Professional Documents
Culture Documents
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam Undang undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan,
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hIdup sehat bagi setiap individu agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombang terdepan dalam pembangunan
kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan tersebut. Puskesmas Wado mempunyai VISI Masyarakat
Kecamatan Wado yang mandiri untuk hidup sehat menuju pelayanan yang
Efektif dan Efisien untuk mewujudkan Sumedang SIMPATI sejahtera untuk
semua.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari
pelayanan kesehatan perseorangan primer dan pelayanan kesehatan
masyarakat primer. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena upaya pelayanan
Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dari pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib
menyelenggarakan pelayanan Labroratorium di Puskesmas.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya
transisi epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah,
serta masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan
dan meningkatkan mutu pelayanannya Untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan
diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan Laboratorium yang bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
B. Ruang Lingkup
Dalam rangka pelaksanaan, pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
1
tentunya Laboratorium Puskesmas tidak dapat disamakan dengan
Laboratorium Rumah sakit, Laboratorium Klinik Swasta maupun BBLK.
Pelayanan laboratorium di Puskesmas dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan puskesmas, Pelayana Laboratorium di Puskesmas
Wado meliputi pemeriksaan Hematologi, pemeriksaan kimia klinik sederhana,
pemeriksaan urine, pemeriksan feses dan pemeriksaan BTA Metode TCM.
Selain pemeriksaaan tersebut diatas, laboratorium pukesmas Bareng juga
melaksanakan pemeriksaaan HIV. Jenis jenis pelayanan laboratorium tersebut
tertuang dalam SK KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WADO Nomor :
440/003/SK/PKM-WD/IV/2017 .
C. Batasan Opratsional
Meskipun Puskesmas Bareng merupakan Puskesmas dengan tempat
perawatan akan tetapi karena keterbatasan tenaga, Waktu pelayanan
Laboratorium Puskesmas Wado tidak 24 jam, melainkan mengacu pada jam
pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Wado yaitu Mulai pukul 07.30 WIB
sampai pukul 14.00 WIB. Wilayah kerja juga terbatas pada pasien pasien
rawat jalan, rawat inap dan kalau diperlukan dapat juga melaksanakan
pemeriksaan keliling ke desa-desa di wilayah kerja UPTD Rawat Inap
Puskesmas Wado. Khusus untuk Program Quick Win, Program Pemeriksaan
Dini, Programn HIV, Laboratorium Puskesmas Wado bisa melaksanakan
pemeriksaaan mobile ke wilayah kerja Puskesmas sekitar jika ada permintaan
dari Dinas Kesehatan dengan persetujuan Kepala UPTD Puskesmas.
2
BAB II
STANDART KETENAGAAN
PENANGGUNG JAWAB
DOKTER UPTD RAWAT INAP
PUSKESMAS WADO
KOORDINATOR LABORATORIUM
3
TENAGA TEKNIS
C. Koordinator Laboratorium
Koordinator Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab
1. Melakukan konsultasi dengan Kepal Unit Pelayanan, penanggung jawab
laboratorium atau tenaga kesehatan lain
2. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
3. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium
4. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
d. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. menyiapkan pasien
3. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
6. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
4
7. Administrasi
BAB III
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
A. Denah Ruangan
Lemari
WC
ES
Pintu masuk
Pintu
Meja
Sampling
Lemari
Meja Kerja Reagen
Lemari
administrasi
Berkas Meja
administrasi
Pintu
Pintu
RUANG Ruang
PEMERIKSAA
N Pewarnaan
B. Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah
ruangan Laboratorium Puskesmas.
Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan
cat yang tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah
dibersihkan, tidak tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. Langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari
bahan yang kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. Pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan
binatang lainnya, lebar minimal 0,80 m dan tinggi minimal 2,00 m.
4. Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
5. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna
terang dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air,
permukaan rata dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air
5
harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran
pembuangan air limbah.
6. meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan
mudah dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk
instrument elektronik harus tahan getaran.
C. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat
suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Prasarana-prasarana Laboratorium Puskesmas yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
1. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya
dari jendela dengan luas minimal 1,6 m2 Cahaya dari jendela tidak
boleh langsung mengarah ke meja pemeriksaan dan rak reagen,
untuk menghindari terjadinya reaksi antara reagen dengan sinar
matahari yang panas.
2. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi
silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam
ruangan dapat mengalir ke luar ruangan.
3. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik
maka disarankan suhu dipertahankan antara 22 s/d 26 oC
4. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka atau Sputum
Buth.
5. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang
cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat
kesehatan.
6. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang
dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat
medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium.
7. Limbah cair/air buangan dari laboratorium diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah UPTD Puskesmas Rawat Inap
Wado.
6
D. Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain:
a. Meja pengambilan sampel darah
Menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
Lapisi kaca supaya mudah dibersihkan
b. Meja penerimaan sampel urine dan dahak
c. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
1) Mempunyai sandaran
2) Dapat terbuat dari kayu, besi, dan lain-lain
d. Bak cuci/sink
1) Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
2) Ukuran minimal 30 cm x 30 cm dengan kedalaman bak minimal 15
cm
3) Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem
pengolahan air limbah Puskesmas
e. Meja pemeriksaan
1) Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan yang diselenggarakan
2) Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas, tahan
zat kimia mudah dibersihkan, tidak berpori dan berwarna terang
3) Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
f. Lemari pendingin (refrigerator)
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel, volume
sesuai kebutuhan
2) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang terpisah
g. Lemari alat /reagen kering
1) Fungsinya untuk menyimpan alat dan reagen kering
2) Ukuran sesuai kebutuhan
3) Dapat terbuat dari kayu atau rangka alumunium dengan rak terbuat
dari kaca
4) Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt
h. Listrik
Listrik harus mempunyai aliran tersendiri dengan tegangan stabil,
kapasitas harus cukup. Kualitas arus, tegangan dan frekuensi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Keamanan dan pengamanan jaringan
instalasi listrik terjamin, harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
7
i. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
Terdapat tempat penampungan sementara limbah laboratorium,
sebelum dimusnahkan, terdapat instalasi pengelolaan limbah cair
laboratorium.
j. Tersedia WC, jumlah sesuai dengan kebutuhan.
Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut:
i. Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
ii. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
berwarna terang dan mudah dibersihkan.
iii. Letak kamar mandi/wc tidak berhubungan langsung dengan
dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
iv. Kamar mandi/wc pasien harus terletak di tempat yang mudah
terjangkau dan ada petunjuk arah.
v. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk
memelihara kebersihan.
vi. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang
dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
E. PERALATAN
a. Dasar Pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu:
1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen
dan volume spesimen dan jumlah pemeriksaan.
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air
yang ada, serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan.
3. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu
yang dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas
distribusi dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan
pula, apakah sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya
sistem tertutup lebih mahal dibandingkan dengan sistem terbuka.
8
5. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
a. alat tersebut mudah dioperasikan
b. alat memerlukan perawatan khusus
c. alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap
minggu atau hanya tiap bulan
6. Pemasok/Vendor
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai reputasi yang baik
b. Memberikan fasilitas uji fungsi
c. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
d. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana.
e. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain
mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
f. Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
7. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-benefit, yaitu
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang
dilakukan, termasuk didalamnya biaya operasi alat.
8. Terdaftar
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat izin
edar dari institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.
9
peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti,
penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta
penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu
pemeliharaan yang diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang
mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-
kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut
harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan
perbaikan.
Penanggung Jawab
(……………………..)
10
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan:
1. Persyaratan kecukupan peralatan
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan
sesuai dengan jenis layanan yang disediakan sekalipun tidak digunakan
secara rutin.
2. Persyaratan kemampuan alat
Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus
diperhatikan menunjukkan kemampuan atau memenuhi kinerja yang
dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan bersangkutan.
3. Persyaratan pengoperasian alat
Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas teknis laboratorium. Instruksi
penggunaan dan pemeliharaan peralatan terkini (mencakup pedoman yang
sesuai dan petunjuk penggunaan yang disediakan oleh pembuat alat)
harus tersedia bagi petugas laboratorium.
4. Jaminan keamanan kerja alat
Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman, mencakup keamanan
listrik, alat penghenti darurat (emergency stop device) dan penanganan yang
aman oleh petugas yang berwenang. Semua harus disesuaikan dengan
spesifikasi atau instruksi pabrik termasuk pembuangan limbah kimia,
bahan radioaktif maupun biologis.
5. Penanganan terhadap alat yang rusak
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus diberi
label yang jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai diperbaiki dan
memenuhi kriteria yang ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk
digunakan kembali. Laboratorium harus melakukan tindakan yang
memadai sebelum digunakan kembali.
6. Pemindahan alat
Laboratorium harus memiliki prosedur penanganan, pemindahan,
penyimpanan dan penggunaan yang aman untuk mencegah kontaminasi
dan kerusakan alat.
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki, maka
sebelum digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan alat telah
dicek dan berfungsi baik.
7. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi, laboratorium
harus memiliki prosedur untuk menjamin bahwa salinan dari faktor
koreksi sebelumnya dimutahirkan dengan benar.
11
8. Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang.
Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat lunak, bahan
acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik harus dijaga
terhadap perusakan akibat perlakuan orang yang tidak berwenang, yang
dapat membuat hasil pemeriksaan tidak sah
12
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau
sampel mengisi parit kamar hitung/menggenangi kamar lain, atau
kamar hitung tidak terisi penuh, maka pengisian harus diulang.
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau
dengan air deterjen encer.
h. Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas dengan
air bersih.
i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan sikat.
5. Lemari es (refrigerator) dan freezer
a. Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk laboratorium.
b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang lemari
es masih longgar untuk aliran udara dan fasilitas kebersihan
kondensor.
c. Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya udara
dingin dari bagian pendingin.
d. Lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup.
e. Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
6. Mikroskop
a. Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin.
b. Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang cukup
cahaya dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan
penglihatan yang terang.
c. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x dulu,
bila sasaran sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan bila perlu
dengan 100x. Untuk pembesar 100x gunakan minyak imersi.
d. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut setiap hari
setelah selesai bekerja, terutama bila lensa terkena minyak imersi
bersihkan dengan eter alkohol (lihat referensi).
e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau
sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat
lepas dari rumahnya.
f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif,
karena kotoran akan mudah masuk.
h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh
berada pada satu garis dengan kondensor, karena dapat
mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer dan mikrometemya
sudah rusak.
13
j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat
dengan cara memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan
silika gel.
7. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya
b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan
tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan
cara menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian
luarnya dengan kertas tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi
tegak lurus dan cairan dibiarkan mengalir sendiri.
f. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua
cairan dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet dikeluarkan dengan
ditiup memakai alat bantu pipet
h. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
i. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptik,
kemudian baru dicuci
8. Pipet Semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena
pencucian tip pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip pipet,
juga pengeringan seringkali menyebabkan tip meramping dan berubah
bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di
dalam rak pipet.
9. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi
pelumas secara teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang berputar.
10. Sentrifus
a. Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap
sentrifus.
c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan,
kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat
kecil.
14
d. Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus
ditutup pada salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya darah.
e. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang
sebelum senfrifus dijalankan.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka
tabung mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya sentrifugal
yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah. Bantalan harus
sesuai dengan ukuran dan bentuk tabung.
g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang
diperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara
aneh.
l. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
j. Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi dari
keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar telah
berhenti.
c. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.
Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di
install dan diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau sesuai dengan
pedoman pabrikan prasarana dan alat kesehatan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi
peralatan dilakukan oleh institusi yang berwenang.yaitu BPFK
( Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan ) Surabaya
Khusus untuk Kalibrasi serta fungsi peralatan Fotometer dan
Hematologi analyser secara berkala harus dipantau dan dibuktikan
memenuhi syarat/sesuai standar laboratorium dengan menggunakan
bahan kontrol (darah kontrol dan serum kontrol). Pelakasanaan kontrol
alat dilaksanakan oleh tenaga teksis laboratorium secara mandiri, karena
BPFK ( Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan ) Surabaya tidak
melayani kalibrasi alat tersebut.
d. Penanggung jawab alat
Berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai cara
operasional dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan lainnya, dan
biasanya digunakan oleh lebih dari 1 orang. Walaupun pihak distributor
15
alat menyediakan teknisi untuk perbaikan apabila terjadi kerusakan,
namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh pihak
laboratorium.
Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang bertanggung
jawab atas kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui
kegiatan pemantauan dan mengusahakan perbaikan apabila terjadi
kerusakan.
Petugas yang menjadi penanggung jawab alat adalah Koordinator
Laboratorium.
16
BAB IV
REAGENSIA
A. Dasar Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
5. volume atau isi kemasan.
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
7. mudah diperoleh di pasaran.
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis).
9. pemasok/vendor.
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
11. pelayanan purna jual.
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di
Kementerian Kesehatan.
17
7. Pemeriksaan BTA :
Reagen ZN set
8. Pemeriksaan GO :
Reagen ZN set
9. Pemeriksaan Jamur :
Reagen KOH
10. Pemeriksaan Sifilis :
Reagen RDT Syphilis
11. Pemeriksaan HbsAg :
Reagen RDT HbsAg
12. Pemeriksaan HIV :
Reagen 1 HIV
13. Pemeriksaan Covid19 :
Reagen RDT Antigen SARS Cov2
14. Pemeriksaan Golongan Darah :
Reagen Goldar set
15. Pemeriksaan Widal :
Reagen Widal set
16. TCM ( Tes Cepat Molekular ) :
Reagen Catride MTB RIF
18
C. Pengadaan Dan Buffer Stok
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan
berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety
Stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok.
Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium.
Reserve stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan
proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun
yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu
bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan
yang sulit didapat.
19
D.Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih
dahulu, untuk di UPTD Puskesmas Rawat Inap Berhubungan dengan
Unit Farmasi, bila ada reagen habis langsung permintaan LPLPO
Farmasi.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama di lakukan bersatu di Unit Farmasi
UPTD Puskesmas Rawat Inap Wado.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
20
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
21
B. Kemampuan Pemeriksaan
2. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan
metode manual, semi automatik dan automatik.
C. Spesimen
Spesimen yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan adalah
Whole blood, serum, plasma, urine, tinja dan dahak.
Tata cara pengambilan sampel dapat dilihat pada daftar lampiran.
1. Persiapan pasien
a. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 - 12 jam
sebelum diambil darah
b. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 -
09.00.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga berlebihan sebelum spesimen
diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh, Untuk menormalkan keseimbangan
cairan tubuh dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk
tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.
22
2. Pengambilan
a. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat:
1. bersih.
2. kering.
3. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
4. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen.
5. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.
6. Pemakaian jarum, lancet dan mess harus steril dan sekali pakai
b. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1. terbuat dari gelas atau plastik.
2. tidak bocor atau tidak merembes.
3. harus dapat ditutup rapat
4. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
5. bersih.
6. kering.
7. tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
8. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
9. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat (inaktinis).
10. Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar Dan bertutup ulir
c. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah
sampel darah membeku. Beberapa spesimen memerlukan bahan
tambahan berupa bahan pengawet atau antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.Bahan tambahan yang dipakai
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau
mengubah kadar zat yang akan diperiksa. Anti koagulan yang biasa
dipakai adalah EDTA
23
d. Lokasi pengambilan spesimen
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu
lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena
umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah kapiler
diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian tepi
atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga
pada bayi. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan
peredaran darah seperti "cyanosis" atau pucat dan pengambilan tidak
boleh di lengan yang sedang terpasang infus.
e. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang
diperiksa. Volume spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa
pemeriksaan spesimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Anti Ketera
Jenis Spesimen koagula Wadah ngan
Pemeriksaan n
Jenis Jumlah
Hematologi
Darah rutin Darah 2 cc EDTA Tabung EDTA
Tutup Unggu
Vacum
LED Darah 2 cc EDTA Tabung EDTA
Tutup Unggu
Vacum
Hemoglobin Darah 1 cc EDTA Tabung EDTA
Tutup Unggu
Vacum
KIMIA
KLINIK
Gula darah Darah 1 cc Tabung Tutup
Serum 1 cc Merah Vacum
24
Kolesterol Serum 1 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
Asam urat Serum 1 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
SGOT Serum 2 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
SGPT Serum 2 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
BUN Serum 2 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
Kreatinin Serum 2 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
SEROLOGI
Widal Serum 2 cc Tabung Tutup
/ Merah Vacum
plasma
Golongan Darah 1 cc Tabung EDTA
darah Tutup Unggu
Vacum
TPHA / RPR Serum 2 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
HIV Serum 2 cc Tabung Tutup
Merah Vacum
HbsAg Serum 2cc Tabung Tutup
Merah Vacum
Sifilis Serum 2cc Tabung Tutup
Merah Vacum
FL Feses Secukup- POT Faeces
nya Tertutup
URINE
Reduksi Urine 10 cc POT URINE
Protein Urine 10 cc POT URINE
Sedimen Urine 15 cc POT URINE
Urine
Urine Rutin Urine 10 cc POT URINE
Kehamilan Urine 10 cc POT URINE
25
BTA Sputum Secukup- POT Steril
Sputum/TCM nya
Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar,
agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik
pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung vakum)
1. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak
melakukan aktivitas.
2. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4. Pilih bagian vena mediana cubiti
5. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan
alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis
dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke
atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat,
tekan tabung vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila
jarum berhasil
7. masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya
lepas torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
8. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai. Apabila
dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang
lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain.
9. Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan
untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah
berhenti, plester bagian ini selama ± 15 menit.
10. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.
26
b. Darah kapiler
1. Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan
sampai kering lagi.
2. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan
itu. Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan
harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-
nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang
diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan
sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam
pemeriksaan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
c. Urine
1) Pada wanita
a. Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang dilakukan oleh
penderita sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai
berikut:
b. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan
dengan handuk.
c. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
27
d. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari
depan ke belakang.
e. Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain,
f. Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin, aliran urin yang
pertama keluar dibuang. Aliran urin selanjutnya ditampung dalam
wadah yang sudah
g. disediakan.
h. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
i. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
j. Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium.
2) Pada laki-laki
a. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
b. Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin,
aliran yang pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung
dalam wadah yang sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan
tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
c. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
d. Urin Kateter
a. Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang kateter
yang terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik).
b. Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang lebih 10
ml.
c. Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
d. Kirimkan segera ke laboratorium.
f. Tinja
28
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan
(tanpa bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat
pula sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok dubur.
g. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah.Bila pasien
mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.
1. Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur
dengan air.
2. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
4. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali
sampai sputum keluar.
5. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan
cara mendekatkan wadah ke mulut.Amati keadaan dahak. Dahak yang
berkualitas baik akantampak kental purulen dengan volume cukup (3-5
ml).
6. Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.
o. Usap nasofaring
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Petugas berdiri di samping penderita.
3. Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang
kepala penderita.
4. Masukkan lidi dacron ke dalam rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
5. Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung sampai telinga.
6. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian
tarik keluar.
7. Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau langsung tanam
pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin
Tellurite) dan dibuat sediaan.
p. Swab tenggorok
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Penderita diminta membuka mulut.
29
3. Lidah ditekan dengan spatel lidah.
4. Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril
hingga menyentuh dinding belakang faring,
5. Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik
keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
6. Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor atau langsung tanam
pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin
Tellurite) dan dibuat sediaan.
D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting, baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan
pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
6. Informed concern
E. PENGOLAHAN
30
3. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau sitrat dengan segera secara pelan-pelan.
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen.
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik).
4. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
cara:
a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
(homogen).
b. Masukkan ±15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
c. Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
d. Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
e. Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
F. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pemeriksaan specimen yang tersedia dilaksanakan sesuai dengan SOP
yang telah ditetapkan oleh penanggug jawab layanan laboratorium yaitu
Kepala UPTD Puskesmas Rawat Inap Wado .
Dalam pelaporan hasil tentunya harus disertakan rentang nilai yang
dapat digunakan sebagai acuan untuk menegakkan diagnose. Hasil dapat
dikatakan normal bila nilai hasil pemeriksaan masuk dalam rentang nilai
tersebut. Hasil yang keluar dari rentang nilai bias dikatakan abnormal dan
sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan.
Rentang nilai ditetapkan penanggung jawab layanan laboratorium
berdasarkan rentang nilai yang ditetapkan oleh dinas kesehatan atau
laboratorium yang tingkatannya lebih tinggi.
Sesuai dengan SK UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP WADO Nomor :
440/003/SK/PKM-WD/IV/2017
31
NILAI NORMAL DAN RENTANG NILAI HASIL PEMERIKSAAN :
RENTANG RENTANG
N
NILAI NILAI
O PEMERIKSAAN NO PEMERIKSAAN
NORMAL NORMAL
A KIMIA KLINIK DARAH RUTIN
1 SGOT 10 - 40 U/ l 1. Hemoglobin L : 14 - 18
2 SGPT 5 - 35 U / l P : 12 - 16
2. LED L : 0 - 10
Batang 2-6%
URINE 7 PCV L: 40 - 52 %
LENGKAP P: 38 - 48 %
5 sedimen :
Leukosit 0-3 Lain lain
Kristal negatif
Silinder negatif
Bakteri negatif
H. PELAPORAN HASIL.
Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat pada lembar hasil yang
telah ditetapkan, diimana pada lembar hasil tersebut berisi tentang
identitas pasien, jenis pemeiksaan rentang nilai dan hasil
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan ditandatangani oleh petugas teknis
labroratorium khususnya coordinator. Semua hasil pemeriksaan wajib
disalin , ditulis pada buku register laboratorium, sekaligus sebagai
33
arsip laboratorium. Hasil pemeriksaan diserahkan pada pasien untuk
dibawa lagi ke dokter pemeriksa.
Setiap akhir bulan koordinator laboratorium berkewajiban
menghitung jumlah kunjungan, jumlah tiap jenis pemeriksaan dan
dilaporkan ke petugas SP2TP Puskesmas.
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
34
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas
laboratorium harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan
terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap
peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan
kerja dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi
kecelakaan di laboratorium.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan
kerja, seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat
pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama
bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan
di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi
infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke
belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh
sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan
harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang
laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin
pejabat yang berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok
di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum
atau benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di
bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti
kuning (menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet
penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
a. Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
35
b. Harus mempunyai meja khusus untuk penerimaan spesimen.
c. Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara
pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan
benar.
d. Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada
wadah yang memiliki konstruksi yang baik, dengan karet
pengaman untuk mencegah kebocoran ketika dipindahkan.
e. Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna
menghindari pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
f. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan
sarung tangan dan masker.
g. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci
tangan dan mengganti sarung tangan.
h. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
i. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
Didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan
kimia yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan
kimia yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanannya).
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta keterampilan untuk menangani
kecelakaan.
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan
tanda peringatan yang sesuai.
17. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah
khusus seperti benda tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah
toksik, limbah kimia, limbah B3 dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat:
1) Tempat Pengumpulan Sampah
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap
air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
36
b. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup, minimal
terdapat satu buah untuk masing-masing kegiatan.
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian telah
terisi sampah.
d. Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah.
2) Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen,
yang diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan
pengangkut sampah. Tempat penampungan sampah sementara
dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali
dalam 24 jam.
37
BAB VII
MUTU LABORATORIUM
A. BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke
waktu, diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis
yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa
dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga
teknis laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium
Puskesmas.
B. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah
keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan
Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan
Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah
tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan
pemeriksaan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar.
38
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
b. Cakupan
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap
praanalitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik.
1) Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien,
mengambil s pesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen,
mengirim spesimen rujukans ampai dengan menyimpan spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan
kepada pasien mengenai persiapan dan tindakan yang hendak
dilakukan
b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian
antara spesimen yang diterima dengan formulir permintaan
pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik spesimen tersebut pada
saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan
konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi
persyaratan hendaknya ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak
dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka perlu dicatat dalam buku
penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah
benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi
pengiriman spesimen sudah benar
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke
bagian pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Jika Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan
pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium lain dan
sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat
disimpan dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan
diperiksa. Beberapa cara menyimpan spesimen antara lain :
Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap
dubur dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
39
Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0 C.
Dapat diberikan bahan pengawet.
Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
40
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yangdiselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam
bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan
Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional.
Setiap Laboratorium Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan
Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur
dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan
diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu :
a. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
b. Tingkat Regional : BBLK
c. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi
Laboratorium Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh
dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency) laboratorium
yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara
khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metoda
yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu eksternal
tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium
yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat
dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil
langkah - langkah perbaikan.
3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang
dilakukan oleh laboratorium sebagai tindak lanjut dari Pemantapan
Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) untuk
meningkatkan kinerja laboratorium.
41
BAB VIII
PENUTUP
42
LAMPIRAN I
KUMPULAN SOP
43
6. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan alkohol 70%
dan biarkan kering.
7. Tusuk bagian vena yang dipilih menggunakan spuit yang baru dan
steril dengan sudut kemiringan 15 derajat.
8. Ambil darah sampai dianggap cukup (sesuai dengan pemeriksaan lab
yang akan dilakukan) letakkan kapas pada ujung jarum dan tarik
jarumnya.
9. Pindahkan darah dari spuit ke botol EDTA ( pemeriksaan DL ) atau
tabung sero untuk pemeriksaan kimia klinik.
44
7. Petugas memberi informasi waktu pengambilan hasil
8. Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
45
PEMERIKSAAN DAN PEMAKAIAN ALAT FOTOMETER
1. Siapkan Fotometer set
2. Pasang/ Cek Botol drainase jika penuh, buang isinya.
3. Cek kertas printer hasil, bila habis ganti baru.
4. Colokkan kabel power ke sumber listrik.
5. Tekan tombol power.
6. Tunggu proses pemanasan selama sekitar 15 menit.
7. Tanda touchscreen yang kita klik aktif bila background berubah
warna jadi kuning
8. Klik program untuk setting jenis pemeriksaan sesuai brosur yang ada
di tiap kit reagen, meliputi :
Metode
Panjang gelombang
Temperature
Delay time
Measuring timer
Reagen Blank
Factor
Aspiration Volume
Satuan
Batas atas pemeriksaan
Batas bawah pemeriksaan
Nilai normal atas
Nilai normal bawah
46
21. Setelah keluar hasil, Catat hasil pemeriksaan pada buku register
hasil Kimia Klinik darah
22. Klik exit untuk keluar dari program
23. Rinse alat setiap pergantian program dan sebelum mematikan alat
24. Untuk mematika alat, posisikan layar dalam posisi menu utama
25. Lalu tekan tombol power untuk mematikan alat.
26. Cabut kabel power dari sumber listrik setiap selesai digunakan /
sebelum pulang
47
1. Komponen system TCM
Alat TCM
Komputer atau laptop, yang telah berisi program GX Dx dan
program lain yang dibutuhkan
Barcode scanner
Kabel daya dan kabel lainnya
Buku petunjuk alat TCM
Peralatan habis pakai yang tidak tersedia dan harus disediakan
oleh laboratorium pelaksana TCM TB adalah :
Pot dahak
APD
Timer
Peralatan yang bersifat opsional untuk dimiliki laboratorium
pelaksana TCM TB adalah :
Biosafety Cabinet minimsl kelas II-A
Vortex
C. PROSEDUR MENYALAKAN ALAT TCM
1. Nyalakan UPS dengan menekan tombol power selama beberapa
detik.
2. Hidupkan alat TCM dengan menekan tombol ON yang berada pada
bagin belakang alat hingga lampu warna biru yang didepan alat
menyala.
3. Nyalakan computer dengan menekan tombol power. Akan terdengar
bunyi pada alat TCM yang menandakan bahwa telah terjadi koneksi
antara alat TCM dengan computer
4. Nyalakan layer monitor.
D. PROSEDUR PEMERIKSAAN TB MENGGUNAKAN TCM
1. Pra Analisis
a. Pengumpulan specimen
1. Dahak baik melalui berdahak langsung maupun induksi
sputum.
2. Bilas lambung.
3. Feses ( jika tidak diperoleh specimen dahak maupun bilas
lambung, sementara kecurigaan TB paru masih ada )
b. Analisis
1. Beri label identitas pada katrid. Identitas specimen dapat
ditempel atau ditulis pada bagian katrid. Jangan memberikan
label pada bagian barcode.
48
2. Buka penutup pot dahak, tambahkan sampel reagent yang
sudah tersedia sebanyak 2 kalo volume specimen.
3. Campur sampel reagent dengan sampel, kocok dan inkubasi.
4. Masukan specimen kedalam katrid.
5. Masukan katrid yang berisi specimen ke dalam alat TCM.
6. Pindai barcode katrid menggunakan barcode scanner dengan
cara menekan tombol warna kuning pada barcode scanner,
7. Masukan NIK pada kolom patient ID klik star test.
8. Tutup pintu modul dengan sempurna hingga terdengar bunyi
klik.
9. Pemeriksaan akab berlangsung selama 2 jam, saat
pemeriksaan selesai, lampu akan mati dan pintu modul akan
terbuka secara otomatis.
c. Pasca Analisis
1. Klik View Result pada menu GenExpert, kemudian klik View
Test.
2. Akan muncul kotak dialog Select Test To Be Viewed, Klik OK
Petugas dapat melihat :
ID pasien
ID Sanpel
Assay
Version
Result
User
Sample Type
Other Sampel Type
Notes
Start Time
End Time
Status
Disclaimer
d. Interpretasi Hasil
HASIL INTERPRETASI TINDAK LANJUT
MTB DETECTED; DNA MTB Lanjutkan sesuai
Rif Resistance terdeteksi dengan alur
Detected Mutasi gen rpoB diagnosis TB
terdeteksi, resistan obat.
kemungkinan
49
besar resisten
terhadap
rifampicin
MTB DETECTED; DNA MTB Ulangi
Rif Resistan Not Terdeteksi pemeriksaan
Detected Mutasi gen rpoB menggunakan
terdeteksi sampel baru
Kemungkinan besar
sensitive terhadap
rifampicin
MTB DETECTED; DNA MTB Ulangi
Rif Resistance terdeteksi pemeriksaan
INTERMINATE Mutasi gen dengan specimen
rpoB/Resistance dahak baru.
rifampisin.
MTB NOT DNA MTB tidak Lanjutkan sesuai
DETECTED terdeteksi alur TB
50
6. Kemudian baca perubahan warna yang terjadi dengan menyamakan
warna pada botol uristik, untuk mengetahui keadaan kimiawi urine
7. Catat hasil pada Buku Register Hasil Urine Lengkap
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
1. Siapkan sampel darah.
2. Isi tabung sahli dengan hcl 0,1 N sampai tanda 2
3. Hisap darah menggunakan pippet sahli sampai tanda garis (20 mikro
liter)
4. Bersihkan dengan tisu, bagian luar pippet yang terkena darah sampel.
5. Masukkan darah kedasar tabung sahli yang telah diisi Hcl dengan pelan
- pelan
6. Bilas pippet dengan bagian atas cairan hcl yang bening.
7. Kocok sampai homogen
8. Diamkan 5 menit
9. Encerkan pelan pelan sambil diaduk sampai perubahan warna yang
terjadi sama dengan warna standart.
10. Nilai Hb dilihat dari skala yang ditunjukkan batas atas cairan
11. Catat hasil pemeriksaan pada buku regester
51
2. Celupkan strip One Med pada sample urine sampai tanda panah batas
garis.
3. Tunggu menit selama 30-60 detik
4. Angkat strip, tunggu 1-3 menit, baca hasilnya
5. Baca, bila positif (+) keluar tanda dua garis merah muda dan bila
negatif (-) keluar tanda satu garis merah muda
6. Catat hasil pada Buku Register
52
2. Klik program…..Glukose
3. Sambilmenunggu loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa dalam
bentuk serum.
4. Siapkan 3 tabung pemeriksaan.
5. Pada tabung I, pipet 500 µl reagen Glucose.
6. Pada tabung II, pipet 500 µl reagen Glucose, tambahkan 5 µl standart,
kemudian campur sampai merata.
7. Pada tabung III, pipet 500 µl reagen Glucose, tambahkan 5 µl serum
sampel, kemudian campur sampai merata.
8. Inkubasi ketiga tabung tersebut selama 10 menit diluar alat ( rak
tabung) pada suhu ruangan.
9. Baca tabung I pada Fotometer sebagai blanko
10. Baca tabung II pada Fotometer sebagai standart
11. Baca tabung III pada Fotometer sebagai sampel.
12. Hasil pemeriksaan serum sampel (tabung III) akan keluar pada layar
fotometer.
13. Catat hasil pada buku Register Hasil .
B. Reagen Stik
1. Masukkan Stik ke dalam alat On Call Plus
2. Tunggu sampai terlihat tanda tetes darah pada layar On Call Plus
3. Teteskan darah pada stik On Call Plus
4. Tunggu beberapa saat, hasil akan terlihat pada layar On Call Plus
5. Catat hasil pada buku Register
53
10. Baca Tabung II pada Fotometer sebagai Standart
11. Baca Tabung III pada Fotometer sebagai Sampel.
12. Hasil pemeriksaan serum sampel (tabung III) akan keluar pada layar
Fotometer.
13. Catat hasil pada buku Register Hasil
PEMERIKSAAN KOLESTEROL
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready ( Pada layar Fotometer sudah
ada tampilan Main Menu).
2. Klik program ------ Cholesterol
3. Sambil menunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan
diperiksa dalam bentuk serum.
4. Siapkan 3 tabung pemeriksaan.
5. Pada tabung I, pipet 500 µl reagen Total Cholesterol
6. Pada tabung II, pipet 500 µl reagen Total Cholesterol kemudian
tambahkan 5 µl standart lalu campur sampai merata
7. Pada tabung III, pipet 500 µl reagen Total Cholesterol kemudian
tambahkan 5 µl serum sampel lalu campur sampai merata
8. Inkubasi ketiga tabung tersebut selama 10 menit diluar alat (pada rak
tabung) pada suhu ruang. Baca tabung I pada Fotometer sebagai
Blangko
9. Baca Tabung II pada Fotometer sebagai Standart
10. Baca Tabung III pada Fotometer sebagai Sampel
11. Hasil pemeriksaan serum sampel (tabung III) akan keluar pada layar
Fotometer
12. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN SGOT
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready
2. Klik program...... SGOT .
3. Sambilmenunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa
dalam bentuk serum.
4. Siapkan 2 tabungreaksi
5. Pippet 500 µl reagent kerja, masukkan kedalam tabung reaksi. Baca
sebagai blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur
sampai merata.
7. lalu baca larutan dalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai
sampel
54
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN SGPT
PEMERIKSAAN UREUM
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready
2. Klik program...... UREUM .
3. Sambil menunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa
dalam bentuk serum.
4. Siapkan 2 tabungreaksi
5. Pippet 500 µl reagent kerja, masukkan kedalam tabung reaksi. Baca
sebagai blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur
sampai merata.
7. lalu baca larutan dalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai sampel
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN KREATININ
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready
2. Klik program......KREATININ .
55
3. Sambilmenunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa
dalam bentuk serum.
4. Siapkan 2 tabungreaksi
5. Pippet 500 µl reagent kerja, masukkankedalamtabungreaksi. Baca
sebagai blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur
sampai merata.
7. lalu baca larutan dalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai sampel
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN BTA
1 PEMBUATAN SEDIAAN
1. Kaca obyek diberi no. Kode pada sisi kanan kaca obyek.
2. Pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, atau
pus. Ambil sedikit bagian tersebut dengan memakai ose / tusuk
gigi.
3. Ratakan di atas kaca obyek dengan ukuran 2 – 3 cm. Apusan dahak
jangan terlalu tebal/tipis. Keringkan pada suhu kamar.
4. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarnaan Ziehl
Neelsen.
2. PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
1. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan
Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan.
2. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama 3 menit sampai
keluar uap tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit
3. Cuci dengan air mengalir.
4. Tuang HCL-Alkohol 3% sampai warna merah dari Fuchsine hilang
tunggu 2 menit.
5. Cuci dengan air mengalir.
56
6. Tuangkan larutan Methyline Blue 0,1 % dan tunggu 10 – 20 detik.
7. Cuci dengan air mengalir.
8. Keringkan di rak pengering.
3. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Siapkan sediaan BTA
2. Letakkan pada meja mikroskop
3. Set objektif 10 X
4. Periksa dan cari lapang pandang yanglekosit merata
5. Teteskan oil emersi
6. Putar objektif ke pembesaran 100 x
7. Cari bakteri tahan asam ( batang warna merah ) dalam 100
lapang pandang.
8. Laporkan. Menurut skala IUATLD
57
b. Ambil obyek glass lain, tempelkan ujungnya pada sebelah kiri tetesan
darah, gerakkan kearah tetesan darah sehingga mengenai tetesan
darah tersebut
c. Setelah menyentuh tetes darah tadi biarkan darah menyebar pada
sisi kaca penggeser.
d. Geserkan obyek glass ke kiri dengan sudut 30-450
e. Keringkan sediaan
f. Beri identitas (nama, umur, alamat pasien) pada obyek glass
menggunakan pensil kaca
Pewarnaan sediaan
Dilakukan dengan pewarnaan giemsa :
1. Encerkan larutan giemsa stok (0,75 %) 1 bagian dengan larutan
buffer 9 bagian
2. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuangi dengan
larutan giemsa sebanyak ± 2,5 ml dan biarkan selama 30 menit.
3. Tuangi aquadest diatas sediaan tadi, sampai zat pewarna hilang.
4. Keringkan sediaan
Pembacaan Sediaan
1. Sediaan yang sudah diwarnai dan sudah kering diperiksa dibawah
mikroskop
2. Baca sediaan pada pembesaran obyektif 100x dan okuler 10x
3. Baca sediaan secara zig-zag, yaitu dari sisi kesisi yang lain kemudian
kembali kesisi semula dan begitu seterusnya.
4. Catat hasil di Buku register.
58
5. Cuci tangan dengan sabun
59
5. Bila masalah tidak dapat diselesaikan saat itu juga, petugas mengisi form
RTL, untuk dapat diselesaikan di lokmin.
6. Catat di form pemantauan penggunaan APD
PENGELOLAAN REAGEN
1. Petugas menggunakan kaidah pertama masuk –pertama keluar
(FIFO )first in first out yaitu reagen yang lebih dulu masuk persediaan
harus digunakan lebih dahulu.
2. Petugas menggunakan reagen yang mempunyai masa kadaluwarsa
pendek untuk dipakai terlebih dahulu. (FEFO) first expire first out guna
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan lama
3. Petugas menyimpan larutan berwarna dan larutan organik dalam botol
coklat/ botol plastik putih susu
4. Petugas menempatkan reagen pada tempat sesuai petunjuk reagen.
5. Petugas menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung
6. Petugas menyimpan reagen padasuhu kamar atau suhu dingin ( 2 o C – 8o
C) tergantung jenis reagen
7. Petugas membuat kartu stok pemakaian reagen.
60
NO NAMA REAGEN KEMASAN SUHU
Ziehl Neelsen Botol/100
1 Suhu Ruangan
ml
Methyline Blue 2.5%
Botol/100
2 Suhu Ruangan
ml
62
6 Pembuangan limbah medis cair.
Siapkan saluran IPAL
Buang limbah cair langsung kesaluran IPAL tanpa penambahan
klorin
Cekfungsi IPAL secara berkala.
63
1. Perhatikan nilai kritis pemeriksaan laboratorium yang bisa
membahayakan keselamatan pasien :
Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Neonatus
NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Glukosa mg/dl < 30 > 300
64
1. Hemoglobin gr/dl <5
dewasa
2. Hematokrit % < 15
3. Trombosit /µl <30.000
65
11. Notulen mendokumentasikan hasil rapat untuk menentukan
tindak lanjut dari masalah.
2. PENYIMPANAN
1. Reagent yang datang disimpan sesuai dengan prosedur
penyimpanan yang tertera dalam kemasan Reagent.
2. Kulkas tempat penyimpanan reagent harus selalu diperiksa
suhunya agar sesuai dengan syarat penyimpanan reagent dengan
cara :
b. Letakkan termometer dalam kulkas
c. Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam
penyimpanan reagent
d. Di cek suhunya tiap hari pada pagi hari, catat pada buku
pemantauan suhu.
e. Usahakan agar kulkas selalu dalam keadaan hidup
f. Bersihkan kulkas setiap dua bulan
3. Reagent yang sudah dibuka bisa bertahan sampai masa
kadaluarsa habis bila disimpan pada suhu (2-8) 0 C
4. Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2-8) 0C maka
reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan
reagen yang sudah dibuka dapat bertahan 3 hari.Kemudian
segera pindahkan terlebih dahulu reagen ke lemari pendingin unit
lain dan minta ke bagian sarana untuk perbaikan lihat Protap
Alur Laporan Kerusakan Dari Bagian-bagian
3. KONTROL KADALUARSA
a. Reagent yang baru datang diperiksa masa kadaluarsanya
b. Bila mendekati masa kadaluarsanya (tiga bulan) maka segera
dikembalikan ke supplier untuk diretur
66
c. Reagen yang lama di cek masa kadaluwarsanya tiap bulan, kalau
sudah Kadaluwarsa buat berita acara pemusnahan.
4. DISTRIBUSI REAGEN
a. Distribusi reagen dilakukan bila ada permintaan pemeriksaan
laborat di bagian laborat sendiri.
b. Distribusi berdasarkan prinsip first in first out
PELABELAN
1. Petugas membuat kartu stock penggunaan reagen .
2. Petugas membuatkan label pada setiap reagen yang tidak ada labelnya
atau reagen yang dibuat sendiri.
3. Petugas menuliskan tanggal penerimaan reagen pada label.
4. Petugas menuliskan nama reagen pada label.
5. Petugas menuliskan tanggal pertama kali dibuka pada label.
6. Petugas menuliskan Expired Date pada label.
7. Petugas menuliskan konsentrasi reagen pada label.
8. Petugas menuliskan jumlah kandungan isi reagen pada label.
9. Petugas menuliskan tanda bahaya berupa pictogram tanda hitam pada
latar belakang oranye untuk reagen yang berbahaya
10. Petugas menuliskan symbol bahaya( E untuk zat yang mudah
meledak, O untuk zat yang mengalami oksidasidan F untuk zat yang
mudah terbakar )
11. Petugas memastikan label terpasang benar dan tidak mudah lepas
EVALUASI REAGENT
1. Perhatikan tanggal kadaluarsa reagensia
2. Catat tanggal kadaluarsa reagensia pada kartu stok ketika menerima
barang.
3. Catat tanggal kadaluarsa reagensia ketika mengeluarkan barang untuk
digunakan pelayanan.
4. Musnahkan/buang reagensia yang telah melewati masa kadaluarsa.
5. Catat tanggal pada botol ketika mulai menggunakan.
6. Untuk stik urine dan reagensia kimia klinik, musnahkan bila sudah 4
bulan sejak dibuka untuk digunakan
67
3. Petugas melakukan setiap pemeriksaan laboratorium menggunakan
serum kontrol untuk perbandingan.
4. Petugas melakukan kross cek Pengendalian mutu laboratorium
dikross cek kelaboratorium rujukan.
5. Petugas melakukan duplo atau 2 kali pemeriksaan apabila hasilnya
meragukan.
6. Petugas setiap tiga bulan sekali disupervisi oleh tim mutu atau BLK
untuk mengontrol pemeriksaan laboratorium.
7. Petugas melakukan kalibrasi alat pada tehnisi yang telah ditentukan
68
RUJUKAN EKSTERNAL LABORATORIUM
1. Petugas menerima blangko permintaan pemeriksaan
2. Petugas melakukan pencatatan di buku register
3. Petugas memberitahukan kepada pasien bahwa pemeriksaan yang
diminta tidak dapat dikerjakan karena alasan tertentu
4. Petugas meminta persetujuan pasien apakah mau dibuatkan rujukan
atau tidak..
5. Petugas membuatkan surat rujukan ke instansi laboratorium lain
apabila pasien bersedia dirujuk..
2. Petugas menyerahkan surat rujukan kepada pasien
3. Petugas memberitahukan kepada dokter bahwa pasien telah dibuatkan
rujukan laboratorium.
4. Petugas mengembalikan rekam medis. ke Petugas pendaftaran
PERBAIKAN ALAT
1. Petugas mendapatkan alat dengan hasil yang menyimpang ketika
dilakukan kaliberasi/ validasi,
2. Petugas menginventaris alat – alat yang menyimpang tersebut (rusak),
3. Petugas memisahkan alat yang rusak untuk segera dilakukan
perbaikan.
4. Petugas membuat laporan mengenai alat dan barang yang rusak,
5. Petugas memberikan laporan alat yang rusak kepada pengelola barang,
5. Petugas membuat surat pengajuan perbaikan alat untuk alat – alat yang
rusak,
6. Kepala Puskesmas menyetujui rencana perbaikan alat
7. Petugas meminta kepada pengelola barang untuk dilakukan perbaikan.
8. Petugas menginformasikan kepada klinisi bahwa alat masih dalam
perbaikan.
9. Petugas menerima alat yang sudah diperbaiki dari kordinator barang,
10. Petugas mengajukan alat yang sudah diperbaiki kepada Kepala
Puskesmas untuk dilakukan kaliberasi ulang
69
4. Petugas menggunakan hand scoun dan sarung tangan yang tebal untuk
mengambil forsep/ pecahan untuk mencegah penularan specimen yang
infeksius.
5. Petugas menggunakan pipet otomatis dan tidak menggunakan
pemipetan mulut karena dapat menyebabkan tertelannya organisme
pathogen.
6. Petugas menggunakan alat masker guna melindungi terhirupnya
partikel mikroorganisme patogen
7. Petugas menggunakan jas laborat yang telah terstandar.
8. Petugas menggunakan sterilisator pada alat laborat untuk menghindari
kontaminasi mikroorganisme yang patogen
9. Petugas menggunakan insenerator untuk penanganan limbah hasil
pemeriksaan laborat
10. Petugas melakukan desinfektan disebelum dan sesudah
pemeriksaan laboratorium
70
PELATIHAN DAN PENDIDIKAN UNTUK PROSEDUR BARU, BAHAN
BERBAHAYA DAN PERALATAN YANG BARU
71
5. Petugas mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium
6. Petugas mendokumentasikan hasil pelaksanaan kegiatan K3 kepada
Tim pengelola K3 di puskesmas
7. Petugas melaporkan kegiatan pelaksanaan K3 di puskesmas secara
rutin (bulanan).
8. Petugas melaporkan secara khusus pelaksanaan program keselamatan
kepada tim K3 di puskesmas apabila terjadi kecelakaan kerja di
laboratorium
9. Petugas mencatat hasil verifikasi Tim K3 pada saat pelaporan
pelaksanaan K3 di laboratorium.
10. Petugas menyimpan semua berkas dokumen yang telah diverivikasi
oleh pengelola K3
72
73