You are on page 1of 35

Artikel

Kejadian Avian Influenza (AI) pada Ayam Tangkapan Di


Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Pelabuhan Ferry Bastiong dan
Pelabuhan Jailolo Tahun 2018-2021
Nadila Prihatini

ABSTRACT

North Maluku Province is designated as a province there have not been Avian Influenza cases
found both in poultry or in human. The Governor Regulation of North Maluku no. 17 in 2007
concerns on the prohibition to enter living poultries, to control poultry traffic, and to control
the ingredients from poultry. As the regional development, there has been an increase of
human traffic to and from North Maluku Province, including poultry. In North Maluku
Province, 7 of 91 ports are monitored by the Ternate Class II Agricultural Quarantine Center.
This research is conducted in the Ahmad Yani Ternate port, Fery Bastiong port, and Jailolo
port. It aims to find out the health condition of the chickens caught and the differences of the
number of poultries (chicken) caught in 3 ports and illegally transported by ship passengers to
North Maluku from 2018 to 2021. The finding shows 58.8% is the chicken caught in the
Ahmad Yani Ternate port, 26.8% is in Ferry Bastiong port, and 14,4% is in Jailolo port. The
percentage of the chickens caught in 2018, 2019, 2020, and 2021 respectively is as the
following: 26.4%, 26.5%, 24.9%, and 22.3%. Meanwhile, the result of HI test on the
chickens caught reveals there is no Avian Influenza virus. As an evaluation form of
quarantine implementation, the chicken samples in society in 2019 and in 2021 are tested by
using a PCR-test method. The result is positively 2.1% Avian Influenza.
Keywords: Over-crossed caught chickens, HI Test, RT-PCR test, Ternate Class II
Agricultural Quarantine Center

Pendahuluan

Lalu lintas antar pulau yang semakin maju dan cepat berpengaruh terhadap
penyebaran penyakit hewan menular dari satu pulau ke pulau lainnya. Penyebaran penyakit
dapat terjadi karena terbawa oleh media pembawa yang dilalulintaskan. Salah satu penyakit
menular yang sangat mudah menyebar dalam proses ini adalah avian influenza (AI) yang
dibawa oleh ayam yang melewati lalu lintas antara pulau.
Indonesia merupakan negara tropis yang terletak di khatulistiwa dengan berbagai
keanegaragaman hayati, interaksi antara manusia dan hewan yang erat, serat sosial ekonomi
masyarakat dapat meningkatkan penyakit infeksi emerging. Menurut World Health
Organization, pada tahun 2018, kasus H5N1 atau avian influenza terjadi secara kumulatif
sejak tahun 2003 sampai tahun 2018 sebanyak 860 kasus dengan 454 kematian di dunia.

1
Kasus terakhir di deteksi di Indonesia pada bulan September 2017 (World Health
Organization, 2018)
Wabah flu burung subtype H5 pada unggas pertama kali terjadi di Indonesia pada
tahun 2003 dan awal tahun 2004. Angka kesakitan dan kematian pada unggas (ayam ras
petelur, ayam ras pedaging, ayam kampung dan itik) yang ditimbulkan wabah ini adalah
90%. Penyebarannya berlangsung sangat cepat sehingga virus flu burung menulari hampir di
seluruh Indonesia (Dharmayanti dkk., 2004).
Pada bulan Januari 2004 dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar
biasa (terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa
Barat). Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh virus new castle, namun konfirmasi
terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza).
Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia
sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya
adalah provinsi Jawa Barat (1,541, 42 ekor) (Balibang Depkes, 2005) kasus pada manusia
menurut Ditjen PP&PL, Kemenkes RI (2013) jumlah kasus flu burung pada manusia di
Indonesia dari tahun 2005 sampai Desember 2012 tercatat sebanyak 192 kasus dengan 167
diantaranya meninggal, melihat kondisi tersebut maka pemerintah Indonesia mengeluarkan
kebijakan bahwa avian influenza termasuk dalam kategori penyakit strategis di Indonesia.
Untuk itu perlu adanya pencegahan, pengendalian dan pemberantasan yang serius
terhadap /penyebaran virus avian influenza di Indonesia (Hewajuli dan Dharmayanti, 2008)
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 393/Kpts/PD.620/7/2007 tentang
Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Hewan Menular Influenza Pada Unggas (avian
influenza) di Wilayah Indonesia disebutkan bahwa wilayah Maluku Utara masih merupakan
daerah bebas AI (Kementan 2007). Sebelumnya Maluku Utara telah menerbitkan Peraturan
Gubenur Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lalulintas, Pemeliharaan dan
Peredaran Unggas di Wilayah Provinsi Maluku Utara. Peraturan ini untuk menjamin wilayah
Provinsi Maluku utara bebas secara lestari dari penyakit AI. Yang meliputi laragan
pemasukan unggas hidup, pengendalian lalu lintas unggas, bahan asal unggas dan hasil
bahan asal unggas. (Pemda Malut 2007)
Berdasarkan peraturan pemda Maluku Utara 2007 perlu dilakukan deteksi untuk
mengetahu adanya antibodi terhadap virus avian influenza yang dapat menyebabkan
penyakit flu burung dengan menggunakan metode HI pada unggas tahanan yang berasal dari
luar Maluku Utara.
Maluku utara memiliki jumlah pelabuhan sebanyak 91 pelabuhan (Katadata 2021). Dari 91
pelabuhan tersebut hanya 7 pelabuhan atau wilker yang diawasi oleh balai karantina
pertanian. 7 wilker tersebut terdiri dari : wilker Ahmad Yani, wilker Babullah, wilker
Tobelo, wilker Sanana, wilker Bacan, wilker Morotai dan wilker Kantor Pos (Karantina
Pertanian Ternate).
Pengawasan lalu lintas ayam antar pulau dilakukan di beberapa pelabuhan yang ada di
Provinsi Maluku Utara yaitu Pelabuhan Ahmad Yani dan Pelabuhan Ferry Bastiong di Kota
Ternate, Pelabuhan Jailolo di Kabupaten Halmahera Barat, Pelabuhan Tobelo di Kabupaten
Halmahera Utara, Pelabuhan Daruba di Kabupaten Pulau Morotai, Pelabuhan Weda di
Kabupaten Halmahera Tengah, Pelabuhan Buli di Kabupaten Halmahera Timur, Pelabuhan
Babang di Kabupaten Halmahera Selatan dan Pelabuhan Sanana di Kabupaten Kepulauan
Sula. Secara geografis di Provinsi Maluku Utara terdapat 805 pulau dan hanya 82 pulau
yang dihuni, yang terdiri dari 115 Kecamatan, 115 Kelurahan dan 1063 Desa. Alat
transportasi utama masyarakat Maluku Utara adalah kapal/perahu, sehingga disetiap
Kecamatan terdapat pelabuhan, bahkan dibeberapa Desa memliki pelabuhan tersendiri.
Provisnsi Maluku Utara di sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku dan dengan
Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, di sebalah Timur berbatasan dengan
Selat Halmahera dan dengan Provinsi Papua Barat, sebelah Utara dengan Samudra Pasifik
dan sebelah Selatan dengan Laut Seram dan Provinsi Maluku.
Berdasarkan laporan Kegiatan penangkapan dari seluruh Pelabuhan yang menjadi
wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate sebagai berikut : pada tahun 2018
terdapat sebanyak 146 kegiatan dengan hasil tangkapan 702 ekor unggas dan 25 ekor non
unggas (kucing, anjing dan kelinci), hewan hasil tangkapan berasal dari bawaan penumpang
kapal dari pelabuhan Manado, Bitung, Surabaya, Ambon dan pelabuhan dalam wilayah
Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 2019 terdapat 123 kegiatan dengan hasil tangkapan 256
ekor unggas dan 8 ekor non unggas yang berasal dari pelabuhan Manado, Bitung, Makassar,
Namlea dan pelabuhan dari dalam Provinsi Maluku Utara. Pada tahun 2020 terdapat 81
tangkapan dengan unggas sebanyak 272 ekor dan non unggas 5 ekor (sapi dan kucing) yang
berasala dari Manado, Bitung,Makassar dan pebuhan dari dalam Provinsi Maluku Utara.
Dan pada Januari – April tahun 2021 terdapat 62 kegiatan dengan hasil tankapan unggas
sebanyak 628 ekor dan non unggas sebanyak 7 ekor yang berasal dari pelabuhan Manado,
Bitung, Makassar dan pelabuhan dari dalam Provinsi Maluku Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hasil tangkapan ayam
berdasarkan waktu (bulan), lokasi dan status kesehatan ayam tangkapan
Metodologi

Penelitian ini bersifat non eksperimental dan akan dibahas secara deskriptif, karena
mendekripsikan unggas tahanan yang terlalulintaskan di pelabuhan Jailolo, pelabuhan
Ahmad Yani dan pelabuhan Ferry Bastiong melalui test HI serta melalui verifikasi test RT-
PCR. Penelitian ini menggunakan data ayam hasil tangkapan yang dimiliki Balai Karantina
Pertanian Kelas II Ternate selama tahun 2018-2021

Hasil dan Pembahasan

a. Distribusi Ayam Tangkapan Berdasarkan Lokasi

Jumlah unggas tangkapan yang terlalulintaskan melalui pelabuhan Ahmad Yani,


pelabuhan Ferry Bastiong dan pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat selama tahun
2018-2021 sebanyak 1.918 ekor sedangkan ayam tangkapan yang dimusnahkan sebanyak
861 ekor atau sekitar (44.9%) dari jumlah unggas tertangkap. Jenis ayam yang tertangkap
terdiri dari ayam kampung 433 ekor (50.3%), ayam Bangkok 260 ekor (30.2%), ayam
philipine 133 ekor (15.4%) dan ayam kate, ayam bloiler, ayam cemani 35 ekor (4.0%)

TAHUN JUMLAH
PELABUHAN
2018 2019 2021 2021

JML % JML % JML % JML % JML %

Ahmad Yani 132 15.3 170 19. 112 13.0 92 20.7 506 58.8
Ternate 7

Ferry Bastiong 89 10.3 57 6.6 58 6.7 27 3.1 231 26.8

Jailolo 6 0.7 1 0.1 44 5.1 73 8.5 124 14.4


Halmahera
Barat

JUMLAH 227 26.4 228 26. 214 24.9 192 22.3 861 100
5

Berdasarkan table diatas , kegiatan penangkapan lebih banyak dilakukan di pelabuhan


Ahmad Yani sebesar 58.8% sedangkan dipelabuhan Ferry Bastiong 26.8% dan pelabuhan
Jailolo sebesar 14.4%, ayam tangkapan di tiga pelabuhan dari tahun 2018-2021 tidak
menunjukan perbedaan yang berarti berisar antara 22.3% sampai dengan 26.5%

b. Distribusi ayam tangkapan berdasarkan Waktu Tangkapan

TAHUN JUMLAH
BULAN
2018 2019 2020 2021

JANUARI 0 5 31 17 53 6.2 %

PEBRUARI 27 13 13 15 68 7.7 %

MARET 27 21 27 47 122 14.2 %

APRIL 21 9 0 35 65 7.5 %

MEI 18 17 2 20 57 6.6 %

JUNI 19 19 1 16 55 6.4 %

JULI 50 11 20 5 86 9.9 %

AGUSTUS 18 5 12 10 45 5.2 %

SEPTEMBE 31 26 43 27 127 14.8 %


R

OKTOBER 12 39 28 0 79 9.2 %

NOPEMBER 4 27 18 0 49 5.7 %

DESEMBER 0 36 19 0 55 6.4 %

JUMLAH 227 228 214 192 861 100 %


(26.4%) (26.5% (24.9%) (22.3%)

Berdasarkan table diatas terlihat bahwa ayam tertangkap terbanyak terjadi pada bulan Maret
dan bulan September masing masing sebesar 14.2% dan 14,8% sedangkan pada bulan
lainnya berkisar antara 5.2% sampai dengan 9.9%
c. Distribusi Ayam Tangkapan Berdasarkan Lokasi dan Waktu Tangapan

PELABUHAN AHMAD YANI TERNATE JUMLAH


BULAN
2018 2019 2020 2021

JANUARI 0 1 13 11 25 (4.9%)

PEBRUARI 1 12 11 3 27 (5.3%)

MARET 16 10 23 15 64 (12.6%)

APRIL 14 7 0 16 37 (7.3%)

MEI 14 15 2 12 43 (8.5%)

JUNI 5 14 1 14 34 (6.7%)

JULI 40 9 12 4 65 (12.8%)

AGUSTUS 7 5 6 10 28 (5.5%)

SEPTEMBE 25 18 4 7 54 (10.7%)
R

OKTOBER 8 25 17 0 50 (9.9%)

NOPEMBER 2 25 14 0 41 (8.1%)

DESEMBER 0 29 9 0 38 (7.5%)

JUMLAH 132 (26.0%) 170 (33.6%) 112 (22.1%) 92 (18.2%) 506 (100%)

Berdasarkan table diatas jumlah ayam tangkapan di pelabuhan Ahmad Yani Ternate
tahun 2018-2021 terbanyak pada bulan Maret 12.6%, Juli 12.8%, dan September 10.7%
dari jumlah seluruh tangkapan sebanyak 506 ekor sedangkan jumlah tangkapan terbanyak
pada tahun 2019 sekitar 33.6%

d. Distribusi Ayam tangkapan Di Pelabuhan Ferry Bastiong Bulan Januari-Desember


Tahun 2018-2021

PELABUHAN FERRY BASTIONG JUMLAH


BULAN
2018 2019 2020 2021

JANUARI 0 4 18 6 28 (12.1%)

PEBRUARI 25 1 2 2 30 (12.9%)

MARET 11 11 0 4 26 (11.3%)

APRIL 7 2 0 8 17 (7.4%)

MEI 4 2 0 4 10 (4.3%)

JUNI 12 4 0 2 18 (7.8%)

JULI 8 2 0 1 11 (4.8%)

AGUSTUS 10 0 0 0 10 (4.3%)

SEPTEMBE 6 8 27 0 41 (17.7%)
R

OKTOBER 4 14 9 0 27 (11.6%)

NOPEMBER 2 2 2 0 6 (2.3%)

DESEMBER 0 7 0 0 7 (3.0%)

JUMLAH 89 (38.5%) 57 (24.7%) 58 (25.1%) 27 (11.7%) 231 (100%)


Berdasarkan table diatas jumlah ayam tangkapan di pelabuhan Ferry Bastiong tahun
2018-2021 terbanyak pada bulan Januari 12.1%, Pebruari 12,9%, Maret 11.3%, September
17.7% dan Oktober 11.6% dari jumlah seluruh tangkapan sebanyak 231 ekor sedangkan
jumlah tangkapan terbanyak pada tahun 2018 sekitar 38.5%

e. Distribusi Ayam Tangkapan Di Pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat Bulan


Januari-Desember Tahun 2018-2021

PELABUHAN JAILOLO KABUPATEN JUMLAH


BULAN HALMAHERA BARAT

2018 2019 2020 2021

JANUARI 0 0 0 0 0

PEBRUARI 1 0 0 10 11 (8.9%)

MARET 0 0 4 28 32 (25.8%)

APRIL 0 0 0 11 11 (8.9%)

MEI 0 0 0 4 4 (3.2%)

JUNI 2 1 0 0 3 (2.4%)

JULI 2 0 8 0 10 (8.3%)

AGUSTUS 1 0 6 0 7 (5.6%

SEPTEMBE 0 0 12 20 32 (25.8%)
R

OKTOBER 0 0 2 0 2 (1.6%)

NOPEMBER 0 0 2 0 2 (1.6%)
DESEMBER 0 0 10 0 10 (8.3%)

JUMLAH 6 (4.8%) 1 (0.8%) 44 (35.5%) 73 (58.9%) 124 (100%)

Berdasarkan table diatas jumlah ayam tangkapan di pelabuhan Jailolo Kabupaten


Halmahera Barat tahun 2018-2021 terbanyak pada bulan Maret 25.8% dan September
25,8% dari jumlah seluruh tangkapan sebanyak 124 ekor sedangkan jumlah tangkapan
terbanyak pada tahun 2021 sekitar 58.9%

f. Distribusi Kesehatan Ayam Tangkapan Berdasarkan Test HI Tahun 2018-2021

JUMLAH JUMLAH HASIL TEST HI


TAHUN AYAM SAMPEL
POSITIF NEGATIF
TANGKAPAN

2018 227 0 0 0

2019 228 35 0 35

2020 214 115 0 115

2021 192 116 0 116

JUMLAH 861 266 (30.9%) 0 (0%) 266 (100%)

Berdasarkan table diatas jumlah sampel ayam tangkapan sebanyak 266 ekor atau sekitar
30.9% dari seluruh jumlah ayam tangkapan. Hasil tes HI nya tidak menunjukan adanya
sero positif.

g. Distribusi Test RT-PCR Tahun 2018-2021


JUMLAH TEST RT-PCR
TAHUN SAMPEL
POSITIF NEGATIF

2018 10 0 10

2019 114 5 109

2020 0 0 0

2021 116 0 116

JUMLAH 240 5 (2,1%) 235 (97,9)%

Berdasarkan table diatas terdapat 240 ekor ayam yang dijadikan sebagai sampel untuk
pemeriksaan test RT-PCR yaitu pada tahun 2018, 2019 dan 2021, sampel dikirim ke
laboratorium Balai Besar Veteriner Maros Sulawesi Selatan, sampel pada tahun 2019
sebanyak 114 ekor dan ditemukan yang positif sebanyak 5 ekor.

Provinsi Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan mempunyai 91 pelabuhan yang


tersebar di 115 Kecamatan yang merupakan pintu masuk orang dan barang termasuk hewan
antar pulau, pengawasan lalu lintas hewan oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate
dilakukan di 19 pelabuhan dimana 12 pelabuhan diantaranya belum dapat diawasi (Profil
Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate).sehingga hanya ada 7 pelabuhan yang diawasi
yaitu pelabuhan Ahmad Yani Ternate, pelabuhan Ferry Bastiong, pelabuhan Jailolo,
(Kabupaten Halmahera Barat),pelabuhan Tobelo (Kabupaten Halmahera Utara), pelabuhan
Daruba (Kabupaten Pulau Morotai), pelabuhan Babang (Kabupaten Halmahera Selatan )
dan pelabuhan Sanana (Kabupaten Kepulauan Sula) Penelitian ini dilaksanakan di 3
pelabuhan yaitu Pelabuhan Ahmad Yani Kota Ternate, pelabuhan Ferry Bastiong dan
pelabuhan Jailolo di Kabupaten Halmahera Barat
Jumlah unggas tangkapan melalui pelabuhan Ahmad Yani, pelabuhan Ferry Bastiong
dan pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat selama tahun 2018-2021 sebanyak 1.918
ekor sedangkan jumlah ayam tangkapan sebanyak 861 ekor atau sekitar (44.9%) dari jumlah
unggas tertangkap. Jenis ayam yang tangkapan terdiri dari ayam kampung 433 ekor
(50.3%), ayam Bangkok 260 ekor (30.2%), ayam philipine 133 ekor (15.4%) ayam kate,
dan ayam cemani 35 ekor (4.0%).
Ayam tangkapan yang dibawa ke Provinsi Maluku Utara adalah merupakan ayam
peliharaan/ayam hias dan ayam sabungan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi

a. Lokasi Penangkapan
Jumlah ayam yang tangkapan di pelabuhan Ahmad Yani Ternate, pelabuhan Ferry
Bastiong dan pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2018-2021
berjumlah 861 ekor atau hanya sekitar 44.9% dari seluruh tangkapan unggas ilegal yang
masuk di wilayah Provinsi Maluku Utara. Jumlah tersebut belum dapat menggambarkan
jumlah yang sesungguhnya mengingat pelabuhan yang diawasi hanya 7 pelabuhan dari 91
pelabuhan yang ada di Provinsi Maluku Utara atau hanya sekitar 7,7% (Katadata 2021).
Ayam tangkapan terbanyak di pelabuhan Ahmad Yani Ternate sebanyak 506 ekor atau
58.5% terdapat perbedaan yang cukup besar dibandingkan dengan hasil tangkapan
dipelabuhan Ferry Bastiong dan pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat,
disebabkan semua kapal penumpang dan sebagai pintu pertama pengawasan
keluar/masuknya peumpang dan barang bawaannya terutama dari pelabuhan Manado
sebelum melanjutkan pelayaran menuju pelabuhan lainnya di Provinsi Maluku Utara,
namun demikian masih ditemukan adanya ayam ilegal di pelabuhan Jailolo sebesar 14,4%
yang disebabkan pengawasan belum dapat dilakukan secara maksimal, karena
keterbatasan waktu sandar kapal untuk melanjutkan pelayaran ke pelabuhan berikutnya,
berdasarkan data dari Kesyahbandaraan pelabuhan Ahmad Yani Ternate setiap bulan
terdapat 20-30 kapal penumpang yang tiba dari pelabuhan Manado
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Permentan/OT.140/3/2004 serta
pengendalian lalu lintas unggas di wilayah Provinsi Maluku Utara sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Gubernur Maluku Utara Nomor 17 Tahun 2007 maka setiap hewan yang
akan dibawa melalui alat angkut (kapal) harus dilakukan pemeriksaan kelengkapan
dokumen dan kesehatan unggas yang akan dibawa guna mendapatkan izin angkut,
dengan ditemukannya ayam ilegal yang dibawa oleh penumpang kapal, mengindikasikan
pengawasan belum optimal di pelabuhan keberangkatan (pelabuhan Manado dan
pelabuhan Bitung Sulawesi Utara).
b. Waktu Penangkapan
Ayam tertangkap yang di pelabuhan Ahmad Yani, pelabuhan Ferry Bastiong dan
pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat dari tahun 2018-2021 sekitar 22.3%
sampai dengan 26.5%, jumlah tangkapan terendah pada tahun 2021, disebabkan data yang
diperoleh hanya sampai dengan bulan September. Berdasarkan data pada tabel-4.2,
terlihat bahwa jumlah ayam tangkapan tahun 2018, 2019, 2020 dan 2021 antara 22.3%
sampai dengan 26,5% meskipun pada tahun 2020 dan 2021 terjadinya pandemi Covid19
dan pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB) dan Pemberlakukan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terlihat tidak mempengaruhi jumlah
penumpang yang membawa ayam ilegal ke Provinsi Maluku Utara (Laporan Tahunan
Balai Karantina Kelas II Ternate Tahun 2021)
Hasil ayam tangkapan pada bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2018-2021
berfluktuasi antara 5.7% sampei dengan 14.8%. hasil tangkapan terbanyak terjadi pada
bulan Maret sebesar 14.2% dan bulan September sebesar 14.8%. Berdasarkan tabel
4.3,4.4 dan 4.5 terlihat bahwa peningkatan ayam tangkapan di pelabuhan Ahmad Yani,
pelabuhan Ferry Bastiong dan pelabuhan Jailolo pada bulan Maret dan September,
peningkatan penumpang membawa ayam ilegal dari pelabuhan Manado dan pelabuhan
Bitung tidak berkaitan dengan Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha maupun Natal
dan Tahun Baru keadaan ini terjadi disebabkan ayam yang dibawa secara ilegal bukanlah
ayam untuk di potong akan tetapi merupakan ayam yang akan dipelihara sebagai ayam
peliharaan, ayam hias dan ayam sabungan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.

c. Kesehatan Ayam Tangkapan


Tes HI
Jumlah ayam tangkapan tahun 2018-2021 berjumlah 861 ekor untuk keperluan
pemeriksaan kesehatannya dilakukan Test HI untuk mengetahui kesehatan ayam
(bebas dari virus Avian Influenza) jumlah sampel ayam yang diperiksa dari tahun
2018-2021 sebanyak 266 ekor atau sebesar 30.9%), berdasarkan hasil test HI tidak
ditemukan adanya ayam tangkapan yang membawa virus Avian Influenza. Secara
prosedural setiap ayam tangkapan yang hasil test HI nya positif harus dimusnahkan,
sedangkan bagi ayam tangkapan yang hasil test HI nya negatif, bagi pemilik ayam
yang segera mengurus sertifikat kepemilikan dan kesehatan di Balai Karantina
Pertanian Kelas II Ternate, ayam tersebut dikembalikan kepada pemiliknya,
sedangkan yang tidak memiliki sertifikat kepemilikan dan kesehatan diserahkan
kepada Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate untuk dimusnahkan, batas waktu
pengurusan sertifikat kepemilikan dan kesehatan selama 3 hari ( UU No 21 Tahun
2019)

Test RT-PCR
Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan kekarantinaan yang dilaksanakan oleh
Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate, maka dilakukan kegiatan surveilans
dengan mengambil sampel dari ayam yang ada dimasyarakat bekerjasama dengan
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Maluku Utara.
Kegiatan surveilans tersebut selama tahun 2018-2021 dilaksanakan sebanyak 3
kali kegiatan dengan test RT- PCR, yaitu pada tahun 2018, 2019 dan 2021, pada
tahun 2020 tidak dilakukan kegiatan surveilans disebabkan angaran surveilans
disemua Kabupaten/Kota dialihkan untuk penanggulangan wabah Covid19.
(Laporan Tahunan Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate)
Tujuan kegiatan surveilans adalah untuk mengetahui adanya ayam tangkapan
setelah dibabaskan tejadi kontak erat dengan unggas/ayam disekitarnya dan apakah
tindakan karantina yang dilakukan telah sesuai atau masih membutuhkan koreksi
maka dilakukan pengambilan sampel dari beberapa Kabupaten/Kota kemudian
dilakukan test RT-PCR dengan hasil sebagaimana yang terlihat pada tabel-7 pada
tahun 2019 terdapat 5 sampel yang dinyatakan positif dari 114 sampel yang
diperiksa, namun demikian tidak terjadi penyebaran Avian Influenza secara masif di
masyarakat.
Menurut Gould and Higg (2009) penyebaran Avian Influenza dapat terjadi secara
masif, yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah karena mobilitas
manusia dan transportasi komersil yang tinggi serta kepadatan manusia dan hewan
(unggas/ayam) diwilayah tersebut ( Aminah Hajah, dkk, 2018). Meskipun telah
ditemukan adanya ayam yang terinfeksi virus Avian Influenza namun tidak terjadi
kejadian luar biasa, kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kepadatan penduduk
Jumlah penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2020 menurut Badan
Statistik Provinsi Maluku Utara sebanyak 1.282.937 jiwa, luas wilayah daratan
32.004,57 Km2, dengan demikian kepadatan penduduknya hanya 40 jiwa per
Km2, tersebar di 64 pulau, seluruh pulau yang ada berjumlah 395 pulau, dan
terdapat 331 pulau yang tidak berpenghuni
2. Transportasi
Untuk menguhungkan antar pulau sarana transportasi yang dipergunakan
adalah kapal maupun perahu, hanya dipulau Halmahera transportasi antar
Kabupatennya dapat menggunakan kendaraan roda 4, (Profil Maluku Utara
2020) dengan demikian transportasi penduduk tidak secepat dan semudah di
Provinsi lainnya di Indonesia
3. Kepadatan unggas/ayam
Berdasarkan Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian tahun 2021, Jumlah ayam di Provinsi Maluku Utara sebanyak
868,448 ekor, atau tingkat kepadatannya sekitar 27 ekor per Km2
Berdasarkan keadaan tersebut, maka kejadian penyakit Avian Influenza pada
ungags/ayam sulit untuk menyebar secara masif menjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang disebabkan beberapa faktor risiko untuk terjadinya penyebaran Avian
Influensa tidak mendukung.

Kesimpulan

1 Ayam tangkapan tahun 2018-2021 terbanyak di pelabuhan Ahmad Yani Ternate sebesar
58.8% di pelabuhan Ferry Bastiong 26,8% dan pelabuhan Jailolo Kabupaten Halmahera
Barat 14.4%
2 Ayam tangkapan tahun 2018 sebanyak 26,4%, tahun 2019 sebanyak 26.5%, tahun 2020
sebanyak 24.9% dan tahun 2021 sebanyak 14.4%
3 Berdasarkan hasil test Hi terhadap 266 ekor ayam tangkapan tidak ditemukan adanyan
ayam yang dicurigai mengandung virus Avian Influenza, sedang hasil kegiatan
surveilans yang dilanjutkan dengan test RT- PCR terhadap 240 ekor ayam ditemukan
adanya 5 ekor yang positif mengandung virus Avian Influenza.

Daftar Pustaka

1. Chan PK. Outbreak of avian influenza A (H5N1) virus infection in Hong Kong in 1977.
Clin Infect Dis 2002; 34 Suppl 2: 50-64

2. Chumpolbanchorn, K.N., Suemanotham, N., Siripara, B, Puyati , dan Chaichoune, K.


2006. The Effect of Temperature and UV Light on Infectivity of Avian Influenza Virus
(H5N1, Thai felt galur) in Chicken Fecal Manure. Southeast Asian Journal of Tropical
Medicine and Public Health, 37: 102-105.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Depkes RI. 2005. Flu Burung. Jakarta
4. Badan Karantina Pertanian. 2019. Profil Balai Karntina Pertanian Kelas II Ternate.
Diakses dari https://ternate.karantina.pertanian.go.id/profil-balai-karantina-pertanian-
kelas-ii-ternate/. 05 Mei 2021
5. Badan Karantina Pertanian. 2019. Wilayah Kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II
Ternate. Diakses dari https://ternate.karantina.pertanian.go.id/wilayah-kerja/. 05 Mei
2021
6. Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternarte, 2018. Laporan Kegiatan Penangkapan
Karantina Hewan. Laporan
7. Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternarte, 2019. Laporan Kegiatan Penangkapan
Karantina Hewan. Laporan
8. Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternarte, 2020. Laporan Kegiatan Penangkapan
Karantina Hewan. Laporan
9. Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternarte, 2021. Laporan Kegiatan Penangkapan
Karantina Hewan. Laporan

10. [Ditkeswan] Direktorat Kesehatan Hewan. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia
Edisi-2. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian RI.

11. [Ditkeswan] Direktorat Kesehatan Hewan. 2017a. Presentasi Rakor 2017: Arah dan
Kebijakan Ditkeswan dalam Pengendalian dan Penanggulangan PHMS/Z.

12. Dharmayanti NLPI, Damayanti R, Wiyono A, Indriani R, Darminto. 2004. Identifikasi


Virus Avina infuenza Isolate Indonesia Dengan Reverse Transcriptase-Polyerase Chain
Reaction (RT-PCR). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 9: 136-142

13. Halmahera Rains Forests. World Wide Fund for Nature. Diakses tanggal 25 April 2021
14. Horimoto, T., dan Kawaoka, Y.2001. Pandemic Threat Posed By Avian Influenza A
Viruses. Clinical Microbiology Review, 14: 129-149.

15. Indonesia. Undang-Undang No. 21 Tahun 2019 Tentang Karantina Hewan,Ikan dan
Tumbuhan. Lembaga Negara RI Tahun 2019. Jakarta

16. KABARANTAN. 2006. Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media
Pembawa HPAI. Karantina Pertanian

17. KataData. (2021, 5 21). Maluku Utara Memiliki Jumlah Pelabuhan Terbanyak Padaa
2019. Retrieved from databoks.katadata.co.id:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/21/maluku-utara-miliki-jumlah-
pelabuhan-terbanyak-pada-2019.
18. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
19. Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Kasus Flu Burung. http://www.depkes. go.id/
article/ view/15040100002/laporan-kasus-flu-burung-ke-198-dan-199.html. (Febuari
2021)

20. KEMENTAN. 2007. Pernyataan Berjangkitnya Wabah Penyakit Hewan Menular


Influenza Pada Unggas (avian influenza) di Wilayah Indonesia. Jakarta (ID): Kementeria
Pertanian.

21. KEMENTAN.2014.Manual Penyakit Unggas Edisi 2. Kementerian Pertanian : 1-214


22. Ligon BL. Avian Influenza Virus H5N1 : A Review of uts History and Information
Regarding its Potential to Cause the Next Pandemic. Semin Pediatr Infect Dis 2005; 16:
326-53

23. OIE, 2005. Highly Patogenic Avian Infuenza in Mongolia: in Migratory bird.
http://www.who.int (diakses 24 Maret 2022)
24. OIE.2012 .OIE Terrestrial manual, Avian Influenza Chapter 2.3.4.

25. Paual, Mathilde C, at al. 2019. Editorial : Epidemiology of Avian Influenza Viruses.
Frontiers in Veteriery Science. 6:150

26. [Pemda Malut] Pemerintah Daerah Maluku Utara. 2007. Peraturan Gubernur Maluku
Utara nomot 17 tahun 2007 tentang pengendalian lalu lintas, pemeliharaan dan peredaran
unggas di wilayah provinsi Maluku Utara. Ternate (ID): Pemerintah Daerah Maluku
Utara
27. Padhi S, Panigrahi PK. Mahapatra S. Avian Influenza a (H5N1): a preliminary review.
Indian J. Med Microbiologi 2004; 22: 143- 6

28. Rizaty Ayu Monavia. 2021. 5 Provonsi Dengan Jumlah Pelabuhan Terbanyak.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/21/maluku-utara-miliki-jumlah-
pelabuhan-terbanyak-pada-2019. 12 Januari 2022

29. Selleck, P., A. Axell. 2008. Reliable and Repeatable Hemagglutinin Inhibition Assays.
Offlu. Jakarta.

30. Sembunyi Hampir 40 Tahun, Lebah Terbesat di Dunia Ditemukan di Maluku. Kompas.
Diakses tanggal 25 April 2021

31. Tabbu,C.R. 2000.Penyakit Ayam dan Penanggulangannya : Penyakit Bakterial, Mikal,


dan Viral. Kanisius.Yogyakarta.

32. Tentang Maluku Utara. www.malutprov.go.id. Diakses tanggal 25 April 2021


33. Widiasih, Dyah Ayu dan Setyawan Budiharta.2012. Epidemiologi Zoonosis Indonesia.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press.

34. Yesica, Reza.2013.Deteksi Antibodi Avian Influenza (Suptipe H5) Dengan Uji HI
(Hemagglutination Inhibition) Pada Serum Merpati (Columba Livia) Yang Diambil Dari
Pasar Banjaran Kota Kediri.Universitas Airlangga.Skripsi

35. Yusuf.K.Zuhriana.2010.Polymerase Chain Reaction (PCR).Jurnal


Saintek.Vol.5(6).Gorontalo
LAMPIRAN

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

You might also like