You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS TINGKAT STRES KERJA PADA GURU TUNA GRAHITA DI SEKOLAH


DASAR LUAR BIASA (SDLB) NEGERI PURWOSARI KUDUS

Devita Audry Ferlia, Siswi Jayanti, Suroto


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: devitaudry@gmail.com
Abstract : Job stress is a response to someone’s adaptation because of the
demands in the workplace, either psychological or physical that it is influenced by
individual differences or psychological processes. The unsuitable workplace
condition and the burden of teaching with the number of students which is
beyond the applied ratio can influence teachers’ job stress. Teachers are faced
with a situation where the burden of responsibility is received so hard, it triggers
the job stress to the teachers. The purpose of this study was to analyze the level
of job stress on teachers of mentally disabled in Purwosari Kudus State SDLB.
This research was a qualitative descriptive. This research subject was classroom
teachers of mentally disabled. There were seven teachers and two triangulation
informants. Observation was made to observe teacher’s behavior during the
learning process and the factors that can cause stress. The level of job stress
was measured using the Live Event Scale method. In-depth interviews were
conducted with key informants and triangulation informant. They were conducted
to find out the factors that cause job stress include intrinsic factor in a job,
individual role in organization, career development, relationships in the
organizational structure and climate as well as the demand beyond the work. The
research results showed that four informants experienced mild stress and three
informants experienced severe stress. School should rearrange the classroom
design to make the ongoing learning activities be comfortable. For teachers of
mentally disabled who are not from PLB department should join special training
programs organized by the provincial agencies.

Keywords: Job Stress, Teachers of Mentally Disabled

331
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN atap. Di SDLB Negeri Purwosari Kudus


Latar Belakang terdapat anak tuna netra (keterbatasan
Keberadaan guru dalam Sekolah Luar penglihatan), tuna rungu (keterbatasan
Biasa (SLB) sangat penting dalam proses pendengaran), tuna grahita (perkembangan
belajar mengajar. Keadaan-keadaan siswa intelegensi terhambat), tuna daksa
yang berkebutuhan khusus dapat (keterbatasan gerak tubuh/cacat tubuh),
mengakibatkan stres dalam diri guru. Stres tuna ganda (memiliki dua jenis kelainan
kerja pada guru merupakan suatu kondisi atau lebih), dan autis (kelainan
yang muncul ketika menghadapi adanya perkembangan sistem saraf).
ketidakmajuan pada siswa. Seorang guru Jumlah siswa terbanyak adalah siswa
kerap merasa tidak puas dan kecewa tuna grahita yaitu berjumlah 93 siswa, yang
dengan usaha mereka sendiri pada saat terdiri dari 86 siswa tuna grahita ringan
segala sesuatu yang telah direncanakan (siswa C) dan 7 siswa tuna grahita sedang
dalam mendidik siswa gagal. Keadaan yang (C1) yang berada di kelas I-VII. Jumlah guru
demikian tidak jarang membuat guru kelas tuna grahita sebanyak 7 orang yang
menjadi tidak sabar, marah dan kadangkala terdiri dari 5 orang guru PNS dan 2 orang
membuat kecerobohan pada siswa. Selain guru tidak tetap (GTT) kontrak. Kedua guru
itu menjabat sebagai guru SLB memikul honorer khusus tuna grahita mengajar di
beban kerja yang tidak ringan. Dalam hal ini kelas III dan V.
ada tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi Stres kerja adalah respon penyesuaian
agar siswa menjadi berhasil dan proses diri seseorang karena adanya tuntutan di
1
belajar mengajar berjalan dengan lancar. lingkungan kerja, baik bersifat psikologis
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) atau fisik, yang dipengaruhi oleh perbedaan
Negeri Purwosari Kudus merupakan individual dan atau proses psikologis.2
institusi pendidikan luar biasa di bawah Berbagai penelitian di bidang keselamatan
pengawasan Balai Pengembangan dan kesehatan kerja menunjukkan adanya
Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan kaitan yang erat antara stres kerja dengan
Provinsi Jawa Tengah yang kesalahan manusia (human error) yang
menyelenggarakan program pendidikan mengakibatkan kecelakaan (accident) serta
khusus yang terdiri dari berbagai anak menurunnya tingkat kesehatan mental
3
kebutuhan khusus yang dididik dalam satu pekerja.
332
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Chernis menyatakan bahwa beban menjadi 2 kelas dan hanya disekat dengan
kerja yang berlebihan adalah salah satu papan kayu.
faktor pekerjaan yang berdampak Berdasarkan latar belakang
menimbulkan bornout.4 Menurut Kreitner permasalahan yang diuraikan diatas, maka
dan Kenicki, bornout merupakan akibat dari penulis tertarik untuk meneliti tentang
stres yang terjadi ketika seseorang mulai Tingkat Stres Kerja Pada Guru Tuna
mempertanyakan nilai pribadinya.5 Grahita di SDLB Negeri Purwosari Kudus.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh METODE PENELITIAN
Maslach dan Jackson melalui Maslach Penelitian ini merupakan jenis
Burnout Inventori (MBI) dari berbagai jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
pekerjaan sosial di dapat suatu hasil bahwa yaitu menggambarkan secara mendalam
jenis kelamin, latar belakang budaya, usia, mengenai situasi atau proses yang diteliti
keluarga dan status perkawinan, serta untuk mendapatkan data yang bermakna.
pendidikan mempengaruhi terjadinya Subjek penelitian ini adalah guru
bornout. Menurut Maslach, bornout adalah khusus tuna grahita yang menjadi guru
gejala yang sering ditemukan pada kelas di SDLB Negeri Purwosari Kudus
pekerjaan sosial. Contoh pekerjaan tersebut yang berjumlah 7 orang. Sebagai cross
adalah hakim, polisi, pekerja sosial, guru, check selanjutnya disebut sebagai informan
kepala sekolah, tenaga pengajar, psikolog, triangulasi dalam penelitian ini adalah
dan dokter.6 Kepala Sekolah SDLB Negeri Purwosari
Sesuai dengan petunjuk teknis Kudus dan Petugas bagian Administrasi di
pelaksanaan peraturan bersama tentang SDLB Negeri Purwosari Kudus.
penataan dan pemerataan guru PNS, Proses pengumpulan data yang
disebutkan bahwa rasio jumlah guru khusus digunakan dengan melakukan observasi
dengan siswa adalah 1:5.7 Jumlah guru serta studi pustaka. Selanjutnya dilakukan
tuna grahita di SDLB Negeri Purwosari pengukuran tingkat stres kerja dari gejala
Kudus tidak sesuai dengan peraturan yang sering dirasakan responden, serta
karena 1 guru rata-rata mengajar 12 anak melakukan wawancara mendalam kepada
atau bahkan lebih. Di SDLB Negeri informan utama dan triangulasi. Dalam
Purwosari, satu ruangan yang dibagi penelitian ini, data disajikan dalam bentuk
uraian singkat (naratif sesuai dengan
333
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

variabel penelitian). Tahap akhir dalam mempengaruhi cara belajar peserta


penelitian ini dimana hasil yang diperoleh didik di kelas.8
dilakukan penyimpulan untuk memperoleh Hasil dari wawancara diketahui
gambaran yang umum dan menyeluruh dari bahwa umur rata-rata informan antara
objek penelitian yang sesuai dengan tujuan 27-55 tahun. Dilihat dari pendidikan
penelitian. yang sudah ditempuh, rata-rata lulusan
Keabsahan data dilakukan dengan S1 dengan jurusan PLB (Pendidikan
teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber Luar Biasa) dan BK (Bimbingan
dan data. Triangulasi sumber diakukan Konseling), serta 1 orang dengan
dengan cara mengecek data yang diperoleh jurusan Psikologi. Informan triangulasi
melalui beberapa sumber. Reliabilitas pertama adalah Kepala SDLB Negeri
penelitian dapat dicapai dengan melakukan Purwosari yang berpendidikan S1 BK
verifikasi hasil wawancara dengan hasil dan informan triangulasi kedua adalah
observasi peneliti. bagian administrasi sekolah yang
berpendidikan S1 Pendidikan Bahasa
HASIL DAN PEMBAHASAN Inggris. Dilihat dari masa kerjanya, rata-
A. Gambaran Tingkat Stres Kerja rata yang berstatus PNS (Pegawai
Seorang guru pendidikan khusus Negeri Sipil) adalah guru yang sudah
haruslah memiliki keyakinan dan niat >14 tahun mengajar. Untuk guru yang
yang kuat untuk dapat bertahan dalam berstatus GTT (Guru Tidak Tetap)
mengajar peserta didiknya, karena kontrak rata-rata mengajar selama <8
tanpa memiliki keyakinan yang kuat tahun.
kemampuan seorang guru dalam Berdasarkan hasil penelitian
mendidik siswa berkebutuhan khusus diketahui ada 4 informan yang
tidak akan berguna. Selain beberapa mengalami stres ringan yaitu, informan
hal tersebut seorang guru pendidikan utama 1, 3, 4, dan 5 dengan score
khusus harus memiliki pengetahuan sebesar 13, 15, 20, dan 20.
tentang pembelajaran dan peserta Sebanyak 3 informan utama yang
didik. Guru pendidikan khusus harus mengalami stres berat yakni informan
memahami karakteristik peserta didik utama 2 dan 6 dengan score sebesar
yang beragam dan harus mampu 26 dan 27.
334
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sekolah Luar Biasa. Hal ini dapat


B. Analisis Sumber Potensial Stres diketahui dari latar belakang
Kerja pendidikan informan yang berasal
1. Karakteristik Individu dari S1 PLB (Pendidikan Luar Biasa)
Usia informan utama rata-rata dan S1 BK (Bimbingan Konseling).
lebih dari 30 tahun dan setengahnya Pendidikan PLB dan BK
berusia lebih dari 50 tahun. mengajarkan bagaimana cara
Sebagian besar informan utama menangani anak yang berkebutuhan
sudah menginjak usia mendekati khusus. Informan yang
masa pensiun. Masa pensiun pada berpendidikan S1 psikologi mengaku
PNS adalah usia 60 tahun, tidak diajarkan bagaimana cara
sedangkan informan utama 1,2,3, menangani anak berkebutuhan
dan 5 sudah berusia lebih dari 50 khusus. Ketika seseorang tidak
tahun. Faktor usia yang lebih tua mempunyai pengalaman dalam
biasanya memiliki pengalaman dan bidangnya, mereka akan merasa
pemahaman bekerja yang lebih kesulitan menjalankan tugasnya.
banyak, sehingga pada jenis Dan hal tersebut dapat memicu
pekerjaan tertentu umur dapat terjadinya stres kerja pada individu.
menjadi kendala dan dapat menjadi Masa kerja yang biasanya
pemicu terjadinya stres. Pendapat diiringi dengan pengalaman kerja
lain mengungkapkan bahwa dengan yang meningkat juga dapat
bertambahnya usia akan mempengaruhi stres yang dirasakan
menurunkan stres kerja. Hal ini pekerja terhadap pekerjaannya.
dikarenakan sistem defense dalam Kecakapan merupakan salah satu
diri orang tersebut sangat bagus. faktor intrinsik pemicu stres yang
Karena semakin tua usia seseorang, diperoleh pekerja melalui
maka semakin besar tingkat pengalaman dalam pekerjaannya.
pertahanan dirinya terhadap tekanan Semakin lama seseorang bekerja
di lingkungan kerja. dalam perusahaan akan semakin
Informan mempunyai motivasi rendah stres kerjanya daripada
untuk bekerja sebagai guru di individu dengan masa kerja yang
335
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pendek. Informan stres berat adalah signifikan antara tipe kerpibadian (A


Guru Tidak Tetap (GTT) kontrak dan B) dan tingkat stres di mana
yang mempunyai masa kerja <10 pengaruh yang paling besar adalah
tahun. Masa kerja yang belum tipe kepribadian A. Tipe kepribadian
terlalu lama ini membuat guru A disebut juga dengan tipe
tersebut masih pada tahap adaptasi kepribadian ekstrovert sedangkan
dengan lingkungan sekitarnya. kepribadian B adalah tipe
9
Semakin lama masa kerja guru, kepribadian introvert.
akan semakin meningkat pula 2. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
pertahanan dirinya terhadap stres Beban kerja kuantitatif dan
yang timbul dari pekerjaannya. Masa kualitatif yang berlebih dapat
kerja yang hampir selesai karena menimbulkan kebutuhan untuk
usia yang sudah mendekati masa bekerja dengan jumlah jam kerja
pensiun juga dapat menjadi sumber yang lebih lama, yang merupakan
stres kerja karena individu merasa sumber tambahan dari stres.10
tertekan dan memikirkan apakah Pemenuhan beban kerja guru
setelah pensiun mereka akan tetap paling sedikit 24 jam tatap muka,
bisa memenuhi kehidupannya dan paling banyak 40 jam tatap
sehari-hari atau tidak. muka dalam satu minggu. Peraturan
Tipe kepribadian yang dimiliki tersebut berlaku untuk guru SD
oleh informan utama adalah tipe maupun SDLB.
kepribadian “A” yang dimana tipe Pada informan stres berat
tersebut lebih rentan mengalami menyatakan bahwa beban mengajar
stres kerja dibandingkan deng tipe mereka sebanyak 32 jam. Hal
kepribadian “B”. Dari 7 informan, 6 tersebut sudah sesuai dengan
diantaranya, memiliki tipe peraturan, akan tetapi guru yang
kepribadian “A” dan 1 informan mengajar selama 32 jam per minggu
memiliki tipe kepribadian “B”. Hal ini adalah GTT kontrak. Sehingga
sejalan dengan penelitian yang dapat meningkatkan stres kerja
dilakukan oleh Abbas diketahui pada GTT. Hasil wawancara dengan
bahwa terdapat hubungan yang Kepala Sekolah menyatakan
336
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

memang benar GTT ada yang diberi karena sering terjadi suasana kelas
tanggung jawab untuk mengajar yang ramai.
kelas besar, tetapi hal tersebut tidak 3. Peran Individu dalam Organisasi
dikarenakan untuk memenuhi jam Menurut Cooper & Davidson
kerja GTT. Beban jam kerja untuk faktor peran dalam organisasi pada
GTT tidak dilaporkan kepada dinas, suatu pekerjaan merupakan sumber
beban jam kerja yang dilaporkan utama stres kerja. Stres dapat terjadi
kepada dinas hanya untuk guru karena adanya ambiguitas peran,
PNS. dan konflik peran.12
Dalam penelitian Suryaningrum Dari hasil wawancara mendalam
yang berjudul Pengaruh Beban diketahui bahwa peran individu
Kerja dan Dukungan Sosial dalam organisasi tidak menjadi
Terhadap Stres Kerja pada Perawat sumber stres bagi informan stres
RS PKU Muhammadiyah ringan maupun berat. Hal ini
Yogyakarta diketahui bahwa beban didukung dengan pemaparan oleh
kerja berpengaruh terhadap informan triangulasi bahwa
terjadinya stres kerja.11 organisasi disekolah berjalan
Berdasarkan hasil penelitian dengan baik walaupun ada
informan stres ringan dan berat beberapa guru yang menjabat
mengatakan bahwa keadaan ruang menjadi bendahara, bagian
kelas yang digunakan tidak sesuai kesiswaan, dan ada yang membantu
dengan standar untuk SLB, karena bagian administrasi sekolah. Guru-
ruang kelas dipisahkan guru yang berperan ganda mengaku
menggunakan papan kayu, masih dapat menjalankan tugasnya
sehingga jika kelas sebelah ramai, walaupun mempunyai tanggung
satu ruangan ikut ramai. Keadaan jawab yang lebih. Mereka juga
ruang kelas yang demikian dapat mengatakan bahwa keadaan
membuat tingkat konsentrasi organisasi baik-baik saja.
menurun, akan tetapi informan Hal ini sejalan dengan penelitian
menganggap hal tersebut biasa yang dilakukan oleh Rena bahwa
bahwa peran yang diterima guru
337
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sudah sesuai dengan tugasnya yaitu tidak mudah, ada beberapa


mengajar. Mereka tidak memiliki persyaratan yang harus dipenuhi.
peran ganda yang tidak Ayupp dan Nguok dalam
berhubungan dengan tugas mereka penelitianya mengemukakan adanya
yaitu mengajar. Peran yang mereka hubungan yang moderat antara
jalani selain sebagai guru mengajar pengembangan karier dengan stres
di kelas juga sebagai pembina dan kerja, hal ini menunjukkan bahwa
guru pendamping ekstrakulikuler. semakin karyawan merasa
Mengenai konflik peran, mereka perusahaan tidak memiliki
cenderung tidak mengalaminya. Hal perencanaan karier yang sistematis
ini dikarenakan apa yang dikerjakan untuk karyawannya dan promosi
sudah sesuai dengan kemampuan serta sistem.14
dan nilai-nilai diri mereka sebagai 5. Hubungan dalam Struktur dan
13
guru. Iklim Organisasi
4. Pengembangan Karier Dari hasil wawancara mendalam
Pengembangan karier disini pada informan stres ringan dan stres
berpotensi menyebabkan stres kerja, berat, hubungan dalam organisasi
diketahui kedua informan stres berat tidak berpengaruh terhadap stres
berstatus sebagai GTT kontrak dan kerja. Mereka mengaku bahwa
salah satunya adalah sarjana hubungan dalam organisasi berjalan
psikologi yang tidak mempunyai dengan baik dan tidak ada masalah.
pengalaman mengajar anak Dalam melakukan tukar pendapat
berkebutuhan khusus. Hal ini juga dengan pimpinan juga dapat
dikuatkan dengan pernyataan dari dilakukan setiap waktu dan sekolah
informan triangulasi bahwa untuk juga rutin mengadakan rapat
menjadi guru di SLB setidaknya bulanan sehingga dalam forum
berasal dari jurusan PLB atau BK. tersebut para guru mempunyai hak
Hasil wawancara dengan untuk menyalurkan pendapatnya.
Kepala Sekolah diketahui bahwa Hal ini bertentangan dengan
memang untuk menaikan golongan penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian Tedy Yulianto yang
338
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

berjudul Identifikasi Faktor guru tersebut. Dengan latar pendidikan


Penyebab Stres Kerja pada Tenaga PLB atau BK mengartikan bahwa guru
Pengajar di SMA Theresiana 1 tersebut memang siap menjadi guru
Semarang, diketahui bahwa faktor sekolah luar biasa. Informan stres
yang paling tinggi menjadi penyebab ringan maupun berat rata-rata memiliki
stres bagi guru adalah faktor kepribadian tipe “A” yang dapat menjadi
organisasi.15 faktor stres kerja.
6. Tuntutan dari Luar Pekerjaan 3. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
Dari hasil wawancara mendalam Menurut informan stres ringan dan
diketahui bahwa tuntutan dari luar berat, beban kerja yang diberikan
pekerjaan tidak berpengaruh sesuai dengan peraturan pemerintah,
terhadap stres kerja karena informan akan tetapi ada ketimpangan dimana
stres ringan maupun berat mengaku informan stres berat yang berstatus
mendapatkan dukungan penuh dari GTT mempunyai beban mengajar
keluarga. selama 32 jam perminggu, sedangkan
KESIMPULAN pada guru PNS mengaku beban
1. Gambaran tingkat stres mengajarnya selama >32 jam.
Empat informan mengalami stres Suasana ruang kelas kurang
ringan dan tiga informan mengalami kondusif jika sedang berlangsung
stres berat. Gejala yang dirasakan oleh kegiatan belajar mengajar didalam
informan stres ringan adalah gejala kelas.Rasio jumlah siswa dengan luas
perilaku dan fisiologis, sedangkan ruang kelas tidak sesuai. Seharusnya
informan stres berat mengalami gejala ruang kelas diisi oleh 5 siswa.
psikologis dan perilaku. 4. Peran Individu dalam Organisasi
2. Karakteristik Individu Organisasi yang ada di sekolah
Faktor usia yang lebih tua memiliki dipegang oleh beberapa guru, seperti
pengalaman dan pemahaman bekerja jabatan sebagai bendahara, bagian
yang lebih banyak, sehingga dapat kesiswaan, maupun bagian administrasi.
menurunkan tingkat stresMotivasi Walaupun guru-guru tersebut berperan
menjadi guru pendidikan khusus dapat ganda, mereka masih tetap bisa
dilihat dari latar belakang pendidikan menjalankan tanggung jawabnya.
339
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengembangan Karier. Pendidikan yang 4. Cherniss, C. Staff Burnout: Job Stress


in Human Services. London: Sage
tidak sesuai juga menjadi faktor penyebab
Publications, 1980
stres kerja.
5. Kreitner and Kinicki. Perilaku
4. Hubungan dalam Struktur dan Iklim Organisasi. Alih Bahasa : Erly Suandy.
Organisasi Jakarta :Salemba Empat, 2003
Hubungan dalam organisasi tidak 6. Macslah C, and S. Jackson. “Burnout in
menjadi faktor stres karena dari wawancara Organizational Settings”. Applied Social
Psychology Annual. Vol. 5. pp. 133-
diketahui bahwa keadaan organisasi baik- 153, 1997
baik saja, hubungan dengan pimpinan dan 7. Petunjuk Teknis SKB 5 Mentri.
rekan kerja juga tidak ada masalah. Penataan dan Pemerataan Guru.
Dalam
5. Tuntutan dari Luar Pekerjaan http://www.slideshare.net/guruonline/juk
Informan stres ringan dan berat nis-skb-5-mentri. Diakses tanggal 1
April 2016
menyatakan bahwa keluarga mendukung
dengan pekerjaannya menjadi guru. 8. Latifah, Ariyanti. Analisis Tenaga
Pendidik di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Permasalahan dalam keluarga juga tidak Negeri 1 Bantul. Universitas Negeri
mempengaruhi kinerjanya, karena mereka Yogyakarta. Yogyakarta. Skripsi, 2015.

tidak suka membawa masalah keluarga ke 9. Abbas, A. S. Pengaruh Tipe


Kepribadian terhadap Tingkat Stress
tempat kerja.
Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan
DAFTAR PUSTAKA Bisnis Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta: Thesis, 2008
1. Idris, Fahmi, dkk. Penanganan
Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. 10. Munandar, A.S. Psikologi Industri dan
Jakarta: Penerbit Yayasan Organisasi. Jakarta: Universitas
Pembangunan Indonesia Sehat, 2002. Indonesia, 2006.
2. Gibson, Ivancevich and Donnely. 11. Puspita, Putri. Wawancara dengan
Organisasi dan Manajemen, Perilaku, Forum Komunikasi Guru. 26 Oktober
Struktur. Proses. Alih Bahasa: 2010. Bandung: SD Kemah Indonesia,
Djoerban, Wahid. Jakarta: Penerbit 2010
Erlangga, 1997.
12. El-Batawi, Mostafa., & Cooper, C.L.
3. Idris, Fahmi, dkk. Penanganan Psychosocial Factors at Work And
Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. Their Relation to Health England. World
Jakarta: Penerbit Yayasan Health Organization, 1987
Pembangunan Indonesia Sehat, 2002.
13. Rena, Dadan. Analisis Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Stres Kerja
pada Guru Honorer SMA di Jakarta
340
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tirmur tahun 2012. Skripsi. Jakarta:


Universitas Indonesia, 2013

14. Ayupp, Kartika, Nguok, T.M. A Study Of


Workplace Stress And Its Relationship
With Job Satisfaction Among Officers In
The Malaysian Banking Sector.
Interdisciplinary Journal Of
Contemporary Research In Business.
Vol 2, No 11, 2011

15. Tedy, Yulianto. Identifikasi Faktor


Penyebab Stres Kerja pada Tenaga
Pengajar di SMA Theresiana 1
Semarang. Skripsi. Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata,
2013

341

You might also like