You are on page 1of 26

MATA KULIAH : TEORI ARSITEKTUR 3

DOSEN PENGAMPUH : Ir. Pilipus Jeraman, MT


TUGAS 1

OLEH:

Valenthino R. Litelnoni ( 221 21 004 )

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Teori Arsitektur 3 dengan judul “Hubungan Fungsi, Bentuk
dan Teknologi Dalam Arsitektur” dengan tepat waktu.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca
mengenai Fungsi, bentuk dan teknologi dalam bidang arsitektur. Pada penulisan makalah
ini, berbagai hambatan telah dialami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu
saja bukan karena kemampuan kami semata-mata.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari pengetahuan dan pengalaman
kami masih sangat terbatas dan masi banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makala ini lebih baik
dan bermanfaaat.

Kupang, 11 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………….2

ABSTRAK………………………………………………………………………………………………………..3

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………...........4

1. Latar Belakang………………………………………………………………………………………….4

2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….….…..5

3. Tujuan Penelitian………………………………………………………………………………………5

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………………….6

METODE PENELITIAN…………………………………………..………………………………………13

HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….……….……………….14

KESIMPULAN ………………………………………………………………………………………….……23

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………….… 24


ABSTRAK

Perkembangan teknologi, khususnya di bidang teknologi komunikasi mempercepat


terjadinya proses perubahan pada semua tatanan, baik politik, ekonomi, sosial budaya
maupun teknologi itu sendiri; permasalahan global dengan cepat mempengaruhi
tatanan lokal. Indonesia tidak luput dari dampak globalisasi tersebut, termasuk
perkembangan pada arsitektur Indonesia.
Bagi orang awam, arsitektur adalah sesuatu yang memberikan defenisi dan
kadang-kadang membatasi ruang hidupnya secara fatal. Setiap karya arsitektur tidak
pernah terlepas dari adanya tiga aspek utama yaitu fungsi, bentuk dan makna. Besarnya
pengaruh fungsi terhadap bentuk arsitektur menjadi jelas tatkala kita mengingat
perbedaan penggunaan dan bagaimana aktivitas tertentu dan menciptakan suatu bentuk.
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengkaji pemahaman tentang
hubungan fungsi, brntuk dan teknologi dalam arsitektur.

Kata Kunci : Arsitektur, Fungsi, Bentuk, Teknologi


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perubahan selalu terjadi di setiap lini kehidupan di manapun manusia berada.
Salah satunya adalah perkembangan teknologi, khususnya di bidang teknologi
komunikasi mempercepat terjadinya proses perubahan pada semua tatanan, baik
politik, ekonomi, sosial budaya maupun teknologi itu sendiri; permasalahan global
dengan cepat mempengaruhi tatanan lokal. Hal ini sejalan dengan apa yang
diprediksikan Naisbitt, dalam bukunya Global paradox bahwa kekuatan globalisasi
justru akan menimbulkan pergeseran peran dan kekuatan.
Indonesia tidak luput dari dampak globalisasi tersebut, termasuk perkembangan
pada arsitektur Indonesia. Sebagai sebuah artefak, arsitektur adalah produk
budaya yang berkembang melalui proses dalam waktu yang panjang, sesuai
dengan konteks setempat, dengan nilai-nilai lokal yang dianut masyarakat setempat.
Kebangkitan kekuatan arsitektur lokal, juga terlihat dalam bentuk arsitektur
Bagi orang awam, arsitektur adalah sesuatu yang memberikan defenisi dan
kadang-kadang membatasi ruang hidupnya secara fatal. Menggabungkan kebutuhan
dasar ini dengan keterampilan fungsional adalah sama dengan menata gaya hidup.
Pada saat ini berkembangnya teknologi dan industri di negara-negara maju maupun
berkembang, memberikan kontribusi dalam memajukan kehidupan manusia
menjadi lebih baik. Akan tetapi dampak yang ditimbulkan menyebabkan
meningkatnya konsumsi energi dan kerusakan lingkungan, berupa polusi udara,
limbah, polusi suara dan lain-lain. Konsumsi energi banyak digunakan untuk
pencahayaan, pemanasan, dan pendinginan udara pada bangunan. Tidak dapat
di pungkiri bahwa sektor industri merupakan salah satu pengguna terbesar sumber
daya energi.
Setiap karya arsitektur tidak pernah terlepas dari adanya tiga aspek utama yaitu
fungsi, bentuk dan makna. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura
(yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada sampai sekarang),
Bangunan yang baik haruslah memiliki keindahan/estetika (venustas), kekuatan
(fermitas), dan kegunaan/fungsi (utilitas). Sedangkan dalam definisi modern
arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun
dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah
mencakup baik unsur etetika maupun psikologi.
Besarnya pengaruh fungsi terhadap bentuk arsitektur menjadi jelas tatkala kita
mengingat perbedaan penggunaan dan bagaimana aktivitas tertentu dan menciptakan
suatu bentuk. Fungsi merupakan titik awal yang mendasar bagi semua ekspresi
arsitektur. Melalui pengkajian ini diharapkan dapat diperoleh pemahaman tentang
hubungan fungsi, brntuk dan teknologi dalam arsitektur.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
pada penelitian ini diantaranya:

 Apa itu fungsi dalam arsitektur? 


 Apa itu bentuk dalam arsitektur?
 Apa itu teknologi struktur dalam arsitektur
 Bagaimana hubungan antara fungsi dan bentuk dalam arsitektur?
 Bagaimana hubungan antara teknologi dan bentuk dalam srditektur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian latar belakang dan perumusan masalah, maka


dapat disimpulkan tujuan penelitian ini :
 Untuk mengetahui apa itu fungsi dalam arsitektur
 Untuk mengetahui apa itu bentuk dalam arsitektur
 Untuk mengetahui teknologi struktur dalam arsitektur
 Untuk mengetahui hubungan antara bentuk dan fungsi dalam
arsitektur
 Untuk mengetahui hubungan antara teknologi dan bentuk dalam
arsitektur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fungsi Dalam Arsitektur


Pengertian fungsi dalam arsitekturalnya adalah “Architectural principle according to
which the form of a building is to be derived from the function it is intended to fulfill; the
schematic and technological aspect of architectural modernism (Ratyionalism), who see
wider theoretical stance comprises also philosophical, political, social, economic, stylistic
and symbolical question” atau suatu prinsip arsitektural dimana bentuk suatu bangunan
harus diperoleh dari fungsi yang harus dipenuhinya; aspek skematis dan teknis dari
meodernisasi arsitektural (rasionalisme), yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga
membentuk pertanyaan simbolik, filsafat, politik, sosial dan ekonomi. (Encyclopedia of
20th Century Architecture, 112).
Fungsi merupakan titik awal yang mendasar bagi semua ekspresi arsitektur.
Arsitektur harus menyediakan pelindungan fisik bagi kita dari pengaruh lingkungan,
menciptakan suatu kerangka kerja bagi aktivitas kita. dan. di atas segalanya, arsitektur
harus mengekspresikan nilai simbolik dan etika. Besarnya pengaruh fungsi terhadap
bentuk arsitektur menjadi jelas ketika kita mengingat perbedaan penggunaan dan
bagaimana aktivitas tertentu dapat menciptakan bentuk tersebut Masalahnya terletak
pada koordinasi antara bentuk dan fungsi. Jika koordinasi ini tidak dapat dikuasai,
hasilnya adalah bentuk kosong dan kondisi kehidupan yang tidak memuaskan.
Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari istilah “fungsi”,
sayangnya istilah fungsi seringkali sangat dibatasi pada pengertian fungsi sebagai wadah
aktivitas manusia baik didalam maupun diluar bangunan. Pengertian yang sempit ini
mengakibatkan pengkaburan makna “arsitektur” dan “bangunan”. Dari kamus Webster
dapat dilihat bahwa fungsi dapat memiliki pengertian aktivitas, peran, peruntukan, tugas
dan tanggung jawab. Menyadari hal ini, maka sangat dimungkinkan kita akan
berhadapan dengan sebuah obyek yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan
seluruh fungsi. Keadaan dimana arsitektur memiliki kemampuan untuk menjalankan
serta melaksanakan berbagai fungsi dikatakan sebagai Multifungsionalitas Arsitektur
(Josep Prijotomo, 1998).
Menurut Geofrey Broadbent, terdapat enam fungsi yang dapat dilaksanakan oleh
arsitektur, keenam fungsi tersebut adalah :
 Environmental Filter (=modifier of the physical climate). Bangunan bisa
mengontrol iklim. Bangunan berperan sebagai saringan atau filetr antara
lingkungan luar dengan kegiatan yang akan kita lakukan. Bangunan dapat
membantu kita untuk membuat kondisi-kondisi agar kegiatan-kegiatan dapat
dilaksanakan dengan menyenangkan dan dalam kenyamanan. Kita bisa
menentukan ruang-ruang makna yang harus dekat satu sama lain dan yang
mana yang bisa dijauhkan.
 Container of Activities. Bangunan sebagai wadah kegiatan-kegiatan yang
menempatkannya pada tempat yang khusus dan tertentu.
 Capital Investment (=changer of land value). Dalam pengertian ini bangunan
dapat memberikan nilai lebih pada tapak. Keduanya dapat menjadi sumber
investasi yang baik.
 Symbolic Function (=culutral implication). Dalam pengertian ini bangunan
dapat memberikan nilai-nilai simbolik terutama pada kegiatan-kegiatan yang
bersifat keagamaan atau yang berimplifikasi budaya.
 Behavior Modifier. Pada fungsi behavior modifier, bangunan dapat mengubah
perilaku dan kebiasaan, sesuai dengan suasana ruang.
 Aesthetic Function (=pursuit of delight). Pada pengertian ini
bangunanbangunan akan menyenangkan bila bangunan tampak bagus/cantik,
sesuai dengan imajinasi yang fashionable saat ini, sesuai dengan asas-asas
tertentu dari order visual dan lain-lain. Jadi Broadbent memahami fungsi sebagai
apa saja yang dipancarkan dan diinformasikan oleh arsitektur melalui panca
indera kita.

Di sisi lain Christian Norberg-Schulz memunculkan empat fungsi yang dapat


dilaksanakan oleh arsitektur untuk menjawab : apa tugas bangunan. Keempat fungsi
tersebut adalah :
 Physical control. Peranan dari physical control pada fungsi dan peran
bangunan meliputi pengontrolan iklim (udara, kelembaban, temperatur, angin,
curah hujan, dll), cahaya, suara, bau, hal-hal lain seperti debu, asap, serangga,
hewan dan manusia serta radioaktif. Kebanyakan dari faktor-faktor tersebut
diatas bersifat geographis dan dapat dipahami bahwa semua aspek physical
control berkaitan dengan hubungan antara bangunan dan lingkungannya.
Lingkungan mempengaruhi bangunan dengan energi-energi yang harus
dikontrol. Jadi physical control terdiri dari hubungan-hubungan antara
bangunan dengan lingkungannya, artinya physical control tergantung pada
kegiatan manusia yang harus dilayani dan ditampung oleh bangunan. Fungsi-
fungsi bangunan dapat mengubah kebutuhan-kebutuhan akan pemanasan,
iluminasi, akustik ataupun pengkondisian udara. Karena itu arsitek memerlukan
abstraksi tentang apa-apa yang berhubungan langsung dengan aspek fisik
pada bangunan.
 Functional frame. Pada functional frame akan banyak dibahas aspek-aspek
fisik tingkah laku manusia. Pada dasarnya manusia selalu melakukan kegiatan,
sehingga membutuhkan wadah arsitektural untuk menampung kegiatan
tersebut. Perlu diingat bahwa dua bangunan dapat berperan dengan baik untuk
fungsi yang sama tanpa harus menciptakan suasana yang sama. Suasana
dapat berubah sejalan dengan sejarah, sementara fungsinya tetap. Fungsi akan
berubah bila terjadi perubahan yang mendasar pada gaya hidup kita. Fakta
menyatakan bahwa setiap kegiatan membutuhkan ruang (space) tertentu.
Secara umum dapat dikatakan bahwa functional frame harus
merepresentasikan sebuah struktur kegiatan dengan memanifestasikan spatial,
tipologi, dan karakter dinamis dari fungsi-fungsi.
 Social Millieu. “Social millieu” bisa menjadi ekspresi statis, peranan,
kelompok, perkumpulan, institusi dan sekelompok bangunan yang dapat
mempresentasikan system social sebagai suatu kesatuan, suatu contoh Istana
Raja dibuat lebih besar dari bangunan-bangunan lain dengan tujuan untuk
menunjukan status sosial. Secara umum dapat dikatakan peran serta aturan-
aturan dalam hubungan manusia membentuk sebagian dari peran bangunan.
Bangunan dan lingkungannya memberika dan menampung kehidupan manusia
dan lingkungan yang tepat untuk kegiatan-kegiatan umum atau khusus.
 Cultural symbolization, Arsitektur adalah obyek budaya dan juga merupakan
hasil karya manusia yang melayani aktivitas-aktivitas manusia secara umum.
Kita telah sepakat bahwa seni mengekspresikan nilai, sementara sains
menerangkan fakta-fakta, dan seni adalah salah satu alat untuk menyatakan
nilai-nilai budaya untuk kemudian dimasyarakatkan. Seni juga melambangkan
obyek-obyek budaya. Bahwa arsitektur dapat melambangkan obyek-obyek
budaya adalah fakta empiris, karena sejarah arsitektur menunjukan bahwa
aspek ini telah membentuk sebuah bagian penting dari peranan bangunan.
Karena struktur sosial didasari nilai-nilai umum dan sistem lambang (simbol),
hal ini membuktikan bahwa simbol budaya berhubungan erat dengan formasi
„sosial milleu‟. Dalam simbol milleu, sosial milleu menjembatani obyek-obyek
budaya seperti nilai-nilai umum, konstruksi empiris (ilmiah), ide-ide filosofis,
kode etik, kepercayaan, dan kondisi ekonomi.
Jadi Christian Norberg-Schulz memahami „fungsi‟ sebagai tugas dan pekerjaan
yang harus dijalankan oleh suatu lingkungan binaan.

2.2. Bentuk Dalam Arsitektur


Setiap bentukan arsitektur selalu diawali dengan adanya aktivitas manusia
yang menjadi penggerak lahirnya wadah aktivitas tersebut. Hubungan antara satu
aktivitas dengan aktivitas lainnya, atau antara satu kelompok aktivitas dengan
kelompok aktivitas lainnya terstruktur dalam satu tatanan ruang. Tatanan ini,
secara tiga dimensional merupakan aspek bentuk arsitektur.
Menurut Vitruvius, tidak ada istilah bentuk. Bentuk, bagi Vitruvius, bila
mau dikaitkan dengan fungsi/utilitas tentunya merupakan gabungan antara
firmistas (technic) dengan venustas (beauty/delight) (Saliya, 1999). Ciri-ciri pokok
yang menunjukan bentuk, dimana ciri-ciri tersebut pada kenyataanya dipengaruhi
oleh oleh keadaan bagaimana cara kita memandangnya. Juga merupakan sarana
pokok yang memungkinkan kita mengenal dan dan melihat serta meninjau latar
belakang, persepsi kita terhadap satu dan yang lain, sangat tergantung dari
derajat ketajaman visual dalam arsitektur. Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki
ciri-ciri visual, yaitu (Ching, 1979) :
 Wujud : adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan
sisisisi bentuk.
 Dimensi : dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi.
Dimensidimensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya ditentukan
oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain
disekelilingnya.
 Warna : adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk.
Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu
bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual
suatu bentuk.
 Tekstur : adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur
mempengaruhi perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada saat
kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.
 Posisi : adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau
medan visual.
 Orientasi : adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah
mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.
 Inersia Visual : adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.
Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya
terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.
Bentuk dapat diperkuat atau dilemahkan oleh bentuk lain. Untuk
programprogram fungsional pada bangunan biasanya membutuhkan gabungan
beberapa elemen. Hal ini tidak berarti menjadi keterbatasan estetika. Arsitek dapat
menghasilkan efek yang impresif dengan menggabungkan bentuk-bentuk. Misalnya
dengan menggunakan pengulangan bentuk-bentuk yang sama, atau mengejutkan
dengan mensejajarkan dua bentuk yang sama sekali berbeda, yang kemudian dapat
menimbulkan penghargaan bahwa perbedaan-perbedaan dapat digabungkan menjadi
satu komposisi tunggal. Bentuk dapat bergabung untuk menghasilkan komposisi yang
koheren dengan cara persamaan, pengulangan ataupun proporsi. Bentuk dalam
arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk
maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik).
Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya,
keterkaitan fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi.
Penangkapan ekspresi bentuk bisa sama ataupun berbeda pada setiap pengamat,
tergantung dari pengalaman dan latar belakang pengamat.

2.3. Teknologi Struktur Dalam Arsitektur


Teknologi arsitektur merupakan suatu cara perbuatan dan penampakan yang
mewujudkan struktur yang indah melalui pengolahan struktur (rekayasa
perhitungannya/teknis dan estetika), material dan konstruksi (teknologi
peralatan mesin dan teknologi pelaksanaan) yang secara singkat disebut “teknologi
struktur- material-konstruksi” melalui paradigma arsitektural dalam upaya
penciptaan ruang dan bentuk arsitektur, dalam upaya mewujudkan bangunan yang
baik menurut Vitruvius (bangunan arsitektur) di mana secara langsung
berperan dalam pembentukan nilai-nilai estetika dan teknis bangunan ;
membantu menyelaraskan atau menyeimbangkan antara keindahan (estetika),
kegunaan (fungsi) dan kekuatan dalam bangunan arsitektur. struktur arsitektur
berperan sebagai “Dualisme struktur” memiliki peranan yang pertama sebagai
fungsi teknis dengan hal-hal yang bersifat rasional, kebenaran yang absolut dalam
suatu rancangan bangunan arsitektur dan yang kedua adalah peranan fungsi estetis
yang kemungkinan memiliki sifat-sifat relatif, subyektif, abstrak dalam suatu
rancangan bangunan arsitektur. Oleh karena itu keberhasilan dalam proses
manifestasi “dualisme struktur” dalam rancangan bangunan arsitektur atau struktur
arsitektur sangat tergantung pada kemampuan kepekaan dan keahlian terhadap
penilaian “rasional/kebenaran absolute/teknis” dan “keindahan/estetika” dalam arti
luas.
Teknologi arsitektur sebagai tindakan “material-struktur-konstruksi” arsitektur
merupakan satu kesatuan sistem dalam mewujudkan bangunan arsitektur tersebut,
oleh karena itu struktur-arsitektur sebagai bagian dari teknologi arsitektur juga
memberikan pemikiran terhadap kebutuhan material-arsitektur dan konstruksi-
arsitektur.
Gambar 1. Struktur arsitektur bagian dari teknologi arsitektur

Peran teknologi arsitektur dalam system arsitektural diproses melalui pendekatan


fungsi yang berkarakteristik: proses, ,aksud/tujuan, keseluruhan, perilaku, hubungan
atau keperluan. Pada tahapan proses system arsitektural inilah material arsitektur
struktur dibentuk dengan karakteristik fungsi. Struktur-arsitektur sebagai
keseluruhan merupakan cara pandang dalam mendisain bangunan arsitektur
melalui pendekatan peran “dualisme struktur” yang memandang bahwa bagian-
bagian/komponen struktur-arsitektur akan membentuk keseluruhan totalitas
struktur.
BAB III
METODE PENULISAN

Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti dalam rangka
mengumpulkan informasi atau data serta melakukan investigasi pada data yang
didapatkan tersebut. Metode yang digunakan pada studi ini yaitu metode deskriptif dan
metode komparatif dengan pendekatan kuantitatif.

1. Metode Deskriptif
Pengertian deskriptif menurut (Nazir, 2005) adalah suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system pemikiran
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, secara sistematis, factual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki atau diteliti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan
metode deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan karakteristik dari suatu
populasi atau sebuah fenomena yang menjadi objek penelitian.
2. Metode Komparatif
Dalam metode deskriptif peneliti bisa membandingkan fenomena-fenomena
tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Penelitian komparatif
adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda (Sugiyono,
2006)
Pada penelitian ini pendekatan kuantitatif dipakai untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan, untuk menunjukan hubungan antar
variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan
pemahaman, atau mendeskripsikan banyak hal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kaitan Fungsi dan Bentuk


Setiap karya arsitektur tidak pernah terlepas dari adanya tiga aspek utama yaitu
fungsi, bentuk dan makna. Bangunan yang baik haruslah memiliki keindahan/estetika
(venustas), kekuatan (firmitas), dan kegunaan/fungsi (utilitas); arsitektur dapat
dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan
tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya.
Bentuk dan fungsi tidak dapat dihilangkan dari suatu produk arsitektur dan
merupakan bagian terpenting dari suatu karya arsitektur. Bentuk pada sebuah
bangunan dapat mencerminkan fungsi bangunannya dan dapat mempengaruhi aktifitas
di dalam bangunan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa bentuk merupakan sebuah istilah
inklusif yang memiliki beberapa pengertian, tergantung bidang pendeskripsinya. Istilah
bentuk dapat dihubungkan dengan penampilan luar, bisa pula untuk menjelaskan
kondisi tertentu dimana sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya. Dalam bidang
arsitektur, bentuk bangunan direpresentasikan dalam sebuah model fisik yang dimana
dalam model tersebut mewakili keseluruhan konsep bangunan. Sedangkan fungsi dalam
bidang arsitektur, fungsi dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan manusia dan menjadi
pertimbangan utama bagi suatu perancangan bentuk. Batasan fungsi secara umum
dalam arsitektur adalah pemenuhan terhadap aktifitas manusia, tercakup di dalamnya
kondisi alami. Sedangkan bangunan yang fungsionil adalah bangunan yang dalam
pemakaiannya memenuhi kebutuhan secara tepat dan tidak mempunyai unsur-unsur
yang tidak berguna.
Bentuk dan fungsi mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Besarnya pengaruh
fungsi terhadap bentuk arsitektur menjadi jelas tatkala kita mengingat perbedaan
penggunaan gedung tertentu, dan bagaimana aktifitas tertentu dapat menciptakan
bentuk tersebut. Masalahnya terletak pada kordinasi antara bentuk dan fungsi. Jika
kordinasi ini tidak dapat dikuasai, hasilnya adalah bentuk kosong dan kondisi kehidupan
yang tidak memuaskan. Fungsi merupakan titik awal yang mendasar bagi semua
ekspresi arsitektur. Tingkatan fungsi dalam sebuah bangunan tidak dapat digambarkan
sejelas perbandingan antara desain produk yang baik dan buruk. Tetapi, masalahnya
akan lebih mudah dilihat dengan membandingkan sejumlah denah bangunan. Pengaruh
bentuk terhadap fungsi dapat dikategorikan sebagai penentu atau panduan manuju
bentuk. Fungsi menunjukan ke arah mana bentuk harus ditemukan. Fungsi dan bentuk
memang diperlukan untuk menjelaskan arsitektur, tapi belum memadai. Fungsi tidak
mutlak menentukan bentuk. Konsep form follows function banyak dibantah oleh para
modernis. Sebagai contoh satu fungsi dapat meghasilkan bermacam-macam bentuk.
Bentuk adalah bagian integral dari kadar spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk
harus sebagai media bagi komunikasi (ruang) yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang
sesuai untuk memancarkan informasi tertentu. Bentuk dalam arsitektur meliputi
permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama, bentuk maupun ruang
mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik). Fungsi-fungsi
tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk. Dalam kenyataannya, keterkaitan
fungsi, ruang dan bentuk dapat menghadirkan berbagai macam ekspresi. Contoh
hubungan antara fungsi dan bentu yaitu pada bangunan Gereja Roh Kudus Surabaya.
Gambar 2. tampilan arsitektur Gereja Roh Kudus, Surabaya

Gambar 3. Makna fungsional Gereja Roh Kudus Surabaya


Berdasarkan gambar diatas maka dapat diketahui bahwa bangunan ini
memiliki fungsi liturgial. Liturgi merupakan karya bersama antara Kristus - Sang Kepala,
dan Gereja yang adalah TubuhNya, sehingga tidak ada kegiatan Gereja yang lebih
tinggi nilainya daripada liturgi. Konsep sakral dalam tatanan ruang pada kasus gereja
ini diawali dengan penataan ruang yang mengikuti hirarki ruang dalam Gereja
Katolik, yaitu Narthex (sebagai daerah yang dianggap kurang sakral, berupa
ruang teras tertutup dan beratap), Nave (daerah sakral, yang merupakan bagian
tengah Gereja, dengan lorong tengah menuju ke altar) dan Sanctuary (daerah paling
sakral, yang ditandai dengan peninggian lantai dan tempat altar. Orientasi ruang
diarahkan pada sanctuary. Makna simbolik juga ditampilkan pada elemen bangunan;
perancang menonjolkan atap pada bagian belakang bangunan, sebagai penanda di
mana sanctuary (ruang paling sakral dalam gereja) berada (gambar 3c), dengan
penempatan kaca-patri bergambar lambang Roh Kudus pada puncaknya.
Contoh lainnya dari hubungan bentuk dan fungsi yaitu Bangunan Rektorat
UNPAD Jatinangor.
Gambar 4. Gedung Rektorat UNPAD Jatinangor

Gambar 5. Penempatan fungsi dan masa bangunan Gedung Rektorat UNPAD Jatinangor
Pada gambar diatas Fungsi tidak mutlak menentukan bentuk. Konsep form follows
function banyak dibantah oleh para modernis. Sebagai contoh satu fungsi dapat
meghasilkan bermacam-macam bentuk. Bentuk adalah bagian integral dari kadar
spiritual bagi pernyataan bangunan. Bentuk harus sebagai media bagi komunikasi
(ruang). Yaitu, akan mungkin melalui bentuk yang sesuai untuk memancarkan informasi
tertentu. Bentuk bangunan pada bangunan Rektorat UNPAD Jatinangor berbentuk
silinder memusat. Dengan bentuk silinder mengakibatkan orientasi bangunan menjadi
memusat. Menurut fungsi kedudukan ruang primer (rektor) berada pada deretan ruang
sekunder, sedangkan ruang rektor menurut pola struktur organisasi mempunya nilai
tertinggi. Berdasarkan bentuk bangunan, ruang primer berada pada tengah atau pusat
lingkaran terbentuk akibat kuatnya massa bangunan sekunder yang mengelilinginya.
Ruang primer digunakan sebagai auditorium.

4.2 Hubungan Teknologi dan Bentuk


Cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia yaitu dengan
bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau
membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera dan otak manusia atau teknologi,
sebagai salah satu elemen dari kebudayaan, memiliki kekuatan dalam mempengaruhi
arsitektur. Sedangkan bangunan adalah Susunan elemen-elemen yang membentuk
fungsi untuk mewadahi aktifitas manusia dengan segala komponen yang
dibutuhkan dalam aktifitasnya. Ia memiliki bentuk dan dimensi yang dapat menaungi
dengan memiliki kekakuan dan kekokohan yang dapat melindungi manusia dan segala
aktifitas di dalamnya dari segala gangguan. Sesuatu dapat dikatakan bangunan apabila
memiliki syarat-syarat bangunan, yaitu : fungsi, ukuran, bentuknya, sifatnya.
Tahap awal teknologi masuk ke dalam dunia perancangan arsitektur hanya
sebagai alat visualisasi desain. Namun sejalan berkembangnya teknologi digital
tersebut, teknologi kini dapat digunakan sebagai bagian dari proses perancangan atau
desain dan dapat dikatakan sebagai alat bantu berpikir dalam proses perancangan.
Dengan demikian proses perancangan arsitektur tidak menjadi monoton. Arsitek,
desainer bahkan mahasiswa arsitektur dapat bereksplorasi dalam menemukan inovasi –
inovasi desain yang baru.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada tahap awal pengaruh teknologi
digital dalam dunia perancangan arsitektur hanya sebatas sebagai tools yang membantu
proses menggambar ataupun menghasilkan produk gambar dengan lebih efisien dan
tepat, baik itu gambar yang berupa konsep awal maupun gambar detail (Detail
Engineering Design ). Pada tahap ini komputer hanya digunakan sebagai media
pengganti kertas dan pensil. ataupun alat gambar lainnya dalam proses drafting atau
drawing dan modelling. Komputer bertindak sebagai media yang pasif pada tahap ini.
Arsitek ataupun desainer memliki peran penuh dalam menginstruksikan komputer untuk
menciptakan garis, bentuk geometri, mengkonstruksi objek dan sebagainya. Disini
peran komputer hanya sebagai alat bantu dalam proses desain, bukan sebagai alat
untuk menciptakan desain. Seperti yang disampaikan oleh Yahuda E. Kalay dalam
Architecture’s New Media :
“The designer must still instruct the computer to draw each line, construct
each object, change its color and position the view point. The computer, like
paper, does not understand the evolving design. It cannot comment on its
qualities , nor does it know when the architect has made a mistake” ( Kalay,
2004 : 75 )

Dalam hal ini komputer tidak hanya berfungsi sebagai alat yang membantu arsitek
dan desainer untuk mempercepat dalam menghasilkan produk gambar, akan tetapi
membantu arsitek dan desainer dalam proses desain maupun menemukan konsep -
konsep desain yang baru. Artinya pada tahap ini komputer sudah dijadikan alat bantu
berpikir seperti untuk memecahkan masalah dalam proses perancangan arsitektur. Pada
tahap ini arsitek dan desainer dapat bereksplorasi dengan komputer pada proses desain
dalam berbagai aspek, seperti aspek bentuk, spasial, structural, material dan berbagai
aspek lainnya.
Gambar 6. Studi bentuk masa bangunan (a) studi spasial tuamg (b) dengan proses
komputasi

Teknologi memberi pengaruh yang besar dalam dunia perancangan arsitektur.


Sebelum teknologi digital hadir, proses desain dilakukan secara manual atau dikenal
dengan metode tradisional dengan media kertas dan pinsil ataupun alat tulis lainnya.
Dengan metode tradisional ini tentu saja dalam menyelesaikan sebuah proses desain
membutuhkan waktu yang lebih lama. Namun sebagian arsitek ataupun desainer masih
tetap menggunakan metode tradisional dengan alasan bahwa melalui goresan garislah
sang arsitek bisa menuangkan gagasannya dengan lebih ekspresif.

Gambar 7. Proses desain yang menggunakan sketsa

Gambar 8. Proses desain menggunakan teknologi


2.3 Hubungan Simbol dan Bentuk
Simbol merupakan bagian dari realitas yang berfungsi sebagai komunikasi dan
merupakan landasan pemahaman bersama yang dimengerti. Nilainya yang tinggi
terletak pada suatu substansi bersama dengan ide yang disajikan. Kesatuan sebuah
kelompok dengan semua nilai budayanya, diungkapkan dengan menggunakan simbol.
Menurut Dillistone, simbol berasal dari kata kerja dasarnya symbollein dalam bahasa
Yunani berarti ’mencocokkan, kedua bagian yang dicocokkan disebut symbola. Sebuah
simbol pada mulanya adalah sebuah benda, sebuah tanda, atau sebuah kata, yang
digunakan untuk saling mengenali dan dengan arti yang sudah dipahami (Dillistone,
2002:21). Simbol merupakan sebuah pusat perhatian yang tertentu, sebuah sarana
komunikasi dan landasan pemahaman bersama.
Suatu bentuk akan memberikan suatu makna pada jenis bangunan tertentu yang
merupakan suatu symbol yang timbul untk memenuhi fungsi bangunan tersebut.
Beberapa penggolongan jenis symbol guna mengidentifikasi dalam konsep perancangan
yaitu:
 simbol yang tersamar yang menyatakan peran dari bentuk
 simbol sebagai unsur pengenal
 simbol metaphor
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa yang sangat berperan dalam penyampaian
maksud oleh suatu bangunan/perancang arsitektur adalah bentuk dan simbol. Dapat
dikatakan bentuk merupakan unsur yang
dapat memberikan suatu kesan pertama
bagi pengamat. Bentuk dapat
menyampaikan maksud dan fungsi dari
bangunan tersebut. Sedangkan simbil sangat
berperan dalam komunikasi arsitektur.
Setiap bagian arsitektur tentu saja merupakan simbol tersendiri juga. Bangunan
membawa semua kekayaan makna dan makna yang dikodekan dalam bentuknya.
Setiap struktur segera menyatakan
semua jenis informasi mengenai
kekayaan, status, selera, sejarah dan
keadaan pemilik atau penghuninya.
Hanya dengan fakta keberadaannya,
dan kekuatan pasar yang terlibat dalam
kepemilikan dan pemeliharaan struktur,
bangunan dapat menyimpulkan gaya
hidup dan sikap tertentu. Contohnya
yaitu Gedung Putih di Washington DC dengan serambi tertutup, jendela tertutup, dan
sayap lebar, jelas merupakan rumah – dan tentunya megah, dalam skala besar.

Contoh lainnya adalah Katedral Westminster, di London jelas merupakan tempat


pemujaan. Semakin bergengsi suatu bangunan, semakin besar kemungkinannya untuk
membuat pernyataan yang kuat pada tingkat ini. Pada level yang lebih dalam, berbagai
elemen desain khusus bangunan juga dapat membawa banyak makna. Bahkan sesuatu
yang mendasar seperti posisi dan desain jendela membuat pernyataan tentang peran
bangunan dalam kaitannya dengan dunia luar.

2.4. Bentuk dan Komunikasi


Dalam dunia arsitektur komunikasi sangat penting terutama dalam
mempertanggungjawabkan suatu karya. Seorang ahli sejarah arsitektur yang bernama
Spiro Kostof menyatakan bahwa seorang arsitek harus mampu untuk
mengkomunikasikan visinya terkait dengan bentuk dan tampilan bangunan, tidak hanya
kepada klien atau pengguna namun juga kepada anggota tim, pembuat kebijakan,
masyarakat, serta media. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang arsitek dapat berupa
komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, komunikasi tertulis, dan komunikasi visual.
Teknik-teknik arsitektur yang diadopsi untuk mengkomunikasikan ide atau visi arsitek
serta isi komunikasi akan sangat beragam tergantung pada apa yang dikomunikasikan,
maksud dan tujuan, siapa yang menjadi pengguna, dan tahapan proyek. Komunikasi
arsitektur dipandang sebagai sebuah fenomena semiotika dan sebuah kegiatan
arsitektur-baik intra maupun ekstra-dimana keseluruhan kegiatan tersebut ditampilkan
dalam bentuk ruang yang dipahami sebagai sebuah tindakan komunikasi (Vuckovic,
2013 : 63). 
Istilah komunikasi arsitektur memiliki makna yang beragam. Beberapa praktisi
arsitektur merujuk komunikasi arsitektur sebagai sarana untuk melakukan strategi dan
membuat karya seseorang menjadi tontonan publik untuk menghasilkan lebih banyak
pekerjaan. Sementara itu,beberapa ahli lainnya merujuk komunikasi arsitektur sebagai
visualisasi arsitektur yang menerapkan representasi komunikasi grafis dalam arsitektur
seperti menggabungkan beberapa fitur sketching, dua dimensi, tiga dimensi, perspektif,
model-model fisik, rendering, gambar garis, presentasi arsitektur dan lain-lain yang
memiliki peran penting dalam merepresentasikan pikiranarsitektur. Salah satu cara
terbaik untuk mengkomunikasikan ide atau gagasan seorang arsitek adalah melalui
gambar. Kemampuan seorang arsitek dalam mewujudkan ide atau gagasan ataupikiran
arsitekturnya ke dalam bentuk gambar dua dimensi atau tiga dimensi seperti disebutkan
sebelumnya dinamakan dengan teknik komunikasi arsitektur.
Peranan gambar sangat penting dalam memahami arsitektur, karena perlu
mendalami tentang pengetahuan umum tentang gambar dalam arsitektur, termasuk
pengertian/ definisi denah, tampak,potongan, site plan, lay out, dan lainnya.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa Setiap karya arsitektur tidak
pernah terlepas dari adanya tiga aspek utama yaitu fungsi, bentuk dan makna. Bentuk
dalam arsitektur meliputi permukaan luar dan ruang dalam. Pada saat yang sama,
bentuk maupun ruang mengakomodasi fungsi-fungsi (baik fungsi fisik maupun non fisik).
Fungsi-fungsi tersebut dapat dikomunikasikan kepada bentuk.
Teknologi memberi pengaruh yang besar dalam dunia perancangan arsitektur.
Teknologi arsitektur merupakan suatu cara perbuatan dan penampakan yang
mewujudkan struktur yang indah melalui pengolahan struktur (rekayasa
perhitungannya/teknis dan estetika), material dan konstruksi (teknologi peralatan
mesin dan teknologi pelaksanaan) yang secara singkat disebut “teknologi struktur-
material-konstruksi” melalui paradigma arsitektural dalam upaya penciptaan ruang dan
bentuk arsitektur, dalam upaya mewujudkan bangunan yang baik.
Simbol dalam arsitektur merupakan bagian dari realitas yang berfungsi sebagai
komunikasi dan merupakan landasan pemahaman bersama yang dimengerti. Suatu
bentuk akan memberikan suatu makna pada jenis bangunan tertentu yang merupakan
suatu symbol yang timbul untk memenuhi fungsi bangunan tersebut.
Dalam dunia arsitektur komunikasi sangat penting terutama dalam
mempertanggungjawabkan suatu karya. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang arsitek
dapat berupa komunikasi verbal, komunikasi nonverbal, komunikasi tertulis,
dan komunikasi visual.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. (2007) . Arsitektur: www. Dahlan forum.Forum Positif.com.


Gavril, I. (2012). Archi-Texts for Contemplation in Sixth-Century Byzantium.
The Case of the Church of Hagia Sophia in Constantinople. PhD Thesis,
University of Sussex-Art History.
Harisdani D D ., Lubis D M. (2009). Sejarah Dan Tinjauan Umum
Bangunan Bertingkat Tinggi. Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara: Medan.
Krier Rob. (2009). Bentuk Dalam Arsitektur, 10 Teori Arsitektur Rob
Krier
Krier Rob. (1996). Komposisi Arsitektur. Penerbit Erlangga ; Surabaya.
Laksmi Kusuma, Wardani. (2016). FUNGSI, MAKNA DAN SIMBOL (Sebuah
Kajian Teoritik). Fakultas Seni dan Desain-Universitas Kristen Petra, Surabaya.
McGuire, D. Church Architecture and Sacred Space. Theology-University of
Great Falls.
Mircea, E., (2002). The Sacred and Profane: The nature of Religion.
PhD.Thesis. School of Architectural Studies, University of Sheffield.
Pasaribu, Ramos. (2009). Teknologi struktur-Arsitektur Berbasis Sistem
Arsitektural Dalam Desain Bangunan Arsitektur. Jurnal Ilmiah Nasional.
Universitas Tarumanegara, Jakarta
Putra, Riza Aulia. (2018). Peran Teknologi Digital Dalam Perkembangan Dunia
Perancangan Arsitektur. : Journal of Islamic Science and Technology Vol. 4,
No.1. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.
Surasetja, Irawan. (2007). FUNGSI, RUANG, BENTUK DAN EKSPRESI DALAM
ARSITEKTUR. Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur – FPTK – UPI
Thomas, J.A., (1994). Theory, Meaning & Experience In Church
Architecture.
Tumimomor, Inggris A.G., Poly, Hanny. (2011). Arsitektur Bioklamatik. Jurnal
Media Matrasain. Vol 8. No 1.

Universitas Gunadarma. ( 2009). pengantar arsitektur, fungsi dalam


arsitektur.
Utami, dkk. (2015). Kaitan Antara Bentuk dan Fungsi pada Bangunan
Rektorat Unpad Jatinangor. Jurnal Reka Karsa, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Nasional.

You might also like