
karakteristik tertentu pada barang dan/atau jasa yang dihasilkan.
Indikasi Geografis memberikan perlindungan terhadap suatu barang atau produk
yang menunjukkan suatu wilayah dimana di dalam wilayah tersebut merupakan suatu
tanda asal barang, dan dimana reputasi, kualitas dan karakteristik barang tersebut
sangat ditentukan oleh faktor geografis yang bersangkutan. Dengan keunggulan
kualitas barang/produk yang dipelihara dengan baik akan menghasilkan reputasi dari
produk tersebut menjadi baik pula, hal itu akan membuat produk tersebut memiliki
nilai ekonomi yang tinggi. Peluang ekonomi tersebut harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk meningkatkan perekonomian negara, khususnya bagi masyarakat lokal
dimana produk Indikasi geografis itu berada.8
Dalam Buku Persyaratan Permohonan Pendaftaran Indikasi Geografis Beras
Pandanwangi Cianjur Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C), luas
sebaran lahan Padi Pandanwangi Cianjur di Kabupaten Canjur pada tahun 2015 yaitu

3
Ibid,.
4
Dika Supyandi dkk, 2018, Deskripsi Pengembangan Padi Lokal (Studi Kasus Padi Pandanwangi Cianjur), Jurnal
Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian, Vol. 3 No. 2, Universitas Padjadjaran, Bandung, hlm. 573-573.
5
Ibid.
6
M. Rendi Aridhayandi, 2017, Focus Group Discussion Mengenai Pemahaman Perubahan Aturan Hukum Indikasi
Geografis Bagi Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C) Sebagai Pemegang Hak Indikasi Geografis
Terdaftar, Journal Of Empowerment, Vol. 1 No. 2, Universitas Suryakancana, Cianjur, hlm. 99-100.
7
Miranda Risang Ayu, 2006, Memperbincangkan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis, cetakan ke-1, PT.
Alumni, Bandung, hlm. 1.
8
Ibid, h. 4.

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan 353


Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadil an | Vol . 9 | Issue 2 | August 2021 | hlm, 354~363

448,24 hektar.9 Namun pada tahun 2018 luas sebaran lahan Padi Pandanwangi Cianjur
mengalami penurunan yaitu menjadi 41,29 hektar saja.10 Penelitian ini bertujuan untuk
mempertahankan lokasi persawahan Padi Pandanwangi Cianjur yang merupakan
produk Indikasi Geografis.
Penelitian ini disasari dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya
struktur perekonomian disetiap tahunnya di Kabupaten Cianjur mengakibatkan
kebutuhan lahan untuk berbagai kegiatan non pertanian terus meningkat. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fungsi lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai lahan untuk
pertanian menjadi fungsi lahan non pertanian sulit untuk dihindari oleh Pemerintah
Daerah. Hal tersebut dapat mengurangi lahan-lahan pertanian yang berpotensi untuk
dapat dijadikan budidaya Padi Pandanwangi Cianjur yang hanya tersebar dan dapat
ditanam di tujuh kecamatan (Cianjur, Warungkondang, Cibeber, Cugenang, Cilaku,
Gekbrong, Campaka) saja. Ditambah dengan terus berkurangnya minat petani
untuk menanam varietas Padi Pandanwangi Cianjur mengakibatkan budidaya Padi
Pandanwangi Cianjur di Kabupaten Cianjur terus berkurang. Dengan demikian penulis
menganggap penting kewenangan Pemerintah Daerah mengenai pelestarian lahan
pertanian Padi Pandanwangi Cianjur sebagai Bagian dari Indikasi Geografis.
Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif dalam penelitian ini Penulis gunakan
berdasarkan asas-asas hukum dan kaidah-kaidah hukum yang ada pada data kepustakaan
atau data sekunder. Spesifikasi dalam Penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu
menganalisis peraturan perundang-undangan yang relevan dengan penelitian ini seperti
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, kemudian dikaji
dengan teori-teori hukum seperti teori negara hukum, teori kesejahteraan dan teori
perlindungan hukum. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan.
PEMBAHASAN
Faktor Yang Menyebabkan Berkurangnya Lahan Budidaya Pertanian Pandan-
wangi Cianjur Di Kabupaten Cianjur
Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi pembangunan, terutama
di bidang pertanian. Hal tersebut pada dasarnya karena di Indonesia kegiatan pertanian
sangat bergantung pada lahan pertanian. Lahan merupakan unsur yang sangat penting
dalam pemenuhan kebutuhan manusia, khususnya dalam kebutuhan akan pangan.
Kebutuhan akan pangan ini didukung oleh adanya lahan pertanian.11
Food and Agriculture Organization (FAO) menjelaskan bahwa lahan pertanian
merupakan suatu tempat yang berada dipermukaan bumi yang menpunyai sifat tertentu
yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan
hewan serta aktivitas manusia pada masa lampau dan masa sekarang, hingga kepada
tingkat dan sifat-sifat tertentu tersebut memiliki pengaruh yang sangat berarti dalam

9
Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C), 2015, Buku Persyaratan Indikasi Geografis Beras Pan-
danwangi Cianjur, Cianjur, hlm. 63.
10
Endah Lisarini dan Niki Antika, 2019, Audit Keseimbangan Konsumsi Dan Produksi Beras Pandanwangi (Studi
Kasus Di PB Sindang Asih, PB OKH Dan CV Pure Kabupaten Cianjur), Jurnal Agrita, Vol. 1 No. 1, Fakutas Sains Ter-
apan Universitas Suryakancana, Cianjur, hlm. 2.
11
D. Dewinta dan L. Warlina, 2017, Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap Ketahanan Pangan Di Ka-
bupaten Cianjur, Vo. 4 No. 2, Jurnal Wilayah Dan Kota, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Iniversitas
Komputer Indonesia, Bandung, hlm. 93.

354 Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan


P-ISSN: 2303-3827, E-ISSN: 2477-815X

penggunaan fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan pada masa yang akan
datang.12
Pada sektor pertanian khususnya pada usaha tani sawah, memiliki berbagai fungsi
yang sangat penting dalam peningkatan ketahanan pangan, kesejahteraan petani dan
melestarikan lingkungan hidup. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap menjadi
yang terpenting dalam sektor pembangunan ekonomi. Menurut Budi Kolonjo, terdapat
beberapa hal yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia, yaitu:13
1) Sumber daya alam maupun manusia yang besar dan beragam membuat pembangunan
di sektor pertanian memiliki potensi yang sangat besar.
2) Kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional cukup besar.
3) Besarnya masyarakat yang berprofesi dan menggatungkan hidupnya pada sektor
pertanian.
4) Sektor pertanian juga menjadi basis pertumbuhan ekonomi yang utama di pedesaan.
Jawa Barat menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang masyarakatnya sebagian
besar bekerja di sektor pertanian, dapat dilihat Jawa Barat bagian utara adalah pedataran
rendah yang oleh Geertz disebut pesisir,14 di bagian tengah dan selatan terdapat dataran-
dataran tinggi yaitu Bandung, Cianjur, dan Garut. Pesisir dan dataran-dataran tersebut
pada umumnya dijadikan sawah. Sawah adalah lahan usaha tani yang permukaan
lahannya rata dan berlumpur karena mendapat genangan air yang cukup (lebih dari
50%). Sawah ini pada umumnya dipergunakan untuk kepentingan budidaya tanaman
pangan, khususnya padi.15
Kabupaten Cianjur sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat sebagian besar
atau sekitar 52% penduduknya memiliki profesi sebagai petani. 16 Produksi padi di
Kabupaten Cianjur menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat pada tahun
2019 menghasilkan sekitar 641.804 ton. Selain itu, Kabupaten Cianjur juga memiliki
produk hasil pertanian yang diunggulkan dan hanya dapat diproduksi di beberapa
wilayah di Kabupaten Cianjur, yaitu padi Pandanwangi Cianjur.17 Dimana pada tahun
2015 terdapat 448,24 hektar luas areal lahan Padi Pandanwangi Cianjur di Kabupaten
Cianjur.18
Padi sawah Pandanwangi mulai berkembang di Kabupaten Cianjur pada tahun
1970. Pada awal tahun 1970 seorang tengkulak gabah yang bernama Bapak Kosim,
memberikan benih padi kepada Bapak H. Nawawi, yang merupakan seorang petani
yang ahli dalam bertani dari Desa Mayak, Kecamatan Cibeber Cianjur. Keberhasilan
beliau dalam menanam varietas Pandanwangi tersebut mendorong Bapak H. Dimyati
dan Bapak H. Jalal tertarik untuk menanam varietas Pandanwangi, dan masing-
masing menanam varietas Pandanwangi di daerah Jambu Dipa dan Bumikasih yang
kedua daerah tersebut berada di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Yang
kemudian penyebaran Pandanwangi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan
menyebar dari Kecamatan Warungkondang ke Kecamatan Cibeber, Cugenang, Cilaku,

12
Ibid.,
13
Septiana Indriani Kusumaningrum, 2019, Pemanfaatan Sektor Pertanian Pemanfaatan Sektor Pertanian Se-
bagai Penunjang Pertumbuhan Perekonomian Indonesia, Jurnal Transaksi, Vol. 11 No. 1, Universitas Negeri Malang,
Malang, hlm. 81.
14
A. Surjadi, 2010, Masyarakat Sunda–Budaya dan Problema, Cetakan ke-2, PT. Alumni, Bandung, hlm. 45.
15
Ibid, hlm. 103.
16
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1043, diakses pada Sabtu, 30 Mei 2020.
17
M. Rendi Aridhayandi dkk, 2019, Otonomi Daerah dan Desentralisasi…Op.Cit, hlm. 2.
18
http://e-book.dgip.go.id/indikasi-geografis/filemedia/Buku-Persyaratan-IG-Beras-Pandan-Wangi-Cianjur/mo-
bile/index.html#p=3, diakses pada tanggal 30 Juni 2020.

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan 355


Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadil an | Vol . 9 | Issue 2 | August 2021 | hlm, 356~363

Cianjur, dan kecamatan lainnya di Kabupaten Cianjur. Namun penyebaran terbesar ada
di 5 (lima) kecamatan yang telah disebutkan tadi dan sampai sekarang menjadi sentra
produksi padi Pandanwangi.19
Pandanwangi merupakan salah satu jenis beras yang sudah mendapatkan sertifikat
Indikasi Geografis (IG) dari Kementrian Hukum dan HAM RI pada tahun 2015.
Pandanwangi merupakan beras yang berasal dari Cianjur yang memiliki keunggulan
dari segi aroma, rasa dan tekstur nasinya yang pulen. Selain itu, terdapat juga perbedaan
dari segi fisik dari tanaman Padi Pandanwangi dengan tanamn padi lainnya yaitu dari
tinggi padinya yang mencapai 150 cm dan memiliki umur panjang sekitar 155 hari
yang membuat masa panen padi Pandanwangi ini cukup lama dibandingkan dengan
masa panen padi jenis lainnya. Dengan kekhususan tersebut menjadikan harga beras
Pandanwangi relatif lebih tinggi dibandingkan harga beras khusus lainnya. Hal ini
menjadi peluang usaha menjanjikan di kabupaten Cianjur. Peluang usaha merupakan
kreativitas dan inovasi menciptakan nilai tambah dengan melibatkan individu
atau kelompok, memanfaatkan sumberdaya yang ada guna meraih kesempatan dan
dimanfaatkan sekarang dan masa yang akan datang.20
Menurut Sukartawi, pembangunan pertanian pada dasarnya memiliki tujuan untuk
mancapai kesejahteraan masyarakat pertanian secara lebih merata. Pembangunan
pertanian dilakukan dengan cara meningkatkan produksi, produktivitas tenaga kerja,
modal dan pemanfaatan tanah dengan baik. Dengan cara tersebut maka partisifasi aktif
petani dan masyarakat pedesaan dalam usaha pertanian dapat ditingkatkan, sehingga
peningkatan tingkat produksi pertanian dapat dicapai secara efesien dan dinamis yang
dapat membuat pembagian surplus ekonomi antar berbagai pelaku ekonomi menjadi
lebih adil, serta pembagian sistem agribisnis menjadi efesien. Sektor pertanian layak
untuk dijadikan sebagai sektor andalan dalam sistem perekonomian di Indonesia,
termasuk sebagai sektor andalan dalam pemerataan tingkat pendapatan masyarakat
yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.21
Dalam perkembangannya budidaya varietas tanaman Padi Pandanwangi Cianjur
mengalami penurunan, dalam hal ini penulis melakukan penelitian di Desa Gasol,
Kecamatan Cugenang. Dimana di Desa Gasol dalam Buku Persyaratan Permohonan
Pendaftaran Indikasi Geografis Beras Pandanwangi Cianjur Masyarakat Pelestari Padi
Pandanwangi Cianjur (MP3C) pada tahun 2015, terdapat 16 (enam belas) hektar
lahan Persawahan Padi Pandanwangi Cianjur. Namun pada tahun 2020 luas sebaran
lahan persawahan Padi Pandanwangi Cianjur di Desa Gasol terdapat sekitar 2 (dua)
sampai 3 (tiga) hektar saja. Penurunan dan ketidakkonsistenan dalam penanaman
Padi Pandanwangi Cianjur tersebut disebabkan karena masa panennya yang lebih lama
yaitu enam bulan atau hanya dua kali masa panen dalam setahun. Sehingga para petani
ataupun pemilik lahan lebih memilih menanam varietas padi lain yang masa panennya
lebih singkat yang memiliki masa panen tiga kali dalam setahun, dan dari segi ekonomi
keuntungan yang dihasilkan tidak jauh berbeda dibandingkan dengan keuntungan dari
19
Tatty A. Ramli, dan Yety Sumiyati, 2015, Penyuluhan Tentang Perlindungan Hukum Indikasi Geografis Beras
Pandanwangi Cianjur Jawa Barat Sebagai Wujud Sumbangsih Unisba Dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Ma-
nusia (IPM), Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, Vol. 4 No. 1, Fakultas Hukum Universitas
Islam Bandung, Bandung, hlm. 28.
20
E. Lisarini dan H. Mahdi, 2019, Prospek Produksi dan Pemasaran Beras Pandanwangi Murni di Wilayah Pemasa-
ran Kabupaten Cianjur, Vol. 5 No. 1, Jurnal Agribisains, Fakultas Pertanian Universitas Djuanda, Bogor, hlm. 31.
21
Faqihuddin, Dedi Sufyadi dan Suyudi, 2019, Kajian Tentang Sektor Pertanian Dan Kaintannya Dengan Ke-
timpangan Pendapatan (Studi Kasus Di Provinsi jawa Barat), Jurnal Agristan, Vol. 1 No. 1, Universitas Siliwangi,
Tasikmalaya, hlm. 47-48.

356 Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan


P-ISSN: 2303-3827, E-ISSN: 2477-815X

beras Pandanwangi Cianjur. Walaupun ketidakkonsistenan dalam penanaman Padi


Pandanwangi Cianjur tersebut sering terjadi, lahan yang sebelumnya merupakan lahan
yang ditanami Padi Pandanwangi Cianjur yang kemudian dirubah menjadi ditanami
varietas padi lain, lahan tersebut masih tetap dapat ditanami Padi Pandanwangi Cianjur
kembali tanpa merubah kualitas berasnya, asalkan ketersediaan airnya tetap terjaga.
Kemudian dari permasalahan selanjutnya, dengan seiring bertambahnya jumlah
penduduk dan berkembangnya struktur perekonomian disetiap tahunnya di Kabupaten
Cianjur mengakibatkan kebutuhan lahan untuk berbagai kegiatan non pertanian
terus meningkat. Hal tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian sulit untuk dihindari.22 Alih fungsi lahan yang terus terjadi di Kabupaten
Cianjur juga dapat mengurangi lahan-lahan pertanian yang berpotensi untuk dapat
dijadikan budidaya Padi Pandanwangi Cianjur yang hanya tersebar dan dapat ditanam
di tujuh kecamatan (Cianjur, Warungkondang, Cibeber, Cugenang, Cilaku, Gekbrong,
Campaka) saja. Alih fungsi lahan pertanian merupakan hal yang perlu diperhatikan
dengan serius mengingat lahan yang pertanian khususnya lahan persawahan yang
sudah dialihfungsikan tidak bisa dikembalikan menjadi lahan sawah seperti semula.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan alih fungsi lahan, diantaranya:23
1. Faktor Internal.
Faktor internal adalah faktor yang disebabkan berdasarkan pada kondisi sosial
ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan. Karakteristik petani yang
mencangkup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan
yang dimiliki dan tingkat ketergantungan terhadap lahan. Pada zaman modern ini
tidak dapat dipungkiri bahwa para generasi muda lebih memilih bekerja di bidang
industri dan perkantoran diabndingkan dengan bekerja di bidang pertanian. Hal
tersebut mengakibatkan daerah di pedesaan yang bergerak pada bidang pertanian
kekurangan tenaga kerja produktif. Selain itu, terus meningkatnya biaya operasional
dalam pengolahan lahan pertanian juga penyebabkan para petani mengalami kerugian,
sehingga mereka lebih memilih untuk beralih profesi dan menjual lahan pertaniannya
sehingga baralih fungsi menjadi lahan non pertanian.
2. Faktor Eksternal.
Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan karena adanya dinamika
pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. Dimana yang dimaksud pada
faktor-faktor tersebut yaitu:
a. Pertumbuhan perkotaan yang dimaksud yaitu dimana semakin padatnya daerah
perkotaanyangberakibatpadaterjadinyaekspansilahankedaerahpedesaan.Pedesaan
yang juga sebagai daerah yang memasok kebutuhan pangan ke kota akan mulai
tergerus akibat adanya ekspansi tersebut. Sehingga lahan produktif pertanian yang
berada di daerah pedesaan akan berubah fungsi menjadi lahan pemukiman ataupun
industri.
b. Demografi atau kependudukan yang dimaksud adalah semakin meningkatnya
pertumbuhan jumlah penduduk yang menyebabkan semakin meningkatnya
permintaan lahan yang akan dijadikan tempat tinggal.

22
A. Gustiawan dan L. Warlina, 2019, Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Non-Pertanian (In-
dustri) Di Kabupaten Cianjur Serta Dampak Bagi Perekonomian Masyarakat Wilayah Setempat Di Desa Sukasirna
Kabupaten Cianjur, Vol. 6 No. 1, Jurnal Wilayah Dan Kota, Bandung, hlm. 30.
23
Agus Yunian Isyanto (ed.), 2017, Peningkatan Produktivitas Dan Daya Saing Komoditas Pertanian, Prosiding
Seminar Nasional, Proram Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis, Ciamis, hlm. 579-580.

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan 357


Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadil an | Vol . 9 | Issue 2 | August 2021 | hlm, 358~363

c. Faktor ekonomi merupakan faktor dimana semakin meningkatnya kebutuhan akan


lahan di bidang perekonomian baik itu yang digunakan untuk kegiatan pariwisata
ataupun perdagangan. Tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi juga dapat
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dikarenakan banyaknya petani yang
menjual asetnya baik itu berupa ladang, kebun, maupun sawah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang berdampak pada meningkatnya alih fungsi lahan sawah
dan semakin meningkatnya penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal.
3. Faktor Kebijakan.
Faktor kebijakan berhubungan dengan peraturan atau regulasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah pusat maupun daerah mengenai perubahan fungsi lahan pertanian,
kelemahan pada regulasi mengenai kekuatan hukum, sanksi pelanggaran dan akurasi
objek lahan yang dilarang untuk dikonversi. Selain itu, kurangnya aksi nyata (hanya
wacana semata), dan tidak jelasnya langkah pemerintah dalam meminimalisir kegiatan
yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi tidak terkendali
dan semakin banyaknya lahan yang terkonversi.

Dampak Yang Dari Berkurangnya Lahan Budidaya Pertanian Padi Pandanwangi


Cianjur
Dengan berkurangnya Lahan Budidaya Pertanian Pandanwangi Cianjur wilayah
Kabupaten Canjur akan kehilangan produk Padi unggulan yang dapat meningkatkan
perekonomian masyarakatnya. Dan zaman modern ini, fenomena alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan non pertanian memang sulit dihindari dikarenakan pesatnya
pertumbuhan ekonomi dan terus meningkatnya jumlah penduduk dan pengendaliannya
pun cenderung tidak maksimal. Berikut beberapa dampak secara umum alih fungsi
lahan pertanian:
1. Berkurangnya Lahan Pertanian.
Dengan adanya laih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian tanpa diimbangi
dengan pergantian lahan pertanian yang baru, maka secara otomatis lahan pertanian
menjadi berkurang.
2. Menurunnya Produksi Pangan Nasional.
Akibat dari lahan pertanian yang terus berkurang, maka hasil produksi juga akan
ternganggu, ketersediaan pangan terus berkurang. Dalam skala besar, stabilitas pangan
nasional juga akan sulit tercapai, mengingat jumlah penduduk yang terus meningkat
setiap tahunnya, sedangkan lahan prtanian justru berkurang.
3. Sarana dan Prasarana Pertanian Menjadi Tidak Tepakai.
Dalam membantu peningkatan produk pertanian, pemerintah telah menganggarkan
biaya untuk membangun sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pertanian
seperti saluran irigasi, bendungan, drainase serta infrastruktur lainnya. Sehingga jika
kawasan lahan pertanian tersebut beralih fungsi menjadi kawasan non pertanian,
maka sarana dan prasarana pendukung pertanian tersebut menjadi tidak terpakai.
4. Dampak Terhadap Petani.
Dengan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian seperti industri,
perumahan dan lainnya, menyebabkan harga tanah yang berada di kawasan sekitarnya
menjadi tinggi, sehingga petani tergiur untuk menjual lahannya karena penurunan
hasil panen dan penurunan kualitas padi. Penurunan hasil panen dan penurunan
kualitas pertanian di sebabkan karena kurangnya air yang mengaliri persawahan petani

358 Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan


P-ISSN: 2303-3827, E-ISSN: 2477-815X

serta kualitas air yang menurun dan tidak sama dengan sebelum adanya kawasan non
pertanian tersebut.
Di Kabupaten Cianjur, fenomena alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian
merupakan sebuah ancaman bagi keberadaan lahan pertanian Padi Pandanwangi
Cianjur. MengingatPadiPandanwangiCianjurmerupakan varietasunggulanyanghanya
tumbuh dan berkembang di Cianjur. Jika alih fungsi lahan di wilayah tersebut terus
terjadi akibatnya pada keberadaan Beras/Padi Pandanwangi Cianjur akan hilang/punah,
Kabupaten Cianjur juga akan kehilangan potensi daerah yang dapat meningkatkan
perekonomian dan Pendapatan Asli Daerah. Selain itu, dengan hilangnya reputasi,
kualitas dan karateristik dari produk Beras/Padi Pandanwangi Cianjur akan berakibat
pada terhapusnya Beras Pandanwangi Canjur dari daftar Indikasi Gografis.

Peran Dan Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur Dalam Melindungi


Dan Melestarikan Lahan Budidaya Pandanwangi Cianjur Di Kabupaten Cianjur
Pemerintah Daerah memiliki peran strategis dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan di daerahnya. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah pada Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka
5 menjelaskan bahwa urusan pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kemetrian negara
dan penyelenggaraan Pemerintah Daerah untuk melindungi, melayani, memberdayakan
dan mensejahterakan masyarakat. Dalam kekuasaan pemerintahan, dijelaskan dalam
urusan pemerintahan bahwa dalam pasal 12 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintahan Daerah, bahwa sektor pertanian merupakan salah satu
urusan pemerintahan konkuren yang termasuk urusan pemerintahan pilihan.24
Dalam konsep pemerintahan otonomi daerah maka daerah haruslah memiliki perangkat
hukum sendiri. Pemerintah Daerah berwenang untuk mengurus pemerintahannya
sendiri sebagai wujud dari asas otonomi daerah yang pada hakikatnya diarahkan untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Perlindungan hukum
terhadap Indikasi Geografis merupakan salah satu kekhususan yang juga termasuk
tanggung jawab daerah yang otonom. Pemerintah Daerah perlu menentukan kebijakan
dalam rangka memberikan perlindungan pada hak Indikasi Geografis yang ada di
daerahnya sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan daerah tersebut.25
Pemerintah Daerah perlu memerhatikan dengan lebih mengenai perlindungan
Indikasi Geografis, pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya:26
1. Banyaknya produk-produk yang memerlukan perlindungan Indikasi Geografis, serta
adanyakeinginanmasyarakatuntukmendapatperlindunganhukum,mengingatsumber
daya alam yang kaya dan budayanya yang beraneka ragam.
2. Unsur letak geografis Indonesia yang sangat strategis dan memiliki keistimewaan
dalam produk Indikasi Geografis.

24
M. Rendi Aridhayandi, 2018, Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Pemerintahan Yang Baik (Good
Governance) Dibidang Pembinaan Dan Pengawasan Indikasi Geografis, Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol. 48 No.
4, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, hlm. 884.
25
Imam Lukito, 2018, Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendorong Potensi Indikasi Geografis (Studi Pada
Provinsi Kepulauan Riau), Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum, Vol. 12 No. 3, Jakarta, hlm. 315.
26
M. Rendi Aridhayandi, 2018, Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan Pemerintahan Yang Baik (Good
Governance)…, Op.Cit, hlm. 884.

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan 359


Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadil an | Vol . 9 | Issue 2 | August 2021 | hlm, 360~363

3. Posisi Indonesia yang sangat strategis dalam lajur perdagangan internasional yaitu
jangkauan perdagangannya yang sangat luas serta memiliki jumlah penduduk yang
besar.
4. Indonesia juga merupakan salah satu anggota WTO (World Trade Organization) dan
Trips agreement, yang memiliki kewajiban untuk membuat/memiliki peraturan yang
mengatur mengenai Indikasi Geografis.
Selain itu terdapat manfaat perlindungan hukum Indikasi Geografis, Diantaranya:27
1. Memberikan perlindungan hukum terhadap produk Indikasi Geografis di Indonesia.
2. Indikasi Geografis dapat digunakan strategi pemasaran produk Indikasi Geografis pada
perdagangan di dalam negeri dan di luar negeri.
3. Memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi pada produk berpotensi Indikasi Geografis
di daerah dan meningkatkan kemampuan ekonomi daerah.
4. Meningkatkan reputasi produk Indikasi Geografis pada perdagangan global.
5. AdanyapersamaanperlakuanatasperlindunganIndikasiGeografisdanpromosiIndikasi
Geografis di luar negeri.
6. Indikasi Geografis merupakan salah satu alat untuk mengindari persaingan yang curang.
Selanjutnya keuntungan dengan adanya Indikasi Geografis bagi petani diantaranya:28
1. Dapat meningkatkan profesionalisme petani.
2. Meningkatkan dan memelihara kualitas produk Indikasi Geografis serta memperkuat
daya saing petani.
3. Memperkuat hak petani melalui asosiasi produk Indikasi Geografis.
4. Mendorong peningkatan pemerataan ekonomi yang lebih baik bagi para petani.
5. Meningkatkan dan menciptakan lapangan kerja bagi para petani di daerah yang memiliki
potensi Indikasi Geografis.
Di Kabupaten Cianjur terdapat produk unggulan yang terdaftar Indikasi Geografis,
yaitu Beras Pandanwangi Cianjur. Dalam upaya perlindungan dan pelestarian Padi
Pandanwangi Cianjur maka Pemerintah kabupaten Cianjur mengeluarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pelestarian dan Perlindungan
Padi Pandanwangi Cianjur. Dalam pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Cinjur tentang
Pelestarian dan Perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur menyebutkan bahwa maksud
dari pelestarian dan perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur adalah untuk pembinaan,
pengawasan dan pengendalian varietas Padi Pandanwangi Cianjur guna untuk menjamin
ketersedian produk Padi Pandanwangi Cianjur, menjamin kesejahteraan petani Padi
Pandanwangi Cianjur, serta menjamin keberadaan lahan budidaya Padi Pandanwangi
Cianjur berkelanjutan.
Selanjutnya dalam pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 19 Tahun
2012 Tentang Pelestarian dan Perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur menyebutkan
mengenai tujuan dari pelestarian dan perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur adalah:
1. Mewujudkan dan menjamin tersedianya Lahan padi pandanwangi cianjur secara
berkelanjutan.
2. Mengendalikan alih fungsi Lahan Padi Pandanwangi Cianjur.
3. Mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan.
4. Meningkatkan pembudidayaan pendapatan dan kesejahteraan petani.
5. Mewujudkan keseimbangan ekosistem.

27
Ibid, hlm. 884-885.
28
Ibid, hlm. 885.

360 Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan


P-ISSN: 2303-3827, E-ISSN: 2477-815X

6. Mempertahankan keberadaan Padi Pandanwangi Cianjur sebagai komoditas tanaman


pangan unggulan bagi Pemerintah Daerah maupun bagi masyarakat Cianjur, khususnya
bagi masyarakat petani.
7. Menempatkan Padi Pandanwangi Cianjur mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi
dibandingan dengan varietas padi lainnya.
8. Memberikan perlindungan para petani Padi Pandanwangi Cianjur melalui pemberian
hak kekayaan intelektual terhadap Padi Pandanwangi Cianjur dan jaminan kepastian
hukum terhadap kemurnian Padi Pandanwangi Cianjur sebagai usaha Petani.
Pada Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pelestarian
dan Perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur, pasal 4 huruf b menjelaskan bahwa salah
satu tujuan dari pelestarian dan perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur yaitu adalah
mengendalikan alih fungsi lahan Padi Pandanwangi Cianjur. Dalam pelaksanaannya
Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur juga memiliki kewenangan untuk melakukan
penetapan sentra komoditas Padi Pandanwangi Cianjur berdasarkan perwilayahan lahan
penanaman Padi pandanwangi Cianjur yang sifatnya spesifik, dan juga berwenang untuk
melaksanakan penetapan luas lahan budidaya Padi Pandanwangi Cianjur sesuai dengan
sumber daya lahan yang ada. Serta dalam Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor
17 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2011-
2031, kawasan lahan pertanian tanaman Padi Pandanwangi Cianjur termasuk kedalam
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) yang merupakan wilayah dimana penataan
ruangnya tersebut menjadi prioritas karena memiliki pengaruh ekonomi yang sangat
penting di Kabupaten Cianjur.
Selain itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur juga melakukan upaya perlindungan
terhadap lahan pertanian Padi Pandanwangi Cianjur dengan mengeluarkan Peraturan
Daerah kabupaten Cianjur Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dimana pada pasal 9 Undang-Undang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), menjelaskan bahwa pada perencanaan
penetapan LP2B Kabupaten Cianjur lahan persawahan Padi Pandanwangi Cianjur
termasuk kedalam kawasan LP2B yang dilindungi.

simpulan

Berkurangnya minat para petani untuk menanam varietas Padi Pandanwangi Cianjur
mengakibatkan budidaya Padi Pandanwangi Cianjur di Kabupaten Cianjur terus
berkurang. Ditambah dengan adanya fenomena alih fungsi lahan pertanian menjadi
non pertanian yang terus terjadi di Kabupaten Cianjur dapat mengancam keberadaan
Lahan Padi Pandanwangi Cianjur yang dimana wilayah menghasilkan produk
Pandanwangi Cainjur yang terbaik hanya tersebar di sekitar 7 (tujuh) kecamatan saja.
Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur untuk melindungi dan melestarikan
Lahan Padi Pandanwangi Cianjur yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah
Kabupaten Cianjur Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pelestarian dan Perlindungan Padi
Pandanwangi Cianjur dan juga melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan
salah satu tujuan dibuatnya Peraturan Daerah tersebut untuk melindungi lahan Padi
Pandanwangi Cianjur dari alih fungsi lahan.
Padi/Beras Pandanwangi Cianjur sebagai produk yang terdaftar sebagai Indikasi
Geografis yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat,
diharapkan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur dapat dengan serius melaksanakan

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan 361


Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadil an | Vol . 9 | Issue 2 | August 2021 | hlm, 362~363

upaya perlindungan dan pelestarian lahan pertanian Padi Pandanwani Cianjur, agar
keberadaan, reputasi, kualitas dan karateristiknya tetap terjaga. Perlu adanya perhatian
yang lebih mengenai mengendalikan fenomena alih fungsi lahan agar tidak menjadikan
lahan pertanian Padi Pandanwangi Cianjur untuk teralihfungsikan menjadi lahan non
pertanian, serta diharapkan juga Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur memiliki
peraturan khusus untuk melingdungi dan melestarikan lahan Padi Padanwangi Cianjur.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
M. Rendi Aridhayandi dkk, (2019), Otonomi Daerah dan Desentralisasi Suatu Analisis
Peraturan Daerah (Perda) Di Kabupaten Cianjur, CV. Mulya Bookstore, Cianjur.
Miranda Risang Ayu, (2006), Memperbincangkan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi
Geografis, cetakan ke-1, PT. Alumni, Bandung.
Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C), (2015), Buku Persyaratan
Indikasi Geografis Beras Pandanwangi Cianjur, Cianjur.
Jurnal
A. Gustiawan dan L. Warlina, (2019), Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian
Menjadi Non-Pertanian (Industri) Di Kabupaten Cianjur Serta Dampak Bagi
Perekonomian Masyarakat Wilayah Setempat Di Desa Sukasirna Kabupaten
Cianjur, Jurnal Wilayah Dan Kota Vol. 6 No. 1.
Dika Supyandi dkk, (2018), Deskripsi Pengembangan Padi Lokal (Studi Kasus Padi
Pandanwangi Cianjur), Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian, Vol.
3 No. 2.
D. Dewinta dan L. Warlina, (2017), Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Terhadap
Ketahanan Pangan Di Kabupaten Cianjur, Jurnal Wilayah Dan Kota, Vol. 4 No.
2.
E. Lisarini dan H. Mahdi, (2019), Prospek Produksi dan Pemasaran Beras Pandanwangi Murni di
Wilayah Pemasaran Kabupaten Cianjur, Jurnal Agribisains, Vol. 5 No. 1.
Endah Lisarini dan Niki Antika, (2019), Audit Keseimbangan Konsumsi Dan Produksi
Beras Pandanwangi (Studi Kasus Di PB Sindang Asih, PB OKH Dan CV Pure
Kabupaten Cianjur), Jurnal Agrita, Vol. 1 No. 1.
Faqihuddin, Dedi Sufyadi dan Suyudi, (2019), Kajian Tentang Sektor Pertanian Dan
Kaintannya Dengan Ketimpangan Pendapatan (Studi Kasus Di Provinsi jawa
Barat), Jurnal Agristan, Vol. 1 No. 1.
Imam Lukito, (2018), Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendorong Potensi Indikasi
Geografis (Studi Pada Provinsi Kepulauan Riau), Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, Vol. 12 No. 3.
M. Rendi Aridhayandi, (2017), Focus Group Discussion Mengenai Pemahaman Perubahan
Aturan Hukum Indikasi Geografis Bagi Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi
Cianjur (MP3C) Sebagai Pemegang Hak Indikasi Geografis Terdaftar, Journal Of
Empowerment, Vol. 1 No. 2.
M. Rendi Aridhayandi, (2018), Peran Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan

362 Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan


P-ISSN: 2303-3827, E-ISSN: 2477-815X

Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Dibidang Pembinaan dan


Pengawasan Indikasi Geografis, Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol. 48 No. 4.
Nizar Apriansyah, (2018), Perlindungan Indikasi Geografis Dalam Rangka Mendorong
Perekonomian Daerah, Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, Vol. 18 No. 4.
Tatty A. Ramli, dan Yety Sumiyati, 2015, Penyuluhan Tentang Perlindungan Hukum Indikasi
Geografis Beras Pandanwangi Cianjur Jawa Barat Sebagai Wujud Sumbangsih Unisba
Dalam Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Dharmakarya: Jurnal
Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat, Vol. 4 No. 1.
Prosiding
Agus Yunian Isyanto (ed.), (2017), Peningkatan Produktivitas Dan Daya Saing
Komoditas Pertanian, Prosiding Seminar Nasional, Proram Studi Agribisnis,
Ciamis. Indonesia.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244).
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 252).
Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 17 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2011-2031.
Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pelestarian dan
Perlindungan Padi Pandanwangi Cianjur.
Peraturan Daerah Kabupaten Cianjur Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Berkelanjutan.
Website
https://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1043, diakses pada Sabtu, 30 Mei 2020.
http://e-book.dgip.go.id/indikasi-geografis/filemedia/Buku-Persyaratan-IG-Beras-
Pandan-Wangi-Cianjur/mobile/index.html#p=3, diakses pada tanggal 30 Juni
2020.

Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan 363

You might also like