Professional Documents
Culture Documents
Layanan pengembangan diri dalam bimbingan dan konseling adalah untuk memfasilitasi
pengembangan diri peserta didik, baik pengembangan secara individual maupun pengembangan
secara kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang yang
dimiliki. Layanan pengembangan diri dalam bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu
mengatasi kelemahan, hambatan, serta masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
Layanan pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, potensi, kondisi,
dan perkembangan peserta didik.
1. Menurut plato secara potensial manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon
politicon).
2. Syamsuddin (1995) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah proses belajar untuk
menjadi makhluk social.
3. Sedangkan menurut loree (1970) sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu
terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan social
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan kelompoknya serta belajar bergaul
dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya.
4. Muhibbin (1999) mengatakan bahwa perkembangan social merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya.
5. Hurlock (1978) mengutarakan bahwa perkembangan social merupakan perolehan
kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan social. Sosialisasi adalah
kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan social.
1. Ceramah/tanya jawab: penjelasan disertai tanya jawab yang dilakukan oleh guru BK
untuk membahas topik tertentu.
2. Ceramah dari nara sumber: ceramah yang diberikan oleh orang yang sukses dalam
belajar, dalam karir.
3. Cinema Teraphy: layanan dengan menggunakan video/film yang sesuai dengan topik
bahasan/topik permasalahan.
4. Bibliokonseling: layanan dengan menggunakan bahan bacaan yang sesuai dengan
topik bahasan/topik permasalahan.
5. Diskusi Kelompok: Kelas dibagi dalam beberapa kelompok untuk membahas
permasalahan pribadi, sosial, belajar dan karir.
6. Brainstorming (curah pendapat): meminta pendapat konseli secara terbuka tentang
topik permasalahan yang dibicarakan.
7. Home-room: menciptakan situasi kelas seperti situasi di rumah, sehingga antara
sesama konseli merasa sebagai sebuah keluarga. Dalam situasi ini dibahas topik
permasalahan yang dibicarakan, setiap konseli bisa dengan bebas mengungkapkan
pendapatnya tentang permasalahan yang dibahas.
8. Carrier Days: beberapa jam dalam sehari, sehari/beberapa hari yang dikhususkan
untuk kegiatan pengembangan karir siswa. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada
carrier day ini misalnya: ceramah dari nara sumber, latihan keterampilan, penyaluran
bakat/minat, pameran hasil karya siswa, wirausaha.
a. Besarnya kelompok. Kelompok yang ideal terdiri dari 8-10 orang. Kelompok yang
terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas bimbingan kelompok.
Sebaliknya, kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta
yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok
menjadi kurang intensif.
b. Heterogenitas/homogenitas kelompok. Layanan bimbingan kelompok memerlukan
anggota kelompok yang dapat menjadi sumber-sumber bervariasi untuk membahas
suatu topik atau memecahkan masalah tertentu. Anggota kelompok yang heterogen
akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan. Homogenitas
diperlukan untuk menghindari kesenjangan dalam kinerja kelompok untuk tingkat
perkembangan dan jenjang pendidikan. Hendaknya jangan dicampur siswa SLTP dan
SLTA dalam satu kelompok; demikian juga orang dewasa dengan anak-anak.
c. Peranan anggota kelompok. Peranan para anggota kelompok sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995:32)
Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok agar dinamika kelompok
sesuai harapan adalah sebagai berikut: (1) membantu terbinanya suasana keakraban
dalam hubungan antar anggota kelompok. (2) mencurahkan segenap perasaan dalam
melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. (3) berusaha agar yang dilakukannya itu
membantu tercapainya tujuan bersama. (4) membantu tersusunnya aturan kelompok
dan berusaha mematuhinya dengan baik. (5) benar-benar berusaha untuk secara
efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok. (6) mampu mengkomunikasikan
secara terbuka. (7) berusaha membantu orang lain. (8) memberikan kesempatan
kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya. (9) menyadari pentingnya
kegiatan kelompok tersebut.
Kedua komponen dalam layanan bimbingan kelompok berperan penting dalam proses
kehidupan kelompok. Peran kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan aktif para
anggota kelompok. Demikian pula, suatu kelompok tidak akan dapat melakukan kegiatan
dalam hal-hal tertentu tanpa kehadiran pemimpin kelompok.
E. Teknik dan Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Teknik penyeleggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik
pelaksanaan kegiatan yang memadai,dalam pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai
banyak fungsi, selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap
tujuan yang akan dicapai tetapi dapat juga membangun suasana dalam kegiatan bimbingan
kelompok lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh saat mengikutinya.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Romlah (dalam Suprapto, 2007:45) “Teknik bukan
merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan
masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin
kelompok”.
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan,
yaitu:
1) Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan
diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari
bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta
menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada
masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang
lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
2) Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat
segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada
kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok
enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam
keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: (1) Menjelaskan kegiaatan yang akan
ditempuh pada tahap berikutnya; (2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; (3) membahas suasana yang terjadi; (4)
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (5) Bila perlu kembali kepada beberapa
aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu sebagai
berikut:
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau
topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat
terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya
seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur
tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
4) Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok
itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.
Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti
melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada
beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya
dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok
mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan
nyata mereka sehari-hari.
F. Metode/Teknik Bimbingan Kelompok
b. Bimbingan sosial pribadi, yaitu merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
emecahkan masalah-masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi
adalah: masalah hubungan dengan teman dengan guru, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan
diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal,
penyelesaian konflik. Bimbainga sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan
keunikan karakteristik pribadi serta ragam permaslahan yang dialami individu. Bimbinagn sosial
pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,interaksi pendidikan yang
akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif serta ktrampilan-
ketrampilan sosial pribadi yang tepat.
c. Bimbingan karir yaitu, bimbingan yang membantu individu dalam perencanaan pengembangan dan
pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir juga merupakan layanan
pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.
Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif,afektif, maupun ketrampilan
individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan
keputusan,maupun perolehan pengetahuan dalam ketrampilan yang akan membantu dirinya memasuki
sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah.
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami berbagai informasi
diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok
d. belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
e. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
f. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah
pribadinya.
g. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
h. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
i. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau
masalah peserta didik.
j. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antarmereka.
3. LANDASAN FILOSOFIS
John J. Pietrofesa et.al. ( ) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang terkait
dengan landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling yaitu :
1. Objective viewing, dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh perspektif tentang
masalah khusus yang dihadapinya, dan membantunya untuk menilai atau mengkaji berbagai
alternatif atau strategi kegiatan yang menungkinkan klien mampu merespon interes, minat atau
keinginannya secara konsruktif. Seseorang akan berada dalam dilema apabila dia merasa tidak
memiliki pilihan. melalui bimbingan seseorang akan dapat menggali atau menemukan potensi
dirinya dan kemampuan untuk beadaptasi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan baru yang
dialaminya.
2. The counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini konselor harus merasa
puas dalam membantu klien dalam mengatasi masalahnya. Sedangkan James Cribbin dalam Jhon
J. Pietrofesa (1980) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan adalah
sebagai berikut:
a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan
atas hak-haknya untuk mendapat bantuan
d. Bimbingan bukan preogatif kelompok khusus kesehatan mental namun dilaksanakan melalui
kerja sama berdasarkan keahlian dan kompetensinya sendiri.
4. LANDASAN PSIKOLOGIS
Landasan psikologis merupakan orientasi layanan bimbingan dan konseling yang menitik
beratkan pada aspek kejiwaan dengan menerima segala keunikannya masingmasing, sehingga proses
layanan yang terjadi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Masing- masing individu memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan
individual diantara mereka seperti yang menyangkut aspek kecerdasan,emosi,sosialitas, sikap,
kebiasaan dan penyesuaian diri.
b) Setiap individu memiliki kebutuhan dan senantiasa dinamik dalam interaksinya dengan
lingkungannya,disamping itu individu senantiasa mengalami berbagai perubahan baik dalam sikap
maupun tingkah lakunya.
c) Sebagai suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara
linier(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi berlangsung
secara fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. Dalam proses
pendidikan, tidak jarang peserta didik mengalami stagnasi perkembangan sehingga menimbulkan
masalah-masalah psikologis, seperti perilaku menyimpang(deliquency) atau bersifat infantilitas
d) Agar perkembangan peserta didik dapat berlangsung dengan baik dan terhindar dari munculnya
masalah-masalah psikologis maka kepada mereke perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi.
e) Bagi konselor memahami aspek-aspekpsikologis klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena
pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi
perkembangan aspek-aspek pskologis,pribadi atau prilaku klien,sehingga mereka memiliki
pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna, baik bagi dirinya maupun
orang lain.
Landasan sosial budaya adalah merupakan bentuk kebutuhan akan bimbingan yang timbul
dari masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat,
semakin rumit struktur nasyarakat dan keadaannya semakin rumit dan banyak pula masalah yang
dihadapi oleh individu dalam masyarakat itu. Dalam suatu penelitian terhadap masyarakat barat
dikemukakan bahwa akibat sampingan dari gaya hidup modern, seperti di negara-negara industri
adalah munculnya berbagai problem sosial dan personal yang cukup kompleks. Problema tersebut
seperti:
(5) rasa tersaing dari anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya,
6. LANDASAN RELEGIUS
Landasan religius adalah merupakan landasan yang didasarkan pada pandangan bahwa
hakikat manusia yang merupakan homo religius atau mahluk beragama, yaitu mahluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama,
serta sekaligus menjadikan agama itu sebagai referensi sikap dan prilakunya. Dapat juga dikatakan
bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai motif beragama, rasa keagamaan, dan kemampuan
serta memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama, kefitrahannya inilah yang membedakan dirinya
dengan hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemiliaannya disisi Tuhan.
Adapun alasan yang menjadikan agama sebagai landasan bimbingan dan konseling adalah :
a) Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencari kebahagiaan yang
hakiki di dunia ini dan di akhirat kelak. Karena agama sebagaipedoman hidup, maka dalam
semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk kepada nilai-nilai agama.
b) Manusia adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama (homo religius) yang berpotensi
untuk dapt memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama.
c) Hakikat manusia adalah makhluk Alloh yang berfungsi sebagai hamba dan khalifahnya. Sebagai
hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah kepadanya. Sebagai khalifah, manusia
mempunyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna
bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan lil alamiin).
d) Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa agama
sangat berperan ( berkontribusi sangat signifikan) terhadap pencerahan diri dan kesehatan
mental individu. Bertitik tolak dari hal ini maka pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai
agama dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus
ditumbuh kembangkan.
e) Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara
baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang
dianutnya dan menghormati agama konseli.
7. LANDASAN PEDAGOGIK
Dewey (1958:62) menekankan bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses pertumbuhan
(growth). Dalam hal ini dia menulis: Karena pertumbuhan merupakan ciri khas dari kehidupan, maka
pendidikan menjadi satu dengan pertumbuhan, tanpa akhir. Tolok ukur mutu pendidikan di sekoplah
adalah sampai dimana sekolah itu dapat menciptakan suasana untuk pertumbuhan dan menyajikan
cara-cara untuk membuat pertumbuhan itu terlaksana dengan baik.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6
yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d
Pasal 18 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur kurikulum setiap satuan pendidikan.
4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Tahun 2004 yang memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar
sekolah.
5. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ) yang harus
dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kopetensi kemandirian
untuk mewujudkan diri ( self actualization ) dan pengembangan kapasitasnya ( capacity
development ) yang dapat mendukung pencapaian kelulusan.
6. Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007 tentang Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam jalur Pendidikan Formal.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera Nomer 16 Tahun 2009 tentang Salah satu pilar utama penyelenggara proses pendidikan
di tingkat mokro sekolah hendaknya mampu melaksanakan tugasnya secara professional, baik
dalam mengiplementasikan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pelaporan, dan
menindaklanjutin pelayanan bimbingan konseling di sekolah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 27 Tahun 2008 tentang Guru Bimbingan dan
Konseling diharapkan mampun melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan
pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan kompetensinya sebagai konselor diantaranya
Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional.
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009 tentang
Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
11.SK Kepala SMP Negeri 1 Kesamben tentang Pembagian Tugas Guru BK dan Jumlah Siswa
Asuh tahun pelajaran 2014/2015