You are on page 1of 20

PROGRAM LAYANAN BK

SMA AN-NASHIH BUMI AGUNG RUNYAI


TAHUN PELAJARAN 20 /20
A. PROGRAM LAYANAN BK
1. Layanan Pengembangan Diri Dalam Bimbingan dan Konseling

Layanan pengembangan diri dalam bimbingan dan konseling adalah untuk memfasilitasi
pengembangan diri peserta didik, baik pengembangan secara individual maupun pengembangan
secara kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang yang
dimiliki.  Layanan pengembangan diri dalam bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu
mengatasi kelemahan, hambatan, serta masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
Layanan pengembangan diri bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, potensi, kondisi,
dan perkembangan peserta didik.

Jenis Layanan Pengembangan Diri Dalam Bimbingan dan Konseling


1. Layanan Bimbingan dan Konseling pada Pengembangan Diri Bidang Akademik
Guru bimbingan dan konseling tidak memberikan pelajaran pada kelompok mata pelajarandi
sekolah, namun demikian bukan berarti guru bimbingan dan konseling tidak memiliki peranan pada
bidang akademik. Justru guru bimbingan dan konseling bisa menjadi penunjang keberhasilan peserta
didik dalam bidang akademik. Layanan bimbingan dan konseling pada bidang akademik dimulai dari
saat pertama peserta didik memasuki sekolah, dengan tujuan agar siswa mampu mengembangkan
potensi pada dirinya dibidang akademik.

2. Layanan Bimbingan dan Konseling pada Pengembangan Diri Bidang Non Akademik


Layanan bimbingan dan konseling juga dilaksanakan pada bidang non akademik. Tujuan dari
pelaksanaan layanan ini adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik pada bidang non
akademik, sehingga bakat dan minat peserta didik dapat berkembang secara optimal.

3. Layanan Bimbingan dan Konseling pada Pengembangan Diri Bidang Psikologis


Pemahaman aspek psikologis peserta didik pada institusi pendidikan memiliki kontribusi
yang sangat penting dalam aspek pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini sesuai
dengan karakteristik siswa yang bersifat. Perbedaan karakteristik psikologis siswa harus dipahami
oleh semua guru. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada bidang psikologis meliputi
pengembangan pribadi siswa pada bidang psikologis seperti pemahaman terhadap diri sendiri, konsep
diri, minat, bakat, kemampuan, sikap, sifat dan sebagainya. Layanan ini bertujuan agar peserta didik
lebih memahami dirinya sendiri, sehingga dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Pengembangan Diri Melalui kegiatan Ekstra Kurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan diluar mata
pelajaran dan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk
membantu pengembangan peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler


 Fungsi pengembangan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minatnya.
 Fungsi sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa
tanggung jawab sosial dari peserta didik. 
 Fungsi rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks,
menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan.
 Fungsi persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik.
Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler
 Individual, yaitu prinsip dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat dan
minat peserta didik masing-masing.
 Pilihan, yaitu prinsip dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan keinginan dan diikuti
secara sukarela oleh peserta didik.
 Keterlibatan aktif, yaitu prinsip dalam kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh.
 Menyenangkan, yaitu prinsip dalam kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan
mengembirakan peserta didik.
 Etos kerja, yaitu prinsip dalam kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta didik
untuk bekerja dengan baik dan berhasil. 
 Kemanfaatan sosial, yaitu prinsip dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.

2. Layanan Sosial Dalam Bimbingan Dan Konseling


A. Pengertian Perkembangan Sosial
            Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma- norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Berikut pengertian perkembangan sosial menurut
para ahli:

1. Menurut plato secara potensial manusia dilahirkan sebagai makhluk social (zoon
politicon).
2. Syamsuddin (1995) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah proses belajar untuk
menjadi makhluk social.
3. Sedangkan menurut loree (1970) sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu
terutama anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan social
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan kelompoknya serta belajar bergaul
dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya.
4. Muhibbin (1999) mengatakan bahwa perkembangan social merupakan proses
pembentukan social self (pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga,
budaya, bangsa, dan seterusnya.
5. Hurlock (1978) mengutarakan bahwa perkembangan social merupakan perolehan
kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntunan social. Sosialisasi adalah
kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan social.

 B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial


            Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

1. Keluarga: Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh


terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak
lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan
orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2. Kematanga; Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan
psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima
nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu
kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3. Status Sosial; Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan
warna kehidupan social anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang
akan datang.
5. Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi; Kemampuan berfikir dapat banyak
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial
anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan
baik.

 C. Pengertian Bimbingan dan Konseling Sosial.


Bimbingan dan konseling sosial adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa agar mampu
mengembangkan pemahaman dan keterampilan berinteraksi sosial atau hubungan insani
(human realtionship) dan memecahkan masalah-masalah sosial yang dialaminya (Yusuf, 2009:
55). Menurut Sukardi (2007: 55), bimbingan sosial membantu siswa mengenal dan
berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasinya budi pekerti luhur, tanggung
jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Bimbingan sosial, menyangkut pengembangan (a)
pemahaman tentang keragaman budaya atau adat istiadat, (b) sikap-sikap sosial (sikap empati,
altruis, toleransi, dan kooperasi), dan (c) kemampuan berhubungan sosial secara positif
dengan orang tua, guru, teman, dan staf sekolah (Yusuf, 2009: 55). Bimbingan dan konseling
sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan social sekolah yang kondusif, dan
membangun interaksi pendidikan atau proses pembelajaran yang bermakna (memberikan nilai
manfaat bagi perkembangan protensi siswa secara optimal) (Yusuf, 2009: 55).
 D. Ranan Lingkup BK Sosial
            Pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting,baik bagi individu yang
berada dalam lingkungan sekolah,rumah tangga ( keluarga ), maupun masyarakat pada
umumnya.

1. Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah; Sekolah merupakan lembaga formal


yang secara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi
masyarakat,dalam kelembaggaan sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan
bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.
2. Pelayan bimbingan dan konseling diluar sekolah; Bimbingan dan konseling keluarga;
Keluaga merupakan satuan persekutuan hidup yang paling mendasar dan merupakan
pangkal kehidupan bermasyarakat. Bimbingan dan konseling dalam lingkungan yang
lebih luas. Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi
dilingkungan sekolah dan keluarga saja,melainkan juga diluar keduanya.

 E. Tujuan Bimbingan Konseling Sosial.


Dahlan (1989) menyatakan bahwa tujuan bimbingan sosial adalah agar individu mampu
mengembangkan diri secara optimal sebagai makhluk sosial dan makhluk ciptaan Allah Swt.
Secara garis besar tujuan Bimbingan Konseling Sosial membantu seseorang agar mampu
mengembangkan kompetensinya dalam hal, Bersifat respek (menghargai dan menghormati)
terhadap orang lain,Memiliki rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap tugas, peran hidup
dalam bersosialisasi. Adapun Tujuan Bimbingan dan Konseling Sosial antara lain:
1. Supaya orang-individual, kelompok orang,peserta didik/siswa yang dilayani menjadi
mampu menghadapi tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas
mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai
(Winkle (2005:32).
2. Untuk membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-
bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga,
pendidikan, status social ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan
yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan, pandangan, interpretasi,
pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan
lingkungannya. Berdasarkan uraian di atas, tujuan utama pelayanan bimbingan sosial
adalah agar individu khususnya siswa yang dibimbing mampu melakukan interaksi
sosial secara baik dengan lingkungannya. Bimbingan sosial juga bertujuan untuk
membantu indiviu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam
masalah sosial, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan wajar dalam
lingkungan sosialnya.

 F. Bentuk-bentuk Layanan BK Sosial.


1) Layanan Preventif (Pencegahan)
       Ada beberapa macam bentuk layanan preventif dalam bimbingan sosial yang bias
diberikan kepada para siswa di sekolah atau madrasah. Bentuk-bentuk layanan tersebut :

a. Layanan informasi yang mencakup :

- Informasi tentang ciri-ciri masyarakat maju atau moderen.


- Makna ilmu pengetahuan.
- Pentingnya IPTEK bagi kehidupan manusia dan lain-lain.
- Informasi tentang cara-cara bergaul.
- Informasi tentang cara-cara berkomunikasi dalamkonteks sosial.
- Informasi tentang cara individu perlu berhubungan dengan orang.
b. Orientasi; Layanan orientasi untuk bidang pengembangan hubungan sosial suasana,
lembaga dan objek-objek pengembangan sosial seperti berbagai suasana hubungan social
antarindividu dalam keluarga, organisasi atau lembaga tertentu, dalam acara sosial tertentu.
2) Layanan Kuratif (Penyembuhan/korektif)
Bentuk-bentuk layanan kuratif di berikan kepada klien atau peserta didik yang
mengalami masaalah sosial. Layanan kuratif biasanya di berikan secara indifidual dalam
bentuk konseling. Bentuk layanan kuratif misalnya bimbingan bergaul dan memilih teman,
masaalah kesulitan belajar, kesulitan bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif, rasa
kerertarikan pada lawan jenis berlebihan, masalah seksual sesama jenis LGBT, hubungan
sosial dalam keluarga dan orang-orang di lingkungan sosial sekitarnya dan masih banyak lagi.
3) Layanan Developmen (Pengembangan)
Layanan development atau pengembangan dapat berbentuk:
- pengembangan kreatifitas.
- Pengembangan pengetahuan.
- pengembangan minat dan bakat.
- pengembangan kemampuan berinteraksi sosial.
- pengembangan kemampuan berorganisasi.
- pengembangan karir dan lain-lain.

 G. Aspek-aspek Bimbingan Sosial di Sekolah


Selain problem yang menyangkut dirinya sendiri, individu juga dihadapkan pada
problem yang terkait dengan orang lain. Dengan perkataan lain, masalah individu ada yang
bersifat pribadi dan ada yang bersifat sosial. Kadang-kadang individu mengalami kesulitan
atau masalah dalam hubungannya dengan individu lain atau lingkungan sosialnya. Masalah ini
dapat timbul karena individu kurang mampu atau gagal berhubungan dengan lingkungan
sosialnya yang kurang sesuai dengan keadaan dirinya. Problem individu yang berhubungan
dengan lingkungan sosialnya misalnya :
1)      Kesulitan dalam persahabatan.
2)      Kesulitan mencari teman.
3)      Merasa terasing dalam aktivitas kelompok.
4)      Kesulitan memperoleh penyesuaian dalam kegiatan kelompok.
5)      Kesulitan mewujudkan hubungan yang harmonis dalam keluarga.
6)      Kesulitan dalam menghadapi situasi sosial yang baru.
            Selain problem diatas, aspek-aspek sosial yang memerlukan layanan bimbingan social
adalah :
1)      Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.
2)      Kemampuan individu melakukan adaptasi.
3)      Kemampuan individu melakukan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan
lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
 
2. Bimbingan Klasikal
A. Pengertian Bimbingan Klasikal
Layanan bimbingan klasikal merupakan cara yang paling efektif dalam
mengidentifikasi siswa yang membutuhkan perhatian ekstra. Dalam kaitannya dengan
pengertian bimbingan klasikal, Gysber & Henderson (Farozin, 2012:2) menyatakan bahwa
bimbingan klasikal merupakan bentuk kegiatan yang diselenggarakan dalam guidance
curriculum. Bimbingan klasikal adalah bimbingan yang diberikan kepada sejulah siswa yang
tergabung dalam suatu satuan kegiatan pengajaran (Samisih, 2013:8). Bimbingan klasikal
adalah bimbingan yang berorientasi pada kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar
antara 30 –40 orang siswa (sekelas). Bimbingan Klasikal lebih bersifat preventif dan
berorientasi pada pengembangan pribadi siswa yang meliputi bidang pembelajaran, bidang
social dan bidang karir. Bimbingan klasikal merupakan suatu pelayanan bimbingan yang
dilakukan oleh pembimbing didalam kelas. dalam kegiatan ini pembimbing menyampaikan
materi berbagai materi bimbingan melalui berbagai pendekatan dan teknik yang dimaksudkan
untuk membelajarkan pengetahuan atau ketrampilan kepada peserta didik sehingga peserta
didik dapat menggunakannya untuk mencapai perkembangan yang optimal dalam bidang
akademik, pribadi-sosial, dan karir (dalam Dian, et al. 2015:309). Bimbingan klasikal
merupakan salah satu strategi pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor
untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik dikelas untuk membantu siswa
dalam memilih karirnya.
 B. Tujuan Bimbingan Klasikal
Tujuan bimbingan klasikal (layanan dasar) adalah untuk membantu siswa memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan untuk memahami diri dan orang lain, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan eksplorasi dan perencanaan karir (dalam Dian, et al. 2015:310).
 C.  Pelaksanaan Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal layanan dasar bidang karir diberikan secara klasikal. Langkah-
langkah pelaksanaan bimbingan klasikal (dalam Dian, et al. 2015:329) yaitu:

1. Kegiatan awal. Sebelum melakukan bimbingan klasikal guru pembimbing


mempersiapkan perangkat layanan, mempersiapkan kelas, menyampaikan salam
pembuka, melakukan bincang ringan dengan siswa dan menyampaikan materi dan
tujuan kegiatan.
2. Kegiatan inti. Dalam kegiatan bimbingan klasikal guru pembimbing memberikan copy
materi kepada siswa, mempresentasikan materi melalui media, mengundang siswa
untuk berdiskusi, mengajak siswa untuk melakukan permainan, dan mengajak siswa
untuk berdiskusi.

Kegiatan penutup.; Sebelum kegiatan bimbingan klasikal diakhiri, guru pembimbing


mengadakan umpan balik dari siswa untuk memastikan apakah siswa telah menguasai
kompetensi, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan menjawab pertanyaan yang
muncul, dan menutup kegiatan (memberikan salam).
Metode/Teknik Bimbingan Klasikal

1. Ceramah/tanya jawab: penjelasan disertai tanya jawab yang dilakukan oleh guru BK
untuk membahas topik tertentu.
2. Ceramah dari nara sumber: ceramah yang diberikan oleh orang yang sukses dalam
belajar, dalam karir.
3. Cinema Teraphy: layanan dengan menggunakan video/film yang sesuai dengan topik
bahasan/topik permasalahan.
4. Bibliokonseling: layanan dengan menggunakan bahan bacaan yang sesuai dengan
topik bahasan/topik permasalahan.
5. Diskusi Kelompok: Kelas dibagi dalam beberapa kelompok untuk membahas
permasalahan pribadi, sosial, belajar dan karir.
6. Brainstorming (curah pendapat): meminta pendapat konseli  secara terbuka tentang
topik permasalahan yang dibicarakan.
7. Home-room: menciptakan situasi kelas seperti situasi di rumah, sehingga antara
sesama konseli merasa sebagai sebuah keluarga. Dalam situasi ini dibahas topik
permasalahan yang dibicarakan, setiap konseli bisa dengan bebas mengungkapkan
pendapatnya tentang permasalahan yang dibahas.
8. Carrier Days: beberapa jam dalam sehari, sehari/beberapa hari yang dikhususkan
untuk kegiatan pengembangan karir siswa. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada
carrier day ini misalnya: ceramah dari nara sumber, latihan keterampilan, penyaluran
bakat/minat, pameran hasil karya siswa, wirausaha.

 3.    Bimbingan Kelompok/Konseling Kelompok


A.  Pengertian Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok
membahas suatu topik tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan
kehidupannya sehari-hari (Prayitno, 2007:29). Sedangkan Sukardi (2008:64) menyatakan
bahwa bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan guna perserta
didik setelah bersama–sama memperoleh berbagai bahan dari sumber tertentu (terutama dari
pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari–hari baik
individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
Sedangkan dikemukakan oleh Rusmana (2009: 13), layanan bimbingan kelompok
adalah “suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang
memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman
dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan/atau keterampilan yang diperlukan dalam
upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi.
Jadi dari beberapa pengertian bimbingan kelompok diatas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok adalah suatu proses bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok
antara pemimpin kelompok (konselor) dan juga anggota kelompok (klien/peserta didik) dalam
dinamika kelompok yang bertujuan adanya interaksi antara kedua belapihak untuk saling
mengunggkapkan pendapat, tanggapan, saran, dan juga timbal balik. Dalam hal ini pemimpin
kelompok menyediakan berbagai informasi-informasi penting yang bermanfaat bagi individu
agar dapat mencapai perkembangan dan mampu beraktualisasikan diri secara optimal baik
dalam hal pribadi, sosial, belajar dan juga karir.
 B.  Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan layanan bimbingan kelompok menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547)
“adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing – masing anggota
kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang
bermakna bagi para partisipan”. Prayitno (2004:2-3) merumuskan tujuan bimbingan kelompok
adalah  berkembangnya sosialisasi siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.
Bermaksud membahas topik-topik tertentu yang megandung permasalahan actual dan
menjadi perhatian peserta.
Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang
diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi,
verbal maupun non verbal ditingkatkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa layanan
bimbingan kelompok dapat memberikan manfaat untk siswa, dan juga dapat meningkatkan
kemampuan bersosialisasi, serta mewujudkan tingkahlaku yang lebih efektif.
 C.      Model Kelompok dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, terdapat beberapa jenis kelompok
yang dapat dikembangkan. Menurut Prayitno (1995:24-25) ada dua jenis kelompok dalam
bimbingan konseling yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas.

1. Kelompok bebas: Dalam kegiatannya para anggota bebas untuk mengemukakan


segala pikiran dan perasaannya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan
dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.
2. Kelompok tugas; Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas, arah dan isi
kegiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada
penyelesaian suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk
selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.  Untuk kelompok bebas,
semua anggota bebas mengemukakan topik yang akan dibahas. Topik yang dibahas
adalah permasalahan umum yang dirasakan oleh semua anggota kelompok. Sedangkan
untuk kelompok tugas, topik yang dibahas adalah masalah umum yang ditentukan
oleh pemimpin kelompok.

 D.      Komponen Layanan Bimbingan Kelompok


Dalam layanan bimbingan kelompok, terdapat dua komponen yang memiliki peranan
penting. Prayitno (2004:4-13) mengatakan bahwa dua pihak yang berperan dalam layanan
bimbingan kelompok adalah pemimpin kelompok dan anggota kelompok.

1. Pemimpin Kelompok; Pemimpin kelompok mempunyai peranan penting dalam


layanan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995: 35-36) peranan pemimpin
kelompok dalam layanan bimbingan kelompok seperti berikut.

 Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan atau campur tangan


langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, hal-hal bersifat isi
dari yang dibicarakan maupun mengenai proses kegiatan itu sendiri.
 Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang
dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan
kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami
oleh anggota kelompok.
 Jika kelompok tersebut tampak kurang menjurus ke arah yang   dimaksudkan, maka
pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
 Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan  balik) tentang
berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik  yang bersifat isi maupun proses
kegiatan kelompok.
 Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur “Lalu lintas”  kegiatan kelompok,
pemegang aturan permainan (menjadi wasit),  pendamai dan pendorong kerjasama
serta suasana kebersamaan.  Selain itu juga diharapkan bertindak sebagai penjaga agar
apa pun  yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak atau pun  menyakiti
seseorang atau lebih anggota kelompok.
 Sifat kerahasiaan dari kelompok itu dengan segenap isi dan  kejadian-kejadian yang
timbul didalamnya juga menjadi tanggung  jawab pemimpin kelompok.

Dalam memberikan layanan bimbingan kelompok, pemimpin kelompok memiliki tugas-


tugas yang tidak dapat diabaikan. Menurut Tohirin (2007:170) tugas utama pemimpin
kelompok sebagai berikut.; Pertama: Membentuk kelompok sehingga terpenuhi syarat-syarat
kelompok yang secara aktif mengembangkan dinamika kelompok. Kedua: Melakukan
penstrukturan. Ketiga: Melakukan pentahapan layanan bimbingan kelompok. Keempat:
Melakukan penilaian hasil layanan bimbingan kelompok. Kelima: Melakukan tindak lanjut.
Pemimpin kelompok merupakan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok, karena pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana
sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah
mereka sendiri. Oleh karena itu, pemimpin kelompok haruslah orang yang telah terlatih dan
berwenang untuk menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok.
2. Anggota Kelompok
Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan anggota bimbingan
kelompok. Corey (dalam Natawidjaja, 2009:81) mengemukakan beberapa kriteria untuk
seleksi keanggotaan kelompok, yakni mempunyai minat umum, mempunyai keinginan untuk
berbagi pikiran dan perasaan secara sukarela, mempunyai keinginan untuk berpartisipasi
dengan proses kelompok serta mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses
kelompok. Disamping itu, besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok), dan
heterogenitas/homogenitas anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok.

a. Besarnya kelompok. Kelompok yang ideal terdiri dari 8-10 orang. Kelompok yang
terlalu kecil, misalnya 2-3 orang akan mengurangi efektifitas bimbingan kelompok.
Sebaliknya, kelompok yang terlalu besar juga kurang efektif. Karena jumlah peserta
yang terlalu banyak, maka partisipasi aktif individual dalam dinamika kelompok
menjadi kurang intensif.
b. Heterogenitas/homogenitas kelompok. Layanan bimbingan kelompok  memerlukan
anggota kelompok yang dapat menjadi sumber-sumber bervariasi untuk membahas
suatu topik atau memecahkan masalah tertentu. Anggota kelompok yang heterogen
akan menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan. Homogenitas
diperlukan untuk menghindari kesenjangan dalam kinerja kelompok untuk tingkat
perkembangan dan jenjang pendidikan. Hendaknya jangan dicampur siswa SLTP dan
SLTA dalam satu kelompok; demikian juga orang dewasa dengan anak-anak.
c. Peranan anggota kelompok. Peranan para anggota kelompok sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. Menurut Prayitno (1995:32)
Peranan yang hendaknya dimainkan anggota kelompok agar dinamika kelompok
sesuai harapan adalah sebagai berikut: (1) membantu terbinanya suasana keakraban
dalam hubungan antar anggota kelompok. (2) mencurahkan segenap perasaan dalam
melibatkan diri dalam kegiatan kelompok. (3) berusaha agar yang dilakukannya itu
membantu tercapainya tujuan bersama. (4) membantu tersusunnya aturan kelompok
dan berusaha mematuhinya dengan baik. (5) benar-benar berusaha untuk secara
efektif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok. (6) mampu mengkomunikasikan
secara terbuka. (7) berusaha membantu orang lain. (8) memberikan kesempatan
kepada anggota lain untuk juga menjalani peranannya. (9) menyadari pentingnya
kegiatan kelompok tersebut.

            Kedua komponen dalam layanan bimbingan kelompok berperan penting dalam proses
kehidupan kelompok. Peran kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan aktif para
anggota kelompok. Demikian pula, suatu kelompok tidak akan dapat melakukan kegiatan
dalam hal-hal tertentu tanpa kehadiran pemimpin kelompok.
 
E.  Teknik dan Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Teknik penyeleggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik
pelaksanaan kegiatan yang memadai,dalam pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai
banyak fungsi, selain dapat lebih memfokuskan kegiatan bimbingan kelompok terhadap
tujuan yang akan dicapai tetapi dapat juga membangun suasana dalam kegiatan bimbingan
kelompok lebih bergairah dan tidak cepat membuat siswa jenuh saat mengikutinya.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Romlah (dalam Suprapto, 2007:45) “Teknik bukan
merupakan tujuan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pemilihan dan penggunaan
masing-masing teknik tidak dapat lepas dari kepribadian konselor, guru atau pemimpin
kelompok”.
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan,
yaitu:
1)      Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan
diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin
dicapai baik oleh masing-masing sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan
tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari
bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta
menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada
masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang
lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
2)      Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya
jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat
segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada
kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok
enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam
keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas,
membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: (1) Menjelaskan kegiaatan yang akan
ditempuh pada tahap berikutnya; (2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; (3) membahas suasana yang terjadi; (4)
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (5) Bila perlu kembali kepada beberapa
aspek tahap pertama.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang pemimpin, yaitu sebagai
berikut:

1.  Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka


2. Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung atau mengambil alih
kekuasaannya.
3. Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4. Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati.

3)      Tahap III Kegiatan


Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi
dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian
yang seksama dari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan
tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu:

a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.


b. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
c. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
d. Kegiatan selingan.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau
topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat
terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya
seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur
tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
4)      Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada
berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok
itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh.
Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti
melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada
beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:

a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.


b. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
c.  Membahas kegiatan lanjutan.
d.  Mengemukakan pesan dan harapan.

Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya
dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok
mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan
nyata mereka sehari-hari.
 
F.   Metode/Teknik Bimbingan Kelompok

a. Diskusi Kelompok: Kelas dibagi dalam beberapa kelompok untuk membahas


permasalahan pribadi, sosial, belajar dan karir.
b. Cinema Teraphy: layanan dengan menggunakan video/film yang sesuai dengan topik
bahasan/topik permasalahan.
c. Bibliokonseling: layanan dengan menggunakan bahan bacaan yang sesuai dengan
topik bahasan/topik permasalahan.
d. Dilema Moral: layanan dengan memberikan peristiwa/ masalah yang mengandung
dilema.
e. Latihan: layanan dengan menggunakan kegiatan dalam bentuk latihan, misalnya:
menulis (written), latihan mengembangkan kreativitas konseli.
f. Permainan: layanan dengan menggunakan kegiatan dalam bentuk permainan.

 8. Konseling Individual


A. Defenisi Konseling Individual
Konseling individual merupakan kegiatan terpenting dalam pekerjaan seorang
Konselor. Seseorang disebut sebagai Konselor bukan karena memberikan tes, memberikan
informasi perencanaan kerja atau menyediakan konsultasi saja, tetapi karena mereka juga
melaksanakan konseling individual. Menurut Gibson & Mitchell (2011:205) konseling
individual merupakan sebuah keterampilan dan sebuah proses yang harus dibedakan dari
sekedar memberikan nasehat, pengarahan, bahkan mungkin mendengarkan secara simpatik
atau ketertarikan besar kepada permasalahan-permasalahan individu. Sependapat dengan hal
tersebut, menurut Patterson (1980:214) konseling bukanlah pemberian nasehat, saran-saran,
teguran, interviu, upaya menakut-nakuti, disiplin, dan perekomendasian.
Konseling individual secara sederhana diartikan sebagai pertemuan tatap muka secara
langsung antara Konselor dengan satu orang individu (klien). Menurut Gladding (dalam
Lesmana, 2005:4) konseling individual merupakan kegiatan profesional berupa pertemuan
pribadi antara Konselor dan klien dalam jangka waktu yang ditentukan. Pertemuan tersebut
diprioritaskan kepada upaya pemberian bantuan kepada individu-individu normal dalam
rangka pengembangan dan pengentasan permasalahan pribadinya. Sementara itu menurut
Willis (2007:43) layanan konseling individual merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh
Konselor kepada seorang individu dengan tujuan-tujuan tertentu. Sejalan dengan hal
tersebut, Prayitno (1994:296) menjelaskan bahwa layanan konseling individual merupakan
layanan khusus dalam hubungan langsung dengan tatap muka antara Konselor dengan klien.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan layanan konseling individual adalah layanan yang
diberikan kepada siswa secara tatap muka antara Konselor dengan klien dengan
menggunakan pendekatan dan keterampilan tertentu. Adapun tujuan pelaksanaan layanan
konseling individual adalah untuk pengembangan diri dan upaya pengentasan permasalahan
individu dengan mengoptimalkan berfungsinya kekuatan yang berasal dari diri individu
sendiri.
 
B. Tujuan Konseling Individual
Menurut Patterson (1980:219) tujuan konseling individual adalah mendapatkan
kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan individu secara sadar. Perubahan yang terjadi
pada diri individu diharapkan merupakan perubahan yang direncanakan dan dilakukannya
dengan berlandaskan kepada keinginannya secara sadar tanpa ada intervensi pihak lain.
Kondisi-kondisi yang dimaksudkan ahli ini berupa hak-hak individual untuk menentukan dan
membuat pilhan secara mandiri.       Shetzer dan Stone (1980:82-85) menyatakan bahwa
tujuan konseling adalah: (1) perubahan tingkah laku (behavioral change), (2) kesehatan mental
positif (positive mental health), (3) pemecahan masalah (problem resolution), (4) keefektifan
pribadi (personal efectivenes), (5) pembuatan keputusan (decision making). Tercapainya
mental yang sehat akan menjadikan individu memiliki integrasi, penyesuaian, dan identifikasi
positif terhadap orang lain. Dalam konseling, klien diupayakan untuk mampu memecahkan
permasalahannya dan mengambil keputusan secara mandiri. Dengan demikian diharapkan
individu tersebut mampu menampilkan tingkah laku baru sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
Menurut Gibson & Mitchell (2011:206) pelaksanaan konseling individual memiliki
tujuan-tujuan sebagai berikut: (1) menyediakan informasi bagi klien, (2) membantu klien
memecahkan permasalahannya, (3) perubahan niat, (4) upaya pemberian motivasi terhadap
klien, (5) menyediakan dukungan dan (6) mendidik klien. Pelaksanaan konseling individual
terhadap klien dikatakan berhasil apabila mampu menyediakan sejumlah pemenuhan
kebutuhan seperti pencegahan, motivasi, perkembangan, dukungan, intervensi dan
bimbingan. Keseluruhan tujuan tersebut pada intinya membantu setiap individu mencapai
kondisi yang terbaik yang diupayakannya. Prayitno dan Amti (1994:45) menjelaskan tujuan
layanan konseling adalah terjadinya perubahan dalam tingkah laku klien. Pendapat ini senada
dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Krumboltz (dalam Mappiare, 2006:50) bahwa
tujuan-tujuan konseling merujuk kepada terbentuknya perubahan pola perilaku baru. Dalam
kaitan ini Konselor berperan membantu klien untuk mencapai tujuan tersebut dalam proses
konseling individual.
Dari uraian para ahli mengenai tujuan konseling individual yang telah dikemukakan,
dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya tujuan konseling adalah terjadinya perubahan
sikap dan tingkah laku klien ke arah yang lebih baik, terentaskannya masalah-masalah klien
dan terkembangkannya potensi-potensi yang dimiliki individu. Di dalam tujuan tersebut
terangkum upaya preventif, peningkatan, perbaikan, penyelidikan, penguatan, kognitif,
fisiologis, dan psikologis yang melayani tiga fungsi penting dalam proses konseling, yakni:
motivasi, edukasi, dan evaluasi.         
3.Layanan Bk Bidang Akademik Dan TINDAK LANJUT
1. LANDASAN REGULASI
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah tentunya harus mengikuti
garis-garis besar yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai landasan
regulasi yaitu Undang Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir (1)
menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan,ahlak mulia,serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. Pasal 3 pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap,kreatif,mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
2. LANDASAN KEILMUAN
1) Pengertian Bimbingan dan Konseling Adapun pengertian dari bimbingan dan konseling itu sendiri
merupakan terjemahan dari guidance and counseling dalam bahasa inggris, secara harfiyah istilah
guidance itu diambil dari akar kata guide yang berarti. 1. Mengarahkan (to direct). 2. Memandu (to
pilot ) 3. Mengelola (to manage) 4. Menyetir (to steer) Namun masih banyak lagi penegertian
bimbingan dan konseling yang dikemukakan para ahli diantaranya Sunaryo Kartadinata (1998:3)
mengartikan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sedangkan
Rochman Natawijaya (1987:37) mengartikan biombingan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,keluarga,masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Dalam proses bimbingan pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri,tetapi berperan
sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai upaya untuk :
(a) menciptakan lingkungan(fisik,psikis,sosial,dan spiritual) yang kondusif bagi perkembangan siswa,
(b) memberikan dorongan dan semangat,
(c) mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab,dan
(d) mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah prilakunya sendiri.
Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya.
Bantuan dalam bimbngan diberikan dengan pertimbangan keragaman dan keunikan individu tidak ada
teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi setiap individu. Teknik bantuan seyogyanya
disesuaikan dengan pengalaman,kebutuhan,dan masalah individu. Untuk membimbing individu
diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik kebutuhan,atau masalah
individu.tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal,yaitu perkembangan yang sesuai dengan
potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar. Perkembangan optimal bulanlah
semata-mata pencapaian tingkan kemampuan intelektual yang tinggi, yang ditandai dengan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan, melainkan suatu kondisi dinamik dimana individu (1)
mampu mengenal dan memahami diri (2) berani menerima kenyataan diri secara objektif (3)
mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan, dan sistem nilai (4) melakukan pilihan dan
mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Diketahui sebagai kondisi dinamik, karena
kemampuan yyang disebutkan diatas akan berkembang terus dan hal ini terjadi karena individu berada
didalam lingkungan yang terus berubah dan berkembang.
2). Prinsip-Prinsip Dasar Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling ada bebrapa prinsip dasar yang
dipandang sebgai pondasi dalam memberikan layanan. Prinsip ini berasal dari konsepkonsep filosofis
tentang kemanusiaan yang menjadi dasar dalam pemberian layanan bantuan atau bimbingan baik di
sekolah maupun diluar sekolah. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu ( guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti
bimbingan diberikan kepad semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun
yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak,remaja maupun dewasa. Dalam hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat prefentif dan pengembangan daripada
penyembuhan(kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).
b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik(berbeda satu lain),dan melalui
bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikkannya tersebut. Prinsip
ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah individu meskipun teknik
layanan bantuannya menggunakan kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Pada kenyataanya masih ada individu yang memiliki
persepsi yang negatif terhadap bimbingan,karena bimbingnan dianggap sebagai satu cara yang
menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan
proses bantuan yang menekankna pada kekuatan dan kesuksesan, kerena bimbingan merupakan
cara untuk membangun pandangan positif terhadap diri sendiri,memberikan dorongan dan peluang
untuk berkembang.
d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya menjadi tugas dan tanggung jawab
konselor, tetapi juga tugas dan tanggung jawab guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai
teamwork terlibat dalam proses bimbingan.
e. Pengambilan keputusan adalah hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk
membantu individu agar dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan
mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semuanya
merupakan hal yang penting sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan. Kehidupan
individu diarahkan oleh tujuannya, sedangkan bimbingan hanya memfasilitasi individu untuk
mempertimbangkan,menyesuaikan diridan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan
keputusan yang tepat. Jones.et.al (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat
keputusan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan
masalahnya dan mengambil keputusan.
f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting(adegan) kehidupan.pemberia layanan bimbingan
tidak harus di sekolah,tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri,lembaga
pemerinta/swasta,dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersifat multi
aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan,dan pekerjaan.
3). Asas Asas Bimbingan dan Konseling Untuk mencapai hasil bimbingan yang maksimal tentunya
diperlukan banyak informasi dari konseli, untuk menjamin itu semua diperlukan cara asas yang
dapat meyakinkan konseli agar tidak memiliki keraguan lagi dalam memberikan informasi kepada
konselor, hal itu diwujudkan dalam bentuk asas bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Kerahasiaan. Yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik
(konseli) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak
layak diketahui orang lain. Dalam hal ini konselor berkewajiban penuh memelihara dan menjaga
semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
b. Kesukarelaan. Yaitu menghendaki kesukaan dan kerelaan peserta didik(konseli)
mengikuti/menjalani,layanan/kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini konselor
berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Keterbukaan. Yaitu menghendaki peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan.
Bersikap terbuka dan tidak berpura-pura,baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya
sendiri maupun dalam menerima informasi dan materi dari luar yang berguna dalam
pengembangan dirinya. Dalam hal ini konselor berkewajiban mengambangkan keterbukaan peserta
didik (konseli). Keterbukaan ini amat erat kaitannya dengan terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri peserta didik(konseli) yang menjadi sasaran layanan kegiatan. Agar
pesrta didik dapat terbuka, konselor terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Kegiatan. Yaitu menghendaki pesrta didik(konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi
secara aktif dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini konselor perlu
mendorong peserta didik(konseli) untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukkan baginya.
e. Kemandirian, yaitu menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta
didik(konseli) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-
individu Yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya,mampu mengambil keputusan,mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Konselor dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
f. Kekinian, yaitu menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah
permasalahan pesrta didik ( konseli) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan
masa depan atau kondisi masa lampaupun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan konddisi
yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g. Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan(konseli) Yang terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menhghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling,baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain,saling
menunjang,harmonis dan terpadu. Untuk ini kerjasama antara konselor dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap layanan /kegiatan bimbungan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
i. Keharmonisan, yaitu menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada nilai dan norma yang ada, tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang
ada, yaitu nilai dan norma agama,hukum dan peraturan,adat istiadat,ilmu pengetahuan,dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggung jawabkan dan apabila isi dan pelaksanaannya tidak benrdasarkan nilai dan norma
yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik(konseli) memahami,meanghayati, dan
mengamalkan nilai dan norma tersebut.
j. Keahlian, yaitu menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan
atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling
hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan
konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
k. Alih tangan kasus, yaitu menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta
didik(konseli) mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapat
menerima alih tangan kasus dari orang tua,guru-guru lain,atau ahli lain: dan demikian pula
konselor dapat mengalih tangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
l. Tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan
4) Bidang Bimbingan Bidang-bidang bimbingan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
adalah sebagai berikut :
a. Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah
akademik yaitu, pengenalan kurikulum,pemilihan jurusan, cara belajar, penyelesaian tugas-tugas dan
latihan, pencarian dan penggunaan sumber belajar perencanaan pendidikan lanjutan, dan lain-lain.
Bimbingan akademik dilakukan dengan cara menegmabangkan suasana belajar mengajar yang
kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar. Para pembimbing membentuk individu mengatasi
kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif,membantu individu agar sukses dalam
belajar dan agar mampu menyesuaikan diri terhadap semua tutntutan program/pendidikan dalam
bimbingan akademik para pembimbingan berupaya memfasilitasi individu dalam mencapai tujuan
akademik yamg diharapkan.

b. Bimbingan sosial pribadi, yaitu merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
emecahkan masalah-masalah sosial pribadi. Yang tergolong dalam masalah-masalah sosial pribadi
adalah: masalah hubungan dengan teman dengan guru, serta staf, pemahaman sifat dan kemampuan
diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal,
penyelesaian konflik. Bimbainga sosial pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini
merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan
keunikan karakteristik pribadi serta ragam permaslahan yang dialami individu. Bimbinagn sosial
pribadi diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,interaksi pendidikan yang
akrab, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap yang positif serta ktrampilan-
ketrampilan sosial pribadi yang tepat.

c. Bimbingan karir yaitu, bimbingan yang membantu individu dalam perencanaan pengembangan dan
pemecahan masalah-masalah karir seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja,
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karir yang dihadapi. Bimbingan karir juga merupakan layanan
pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan.
Bimbingan karir terkait dengan perkembangan kemampuan kognitif,afektif, maupun ketrampilan
individu dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan
keputusan,maupun perolehan pengetahuan dalam ketrampilan yang akan membantu dirinya memasuki
sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah.

5). JENIS-JENIS LAYANAN

a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama
lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima danmemahami berbagai informasi
diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok

d. belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

e. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat.

f. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah
pribadinya.
g. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

h. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

i. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau
masalah peserta didik.

j. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antarmereka.

3. LANDASAN FILOSOFIS

John J. Pietrofesa et.al. ( ) mengemukakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang terkait
dengan landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling yaitu :

1. Objective viewing, dalam hal ini konselor membantu klien agar memperoleh perspektif tentang
masalah khusus yang dihadapinya, dan membantunya untuk menilai atau mengkaji berbagai
alternatif atau strategi kegiatan yang menungkinkan klien mampu merespon interes, minat atau
keinginannya secara konsruktif. Seseorang akan berada dalam dilema apabila dia merasa tidak
memiliki pilihan. melalui bimbingan seseorang akan dapat menggali atau menemukan potensi
dirinya dan kemampuan untuk beadaptasi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan baru yang
dialaminya.

2. The counselor must have the best interest of the client at heart. Dalam hal ini konselor harus merasa
puas dalam membantu klien dalam mengatasi masalahnya. Sedangkan James Cribbin dalam Jhon
J. Pietrofesa (1980) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan adalah
sebagai berikut:

a. Bimbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan
atas hak-haknya untuk mendapat bantuan

b. Bimbingan merupakan proses pendidikan yang berkesinambungan. Artinya bimbingan


merupakan bagian integral dalam pendidikan.

c. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak klien yang minta bantuan.

d. Bimbingan bukan preogatif kelompok khusus kesehatan mental namun dilaksanakan melalui
kerja sama berdasarkan keahlian dan kompetensinya sendiri.

e. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya.

f. Bimbingan merupakan elemen pendidikan yang bersifat individualisasi, personalisasi, dan


sosialisasi.

4. LANDASAN PSIKOLOGIS

Landasan psikologis merupakan orientasi layanan bimbingan dan konseling yang menitik
beratkan pada aspek kejiwaan dengan menerima segala keunikannya masingmasing, sehingga proses
layanan yang terjadi dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Masing- masing individu memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam arti terdapat perbedaan
individual diantara mereka seperti yang menyangkut aspek kecerdasan,emosi,sosialitas, sikap,
kebiasaan dan penyesuaian diri.

b) Setiap individu memiliki kebutuhan dan senantiasa dinamik dalam interaksinya dengan
lingkungannya,disamping itu individu senantiasa mengalami berbagai perubahan baik dalam sikap
maupun tingkah lakunya.

c) Sebagai suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung secara
linier(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi berlangsung
secara fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan. Dalam proses
pendidikan, tidak jarang peserta didik mengalami stagnasi perkembangan sehingga menimbulkan
masalah-masalah psikologis, seperti perilaku menyimpang(deliquency) atau bersifat infantilitas

d) Agar perkembangan peserta didik dapat berlangsung dengan baik dan terhindar dari munculnya
masalah-masalah psikologis maka kepada mereke perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi.

e) Bagi konselor memahami aspek-aspekpsikologis klien merupakan tuntutan yang mutlak, karena
pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya untuk memfasilitasi
perkembangan aspek-aspek pskologis,pribadi atau prilaku klien,sehingga mereka memiliki
pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna, baik bagi dirinya maupun
orang lain.

5. LANDASAN SOSIAL BUDAYA

Landasan sosial budaya adalah merupakan bentuk kebutuhan akan bimbingan yang timbul
dari masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat,
semakin rumit struktur nasyarakat dan keadaannya semakin rumit dan banyak pula masalah yang
dihadapi oleh individu dalam masyarakat itu. Dalam suatu penelitian terhadap masyarakat barat
dikemukakan bahwa akibat sampingan dari gaya hidup modern, seperti di negara-negara industri
adalah munculnya berbagai problem sosial dan personal yang cukup kompleks. Problema tersebut
seperti:

(1) ketegangan fisik dan psikis,

(2) kehidupan yang serba rumit,

(3) kekhawatiran atau kecemasan akan masa depan,

(4) makin tidak manusiawinya hubungan antar individu,

(5) rasa tersaing dari anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya,

(6) renggangnya hubungan kekeluargaan,

(7) terjadinya penyimpangan moral dan sistem nilai, dan

(8) hilangnya identitas diri

6. LANDASAN RELEGIUS

Landasan religius adalah merupakan landasan yang didasarkan pada pandangan bahwa
hakikat manusia yang merupakan homo religius atau mahluk beragama, yaitu mahluk yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama,
serta sekaligus menjadikan agama itu sebagai referensi sikap dan prilakunya. Dapat juga dikatakan
bahwa manusia adalah mahluk yang mempunyai motif beragama, rasa keagamaan, dan kemampuan
serta memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama, kefitrahannya inilah yang membedakan dirinya
dengan hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau kemiliaannya disisi Tuhan.
Adapun alasan yang menjadikan agama sebagai landasan bimbingan dan konseling adalah :

a) Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencari kebahagiaan yang
hakiki di dunia ini dan di akhirat kelak. Karena agama sebagaipedoman hidup, maka dalam
semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk kepada nilai-nilai agama.

b) Manusia adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama (homo religius) yang berpotensi
untuk dapt memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama.

c) Hakikat manusia adalah makhluk Alloh yang berfungsi sebagai hamba dan khalifahnya. Sebagai
hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah kepadanya. Sebagai khalifah, manusia
mempunyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna
bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan lil alamiin).

d) Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa agama
sangat berperan ( berkontribusi sangat signifikan) terhadap pencerahan diri dan kesehatan
mental individu. Bertitik tolak dari hal ini maka pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai
agama dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan suatu keniscayaan yang harus
ditumbuh kembangkan.

e) Agar penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara
baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang
dianutnya dan menghormati agama konseli.

7. LANDASAN PEDAGOGIK

Dewey (1958:62) menekankan bahwa pendidikan itu merupakan suatu proses pertumbuhan
(growth). Dalam hal ini dia menulis: Karena pertumbuhan merupakan ciri khas dari kehidupan, maka
pendidikan menjadi satu dengan pertumbuhan, tanpa akhir. Tolok ukur mutu pendidikan di sekoplah
adalah sampai dimana sekolah itu dapat menciptakan suasana untuk pertumbuhan dan menyajikan
cara-cara untuk membuat pertumbuhan itu terlaksana dengan baik.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6
yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d
Pasal 18 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam
struktur kurikulum setiap satuan pendidikan.
4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Tahun 2004 yang memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar
sekolah.
5. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ) yang harus
dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kopetensi kemandirian
untuk mewujudkan diri ( self actualization ) dan pengembangan kapasitasnya ( capacity
development ) yang dapat mendukung pencapaian kelulusan.
6. Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007 tentang Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam jalur Pendidikan Formal.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera Nomer 16 Tahun 2009 tentang Salah satu pilar utama penyelenggara proses pendidikan
di tingkat mokro sekolah hendaknya mampu melaksanakan tugasnya secara professional, baik
dalam mengiplementasikan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pelaporan, dan
menindaklanjutin pelayanan bimbingan konseling di sekolah.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 27 Tahun 2008 tentang Guru Bimbingan dan
Konseling diharapkan mampun melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan
pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan kompetensinya sebagai konselor diantaranya
Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional.
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
10.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009 tentang
Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.
11.SK Kepala SMP Negeri 1 Kesamben tentang Pembagian Tugas Guru BK dan Jumlah Siswa
Asuh tahun pelajaran 2014/2015

You might also like