You are on page 1of 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Setiap manusia dalam hidupnya pasti belajar, baik itu dalam

lembaga pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan

formal yang juga di sebut pendidikan di sekolah terdiri dari tiga jenjang

yaitu jenjang dasar, jenjang menengah dan pendidikan tinggi.pendidikan

non formal merupakan lembaga pendidikan yang menjadi pelengkap dari

pendidikan formal seperti lembaga kursus , lembaga pelatihan kelompok

belajar dan lembaga satuan pendidikan lainnya yang sejenis. Sedangkan

pendidikan informal di lakukan oleh keluarga masing-masing. Ketiga

institusi tersebut bisa di sebut tripusat pendidikan yang mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

Pada hakikatnya pendidikan adalah proses yang di rencanakan agar

semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik

harus dapat memengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang

di anggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma,

moral, estetika , dan ilmu pengetahuan, memengaruhi etik siswa sebagai

pribadi dan sbagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin dan bimbingan

yang baik dalam pendidikan dan proses pembelajaran akan menghasilkan

sikap mental, watak, kemampuan belajar, dan kepribadian siswa yang

kuat. Guru di tuntut harus mampu membimbing dalam kedisiplinan diri,

dalam membaca, mengahargai waktu dan membimbing proses belajar

1
2

bagaimana cara belajar yang baik baik dalam individu maupun dalam

kelompok belajar, di dalam kelompok belajar pun guru harus bisa

membimbing dan mengarahkan.

Menurut pasal 1 undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun


2003, Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,berilmu,cakap , kreatif dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung
jawab.1

Pendidikan sangatlah penting “pendidikan adalah mesin besar

untuk mengembangkan personal. Pada tataran individual, mesin

penggeraknya adalah proses untuk menjadikan proses belajar, sebagai

bagian dari proses pendidikan, untuk tumbuh secara tanpa batas.”2 .Pada

dasarnya semua orang tua yang menyekolahkan anaknya menginginkan

anaknya berprestasi yang baik, namun untuk mencapai hal itu bukanlah

suatu hal yang mudah, karena keberhasilan belajar sangat di pengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain yaitu faktor internal yaitu faktor yang

timbul dari dalam diri anak itu sendiri seperti kesehatan mental, tiingkat

kecerdasan , minat dan sebagainya faktor itu terwujud dari kemauan diri

seorang anak. Faktor eksternal datang dari luar diri anak, seperti

kebersihan lingkungan teman, guru , rumah , sarana dan prasarana belajar

di sekolah.

1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
2
Sudarwan Danim , 2000, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung : Alfabta .hal. 39
3

Sudah di sadari oleh guru, siswa dan orang tua bahwa dalam belajar

di sekolah kemampuan intelektual ( intelegensi) memerankan peranan

yang penting , khusunya berpengaruh kuat terhadap tingkat rendahnya

prestasi belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan

intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk

berprestasi , sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang

siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh prestasi.

Saat ini banyak masalah dalam meraih prestasi dan proses

pembelajaran di sekolah, lebih tepatnya di kelas, di mana siswa di

tempatkan sebagai pendengar setia saat guru menyampaikan konsep materi

belajar. Sehingga siswa merasa bosan dengan hanya duduk diam dan

mendengarkan, seolah tidak ada waktu yang terpakai untuk berfikir dan

berkreasi seefektif mungkin. Pemahaman siswa akan konsep materi yang

diajarkan akan dirasa kurang begitu dimengerti karena siswa tidak

merasakan betul apa yang disampaikan guru di kelas dan ini dirasa tidak

efektif dalam proses pembelajaran. Guru bukan hanya menyampaikan

materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan

strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.

Peserta didik Saat ini penting kiranya mulai diberikan keluasan

untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman atas informasi yang

diperoleh dari penemuan-penemuan atau eksperimen-eksperimen yang

mereka buat. Dan tentunya akan menambah rasa ingin tahu dengan

bersikap kritis terhadap sesuatu dari hasil penemuannya itu. Dengan


4

mereka menemukan hal yang baru akan menambah wawasan bagi mereka,

ilmu mereka akan semakin bertambah denga berfikir kritis atas segala apa

yang di pelajarinya, guru pun tidak luput dari perannya sebagai

pembimbing dalam belajar mengajar, karena guru di anggap orang yang

pintar dan figur yang baik bagi perseta didik bahkan bagi masyarakat

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang di

wajibkan untuk kurikulum di jenjang pendidikan dasar,menengah dan

perguruan tinggi dengan itu pendidikan pkn tidak bisa di sepelekan dan di

anggap pelajaran sepele dan upaya- upaya dalam memperbaiki proses

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah maupun perguruan

tinggi harus lebih di tingkatkan lagi. Pada kenyataannya di lapangan

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan masih di anggap pembelajaran

nomor dua atau masih di anggap sepele oleh sebagian siswa. Kenyataan ini

semakin di perburuk dengan metode yang di pakai oleh guru pendidikan

kewarganegaraan masih memakai metode konvensional atau tradisional.

Metode konvensional di mana guru memegang peranan utama dalam

menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan materi kepada

siswa. bahwa siswa merasa kurang tertarik, menganggap mudah, dan

menganggap pelajaran yang menjenuhkan Sehingga keaktifan siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar dan mengajar berkurang dan hanya bergantung

pada guru karena guru menguasai pembelajaran di dalam pembelajaran di

kelas yaitu dengan cara berceramah sehingga peserta didik akan merasa

jenuh dan bosan.


5

Maka dari itu untuk merubah bosan menjai menyenangkan perlu

kiranya keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar di dalam

kelas, sehingga peserta didik tidak hanya mendengarkan guru pada saat

menyampaikan materi di dalam kelas. Penggunaan metode diskusi dan

mengkaitkan dengan dunia nyata peserta didik di dalam kelas akan

membantu semangat belajar peserta didik. Dengan penyampaian materi

secara berdiskusi , menemukan , dan mengembangkan apa yang mereka

temukan. Informai yang mereka peroleh dan di bentuk kelompok kecil

untuk memecahka materi yang di peroleh dan kemudian di teliti. Maka

siswa secara tidak langsung akan membentuk kerja sama yang baik dan

berfikir kritis sehinnga pembelajaran pendidikan kewarga negaraan di rasa

menyenangkan.

Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan melatih

kreatifitas siswa dengan mengunakan pembelajaran kelompok dengan

mencari dan menemukan informasi. Dengan itu akan menambah

pengetahuan siswa dan memperluas pengetahuan yang mereka temukan .

Dengan penemuan yang siswa peroleh maka agar pembelajaran

semakin aktif dan kreatif maka dari itu dengan penemuan peserta didk

dengan berdiskusi merupakan kesempatan peserta didik untuk dapat

menambah pengetahuan dan saling bertukar fikiran. Selain itu

berkelompok dan berdiskusi dengan bantuan pendidik mengikuti kegiatan

belajar mengajar dengan materi ajar yang sudah di rancang khusus

sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah di antisipasi sebelumnya.


6

Tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara diskusi

dan agar dapat memperoleh hasil belajar yang dianggap baik yaitu yang

telah memenuhi standar hasil belajar yang telah ditetapkan atau

melebihinya sehingga dapat digolongkan menjadi hasil belajar yang baik.

Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode

pembelajaran yang tepat, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat

terpenuhi dengan jumlah pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada,

selain metode guru sangat penting untuk menghasilkan belajar yang baik

tanpa adanya peran dari seorag guru proses pembelajaran tidak akan

berjalan efektif.

Student Teams Achievement Division adalah belajar dengan

membentuk kelompok dengan secara heterogen untuk mendiskusikan

pembelajaran yang di berikan oleh guru. Tetapi peran dan fungsi serta

tanggung jawab guru pendidikan kewarganegaraan pada setiap jenjang

pendidikan sangat di harapkan untuk mau dan mampu menjadikan para

siswa sebagai calon warga masyarakat sekaligus sebagai warganegara

yang baik. Adapun ciri – cirinya antar lain religius, jujur, disiplin,

tanggung jawab toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai

kebenaran dan keadilan, terbuka dan penh pengertian terhadap kritik da

saran , patuh dan taaat terhadap peraturan, tidak suka berbuat onar, kreatif,

dan inovatif.

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan

menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai


7

pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang

besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik

dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu

sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti

setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik,

sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam

mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses

belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit

diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Hal lain untuk mendukung mendapatkan hasil belajar yang baik

adalah peran aktif dari seorang guru dan peserta didik, dengan

keterlibatan peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang baik . cara

untuk melibatkan peserta didik dalam pembelajaran yaitu dengan

mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna, mengembankan penemuan nya dan berdiskusi dengan teman

kelompok maka peserta didik akan di tuntuk berfikir kritis dan berdiskusi

untuk memecahkan masalah yang ada sehingga peserta didik akan

memahami materi yang di pelajari. Selain peserta didik guru pun harus

memiliki penguasaan materi yang luas dan mendalam yang

memungkinkan berperan dan membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang di tetapkan Standar Nasional Pendidikan

sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik sesuai di harapkan.


8

B. Identifilasi Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mengidentifikasika

1. Kurangnya pemahaman peserta didik dalam poroses pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan.

2. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar

pendidikan kewarganegaraan..

3. Kurangnya peran guru bimbingan dan konseling dalam

meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan peserta

didik.

C. . Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka

penelitian ini dibatasi pada Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik

Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model

Student Team Achievement Division

Student Teams Achievement Division adalah salah satu tipe

pembelajaran koopeatif yang paling sederhana. Peserta didik di

tempatkan dalam tim belajar berjumlah empat orang sampai enam orang.

Sedangkan yang di maksud hasil belajar adalah merupakan hasil

yang diperoleh peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran yang

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai

memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.


9

Penelitian ini di laksanakan di SMK Negeri 2 kota Tangerang

Selatan Jl.Pondok Aren Raya No.52 Pondok Aren Tangerang Selatan

Banten

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dapat

di rumuskan masalah sebagai berikut:” Apakah metode Student Teams

Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan

kewarganegaraan peserta didik dibandingkan dengan menggunakan

metode ceramah di Kelas XI SMK Negeri 2 Tangerang Selatan

E. Tujuan dan manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakan

penelitian ini adalah untuk mengetahui cara peserta didik dalam

Meningkatkan hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan melalui model pembelajaran STAD

kelas XI Akuntansi 2 SMK negari 2 Tangerang Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti ini adalah

1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan ketrampilan peneliti

khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan

model pembelajaran bertukar pasangan

2. Bagi Guru
10

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada

guru pendidikan kewarganegaraan tentang model pembelajaran

bertukar pasangan sehingga dapat dijadikan acuan dalam memilih

model pembelajaran yang efektif

3. Bagi Peserta Didik

Dengan pembelajaran model bertukar pasangan dapat

menumbuhkan semangat kerjasama antar peserta didik dan dapat

meningkatkan motivasi dan minat peserta didik dalam belajar

pendidikan kewarganegaraan

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi kepada sekolah

tentang satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan adalah salah satu cara untuk mebentuk karakter-

karakter bangsa yang bermoral, dan harus di tempuh oleh setiap manusia

untuk mengembangkan kemampuan, potensi peserta didik. Berkenaan

dengan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, khususnya dalam

proses pembelajaran, guru mempunyai tugas untuk mendorong,

membimbing, dan memberi fasilitas bagi pesrta didik untuk mencapai

tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu

yang terjadi dalam kelas dan membantu proses pembaembangan peserta

didik di dunia pendidikan.

Dalam pengertian dasar, pendidikan adalah proses menjadi, yakni


menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan
bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Pendidikan.
Pendidikan tidak di maksudkan untu mencetak karakter dan kemampuan
peserta didik sama seperti gurunya. 3

Bagi sebagian masyarakat awam istilah pendidikan seseringnya

diindentikiasikan dengan sekolah guru mengajar di kelas atau satuan

pendidikan formal belaka. Secara akademik istilah pendidikan

berspekrrun luas. Pendidkan adalah aktivitasi semua potensi dasar

manusia melalui interaksi antara manusia dewasa dngan yang belum

dewasa, proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati, dengan atau tanpa


3
Dedy Mulyasana. 2011. pendidikan bermutu dan berdaya saing. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Hal.2

11
12

penyegajaan.Dalam arti luas pendidikan dapat di artikan sebagai sebuah

proses dengan metode- metode tertentu sehingga prang memperoleh

pengetahuan , pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan.

Proses pendidikan di arahkan pada fungsionalisasi semua potensi

peserta didik secara manusiawi agar mereka menjadi dirinya sendiri

yang mampu berkepribadian unggul. Sebagai suatu proses , pendidikan di

maknai sebagai semua tindakan yang berefek pada perbuatan watak,

kepribadian, pemikiran,dan perilaku. Dengan demikian, pendidikan

bukan sekedar pengajaran dalam arti kegiatan mentransfer ilmu ,teori,dan

fakta-fakta akademik semata atau pencetakan ijazah semata.

Kualitas proses pendidikan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu

kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua aspek tersebut

satu sama lain saaling berhubungan.walaupun komponen– komponennya

cukup baik, seperti tersedianya sarana dan prasarana serta biaya yang

cukup, namun jika tidak di tunjang dengan pengelolaan yang handal,

pencapain tidak akan optimal. Demikaian jika pengelolaannya baik tetapi

tidak di dukung sarana dan prasarana yang baik, hasilnya tidak akan

optimal. Menyikapi hal itu maka yang harus di perhaikan oleh guru yaitu

adanya unsur-unsur dalam pendidikan, yang meliputi peserta didik,

tujuan pendidikan,lingkungan pendidiakan.

Kegiatan pendidikan yang terlaksana melalui hubungan interaksi

antara guru dan peserta didik akan menciptakan suasana belajar yang
13

menyenangkan, sehingga ada komunikasi antara keduanya. Dengan

kegiatan belajar seperti itu peserta didik maupun pendidik tidak akan

merasa jenuh saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Selain itu

siswa di beri kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan bertanya

kepada guru untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Pendidikan

merupakan proses kebebasan peserta didik dari ketidak tahuan,

ketikmampuan, ketidakmampuan, ketikberdayaan,

ketikbenaran,ketikjujuran,dan memperbaiki kurangnya rasa percaya diri.

Sikap yang harus di lakukan oleh para guru dalam menghadaoi

anak-anak yang kurang memiliki rasaa percaya diri adalah dengan cara

pendidik harus menyatakan keyakinan dan kepercayaan dirinya akan

kemampuan anak-anaknya untuk membantu anak-anak dalam proses

belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Pendidik mendorong

kemajuan anak-anak dengan memberi tantangan yang merangsang

peningkatan semangat antusias dalam belajar, memberikan pembelajaran

secara menyenangkan sehingga informasi mudah di serap, memanfaatkan

bahasa non verbal secara tepat. “ Guru harus sering memberikan umpan

baik yang jelas dan spesifik untuk menyatakan mana hal yang baik dan

mana yang buruk”. 4

Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang di lakukan

dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang

baik, sehingga penerapan pendidikan harus di selenggarakan sesuai

4
Amir Faisal dan Zulfanah. 2011. Membangkitkan Girah Anak Untuk Berprestasi. Jakarta :
anggota IKAPI. HAL.72-73
14

dengan sistem Pendidkan Nasional berdasaarkan Undang – Undang

Nomor 20 Tahun 2003.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 pendidikan

kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada

pembentukan diriyang beragam baik dari segi sosial,agama,budaya

ras,bahasa adat istiadat, dan suku bangsa untuk menjadi wrga negara

yang cerdas taat pada hukum dsesuai ketentuan Undang – U ndang Dasar

dan Pancasila sebagai pedoman bangsa.

Istilah pendidikan kewarganegaraan identik dengan pendidikan

kewarganegaraan, namun di sisi lain secara subtansif tidak saja mendidik

generasi muda menjadi warganegara yang baik dan sadar akan hak dan

kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Istilah pendidikan kewarganegaraan juga membangun kesiapan warga

negara agar menjadi warga negara yang baik. Hakekat pendidikan

kewarganegaraan berdasarkan nilai – nilai pancasila sebagai wahana

untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang

berakar pada budaya bangsa yang di harapkan menjadi jati diri yang di

wujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi

agama, sosial,budaya,bahasa,suku bangsa usia, untuk menjadi

warganegara yang cerdas , terampil, dan bekarakter, yang di landasi

pancasila dan undang-undang dasar 1945.


15

Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peseta


didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaaan dengan
hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidkan pendahuluan
bela negara menjadi wargenegara yang dapat di andalkan oleh bangsa dan
negara .5

Pendidikan kewarganegaraan tidak hanya identik dengan

demokrasi, pemerintahan,HAM, dan moral. Tetapi peranan pendidikan

kewarganegaraan sangatpenting dalam pendidikan karakter. Pendidkan

karakter di harapkan mampu membentengi generasi muda terhadap

kemerosotan moral, seperti korupsi, narkoba, pembunuhan, tawuran antar

pelajar, asusila dan penyimpangan sosial lainnya. Dengan penyampaian

pendidikan karakter melalui pendidikan kewarganegaraan diharapkan

dapat memperbaiki karakter generasi muda kita

Pembelajaran pendidikan kewarganegraa untuk menyiapkan para

siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga negara

yang baik. Maka peran dan fungsi guru pendidikan kewarganegaraan

pada setiap jenjang pendidikan sangant berperan pentik untuk

membentuk karakter siswa menjadi lebih baik. Pendidikan

kewarganegaraan perlu di kembangkan dan di tuangkan dalam bentuk

stadar nasional, standar materi serta model – model pembelajaran yang

efektif. Dalam pendidikan kewarganegaraan ada empat hal yang harus di

perhatikan yaitu :

a. Pendidikan kewarganegaraan perlu mengembangkan

kemampuandasar terkait dengan kemampuan intelektual

5
Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional
16

b. Pendidikan kewarganegaraan perlu mengembangkan daya nalar

peserta didik atau siswa mengembangkan kecerdasan, dan

partisipasi warga negara sebagailandasan pengembangan nilai

dan prilaku.

c. Pendidikan kewarganegaraan perlu mengembangkan

pendekatan pembelajaran yang lebih inspiratif dan partispaif

dengan menekankan pada pelatihan logika.

d. Kelas pendidikan kewarganegaraan sebagai laboratorium

demokrasi bukan sekedar membutuhkan pemahaman, sikap,

dan perilaku demokratis, melalui pengajaran.

Adapun tujuan dari pendidikan kewarganegaraan adalah untuk

berfikir secara rasional, demolkratis, kritis dan kreatif dalam isu

kewarganegaraan dan dalam pembelajaran. Pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan merupakan suatu proses pengembangan nalar peserta

didik dimana materi yang di ajarkan mengandung konsep, nilai, prosedur,

prinsip, yang mampu memberikan kecerdasan individu.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Learning

Pembelajaran Kooperatif learning (cooperative lerning) merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya teridiri

dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen.
17

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja

kelompok. Oleh karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada

sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka

menganggap telah bisa melakukan pembelajara cooperative learning

dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua

belajar kelompok dikatakan cooperative learning, seperti yang dijelaskan

Abdulhak (2000:19-20)bahwa “ pembelajaran cooperative dilaksanakan

melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat

mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.”6

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih

luas,yaituinteraksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan

siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru ( multi way traffic

communication ).

“Pembelajaran cooperative learning adalah strategi pembelajaran

yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk

saling berinteraksi” (Nurulhayati, 2002:25). Dalam sistem belajar

kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Daalam

model ini siswa memilikidua tanggung jawab, yaitumereka belajar untuk

dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat

melakukannya seorang diri.

Khas cooperative learning yaitu siswa ditempatkan dalam

kelompok – kelompok cooperatif dan tinggal bersama dalam satu


6
Abdulhak, Model – model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers,2012)hlm.203
18

kelompok untuk beberapa minggu atau bulan. Sebelumnya siswa tersebut

diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja

sama yang baik dalam hal :

a. Bagaimana menjadi pendengar yang baik

b. Bagaimana member penjelasan yang baik

c. Bagaimana cara menunjukan pertanyaan dengan benar dan lain –

lainnya.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang

lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran ayang

lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang

ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian

penguasaan materi pembelajarann, tetapi juga adanya unsure kerja sama

untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang

menjadi cirri khas dari cooperative learning. Pembelajaran kooperatif

dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif, yaitu:

1) Perspektif mtivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada

kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk

memperjuangkan kebebasan berkelompok yang dalam

kegiatannya saling ,membantu untuk memperjuangkan

keberhasilan kelompok.

2) Perspektif sosial artinya melakukan koompertif setiap siswa akan

saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan

semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.


19

3) “Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya

interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi

siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi” (sanjaya, 2006

: 242)7

Karakteristik atau cirri – ciri pembelajaran kooperatif dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1) Pembelajaran secara tim

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

3) Kemampuan untuk bekerja sama

4) Keterampilan bekerja sama

Adapun unsur – unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut :

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenangunggan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu anggota didalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalamnya

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan bertanggung jawab yang

samadiantara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evakuasi atau diebrikan

hadiah/penghargaan yang juga akan dikenalkan untuk semua

anggota kelompok.
7
Sanjaya, Model – model Pembelajaran ( Jakarta: Rajawali Pers,2012)hlm 203
20

6) Siswa berbagi kepemimpian dan mereka membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7) Siswa diminta pertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani daalm kelompok kooperatif.

Ciri – cirri yang terjadi kebanyakan pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif, adalah sebgai berikut :

1) Siswa belajar dalam koopertif untuk menuntaskan materil

belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya,

suku, jenis kelamin berbeda – beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Model pembelajaran koopertif diikembangkan untuk mencapai

setidak – tidaknya tiga tujua pembelajaran penting, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan

keterampilan sosial.Model pembelajaran koopertif merupakan suatu

model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok – kelompok

kecil yang memilikki tingkatan kemmapuan berbeda.Model pembelajaran

kooperatif dikembangkan berdasarkan terori belajar kooperatif

konstruksivis. Hal ini terhilat pada salah satu teori Vigotskyyaitu

penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni

bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya munculnya pada
21

percakapan atau kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang

lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implementasi dari teori

Vigotsky dikehendakinya susunan kelas terbentuk kooperatif.

Tujuan lain dari pembbelajaran koopertif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja samadan

kolaboarsi.Menurut Roger dan David Johnson ( Lie, 2008) ada lima

unsur dasar dalam kooperatif ( cooperative Learning), yaitu sebagai

berikut :

1) Prinsip ketergantungan positif ( positive interdependence ) yaitu

dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian

tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oelh kelompok

tersebut.

2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) yaitu

keberhasilan kelompok tergantung dari masing – masing

kelopoknya.

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction) yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi

untuk saling member dan menerima informasi dari anggota

kelompok lain.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)yaitu

melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan komunikasi

dalam kegiatan pembelajaran.


22

5) Evaluasi proses keompok, yaitu menjaadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan

hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya sama dengan lebih

efektif.8

Prosedur atau langkah – langkah pembelajar kooperasif pada

prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian

pokok – pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam

kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa

terhadap pokok material pelajaran.

2) Belajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan

penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah

dibentuk sebelumnya.

3) Penialaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa tes atau

kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.

4) Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling

menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan

penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasitim

untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan

kelas model cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat

cooperative learning, dan penataan ruang kelas.

8
Roger dan David Johnson ( Lie, 2008), Model –model Pembelajaran ( Jakarta: Rajawali
Pers,2012)hlm.212
23

Menurut Scott Gordon dalam bukunya History and Phisolophy ofSocial


Science (1991), “pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang
sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun, pengelompokan
dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini bisa nmenghilangkan
kesempatan anggota kelompok untuk memperluas dan memperkaya diri,
karena dalam kelompok homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa
mengasah proses berpikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.”9

Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-

ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran cooperative

learning.Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan

keanekaragaman gender, latar belakang agama sosio-ekonomi dan etnik,

serta kemampuan akademis.Dalam hal kemampuan akademis, kelompok

pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang

berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang,

dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Secara

umum, kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah memakai

metode pembelajaran cooperative learning karena beberapa

alasan.Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk

saling mendukung.Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan

interaksi antara, agama, etnik, dan gender.Terakhir, kelompok heterogen

memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang orang

yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten

untuk setiap tiga orang.

Salah satu kendala yang mungkin dihadapi guru dalam hal

pengelompokan heterogen adalah keberatan dari pihak siswa yang

berkemampuan akademis tinggi (atau orang tua mereka pada tingkat

9
Scott Gordon, History and Phisolophy ofSocial Science (1991)
24

sekolah dasar).Siswa dari kelompok ini bisa merasa “rugi” dan

dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-apa dalam kegiatan

belajar cooperatve learning karena rekan-rekan mereka dalam kelompok

tidak lebih pandai dari mereka.Tidak jarang, protes ini juga disampaikan

kepada guru baik secara langsung maupun tidak. Kepada siswa ataupun

orang tua semacam ini, perlu dijelaskan bahwa sebenarnya siswa dengan

kemampuan akamis tinggi pun akan menarik manfaat secara kognitif atau

efektif dalam kegiatan belajar Cooperative Learning bersama siswa lain

dengan kemampuan yang kurang. Mengajar adalah guru yang terbaik.

Dengan mengajarkan apa yang seseorang baru pelajari, dia akan lebih

bisa menguasai atau menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan

barunya. Secara efektif, siswa berkemampuan akademis tinggi juga perlu

melatih diri untuk bisa bekerja sama dan berbagi dengan mereka yang

kurang.kemampuan bekerja sama ini akan sangat bermanfaat nantinya

dalam dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat.

Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari 2

sampai dengan 5, menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas . Tentu

saja, masing-masing mempunyai kekurangannya.Agar kelompok bisa

bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran gotong royong,masing-

masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat gotong

royong.Seperti dijelaskan didepan,semangat ini tidak diperoleh dalam

sekejap.Semangat gotong royong ini bisa dirasakan dengan Pembina niat

dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya.Niat
25

siswa bisa di bina dengan beberapa kegiatan yang bisa membuat relasi

masing-masing anggota kelompok lebih erat yakni kesamaan kelompok,

identitas kelompok, sapaan dan sorak kelompok.

3. Hakikat Metode Pembelajaran Tipe Student Teams Achieviement

Division ( STAD)

Metode pembelajaran Student Team Achievement Division adalah

merupakan salah satu jenis pembelajaran kelompok yang terdiri empat

sampai enam orang pembelajaran STAD dilakukan dengan cara

membbuat tim belajar dan peserta didik diharapkan tidak memilih sendiri

anggota kelompoknya dan kebih efesien guru yang memilih anggota

kelompok belajar. Karena bila peserta didik yang memilih sendiri maka

di hawatirkan akan memilih peserta didik yang dominan sehingga tidak

merata ddalam pembentukan kelompok, karena metode pembelajaraan

kooperatif STAD ini adalah membentuk sebuah kelompok secara

heterogen tanpa membedakan jenis suku bangsa, ras, agama, budaya

jenis kulit dan gander.

Metode Student Team Achievement Division banyak di terapkan di

dalam proses pembelajaran, karena metode Studen Team Achievement

Division adalah salah satu metode kelompok yang di anggap tidak

membosankan karena daam pembagian kelompok dalam metode ini tidak

mengacu pada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dalam

pembelajaran sehingga tidak adanya kesenjangan di dalam pembentukan

kelompok.
26

Menurut Slavin (2007) metode Student Team Achievement Division


merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak di teliti.
Dalam Student Team Achievement Division siswa dibagi menjadi
kelompok yang beranggotakan empatorang yang beragam kemampuan,
jenis kelamin, dan sukunya. 10

Guru memberikan suatu pelajaran dan peserta didik di dalam

kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa

menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis

perseorangan tentangmateri tersebut., dan pada saat itu mereka tidak

boleh saling membantu satu sama lain. Nilai – nilai kuis siswa

diperbandingkan dengan nilai rata- rata mereka sendiri yang diperoleh

sebelumnya, dan nilai- nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada beberapa

tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilaiitu

melampaui nilai merekasebelumnya. Nilai- nilai ini kemudian dijumlah

untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai

nilai kriteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat atau hadia yang lainnya.

Keseluruhan aktivitas siklus itu , mulai dari paparan guru ke kerja

kelompok sampai kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima kali

pertemuan.

STAD ( Student Team Achievement Division ) adalah memacu

siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan guru.

Langkah – langkah model Student Team Achievement Division

a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

10
Rusman, 2012, Model – Model Pembelajaran, ( Jakarta,:PT. Raja Grafindo Persada ) cet.ke-5
hal.213.
27

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik untuk belajar.

b. Pembagian Kelompok

Peserta didik dibagai kedalam beberapa kelompok, dimana setiap

kelompoknya terdiri dari4-5 peserta didik yang memprioritaskan

heterogenitas(keragaman) kelas dalam hasil akademik, gender/jenis

kelamin, rasa atau etnik.

c. Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih

dahulumenjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada

pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut

dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan

aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru fibantu oleh

media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan

dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan

pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok,

sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing

memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan

pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila


28

diperlukan. Kerja tim ini merupak cirri terpenting dari Student

Teams Achievement Divison (STAD).

e. Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang

materi yang dipelajaridan juga melakukan penilaian terhadap

presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Peserta didik

diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan

bekerjasama. Ini dilakukan untuk menjamin agar peseta didik

secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam

memahami bahan ajar tersebut. Guru menerapkan skor batas

penguasaan untuk setiap soal sesuai dengan tingkat kesulitan

siswa.

f. Penghargaan Prestasi Tim Setelah pelaksanaan kuis, guru

memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka rentang 0-100.

Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok

dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

 Menghitung Skor Individu

Skor individu dapat dihitung sesuai keaktifan peserta

didik dalam kelompoknya baik bertanya ataupun

memberikan pertanyaan.

 Menghitung Skor Kelompok


29

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata

skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan

menjumlahkan semua skor perkembangan individu

anggota kelompok dan membagi jumlah anggota

kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor

perkembangan kelompok.

 Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim

memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau

penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan hasil belajarnya (kreteria tertentu ditetapkan

guru).

4. Hakikat Hasil Belajar

Definisi belajar pada asasnya ialah tahapan perubahan perilaku siswa

yang relatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar memiliki arti

penting bagi siswa dalam melaksanakan kewajiban keagamaan,

meningkatkatkan derajat kehidupan, mempertahankan dan

mengembangkan kehidupan. Dalam perspektif psiklogi, antara belajar,

memori, dan pengetahuan terdapa hubungan yang terpisah.11

Belajar merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, karena

belajar merupakan usaha sadar manusia untuk mencapai tujuan yang di


11
Muhibbin Syah. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.hal. 113 - 114
30

harapkan. Dengan belajar orang akan lebih tahu dari apa yang belum dia

ketahui.

Belajar adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk


memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dengan demikian seseorang itu mampu baradaptasi dengan
lingkungannya dalam upaya mencari solusi.12

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap

ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses

siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh

ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini di sebabkan

peerubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible ( tak dapat di raba ).

Suatu kegiatan belajar dapat di katakan efisien jika belajar yang di

inginkan dapat di capai dengan usaha yang minimal. Usaha dalam hal ini

segala sesuatu yang di gunakan untuk mendapatkan hasil belajar yang

memuaskan, seperti : tenaga dan fikiran, waktu, peralatan belajar, dan

lain – lain yang relevan dengan kegiatan belajar untuk menunjang

pembelajaran yang baik sehingga mendapatkan hasil belajar yang baik.

Hasil belajar di capai seorang individu merupaksn hasil interaksi

beberapa faktoryang mempengaruhi baik dari dalam diri ( intern )

maupun dari luar diri ( ekstern). Hasil belajar ini merupakan suatu usaha

untuk menilai berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar serta untuk

menilai ada tidaknya perhatian minat serta kesungguhan dalam belajar.

12
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . jakarta : Rhineka Cipta hal.
31

Hasil belajar sebagai suatu alat yang di gunakan untuk menilai hasil

– hasil pelajaraan yang di berikan guru kepada siswanya atau dosen

kepada mahasiswanya dalam waktu tertentu. Dengan demikian hasil yang

di capai oleh seorang siswa dalam belajar itu.

Hasil belajar adalah sebagai penguasaan siswa terhadap materi pelajaran


tertentu yang diperoleh dari hasil test belajar. Yang di nyatakan dalam bentuk
score untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan
sebagai hasil pengamatan individu dan interaksi lingkungannya.13

Untuk menentukan tipe hasil belajar atau tingkat kemampuan

berfikir mana sajakah yang dapat di nilai, penyusunan test dapat

berpedoamn kepada tujuan intruksionl yang akan di nilai atau kepada

tujuan evaluasi itu sendiri.”Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe

hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menjadi enam, yaitu

pengetahuan hafalan, pemahaman atau komprehesi, penerapan aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.”14

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu di perhatikan dalam

menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar – benar dapat

mengukur tujuan pelajaran yang telah di ajarkan, atau mengukur

kemampuan dan atau keterampilan siswa yang di harapkan setelah siswa

menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu

1. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar

yang telah di tetapkan sesuai tujian intruksional.

2. Mengukur sampel yang refrensif dari hasil belajar dan bahan

pelajaran yang telah di ajarkan


13
Abdul Gofur. 1983. Desain Intruksional. jakarta : BPT IKIP. hal 9
14
Ngalim Purwanto.2009. Mp prinsip – prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung : Pt
Rosda karya offset. Cet. 15 hal. 43
32

3. Mencakup bermacam- macam bentuk soal yang benar – benar

cocok untuk mengukur hasil belajar yang di inginkan sesuai dengan

tujuan.

4. Di desain sesuai dengan kegunaan untuk memperoleh hasil

belajar yang di inginkan.

5. Di buat seandal (reliable ) mungkin sehingga mudah di

interprestasikan dengan baik.

6. Di gunakan utuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara

mengajar guru.

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap

ranah psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses

belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku

seluruh ranah itu. Khususnya ranah murid sangat sulit. Hal ini di

sebabkan karena perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (

tidak dapat di raba ) oleh karena itu, yag dapat di lakukan oleh guru

dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku

yang di anggap penting dan di harapkan dapat mencerminkan perubahan

yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan

rasa maupun yang berdimensi karsa.15

B. Penelitian yang Relevan

Menurut Ady Subektyo dalam Penelitian Tindakan Kelas yang

berjudul upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

15
Muhibbin syah .2012. psikologi belajar .jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Cet. 12 hal. 198
33

pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan di kelas XI

SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan Tahun 2014. Hasilnya adalah

pada observasi awal skor rata-rata hasil evaluasi formatif adalah 54,

meningkat menjadi 64 pada siklus 1, 72 pada siklus 2 dan 78 pada siklus

3.maka terdapat peningkatan hasil belajar dari 53 menjadi 78 setelah

siklus ketiga dilaksanakan terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 25

poin yang berdasar pada kreteria ketuntasan minimal sebesar 72, terdapat

peningkatan ketuntasan belajar peserta didik sebesar 97,5%. Motivasi

belajar yang diukur dari minat belajar peserta didikpun meningkat dari

20% di awal menjadi 100% peserta didik setelah siklus ketiga

dilaksanakan.

Penggunaan metode pembelajaran Kooperatif model Student

Teams Achievement Divisions mampu meningkatkan hasil belajar

peserta didik khususnya pada materi Budaya Politik di kelas XI SMK

Negeri 2 Kota Tangerang Selatan Tahun ajaran 2014/2015

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

pelajaran wajib yang di ajarkan dari sekolah dasar hingga ke perguruan

tinggi. Guru pendidikan kewarganegaaraan harus berupaya membuat

peserta didik menyenangkan dalam proses pembelajaraan pendidikan

kewarganegaraan melalui model – model pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik agar aktif dan menyenangkan.

Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu kurikulum 2013, di dalam


34

kurikulum 2013 seorang guru dalam setiap pembelajaran harus mengacu

kepada 5 M ( lima M ) yaitu mengamati, menanya, mengasosiasikan,

mencoba dan mengkomunikasikan. Dengan lima konsep tersebut siswa

akan lebih mudah untuk mendapatkan pengetahuan dengan cara

mengamati, menanya, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan.

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, guru dalam

penyampaian materi harus menyiapkan rencana pelaksana pembelajaran

yang harus di rencanakan sebelum melakukan pembelajaran, maka perlu

di siapkan strategi pembelajaran agar materi bisa di sampaiakan dengan

efektif yaitu dengan menggunkan metode atau model pembelajaran yang

menurut guru harus aktif yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran Student Team Achievement Division yaitu model

pembelajaran yang berkelompok setiap kelompok terdiri dari lima orang.

Setiap kelompok di berikan tugas oleh guru yaitu menganalisis

permasalah yang di berikan oleh guru dan setelah selesai setiap

kelompok dapat mempresentasikan kepada kelompok lain dan sebaliknya

maka dalam pembelajaran kooperatif model Student Team Achievement

Division sudah mengacu kurikulum 2013 yaitu mengamati teman yang

sedang mempresentasikan ,menanya kepada kelompok yang

mempresentasikan, mengasosiasikan beberapa pendapat dari teman,

mencoba untuk menjelaskan materi dan mengkomunikasikan materi

kepada semua peserta didik yang diketahui oleh peserta didik

D. Hipotesis Penelitian
35

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir maka hipotesis

dalam tindakan kelas ini sebagai berikut :

Jika menggunakan model Student Team Achievement Division

maka dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan di kelas XI SMK Negeri 2 Kota Tangerang

Selatan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Kota

Tangerang Selatan, Jl. Pondok Aren Raya No. 52

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu pada bulan

April 2015 sampai Juni 2015

B. Subyek Penelitian
36

Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik program

pendidikan Akuntansi yang duduk di kelas XI tahun pelajaran 2014-2015

dengan jumlah peserta didik sebanyak 37 orang.(terlampir)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh Siti Nuraminah yang

bertindak sebagai guru dan Ririn Mahrul Faridoh sebagai observasi

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Langkah-langkah dalam siklus terdiri

dari Planning (Perencanaan), Acting (Tindakan), Observing

(Pengamatan), Reflecting (Refleksi).

36

Perencanaan
s

Refleksi Pelaksanaan
Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi II Siklus II
37

Pelaksanaan

pengamatan

Dst

1. Perencanaan Tindakan pada siklus I

a. Perencanaan

 Menetapkan materi pokok pendidikan kewarganegaraan

 Menyusun Silabus

 Menyusun Rencana Pelaksana Pembelajaran

 Menyusun alat observasi untuk peserta didik dan guru

b. Tindakan

Langkah – langkah pembelajaran Student Team Achievment Dvision

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

2. Pembagian Kelompok, kelompokteridir dari 5-6 orang pemilihan

kelempok secara heterogen

3. Memecahkan permasalahan atau mengerjakan tugas yang di

berikan oleh guru dan mendiskusikan materi tersebut dengan

kelompoknya.
38

4. Presentasi dari Guru, setelah selesai lalu di persentasikan dan

peserta didik ataukelompok lain menyimak dan kelompok lain

diberi kesempatan untuk bertanya

c. Pengamatan

Tahap pengamatan berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan

tindakan, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat

hal–hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung untuk mengamati proses pembelajaran di kelas guna

mendapatkan data-data yang konkrit.

d. Refleksi

Dengan melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi

evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan

1. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang

sekenario pembelajaran dan lembar kerja siswa

2. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk

digunakan pada siklus berikutnya

Tabel 2.1

Indikator keberhasilan Siklus 1

Aspek Indikator Pencapaian Cara mengukur


keberhasilan siklus 1

Keaktifan siswa 60% 54,05% Diamati saat


mengajukan pembelajaran
pertanyaan dan berlangsung, lembar
mengemukakan pengamatan, oleh
pendapat peneliti. Dihitung dari
39

jumlah siswa bertanya


per jumlah keseluruhan
siswa
Motivasi dalam 50% 48,64% Jumlah kelompok yang
belajar dan dapat menyelesaikan
Ketepatan waktu tugas tepat waktu
melakukan dibagijumlah kelompok.
kegiatan Dibuat jurnal setiap
eksplorasi pertemuan
(mengerjakan
tugas) diskusi
Interaksi antar 70% 67,54% Diamati ketika siswa
siswa pada melakukan diskusi,
kegiatan dalam dicatat keterlibatan
berdiskusi saat masing-masing siswa
pembelajaran dalam kelompok
belangsung
Hubungan siswa 50 % 45,94% Di amati pada saat
dengan guru proses pembelajaran dan
selama kegiatan pada saat diskusi
diskusi

Ketuntasanhasil 70% 59,45% Dihitung dari nilai rata-


belajar rata kuiz dan tes blok.
Siswa yang memperoleh
nilai lebih besar/sama
dengan70 dinyatakan
tuntas.

2. Rencana Tindakan Siklus II

a. Perencanaan

Pada siklus ke II dilakukan tindakan seperti pada siklus ke I. materi

yang dibahas masih sama yaitu budaya Politik seluruh perangkat

pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dilakukan, sedangkan rencana

tindakan yang dilaksanakan sebagai berikut :


40

1. Menyiapkan silabus dan rencana pelaksana pembelajaran

2. Menyiapkan materi pembelajaran

3. Menyiapkan bahan pembelajaran

4. Menyiapkan lembar kerja peserta didik

5. Menyiapkan soal pertanyaan

6. Menyiapkan lembar pengamatan untuk pengelolaan kelas

b. Tindakan

1. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok

2. Penyampaian Tujuan dan Motivasi

3. Pembagian Kelompok, kelompokteridir dari 5-6 orang pemilihan

kelempok secara heterogen

4. Memecahkan permasalahan atau mengerjakan tugas yang di

berikan oleh guru dan mendiskusikan materi tersebut dengan

kelompoknya.

5. Presentasi dari Guru, setelah selesai lalu di persentasikan dan

peserta didik ataukelompok lain menyimak dan kelompok lain

diberi kesempatan untuk bertanya

c. Pengamatan

Tahap pengamatan berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan

tindakan, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat

hal– hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan

berlangsung untuk mengamati proses pembelajaran di kelas guna

mendapatkan data-data yang konkrit.


41

d. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi pada siklus kedua peneliti menganalisis

setiap kelompok dalam pembelajaran Studnt Team AchievementDivision

yaitu diskusi kelompok, mengerjakan tugas dan kemajuan hasil belajar

peserta didik meningkat sehingga penelitian ini berakhir pada siklus

kedua.

Berikut skema rancangan metode siklus per siklus dalam Penelitian

Tindakan Kelas:

Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Tabel 3.2
Skema Siklus II Penelitian Tindakan Kelas

Indikator Pencapaian Cara mengukur


Aspek keberhasilan siklus II
Keaktifan 60% 72,27% Diamati saat
siswa pembelajaran
mengajukan berlangsung,
pertanyaan dan lembar
mengemukakan pengamatan, oleh
pendapat peneliti. Dihitung
dari jumlah siswa
bertanya per
jumlah
keseluruhan siswa
Motivasi dalam 50% 62,16% Jumlah kelompok
belajar dan yang dapat
42

Ketepatan menyelesaikan
waktu tugas tepat waktu
melakukan dibagijumlah
kegiatan kelompok. Dibuat
eksplorasi jurnal setiap
(mengerjakan pertemuan
tugas) diskusi
Interaksi antar 70% 81,08% Diamati ketika
siswa pada siswa melakukan
kegiatan dalam diskusi, dicatat
berdiskusi saat keterlibatan
pembelajaran masing-masing
belangsung siswa dalam
kelompok
Hubungan 50% 72,97% Di amati pada saat
siswa deengan proses
pembelajaran dan
guru selama
pada saat diskusi
kegiatan
pembelajaran
Ketuntasanhasi 70% 78,37% Dihitung dari nilai
l rata-rata kuiz dan
tes blok. Siswa
belajar
yang memperoleh
nilai lebih
besar/sama
dengan70
dinyatakan tuntas.

D. Indikator Keberhasilan

Pada penelitian tindakan kelas criteria keberhasilan dilihat dari

segi proses dan hasil. Proses yaitu dengan berhasilnya peserta didik

dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru melalui

metode yang sesuai tercantum dalam kegiatan perencanaan


43

pelaksanaan pembelajaran. Pre test dan post test untuk melihat

peningkatan sikap serta hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kellas XI Akuntansi

2 SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan ini di lakukan dalam dua siklus.

Pada setiap siklus, data yang di ambil adalah aktivitas dan nilai evaluasi

pada akhir siklus.

1.1 Hasil Siklus I

Dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dan

observer maka hasil penilitian pada siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Tabel presentase hasil pembelajaran pendidikan kewarganeggaraan


melalui metode Student Team Achievement Division Siklus I

No Indikator Pencapaian
Pencapaian Keterangan
Keberhasilan Siklus I
.1 Keaktifan siswa
mengajukan pertanyaan
44

dan mengemukakan 50% 54,05% Berhasil


pendapat

Motivasi dalam belajar


dan Ketepatan waktu
melakukan kegiatan Belum
2
eksplorasi 50% 48,64% berhasil
(mengerjakan tugas)
diskusi
Interaksi antar siswa
pada kegiatan dalam
berdiskusi saat 70% 67,54% Belum
3
pembelajaran berhasil
belangsung
44
Hubungan siswa
Belum
4 deengan guru selama 50% 45,94%
berhasil
kegiatan pembelajaran
Ketuntasan hasil 70% 59,45% Belum
belajar berhasil

1.2 Refleki Siklus I

Dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar pada sklus I

ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya tindakan untuk

perubahan pada siklus berikutnya yaitu dengan pendidik lebih terampil,

serta memotivasi peserta didik agar lebih memerhatikan pembelajaran

dan didukung dengan pendidik yang lebih semangat agar peserta didik

lebih antusias pada siklus yang ke II

2.1 Hasil Siklus II

Dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dan

observer maka hasil penilitian pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2
45

Tabel presentase hasil pembelajaran pendidikan kewarganeggaraan


melalui metode Studnt Team Achievment Division Siklus II

Indikator Pencapaian
No Pencapaian Keterangan
Keberhasilan Siklus II
Keaktifan siswa
mengajukan
pertanyaan dan
1 60% 72,27% Berhasil
mengemukakan
pendapat

Motivasi dalam
belajar dan
Ketepatan waktu
2 melakukan kegiatan 50% 62,16% Berhasil
eksplorasi
(mengerjakan tugas)
diskusi
Interaksi antar siswa
pada kegiatan dalam
3 berdiskusi saat 70% 81,08% Berhasil
pembelajaran
belangsung
Hubungan siswa
deengan guru selama
4 Berhasil
kegiatan 70% 72,97%
pembelajaran
Ketuntasan hasil
5 belajar 70% 78,37% Berhasil

2.2 Refleksi Siklus II

Tahap ini mengkaji kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap

siklus apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang

baik dalam proses belajar mengajar dengan metode Student Team


46

Achievement Division. Dari data yang telah diperoleh dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Selama proses pembelajaran pendidik telah melaksanakan semua

pemebelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi presentase pelaksanaannya untuk setiap

indikator keberhasilan telah meningkat.

2. Berdasarkan hasil pengamatan bahawa peserta didik cukup serius dan

antusias selama proses pembelajarann berlangsung.

3. Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah diperbaiki pada siiklus

berikutnya dan meningkat menjadi lebih baik.

4. Akhir pembelajaran setiap siklus diberikan post test untuk mengetahui

hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.

B. Pembahasan

1. Siklus I

a. Kemampuan tiap peserta didik dalam memahami masalah

Hasil pengamatan guru dan observer dari 37 peserta didik

terdapat 20 peserta didik atau dengan persentase 54,05% yang

memiliki kemampuan dalam memahami masalah hal ini masih di

bawah kriteria keberhasilan yang diharapkan, yaitu 60% berdasarkan

hasil pengamatan, rendahnya kemampuan tiap peserta didik dalam

memahami masalah yang diberikan disebabkan kurangnya

pengetahuan serta informasi yang didapat dalam masalah tersebut.


47

b. Motivasi dalam belajar dan Ketepatan waktu melakukan kegiatan

eksplorasi (mengerjakan tugas).

Hasil pengamatan guru dan observer dari 37 peserta didik

terdapat 18 peserta didik atau dengan persentase 50% berarti indikator

keberhasilan telah tercapai.

c. Interaksi antar siswa pada kegiatan dalam berdiskusi saat

pembelajaran belangsung

Hasil pengamatan guru dan observer yang terdiri dari 18 peserta

didik dengan persentase 67,56% interaksi antar siswa pada kegiatan

dalam diskusi. hal ini dibawah kriteria keberhasilan yang diharapkan

yaitu 70%.

d. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran.

Hasil pengamatan guru dan observer dari setiap kelompok yang

terdiri 37 peserta didik terdapat 17 peserta didik atau dengan

persentase 45,94% berarti indikator keberhasilan masih belum

tercapai.

e. Ketuntasan hasil belajar

Hasil pengamatan guru dan observer dari 37 peserta didik

terdapat 22 peserta didik atau dengan persentase 59,45% yang

memiliki kedisiplinan dalam mengikuti proses pembelajaran, hal ini

masih dibawah kriteria keberhasilan yang diharapkan yaitu 70%.

Berdasarkan hasil pengamatan rendahnya kedisiplinan peserta didik


48

dalam mengikuti proses pembelajaran disebabkan kebiasaan peserta

didik dalam pembelajaran.

2. Siklus II

a. keaktifan siswa mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat

Hasil pengamatan guru dan observer dari 37 peserta didik

terdapat 26 peserta didik atau dengan persentase 72,27 % dan ini

mencapai indikator keberhasilan yaitu 60% hal ini dikarenakan

peserta didik lebih aktif dan mampu mengajukan pertanyaan dan

mengemukakan pendapat.

b. Motivasi dalam belajar dan ketepatan waktu dalam melakukan

kegiatan eksplorasi ( mengerjakan tugas diskusi)

Hasil pengamatan guru dan observer dari 37 peserta didik

terdapat 23 peserta didik atau dengan persentase 62,16% berarti

indikator keberhasilan telah tercapai dan meningkat dari siklus I.

c. Interaksi antar siswa pada kegiatan dalam berdiskusi saat

pembelajaran

Hasil pengamatan guru dan observer yang terdiri dari 30 peserta

didik dengan persentase 81,08 % interaksi antar siswa pada kegiatan

dalam diskusi. hal ini dibawah kriteria keberhasilan yang diharapkan

yaitu70%. berarti indikator keberhasilan yang diharapkan tercapai.

d. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran.

Hasil pengamatan guru dan observer dari setiap kelompok

peserta didik terdapat 27 peserta didik atau dengan persentase 72,97%


49

berarti indikator keberhasilan telah tercapai. Hal ini dikarenakan

peserta didik memahami setiap materi yang diberikan.

e. Ketuntasan hasil belajar

Hasil pengamatan guru dan observer dari 37 peserta didik

terdapat 29 peserta didik atau dengan persentase 78,37 % yang

memiliki kedisiplinan dalam mengikuti proses pembelajaran, berarti

indikator keberhasilan telah tercapai hal ini dikarenakan perubahan

pada sikap peserta didik yang membaik dalam mengikuti proses

pembelajaran

Tabel 4.3
Hasil Pembelajaran Peserta Didik Kelas XI Akuntasi 2 Pada Siklus I

NOMOR NAMA SISWA NILAI


URUT NISN
1 9999999999 Adelia Pratiwi 65
2 9988626407 Agam Wahyuddin 65
3 9999453670 Anggie Sagita Fitri 75
4 9982048977 Anggy Christina Faradilla 75
5 9994053368 Anisa Marsela 80
6 9982880890 Dian Ikawati 55
7 9981481491 Didik Purwanto 65
8 9982504753 Disha Yuliana 70
9 9981324650 Dista Armita 60
10 9988250865 Eka Fidya Putri 65
11 9982880876 Ervina Janis 85
12 9967382782 Firdaus 75
13 9982880959 Gita Amelia 60
14 9992125790 Hariyanti 60
15 9992145116 Ika Triwulandari 75
50

16 9989340157 Indah Yulindah 80


17 9988250544 Indri Krisdiyanti 85
18 9981466212 Irma Ratna Ningsih 80
19 9997168148 Ivan Teja Hadi Kusuma 75
20 9974819878 Jihan Laraswati 70
21 9981188149 Muhamad Rizki Riandhani 65
22 9989208474 Muhamad Samsudin Ari Gian 60
23 9973589635 Muhammad Reza Ali 65
24 9982993972 Nadhila Syahira 65
25 9982966012 Nafa Ainisa 70
26 9982880940 Puti Karolina 70
27 9992840487 Raike Amelia 85
28 9982880865 Rani Pratiwi 75
29 9993724302 Refi Anggraeni 80
30 9982049014 Risma Adelia Ramadhanti 70
31 9985346045 Robiah 65
32 9982029285 Sandora 60
33 9982583292 Suchitra Hendina Putri 80
34 9973401590 Tri Suci Handayani Zulhen 65
35 9973401550 Uci Anggela 70
36 9982029333 Umi Chairani 85
37 9984114806 Wahid Candra Wijayanto 65
51

Tabel 4.4
Analisa Penyajian Data
Distribusi Hasil Pembelajran Siklus I

No Skor ( S ) Frekuensi (F) Presentase ( P) SXF

1 85 4 10,81 % 340

2 80 5 13,51% 400

3 75 6 16,22% 450

4 70 6 16,22% 420

5 65 10 27,03% 650

6 60 5 13,51% 300

7 55 1 2,70% 55

Jumlah 37 100 % 2.615

Keterangan :

Skor Rerata = SXF


52

Jumlah F

= 2615 = 70,67
37

a. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Pada siklus I di dapat hasil dengan nilai – nilai rata – rata tes 70,67

dan ketuntasan belajar 40 %. Dan ketentuan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

No Karakter Nilai
1 Jumlah siswa 37
2 Rata –rata 70,67
3 Jumlah siswa yang tuntas ≥ KKM 15
4 Jumlah siswa yang tidak tuntas ≤ KKM 22

Dari hasil analisis data nilai pemahaman peserta didik peserta didik

dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, maka dapat

dijelaskan bahwa keberhasilan pada sikus I masih rendah, yaitu dengan

presentase 40 % dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum 75.


53

Tabel 4.5

Hasil Pembelajaran Peserta Didik Kelas XI Akuntansi2 Pada

Siklus II

NOMOR
NAMA SISWA NILAI
URUT NISN
1 9999999999 Adelia Pratiwi 80
2 9988626407 Agam Wahyuddin 80
3 9999453670 Anggie Sagita Fitri 85
4 9982048977 Anggy Christina Faradilla 80
5 9994053368 Anisa Marsela 85
6 9982880890 Dian Ikawati 75
7 9981481491 Didik Purwanto 70
8 9982504753 Disha Yuliana 75
9 9981324650 Dista Armita 75
10 9988250865 Eka Fidya Putri 80
11 9982880876 Ervina Janis 85
12 9967382782 Firdaus 85
13 9982880959 Gita Amelia 70
14 9992125790 Hariyanti 75
54

15 9992145116 Ika Triwulandari 80


16 9989340157 Indah Yulindah 80
17 9988250544 Indri Krisdiyanti 85
18 9981466212 Irma Ratna Ningsih 90
19 9997168148 Ivan Teja Hadi Kusuma 80
20 9974819878 Jihan Laraswati 90
21 9981188149 Muhamad Rizki Riandhani 85
22 9989208474 Muhamad Samsudin Ari Gian 90
23 9973589635 Muhammad Reza Ali 85
24 9982993972 Nadhila Syahira 75
25 9982966012 Nafa Ainisa 75
26 9982880940 Puti Karolina 85
27 9992840487 Raike Amelia 90
28 9982880865 Rani Pratiwi 75
29 9993724302 Refi Anggraeni 80
30 9982049014 Risma Adelia Ramadhanti 75
31 9985346045 Robiah 75
32 9982029285 Sandora 95
33 9982583292 Suchitra Hendina Putri 80
34 9973401590 Tri Suci Handayani Zulhen 65
35 9973401550 Uci Anggela 70
36 9982029333 Umi Chairani 95
37 9984114806 Wahid Candra Wijayanto 70
55

Tabel 4.5
Analisa Penyajian Data
Distribusi Hasil Pembelajran Siklus 2

No Skor ( S ) Frekuensi (F) Presentase ( P) SXF

1 95 2 5,41% 190

2 90 4 8,10% 360

3 85 8 21,62% 680

4 80 9 24,32% 720

5 75 8 24,32% 600

6 70 5 13,51% 350

7 65 1 2,70% 65

Jumlah 37 100% 2965

Keterangan :

SXF
Jumlah F
56

= 2965 = 80.13

37
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Pada siklus I di dapat hasil dengan nilai – nilai rata – rata tes 80,13

dan ketuntasan belajar 40 %. Dan ketentuan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

No Karakter Nilai
1 Jumlah siswa 37
2 Rata –rata 80,13
3 Jumlah siswa yang tuntas ≥ KKM 32
4 Jumlah siswa yang tidak tuntas ≤ KKM 5

Dari hasil analisis data nilai pemahaman peserta didik peserta didik

dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, maka dapat

dijelaskan bahwa keberhasilan pada sikus II sudah meningkat, yaitu

dengan presentase 86,4 % dilihat dari Kriteria Ketuntasan Minimum 75.

Maka pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di kelas XI

Akuntansi 2 SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan ini dilakukan

dalam dua siklus, pada siklus ke II apa yang ingin dicapai sudah

tercapai sehingga penelitian tindakan kelas tidak dilanjutkn lagi.


57

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hal kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua

siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

Proses pembelajara metode Student Team Achievement Division

dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan yang

terdiri dari beberapa indikator keberhasilan dari keaktifan siswa

mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. 72,27%,. motivasi

dalam belajar dan ketepatan waktu melakukan kegiatan 62,16%, interaksi

antar siswa pada kegiatan dalam berdiskusi saat pembelajaran

berangsung 81,08%, . hubungan siswa dengan guru selama kegiatan

pembelajaran. 72,97%. Ketuntasan hasil belajar 78,37%.

B. Saran

Hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya yang mana

menginginkan agar proses belajar mengajar pendidikan kewarganegaraan


58

lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang maksimal bagi peserta

didik, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar ketika menggunakan

metode Student Team Achievement Division maka harus dalam

persiapan yang matang, sehingga seorang guru harus mempersiapkan

dan mampu menentukan permasalahan yang bisa menunjang proses

belajar mengajar sehingga diperoleh


58 hasil belajar yang baik.

2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakukan di SMK Negeri 2 Kota Tangerang Selatan

3. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-

perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.


59

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gofur. 1983. Desain Intruksional. jakarta : BPT IKIP

Abdulhak. 2012. Model – model Pembelajaran Jakarta: Rajawali

Danim, Sudarwan. 2000. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung :


Alfabta.

Dedy Mulyasana. 2011. pendidikan bermutu dan berdaya saing. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Faisal, Amir dan Zulfanah. 2011. Membangkitkan Girah Anak Untuk Berprestasi.
Jakarta : anggota IKAPI

Hayati,Nurul. 2012. Model – model Pembelajaran , Jakarta: Rajawal


i
Purwanto, Ngalim .2009. Mp prinsip – prinsip dan teknik evaluasi pengajaran.
Bandung : Pt Rosda karya offset

Roger dan David Johnson .2012, Model –model Pembelajaran Jakarta: Rajawali

Rusman, 2012, Model – Model Pembelajaran. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada


Sanjaya.2012 Model – model Pembelajaran Jakarta: Rajawali

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . jakarta : Rhineka


Cipta

Syah,Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional


60

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

You might also like