You are on page 1of 13

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA

PERKEBUNAN KARET PROGRAM EKS UPP TCSDP


DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH
KABUPATEN KAMPAR

ANALYSIS FEASIBILITY FINANCIAL


OF RUBBER PLANTATIONS OF EX UPP TCSDP DEVELOPMENT
AT BINA BARU VILLAGE KAMPAR KIRI TENGAH DISTRICT
KAMPAR REGENCY

Maya Utari1, Yusmini2, Susy Edwina2


Department of Agribussiness Faculty of Agriculture University of Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Subrantas KM 12,5 Panam Pekanbaru 28293
Mayautari22@gmail.com

ABSTRACK

The purpose of this research is to analyze the financial feasibility of rubber


plantation Ex UPP TCSDP at Bina Baru Village Kampar Kiri Tengah District
Kampar Regency. Bina Baru Village obtain assist Ex UPP TCSDP from
Plantantion Office of Riau for 258Ha rubbers plant, 1 Ha of rubber is given to one
farmer. The instruments of this research are; analyzing the NPV, Net B/C and IRR
and also sensitivity analysis. The used of data is primary data and secondary data.
Primary data is price data were obtained from farmers and secondary data is
physics data obtained from related agencies. The result shower that analyzing
NPV is Rp.63.691.097,62, Net B/C is 2,62 and IRR is 25%. The farmer income in
one year is Rp.2.547.643,90. Analyzing of sensitivity of the changes of the
production around 25%which slope NPV is 53,83%. The changes of the input
around 15% which slope NPV is 17,30%. The changes of the output around 41%
which slope NPV is 88,28%. These proofed the rubber plan is still able to do if
there is the changes of price and three aspects, because the NPV value still give
positive value and Net B/C value >1 and also IRR bigger than discount factor
12%.

Keyword: Rubber, Investment Criteria Analysis, Sensitivity Analysis.

PENDAHULUAN produksi 323.808 ton. Keberhasilan


sub sektor perkebunan tidak terlepas
Tahun 2014 luas areal dari faktor sumber daya manusia
perkebunan karet di Riau sebesar sebagai pelaku utama dalam kegiatan
357.766 Ha dengan hasil produksi pengembangan perkebunan karet
315.789 ton, kemudian pada tahun serta berperan besar dalam
2015 terjadi peningkatan luas areal meningkatkan pendapatan dan
yaitu 359.545 Ha dengan hasil

1. Mahasiswa Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau 1


2. Staf Fakultas Pertanian Universitas Riau

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016


kesejahteraan (Direktorat Jenderal untuk melihat sejauh mana usaha ini
Perkebunan, 2014). dapat bertahan terhadap gejolak
Tanaman perkebunan yang harga karet yang seringkali
potensial di Kabupaten Kampar mengalami penurunan.
antara lain Kelapa Sawit, Karet, Analisis Kelayakan Finansial
Kelapa, Gambir, dan lain-lain. Tahun Usaha ini dapat mengetahui manfaat
2013, luas areal tanaman Perkebunan seperti seberapa besar keuntungan
Karet di Kabupaten Kampar sebesar yang diperoleh. Kegiatan usaha
59.073 ha dengan produksi 50.051 perkebunan karet juga tidak lepas
ton dan pada tahun 2014 luas areal dari kebijakan pemerintah dan
tanaman sebesar 296,636 ha dengan instansi terkait dengan memberikan
produksi 589,243 ton. Pembagian luas berbagai insentif, guna mendorong
areal tanaman perkebunan ini yaitu perkembangan perkebunan karet
21,58 % lahan Karet, 76,73% Kelapa tersebut.
Sawit, 0,61% Kelapa, 1,04% lahan Berdasarkan pemaparan
Gambir dan 0,04 % lainya. Dari data diatas tujuan penelitian ini yaitu :
tersebut dapat dilihat bahwa Karet 1. Menganalisis Net Present Value
adalah komoditi unggulan kedua dari (NPV), Net Benefit Cost Ratio
komoditi Kelapa sawit (BPS (Net B/C) dan Internal Rate of
Kampar,2014). Return (IRR) usaha perkebunan
Desa Bina Baru merupakan karet di Desa Bina Baru
desa yang terdapat di Kecamatan Kecamatan Kampar Kiri Tengah
Kampar Kiri Tengah dan Kabupaten Kampar.
mendapatakan bantuan program 2. Menganalisis Sensitivitas usaha
karet TCSDP. Pola Pengembangan perkebunan karet terhadap
karet pola TCSDP (Tree Crops perubahan tingkat produksi, harga
Smallholder Develompment Project) input, dan harga output.
adalah suatu program pembiyaan
dengan pola SCDP (Sector Crop METODE PENELITIAN
Development Project) dengan prinsip Penelitian ini dilaksanakan di
mengarahkan kepada daerah Desa Bina Baru Kecamatan Kampar
transmigrasi umum yang Kiri Tengah Kabupaten Kampar
berpotensial karet. Desa Bina Baru Provinsi Riau. Pengambilan data
memiliki lahan karet penggunaan terhitung Bulan Mei 2015 sampai
TCSDP tebesar ketiga yaitu 258 Ha dengan Bulan Februari 2016.
yang mendapatkan program tersebut
sejak tahun 1992 dengan jumlah Metode Pengambilan Data
anggota sebanyak 258 KK dan Metode yang digunakan
memiliki 16 kelompok tani. adalah metode survey. Pengambilan
Masalah harga yang selalu sampel informan di Desa Bina Baru
menurun membuat sebagian besar menggunakan teknik random
masyarakat disana mulai sampling sebanyak 20 petani dari
mengabaikan lahan karetnya seperti 258 petani.
mulai tidak melakukan perawatan Data primer diperoleh
terhadap kebun karetnya. Kurangnya melalui wawancara langsung kepada
perawatan berdampak pada karyawan Koperasi Tani, pedagang
produksinya yang akan menurun. sarana produksiyang berada di Desa
Analisis finansial perlu dilakukan tempat biasa petani membeli sarana

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 2


produksi, serta petani yaitu berupa Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
data harga pupuk, harga bibit, harga Formula untuk mencari net
karet, harga peralatan, harga benefit cost ratio sebagai berikut :
pestisida dan upah tenaga kerja yang 𝐧
𝐢=𝟏 𝐍𝐁𝐢 (+)
diperlukan dalam usaha perkebunan Net B/C = 𝐧 𝐍𝐁 (−)
𝐢=𝟏 𝐢
karet dengan menggunakan kuisioner
yang telah dipersiapkan. Data Dimana:
sekunder yang diperlukan diperoleh Bt = Benefit yang telah di discount
dari instansi terkait yaitu dari Kantor factor
Desa, Koperasi Tani Sumber Rezeki, Ct =Cost telah didiscount factor
Dinas Perkebunan Provinsi dan n = Umur ekonomis
Kabupaten Kampar, Biro Pusat i = Tingkat bunga 12%
Statistik (BPS), Perusahaan terdekat t = Tahun
yang memproduksi komoditi karet
serta literatur-literatur lainnya yang Apabila :
terkait dengan penelitian. Net B/C > 1, usaha perkebunan
karet feasible (go) untuk
Metode Analisis Data dilaksanakan
Metode analisis data untuk Net B/C = 1, usaha perkebunan karet
menilai kelayakan usaha perkebunan berada dalam keadaan break
karet, digunakan rumus kriteria even point
investasi (ibrahim, 2009) sebagai Net B/C < 1, usaha perkebunan
berikut : karet tidak layak untuk
dilaksanakan
Net Present Value(NPV).
Secara singkat, formula untuk Internal Rate of Return (IRR)
net present value adalah sebagai Formula untuk mencari IRR
berikut: dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝐧 𝐍𝐏𝐕
NPV = 𝐢=𝟏 𝐍𝐁i (1 + i)-n IRR= i1 + (𝐍𝐏𝐕 .
(𝐢𝟐 − 𝐢𝟏 )
𝟏 −𝐍𝐏𝐕𝟐 )
Dimana :
Bt=Benefit yang telah di discount Dimana :
factor i1= tingkat bunga yang menghasilkan
Ct=Cost yang telah didiscount factor NPV1
n = Umur ekonomis i2=tingkat bunga yang menghasilkan
i = Tingkat discont rate(bunga12%) NPV2
t = Tahun
Apabila :
Apabila : IRR > SOCC, usaha perkebunan
NPV > 0, usaha perkebunan karet karet feasible (go) untuk
feasible (go) untuk dilaksanakan
dilaksanakan, IRR = SOCC, usaha perkebunan
NPV < 0, usaha perkebunan karet karet berada dalam keadaan
tidak layak untuk break even point
dilaksanakan,, IRR < SOCC, usaha perkebunan
NPV = 0, Usaha tersebut berada karet tidak layak untuk
dalam keadaan Break Even dilaksanakan
Point

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 3


Analisis Sensitivitas dan independen adalah kuadratik).
Analisis sensitivitas pada Analisis Trend yang digunakan
penelitian ini dilakukan terhadap secara umum untuk model trend
tiga variabel resiko usaha yaitu bila kuadratik adalah :
terjadi kenaikan biaya sarana
produksi, penurunan harga jual dan Yt = a + bx+ cx2
penurunan produksi pada usaha
karet. Persentase kenaikan harga Dimana :
input, penurunan harga out put dan a= ∑Y – c∑X2
penurunan produksi ditentukan n
berdasarkan kondisi yang terjadi b =∑Y
selama ini dilokasi penelitan. ∑X2
Kondisi yang pernah terjadi adalah c = n∑X2Y – ∑X2∑Y
produksi turun sampai 25%, n∑X2 – (∑X2)2
kenaikan harga input yang dominan
digunakan yaitu pupuk sampai 15% Keterangan :
dan penurunan harga output sebesar Y= variabel yang akan diramalkan.
41%. a= konstanta yang menunjukan
besarnya harga Y apabila X sama
ANALISIS TREND dengan 0.
Analisis Trend Linier b= variabel per x yaitu menunjukkan
Secara umum persamaan besamya perubahan nilai Y dan
garis linier dari analisis time series setiapperubahan satu unit x.
adalah : x= unit waktu (tahun)
Yc = a + bx
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimana : Investasi Awal
YC = nilai yang diperkirakan Investasi awal merupakan
X = rangkaian tahun biaya yang harus dikeluarkan secara
a = ∑Y / n keseluruhan dan diperlukan dalam
b = ∑XY / ∑X2 pembangunan suatu proyek.
Pembiayaan yang termasuk ke dalam
Analisis Trend Parabolik investasi awal kebun karet meliputi
(Kuadratik) pembiayaan pembukaan lahan,
Trend kuadratik merupakan pembelian bibit penanaman bibit,
deret waktu berupa dengan data pemupukan serta pemeliharaan.
berupa garis parabola. Trend
parabolik (kuadratik) adalah trend
yang nilai variabel tak bebasnya naik
atau turun secara linier atau terjadi
parabola bila datanya dibuat scatter
plot (hubungan variabel dependen

Tabel 1. Biaya Investasi Awal Tanaman Belum Menghasilkan Usaha Perkebunan


Karet 1 Ha.

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 4


No. Biaya Investasi Jumlah (Rp)
1. Tahun 0 (Pembukaan Lahan) 22.732.500,00
2. Tahun 1 (Pemeliharaan Dan Pemupukan) 2.113.992,50
3. Tahun 2 (Pemeliharaan Dan Pemupukan) 2.726.306,04
4. Tahun 3 (Pemeliharaan Dan Pemupukan) 6.175.934,29
5. Tahun 4 (Pemeliharaan Dan Pemupukan) 4.849.784,11
6. Tahun 5 (Pemeliharaan Dan Pemupukan) 5.127.446,79
Total Biaya 43.725.963,75

Biaya penebangan dan Biaya untuk pembelian bibit sebesar


penebasan sebesar Rp.1.500.000,00 Rp.8.250.000,00 per Ha, dengan
dan penyemprotan alang-alang upah Rp.3.000,00 per pokok, biaya
Rp.200.000,00. Biaya pembuatan membuat lubang tanam sebesar
lubang, pemancangan, serta Rp.1.500.000,00 dengan upah
penanaman juga termasuk dalam Rp.3.000,00 per pokok, biaya
investasi. Dapat dilihat Pada Tabel 1 memancang sebesar Rp.1.500.000,00
total biaya investasi karet yaitu biaya dengan upah Rp.3.000,00 per pokok,
operasional karet dan biaya biaya menanam adalah sebesar
pembelian bibit serta penanaman Rp.1.500.000,00 dengan upah
adalah Rp.43.725.963,75. Rp.3000,00 per pokok. Dapat dilihat
pada Tabel 2 biaya penyiangan
Biaya Operasional selama usaha perkebunan karet
Biaya operasional adalah sebesar Rp.62.968.408,00 per Ha,
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk nilai ini didapat dengan cara
kegiatan usaha perkebunan karet menggunakan inflasi rata-rata Bank
mulai dari pembukaan lahan hingga Indonesia periode tahun 2005-2015
kegiatan pemanenan. Biaya tersebut yaitu sebesar 7,35%. Biaya
dibutuhkan mulai dari awal tanam perawatan pembelian pupuk selama
sampai tanaman yang diusahakan umur usaha karet sebesar
menghasilkan produksi. Biaya Rp.72.297.950,00 per Ha dan biaya
operasional meliputi Biaya Tanaman upah pemupukan selama umur usaha
Belum Menghasilkan (TBM) dan perkebunan Rp.6.193.168,06 per Ha.
Biaya Tanaman Menghasilkan (TM). Biaya perawatan pembelian pupuk
Pembelian bibit sebanyak 550 selama umur usaha karet sebesar
dimana 50 batang merupakan bibit Rp.29.971.500,00 per Ha dan biaya
untuk penyisipan sebanyak 10% dari upah pestisida sebesar
jumlah pokok karet dalam 1 Ha. Rp.1.629.781,00 per Ha.

Tabel 2. Biaya Operasional TanamanMenghasilkan Umur 6-25 tahun Karet


TCSDP Per Ha
No. Biaya Operasional Harga (Rp) Persentase (%)

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 5


1. Upah Penyiangan 62.968.407,89 43,32
2. Upah Pemupukan 6.193.168,06 4,26
3. Upah Pestisida 1.629.781,07 1,12
4. Pembelian Pupuk 44.594.680,00 30,68
5. Pembelian Pestisida 29.971.500,00 20,68
Jumlah 145.357.537,01 100.00

Tabel 2 menunjukkan rincian Ha, biaya peralatan sebesar


biaya operasional kebun TCSDP di Rp.16.564.660,00.
Desa Bina Baru selama tanaman
menghasilkan. Biaya yang terbesar Produksi Karet
adalah biaya penyiangan dengan Penggunaan klon karet,
jumlah Rp.62.968.407,89 atau kesesuaian lahan, pemeliharaan
43,32%. Besarnya biaya tersebut tanaman belum menghasilkan, sistem
dikarenakan penyiangan dilakukan 2 dan manajemen sadap, serta lainnya
kali dalam setahun, sedangkan biaya merupakan faktor yang
terendah yaitu upah penyemprotan mempengaruhi produksi lateks per
pestisida dengan jumlah satuan luas, hal ini juga yang
Rp.1.629.781,07 atau 1,12%, menentukan besar kecilnya hasil
kecilnya biaya tersebut karena produksi yang dihasilkan oleh
penyemprotan pestisida dilakukan tanaman karet.
hanya sekali dalam setahun. Dapat dilihat pada Gambar 1
Biaya operasional lainnya dibawah bahwa produksi kebun karet
yang harus di perhitungkan adalah di Desa Bina Baru dari umur 6 tahun
Pajak Bumi dan Bangunan serta sampai 25 tahun, rata-rata lebih
peralatan pertanian karena tinggi 39% dari kebun pusat
merupakan biaya yang dikeluarkan penelitian Medan. Untuk
untuk usaha kegiatan perkebunan. memprediksi jumlah produksi
Biaya PBB selama usaha perkebunan dilokasi penelitian menggunakan
karet sebesar Rp.2.534.227,00 per data produksi kebun Pusat Penelitian
Karet sebagai acuannya.

Produksi Karet Basah (Kg/Ha)


3500
3000
2500
produksi

2000 Produksi Pusat


Penelitian
1500
Karet(Kg/Ha)
1000 Produksi Karet
500 Desa Bina Baru
(Kg/Ha)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Umur Sadap

Gambar 1. Produksi Pusat Penelitian Karet Dan Produksi Perkebunan

Produksi kebun karet di Desa Penelitian Karet memiliki jumlah


Bina Baru dan kebun Pusat produksi yang tidak jauh berbeda.

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 6


Tanaman karet disini baru
berproduksi selama 21 tahun, Harga Karet
sehingga untuk melengkapi data Data yang digunakan yaitu
produksi tahun berikutnya data dari Koperasi Tani di Desa Bina
dibutuhkan data produksi kebun Baru pada tahun 2005–2015,
pusat penelitian karet Medan. sedangkan untuk tahun 2016-2040
Standar produksi dari Pusat ditentukan dengan menggunakan
Penelitian Karet Medan sebagai metode trend parabolik.
acuan. Data produksi yang diperoleh
adalah umur tanaman 6–25 tahun.

Tabel 3. Data Harga Karet Dari Koperasi di Desa Bina Baru Tahun 2010 – 2015
No Tahun Harga Karet Basah (Rp)
1 2005 8.000,00
2 2006 11.500,00
3 2007 14.800,00
4 2008 11.800,00
5 2009 17.500,00
6 2011 16.500,00
7 2012 11.700,00
8 2013 9.600,00
9 2014 7.200,00
10 2015 6.500,00
Sumber : Koperasi Tani di Desa Bina Baru, 2015

Tabel 3 menunjukkan bahwa alasan memilih metode ini adalah


harga karet berfluktuasi, harga karena data historis yang diperoleh
terendah pada tahun 2015 sebesar berbentuk non linier serta hasil dari
Rp.6.500,00 dan harga tertinggi pada analisis ini lebih mendekati harga rill
tahun 2009 sebesar Rp.17.500. karet pada tahun sebelumnya.
Proyeksi harga karet tahun 2016-
2040 menggunakan trend kuadratik,
Harga
Harga Karet Basah(Rp)
25.000

20.000

15.000

10.000 Harga Karet


Basah (Rp)
5.000
Tahun
-
2007

2017
2005

2009
2011
2013
2015

2019
2021
2023
2025
2027
2029
2031
2033
2035
2037
2039

Gambar 2. Perkembangan harga karet dari 2005-2040

Dapat dilihat pada Gambar 2 fluktuasi. Hasil trend mulai tahun


dijelaskan bahwa harga karet basah 2016-2040 menunjukkan bahwa
pada tahun 2005-2015 mengalami harga harga karet di Desa Bina Baru

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 7


mengalami kenaikan dan mulai stabil Benefit tertinggi yang
setiap tahunnya. diperoleh petani adalah
Rp.48.490.701,62 dengan jumlah
Penerimaan Kotor ( Benefit ) produksi 3.197,00 Kg pada umur
Benefit adalah hasil perkalian tanaman 15 tahun, sedangkan
antara total produksi karet dengan penerimaan terendah adalah pada
harga jual karet di Desa Bina Baru umur tanaman 6 tahun dengan
yang belum dikurangkan dengan benefit Rp.7.538.941,00 dengan
pengeluaran-pengeluaran yang lain produksi 695,00 Kg. Produksi
(Dalam Lubis, 2013). Besarnya maksimum terjadi ketika tanaman
penerimaan petani dipengaruhi oleh karet berada pada puncak produksi
jumlah produksi dan harga jual yang yaitu ketika memasuki usia tanaman
berlaku. Jumlah produksi karet pada 14-16 tahun. Tahun berikutnya
penelitian ini menggunakan produksi produksi karet mulai menurun karena
karet dari hasil karet yang dijual semakin tua umur tanaman maka
petani ke Koperasi Tani yang berada kemampuan tanaman karet dalam
di Desa Bina Baru dan Harga karet menghasilkan bokar cenderung
yang digunakan adalah data harga semakin menurun.
yang berlaku di koperasi yang berada
di Desa Bina Baru.

Tabel 4. Benefit Perkebunan Karet di Desa Bina Baru Per Ha


Produksi Harga Karet Benefit
Tahun
(Kg/Ha) (Rp/Kg) (Rp/tahun)
0 2015 - - -
1 2016 - - -
2 2017 - - -
3 2018 - - -
4 2019 - - -
5 2020 - - -
6 2021 695,00 10.847,40 7.538.941,00
7 2022 1.598,50 11.169,89 17.855.073,66
8 2023 1.946,00 11.531,77 22.440.822,90
9 2024 2.224,00 11.933,03 26.539.050,57
10 2025 2.432,50 12.373,66 30.098.938,05
11 2026 2.571,50 12.853,68 33.053.245,01
12 2027 3.058,00 13.373,08 40.894.884,48
13 2028 3.197,00 13.931,86 44.540.162,33
14 2029 3.266,50 14.530,02 47.462.318,48
15 2030 3.197,00 15.167,56 48.490.701,62
16 2031 2.988,50 15.844,49 47.351.246,13
17 2032 2.919,00 16.560,79 48.340.942,14
18 2033 2.780,00 17.316,47 48.139.792,56
19 2034 2.641,00 18.111,54 47.832.567,43
20 2035 2.502,00 18.945,98 47.402.844,99
21 2036 2.293,50 19.819,81 45.456.726,90
22 2037 2.154,50 20.733,01 44.669.276,72
23 2038 2.015,50 21.685,60 43.707.327,01
24 2039 1.946,00 22.677,57 44.130.546,97
25 2040 1.876,50 23.708,92 44.489.781,32
JUMLAH 48.302,50 323.116,13 780.435.190,29
Metode yang digunakan
dalam penilaian investasi ini adalah
Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), serta Net
Penilaian Investasi Benefit Cost Ratio (Net B/C).

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 8


Menurut Ibrahim (2009), banyak digunakan dalam mengukur
perbandingan antara total apakah proyek yang akan dijalani
keseluruhan manfaat (benefit) yang layak atau tidak. Perhitungan Net
diperoleh dengan total biaya yang Present Value merupakan net benefit
harus dikeluarkan dalam bentuk yang telah didiskon dengan
present value selama umur ekonomis menggunakan social opportunity of
usaha. capital (SOCC) sebagai discount
Net Present Value (NPV) factor (Ibrahim, 2009).
Net Present Value (NPV)
merupakan kriteria investasi yang

Tabel 5. Net Present Value (NPV) Kebun Eks UPP TCSDP Per Ha
Present Value
Tahun Net Benefit
At DF 12% (Rp)
0 2015 (24.461.000,00) (24.461.000,00)
1 2016 (2.151.565,00) (1.921.040,18)
2 2017 (2.766.640,12) (2.205.548,57)
3 2018 (6.281.088,12) (4.470.754,46)
4 2019 (4.896.265,20) (3.111.665,05)
5 2020 (5.381.923,75) (3.053.848,07)
6 2021 2.134.572,79 1.081.441,01
7 2022 12.267.115,62 5.549.020,13
8 2023 16.513.479,01 6.669.517,21
9 2024 19.990.272,25 7.208.692,58
10 2025 20.130.974,48 6.481.635,01
11 2026 26.067.087,23 7.493.664,68
12 2027 33.109.374,45 8.498.351,76
13 2028 36.688.517,69 8.408.061,33
14 2029 39.200.057,58 8.021.108,44
15 2030 38.999.368,90 7.125.038,89
16 2031 38.330.429,42 6.252.523,35
17 2032 38.921.904,65 5.668.755,15
18 2033 37.814.684,92 4.917.406,13
19 2034 37.627.588,08 4.368.817,97
20 2035 29.995.312,22 3.109.516,99
21 2036 33.798.249,02 3.128.352,80
22 2037 33.213.337,18 2.744.833,56
23 2038 31.795.684,56 2.346.138,57
24 2039 30.913.869,89 2.036.670,77
25 2040 30.692.045,99 1.805.407,63
Jumlah 542.265.443,75 63.691.097,62
Rata-Rata/Tahun 2.547.643,90
memperoleh pendapatan karena
Nilai NPV dari perkebunan tanaman karet masih belum
karet rakyat per hektar menghasilkan.
adalahRp.69.405.575,68.Tahun 2015 Dilihat pada Tabel 5, di tahun
sampai tahun 2020 present value keenam petani telah memperoleh
bernilai negatif, hal ini disebabkan keuntungan. Dengan adanya nilai
NPV maka diketahui pendapatan
belum berproduksinya tanaman petani karet sebesar Rp.2.547.643,90
sehingga petani masih belum pertahunnya. Secara perhitungan

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 9


kriteria investasi nilai ini suatu proyek dalam mengembalikan
menunjukkan bahwa usaha layak bunga pinjaman dari lembaga
dijalankan, namun belum mampu internal keuangan yang membiayai
mensejahterakan petani karena proyek tersebut. Dalam penelitian ini
nilainya yang relatif rendah, hal ini Internal Rate Of Return merupakan
disebabkan karena harga karet yang suatu tingkat discount rate yang
terus mengalami penurunan. Tingkat menghasilkan Net Present Value
pengembalian suku bunga yang sama dengan nol. Suatu perencanaan
digunakan dalam penelitian ini proyek dapat dikatakan layak untuk
adalah 12% pertahun nya, diambil dijalankan jika memiliki Internal
dari tingkat suku bunga yang berlaku Rate Or Return lebih besar dari
di masyarakat pada tahun 2015. Social Opportunity Cost of Capital
(SOCC), jika proyek yang
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) direncanakan memiliki IRR sama
Net benefit cost ratio adalah dengan SOCC berarti balik modal
perbandingan antara benefit kotor dan apabila perencanaan proyek
dengan biaya secara keseluruhan memiliki nilai IRR dibawah dari
yang telah mengalami discout factor. SOCC, maka usaha tersebut tidak
Net benefit cost ratio diperoleh dari layak untuk dijalankan.
perbandingan total present value Nilai IRR diperoleh dengan
positif dengan total present value menghitung nilai NPV1 dan nilai
negatif. Analisis ini bertujuan untuk NPV2 secara coba-coba (trial and
mengetahui berapa besarnya
error), hingga nilai IRR berada
keuntungan dibandingkan dengan
pengeluaran selama umur ekonomis antara nilai NPV positif dan nilai
proyek. NPV negatif yaitu pada NPV sama
Total nilai present value dengan nol. Hasil analisis
positif adalah Rp.102.914.953,95 dan menunjukkan bahwa nilai NPV
total nilai present value negatif negatif berada pada tingkat suku
sebesar Rp.39.223.856,32. Hasil dari bunga 27% dengan nilai NPV
perbandingan antara present value
13.788.002,30 dan nilai NPV positif
positif dengan present value negatif
pada discount factor 12% diperoleh berada pada tingkat bunga 22%
nilai Net B/C sebesar 2,62. Ini dengan nilai NPV Rp.13.946.752,14.
artinya untuk setiap pengeluaran Hasil perhitungan IRR sebesar 25%
sebesar satu rupiah akan memberikan lebih besar dari discount factor yang
keuntungan bagi para petani karet dipakai yaitu 12%, menunjukkan
sebesar Rp.1,62 dan usaha ini berada bahwa kebun eks UPP TCSDP di
pada kondisi yang baik dengan
Desa Bina Baru layak untuk
indikator nilai Net B/C lebih besar
dari satu (Net B/C>1). diusahakan. Usaha berada pada
kondisi Break Event Point jika nilai
Internal Rate of Return (IRR) SOCC yang diperoleh berada pada
Internal Rate Of Return tingkat suku bunga sebesar 25%.
merupakan alat ukur kemempuan
Analisis Sensitivitas yang sudah layak untuk menghadapi
Analisis sensitivitas bertujuan beberapa variabel resiko yang akan
untuk menganalisis kembali usaha terjadi. Menurut Fathur (2011)

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 10


analisis sensitivitas diperlukan sejak sensitivitas dilakukan dengan melihat
awal usaha atau proyek waktu pengaruh perubahan tiga faktor
direncanakan, hal ini dimaksudkan terhadap nilai NPV yang mungkin
untuk mengantisipasi jika terjadi terjadi selama proses produksi. Tiga
beberapa kemungkinan kesalahan faktor yang akan dilihat
dalam perhitungan biaya atau perubahannya yaitu penurunan
manfaat, biasanya hasil perhitungan tingkat produksi, kenaikan harga
yang tidak sesuai dengan kenyataan input (peralatan pertanian, harga
disebabkan karena kenaikan harga pupuk, harga pestisida) dan
dan faktor lainnya. penurunan harga output, dengan
Hasil analisis sensitivitas ini asumsi perubahan tingkat produksi
terutama berguna sebagai bahan sebesar 25%, perubahan harga input
pertimbangan dan penilaian untuk sebesar 15%, dan perubahan harga
mengantisipasi kemungkinan output untuk pupuk sebesar 41%.
terjadinya perubahan pada Penentuan nilai tersebut berdasarkan
komponen-komponen dominan yang kondisi ril yang pernah terjadi di
mendasari penyusunan kriteria Desa Bina Baru.
investasi, serta dampaknya atas
kinerja finansial usaha. Analisis

Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Tingkat Produksi


Tabel 6. Analisis Sensitivitas Pada Penurunan Tingkat Produksi 25%
Penurunan Penurunan
NPV
Tingkat Net B/C IRR NPV
(Rp)
Produksi (%) (%)
25% - 29.406.357,72 1,75 17%
53,83
Normal 63.691.097,62 2,62 25%

Dapat dilihat jika produksi masih layak untuk di lakukan karena


turun 25%, maka nilai NPV NPV bernilai positif, dan IRR > 0.
Rp.29.406.357,72 dan nilai NPV Analisis sensitivitas terhadap
awal adalah Rp.63.691.097,62 penurunan produksi berada pada
dengan penurunan NPV sebesar kondisi break event point jika
53,83%, hal ini membuktikan bahwa produksi menurun hingga 46,3%,
pada penurunan produksi sebesar dimana memiliki nilai NPV sama
25% usaha perkebunan karet eks dengan 0, Net B/C sama dengan 1
UPP TCSDP di Desa Bina Baru dan IRR sebesar 12 %.

Analisis SensitivitasTerhadap Perubahan Harga Input


Tabel 7. Analisis Sensitivitas Pada Peningkatan Harga Input 15%

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 11


Peningkatan Penurunan
NPV
Harga Input Net B/C IRR NPV
(Rp)
(%) (%)
15% - 52.673.918,32 2,17 20%
17,30
Normal 63.691.097,62 2,62 25%

Hasil analisis sensitivitas layak untuk di lakukan karena NPV


harga input karet eks UPP TCSDP bernilai positif, dan IRR > 0.
di Desa Bina Baru yang meningkat Analisis sensitivitas terhadap
15%, maka nilai NPV peningkatan harga input berada pada
Rp.52.673.918,32 nilai NPV awal kondisi break event point jika harga
adalah Rp.63.691.097,62 dengan input naik hingga 86,5%, dimana
penurunan NPV sebesar 17,30%, hal memiliki nilai NPV sama dengan 0,
ini membuktikan bahwa pada Net B/C sama dengan 1 dan IRR
peningkatan produksi sebesar 15% sebesar 12 %.
usaha perkebunan karet eks UPP
TCSDP di Desa Bina Baru masih

Analisis Sensitivitas Terhadap Perubahan Harga Output


Tabel 8. Analisis Sensitivitas Pada Perubahan Penurunan Harga Output 41%
Penurunan Penurunan
NPV
Harga Output Net B/C IRR NPV
(Rp)
(%) (%)
41 % - 7.464.124,18 1,19 14%
88,28
Normal 63.691.097,62 2,62 25%
1. Hasil penelitian menunjukkan
Dapat dilihat jika harga bahwa usaha perkebunan karet
output menurun 41%, maka nilai eks UPP TCSDP layak dikelola
NPV Rp.7.464.124,18 dengan NPV karena mampu memperoleh
awal Rp.63.691.097,62 dan tingkat pengembalian dari nilai
penurunan NPV sebesar 88,28%, hal NPV sebesar Rp.63.691.097,62
ini membuktikan bahwa dengan dan nilai Net B/C yaitu 2,62
penurunan harga output sebesar 41%, serta nilai IRR sebesar 25%,
usaha perkebunan karet di Desa Bina nilai ini lebih besar
Baru masih layak untuk di lakukan dibandingkan Discount factor
secara perhitungan kriteria investasi (DF) yaitu pada tingkat suku
karena NPV bernilai positif, dan bunga sebesar 12%.
IRR>0. 2. Hasil analisis sensitivitas dilihat
Analisis sensitivitas terhadap dari 3 aspek, yaitu perubahan
penurunan harga output berada pada tingkat produksi sebesar 25%
kondisi break event point jika output pada perubahan harga input
menurun hingga 46,3%, dimana (peralatan pertanian, harga
memiliki nilai NPV sama dengan 0, pupuk, harga pestisida) sebesar
Net B/C sama dengan 1 dan IRR 15% dan pada perubahan output
sebesar 12%. sebesar 41% yang menunjukkan
bahwa usaha perkebunan karet
masih layak dalam perhitungan
KESIMPULAN kriteria investasi untuk

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 12


diusahakan apabila terjadi BPS Kampar.2014. Kampar Dalam
perubahan terhadap ketiga aspek Angka. Badan Pusat Statistik
tersebut, karena nilai NPV masih Riau.
bernilai positif, dan nilai Net
B/C > 1 serta nilai IRR lebih Dinas Jenderal Perkebunan. 2014.
besar dari discount factor12%. Pedoman Teknis Budidaya
3. Hasil keseluruhan dari analisis Karet. Kementrian Pertanian.
finansial menunjukkan bahwa Jakarta.
kegiatan usaha perkebunan eks
UPP TCSDP telah layak Fathur. 2011. Analisis kelayakan
karenamemenuhi persyaratan usaha perkebunan kelapa
kelayakan kriteria investasi, sawit pola plasma di
namun belum mampu Kecamatan Pangkalan Kuras
meningkatkan kesejahteraan Kabupaten Pelalawan. Skripsi
petani karet eks UPP TCSDP Fakultas Pertanian Universitas
karena nilai Net Present Value Riau, Pekanbaru. (Tidak
atau keuntungan rata-rata yang dipublikasikan)
diterima petani sangatlah rendah
yaitu Rp.2.547.643,90 pertahun. Ibrahim, Yakob. 2009. Studi
Penyebab rendahnya pendapatan Kelayakan Bisnis. Rineka
adalah karena harga karet yang Cipta. Jakarta.
cenderung turun dan produksi
yang rendah pula sehingga tidak Lubis, Bhakti. M. 2013. Analisa
mencukupi kehidupannya. Pendapatan Usaha Tani Karet
(Havea brasiliensis) Rakyat
SARAN Pasca Umur Ekonomis di
1. Di harapkan kepada pemerintah Kecamatan Padangsidimpuan
untuk bijak dalam mengambil Tenggara Kota Padang
keputusan harga karet yang sidimpuan Provinsi Sumatra
selalau mengalami penurunan. Utara. Skripsi Fakultas
2. Diharapkan kepada instansi terkait Pertanian Universitas Andalas,
seperti, Dinas Perkebunan, Badan Padang. (Tidak dipublikasikan).
Penyuluh pertanian, agar lebih
intensif memberikan penyuluhan
kepada petani tentang pengelolaan
perkebunan karet serta
penggunaan dosis pupuk dan
pestisida supaya petani dapat
meningkatkan produktivitas
karetnya, serta penyuluhan untuk
mengatasi jamur akar putih yang
banyak terjadi di perkebunan karet
masyarakat Desa Bina Baru.

DAFTAR PUSTAKA

Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 13

You might also like