You are on page 1of 15

BUPATI SUMBAWA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BUPATI SUMBAWA


NOMOR TAHUN 2022

TENTANG

RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS

DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBAWA,

Menimbang : a. bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang


menjadi masalah bagi Kesehatan masayarakat, sehingga
diperlukan penanganan secara menyeluruh dan terpadu
oleh Pemerintah Daerah bersama mitra kerja pembangunan
termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan
masyarakat;
b. bahwa penanggulangan tuberculosis harus diselenggarakan
secara terpadu, komprehensif dan berkesinambungan serta
melibatkan semua pihak terkait;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, dan b perlu menetapkan Peraturan Bupati
tentang penanggulangan Tuberkulosis;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun1958 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1665);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3273);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)
sebagaimana telah diubah denngan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaga Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republic
Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
-2-

Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 5657), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 34770;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 67
tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 2720;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN BUPATI SUMBAWA TENTANG RENCANA AKSI


DAERAH PENANGGULANGAN PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sumbawa.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumbawa.
7. Upaya perbaikan gizi adalah kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
status gizi masyarakat dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten dan/atau masyarakat.
-3-

8. Penyakit tuberculosis adalah penyakit infeksi yang menular


secara langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang paru dan organ lainnya.
9. Penanggulangan tuberculosis adalah segala upaya kesehatan
yang mengutamakan aspek promotif dan preventif tanpa
mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan
untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka
kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif
yang ditimbulkan akibat tuberculosis.
10.

BAB II
AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD

Pasal 2
Azas-azas penanggulangan stunting, penanggulangan tuberculosis
serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi adalah:
a. bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya
penanggulangan stunting dan tuberculosis, tenaga pelaksana
terlatih harus bertindak sesuai prosedur tetap pelayanan gizi
dan penanggulangan tuberculosis dan kode etik profesi;
b. penguatan kelembagaan dan kerja sama; artinya dalam upaya
penanggulangan stunting dan tuberculosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi, tidak hanya dapat dilakukan
secara sektoral, akan tetapi membutuhkan dukungan sektor
dan program lain;
c. transparansi, artinya azas yang menentukan bahwa dalam
segala hal yang berhubungan dengan penanggulangan stunting
dan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi, harus dilakukan secara terbuka,
d. peka budaya, artinya azas yang menentukan bahwa dalam
segala hal yang berhubungan dengan penanggulangan stunting
dan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi harus memperhatikan sosio budaya daerah setempat;
dan
e. akuntabilitas, artinya azas yang menentukan bahwa dalam
segala hal yang berhubungan dengan penanggulangan stunting
dan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

Pasal 3
Tujuan penanggulangan stunting, penanggulangan tuberculosis
serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi adalah:
a. Penanggulangan stunting bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.
-4-

b. Penanggulangan tuberculosis bertujuan untuk mempercepat


pencapaian eliminasi tuberculosis
c. Peningkatan cakupan & mutu imunisasi bertujuan untuk
membentuk kekebalan populasi di masyarakat (herd immunity)
dan mencegah angka kesakitan, kecacatan serta kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Pasal 4
Maksud penanggulangan stunting, penanggulangan tuberculosis
serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi adalah:
1. Penanggulangan stunting dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu gizi perseorangan, keluarga dan masyarakat melalui:
a. Perbaikan pola konsumsi makanan;
b. Perbaikan perilaku sadar gizi;
c. Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
2. Penanggulangan tuberculosis dimaksudkan untuk
meningkatkan penemuan kasus dan efektivitas pengobatan
melalui:
a. Advokasi, sosialisasi dan edukasi;
b. Peningkatan kapasitas petugas penanggulangan
tuberculosis;
c. Peningkatan penemuan kasus;
d. Peningkatan kepatuhan minum obat tuberculosis.
3. Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi dimaksudkan agar:
a. Tercapainya cakupan Imunisasi dasar lengkap (IDL);
b. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI di tingkat
desa/kelurahan;
c. Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman dan
tidak terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
berat pada sasaran.

BAB III
PILAR PENANGGULANGAN STUNTING, PENANGGULANGAN
TUBERCULOSIS SERTA PENINGKATAN CAKUPAN DAN MUTU
IMUNISASI

Pasal 5
Aksi bersama dan terobosan untuk penanggulangan stunting,
penanggulangan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan
mutu imunisasi dilakukan melalui beberapa pilar yang meliputi:
a. komitmen dan visi pimpinan daerah;
b. kampanye dengan fokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas;
-5-

c. konvergensi, koordinasi dan konsolidasi program nasional,


daerah dan masyrakat;
d. aksesibilitas pelayanan yang bermutu;
e. pengendalian faktor risiko dan penyebab;
f. pemberdayaan masyarakat;
g. pemantauan dan evaluasi.

BAB IV
RUANG LINGKUP DAN SASARAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup
Pasal 6
Ruang lingkup penanggulangan stunting meliputi:
a. Intervensi gizi spesifik;
b. Intervensi gizi sensitif.

Pasal 7
Ruang lingkup penanggulangan tuberculosis meliputi:
a. Penyadaran masyarakat melalui gerakan masal informasi
tuberculosis (gasal IT);
b. Penemuan kasus baru tuberculosis;
c. Intervensi teknis;
d. Pencegahan.

Pasal 8
Ruang lingkup peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
meliputi:
a. Peningkatan kapasitas petugas imunisasi;
b. Pengadaan sarana dan prasarana imunisasi;
c. Manajemen logistik dan pelayanan imunisasi.

Bagian Kedua
Sasaran

Pasal 9
(1) Sasaran kegiatan penurunan stunting, meliputi:
a. sasaran untuk intervensi gizi spesifik; dan
b. sasaran untuk intervensi gizi sensitif;
(2)Sasaran untuk intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Remaja putri dan putra;
b. Calon pengantin;
c. Ibu hamil;
d. Ibu menyusui dengan anak dibawah usia 6 bulan;
e. Ibu menyusui dengan anak usia 6 – 23 bulan; dan
f. Anak usia 6-23 bulan.
-6-

(3) Sasaran untuk intervensi gizi sensitif sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a yaitu masyarakat umum, khususnya
keluarga.
Pasal 10
Sasaran Penanggulangan tuberculosis meliputi:
a. Individu;
b. Keluarga; dan
c. Masyarakat.

Pasal 11
Sasaran peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
meliputi:
a. Bayi umur 0-11 bulan;
b. Anak usia 12 – 24 bulan; dan
c. Anak kelas 1,2 dan 5 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;

Bagian Ketiga
Kegiatan

Pasal 12
(1) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran remaja putri
dan putra sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf
a, meliputi:
a. Supplementasi tablet tambah darah;
b. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang
gizi dan kesehatan reproduksi.

(2) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil


sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf a, meliputi:
a. memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk
mengatasi kekurangan energi kronis;
b. mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat;
c. mengatasi kekurangan iodium;
d. menanggulangi kecacingan pada ibu hamil; dan
e. melindungi ibu hamil dari malaria, tuberkulosis dan
HIV/Aids.
(3) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui
dengan anak dibawah usia 6 bulan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 6 ayat 2 huruf b, meliputi:
a. mendorong inisiasi menyusu dini (IMD);
b. mendorong pemberian ASI Eksklusif;
c. Mendorong ibu untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak secara rutin; dan
d. Memberikan imunisasi pada bayi.
-7-

(4) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui


dengan anak usia 6 – 23 bulan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat 2 huruf c, meliputi:
a. Mendorong untuk melanjutkan pemberian ASI hingga usia
24 bulan disertai dengan pemberian makanan pendamping
ASI (MP-ASI); dan
b. memberikan konseling pemberian makanan pada bayi dan
anak;

(5) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran anak usia 6 –


23 bulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf c,
meliputi:
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
secara rutin di posyandu;
b. Memberikan makanan tambahan pada anak dengan kurva
pertumbuhan dibawah garis merah, kurang gizi dan gizi
buruk;
c. menyediakan obat cacing;
d. menyediakan suplementasi zink pada saat menderita
diare;
e. melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan;
f. memberikan perlindungan dan pengobatan terhadap
penyakit infeksi; dan
g. memberikan imunisasi lengkap.

(6) Kegiatan intervensi gizi sensitif dengan sasaran masyarakat


umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 1 huruf a,
meliputi:
a. menyediakan dan memastikan akses pada air bersih;
b. menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi;
c. melakukan fortifikasi bahan pangan;
d. menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan
Keluarga Berencana (KB);
e. menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi
masyarakakt miskin;
f. menyediakan Jaminan Persalinan (Jampersal);
g. memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua;
h. memberikan pendidikan anak usia dini universal;
i. memberikan asupan gizi kepada anak sekolah;
j. memberikan pendidikan gizi masyarakat;
k. menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga
miskin; dan
l. meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.

(7) Intervensi penanggulangan tuberkulosis meliputi:


-8-

a. Kampanye tuberkulosis;
b. Advokasi dan sosialisasi kasus tuberkulosis;
c. Integrasi program tuberkulosis dengan Program Indonesia;
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK);
d. Peningkatan kapasitas petugas program tuberkulosis;
e. Konseling komprehensif dan terarah;
f. Penyediaan ruang khusus pasien tuberkulosis;
g. Peningkatan penjaringan kasus secara lintas sektor dan
lintas program;
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
(8) Intervensi peningkatan cakupan dan mutu imunisasi meliputi:
a. Peningkatan sumber daya imunisasi;
b. Peningkatan manajemen imunisasi;
c. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan imunisasi;
d. Surveilans KIPI.

BAB V
PENDEKATAN
Bagian Kesatu
Kemandirian Keluarga

Pasal 13
(1) Dalam upaya penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi dilakukan strategi
edukasi kesehatan dan gizi melalui kemandirian keluarga.
(2) Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan terkait upaya promotif dan preventif
melalui intervensi perubahan perilaku individu dan
masyarakat, serta yang menyentuh sasaran yang paling
utama yaitu keluarga.
(3) kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan keluarga
untuk mengenali, menilai dan melakukan tindakan secara
mandiri yang didampingi oleh tenaga kesehatan dan kader
pendamping, secara berkala, kontinyu dan terintergrasi.
(4) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi:
a. Kualitas asupan gizi pada menu keluarga sehari-hari yang
dilihat dari menu gizi seimbang;
b. Keluarga melakukan pemantauan status gizi secara rutin
c. Keluarga memahami diet khusus bagi anggota keluarga
yang membutuhkan;
d. jika ada anggota keluarga yang batuk lebih dari 2 minggu,
segera diantar ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk pemeriksaan dini tuberkulosis;
-9-

e. keluarga memantau dan mengingatkan anggota yang


menderita tuberkulosis untuk mengkonsumsi obat secara
teratur sampai sembuh;
f. keluarga mengantarkan anaknya untuk mendapatkan
pelayanan imunisasi sesuai umur dan jadwal pemberian
imunisasi.

Bagian Kedua
Gerakan Masyarakat
Pasal 14
Gerakan masyarakat sadar gizi dilakukan dalam bentuk:
(1). Upaya menurunkan kasus stunting dilakukan melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat;
(2). Pendekatan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dinamakan
Gerakan Masyarakat Sadar Gizi (Gemadazi);
(3). Gemadazi dilaksanakan melalui pendampingan terhadap
anak dengan hasil penimbangan berada pada bawah garis
merah (BGM) pada kurva pertumbuhan;
(4). Pendamping balita BGM melakukan pemantauan tentang
pengasuhan di keluarga, perkembangan status gizi balita
dan kondisi kesehatan balita;
(5). Pelaksanaan gemadazi melibatkan lintas sektor, semua
stakeholder maupun masyarakat baik di tingkat kabupaten,
kecamatan maupun desa/kelurahan.

Pasal 15
Gerakan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
tuberkulosis dilakukan melalui Berantas Kasus Tuberkulosis
(Gebrak Tb) dengan Cegah, Temukan, Obati Sampai Sembuh (C-
TOSS).

Pasal 16
Gerakan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan cakupan
dan mutu imunisasi dilakukan melalui Generasi Sehat dengan
Imunisasi (Gen-SI).

Bagian Ketiga
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Pasal 17
(1) Dalam upaya mempercepat penanggulangan stunting
dilakukan gerakan masyarakat hidup sehat.
(2) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan untuk mensinergikan tindakan
- 10 -

upaya promotif dan preventif masalah stunting serta


meningkatkan produktivitas masyarakat.
(3) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. melakukan aktivitas fisik;
b. mengkonsumsi buah dan sayur;
c. melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin;
d. membersihkan lingkungan;
e. menggunakan jamban sehat;
f. tidak merokok dan meludah di sembarang tempat; dan
g. tidak mengkonsumsi alkohol.
(2) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikampanyekan oleh Dinas dan seluruh
Organisasi Perangkat Daerah.

Bagian Keempat
Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)

Pasal 18
(1) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan
komitmen bersama antara Pemerintah Daerah dan
masyarakat sebagai gerakan partisipasi untuk percepatan
penurunan stunting.
(2) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
penggalangan partisipasi dan kepedulian para pemangku
kepentingan secara terencana dan terkoordinasi terhadap
kebutuhan gizi janin maupun bayi pada seribu hari pertama
kehidupannya.
(3) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. Penggalangan komitmen oleh Pemerintah Daerah,
masyarakat dan pemangku kepentingan terkait;
b. komunikasi, edukasi dan pemberian informasi tentang
gizi baik secara formal maupun informal;
c. kampanye gizi di berbagai media;
d. pemberian supplementasi gizi tablet tambah darah bagi
remaja putri, putra dan ibu hamil;
e. pemberian penghargaan bagi masyarakat peduli
penurunan stunting; dan
f. kegiatan-kegiatan lain yang mendukung.
(4) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Dinas.
(5) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan
dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) dan didukung anggaran
melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas.
(6) Secara teknis, gerakan 1000 hari pertama kehidupan
dilaksanakan dalam bentuk perhatian dan intervensi terkait
status kesehatan dan asupan nutrisi seimbang kepada ibu
hamil, bayi dan anak hingga usia 2 tahun.
- 11 -

BAB VI
EDUKASI, PELATIHAN DAN PENYULUHAN
Bagian Kesatu
Edukasi Gizi, Tuberkulosis dan Imunisasi

Pasal 19
(1) Edukasi diselenggarakan dalam upaya menciptakan
pemahaman yang sama tentang hal-hal yang terkait dengan
gizi, tuberkulosis dan imunisasi.
(2) Edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengertian gizi, tuberkulosis dan imunisasi;
b. masalah gizi, tuberkulosis dan imunsiasi;
c. faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi,
tuberkulosis dan imunisasi ; dan
d. praktik-praktik yang baik dan benar untuk memperbaiki
keadaan gizi, tuberkulosis dan imunisasi.
(3) Edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan secara periodik oleh Dinas beserta
jajarannya.

Bagian Kedua
Pelatihan Gizi, Tuberculosis dan Imunisasi

Pasal 20
(1) Pelatihan diselenggarakan dalam upaya peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan Petugas dan
masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting,
tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan secara periodik oleh Dinas dan jajarannya.

Bagian Ketiga
Penyuluhan Gizi, Tuberkulosis dan Imunisasi

Pasal 21
(1) Penyuluhan gizi, tuberkulosis dan imunisasi kepada
masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting,
tuberkulosis dan peningkatan cakupan dan mutu imunisai
diselenggarakan di dalam gedung dan di luar gedung.
(2) Penyuluhan di dalam gedung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui konseling di Puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sebagai bagian dari
upaya kesehatan perorangan.
(3) Penyuluhan di luar gedung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan di Posyandu dan pertemuan-pertemuan
kelompok-kelompok masyarakat.
(4) Penyuluhan gizi, tuberkulosis dan imunisasi dapat dilakukan
di rumah sakit dalam bentuk konseling di ruang rawat inap
- 12 -

dan ruang rawat jalan serta penyuluhan kelompok di ruang


tunggu rawat jalan.

BAB VII
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 22
(1) Penelitian dan pengembangan dilakukan guna menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang gizi,
tuberkulosis dan imunisasi dalam rangka menentukan
intervensi yang tepat.
(2) Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.

BAB VIII
PELIMPAHAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 23
(1) Bupati melimpahkan wewenang dan tanggung jawab
penanggulangan stunting, tuberkulosis dan peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi di Kabupaten Lombok Barat
kepada Dinas.
(2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibantu oleh Tim Penanggulangan Stunting,
Tuberkulosis serta Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi
Kabupaten Lombok Barat.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur:
pemerintah, masyarakat, akademisi, organisasi profesi dan
organisasi non pemerintah lainnya.
(4) Tim Penanggulangan Stunting, Tuberkulosis serta
Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi Kabupaten
Lombok Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas:
a. melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas
program dan lintas sektor;
b. mengkaji dan menganalisis permasalahan dan solusinya;
c. merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan
program penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi di Kabupaten
Lombok Barat;
d. melaksanakan rencana program dalam bentuk kegiatan
intervensi yang berkelanjutan;
e. memberikan sosialisasi kepada masyarakat di tingkat
kecamatan sampai tingkat desa sehubungan dengan
program penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi di Kabupaten
Lombok Barat;
- 13 -

f. memberikan rekomendasi kepada Bupati tentang


perencanaan dan pelaksanaan upaya penanggulangan
stunting, tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan
mutu imunisasi di Kabupaten Lombok Barat;
g. memonitor dan mengevaluasi program; dan
h. menyampaikan laporan kepada Bupati secara berkala.
(5) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan
Keputusan Bupati.
(6) Tim Penanggulangan stunting, tuberkulosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi tingkat kecamatan bertugas:
a. melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas
program dan lintas sektor dalam upaya Penanggulangan
stunting, tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan
mutu imunisasi di tingkat kecamatan;
b. mengkaji dan menganalisis permasalahan dan solusinya
di tingkat kecamatan;
c. merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan
program penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi di tingkat
kecamatan;
d. melaksanakan rencana program di tingkat kecamatan
dalam bentuk kegiatan intervensi yang berkelanjutan;
e. memberikan sosialisasi kepada desa sehubungan dengan
program penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi di tingkat
kecamatan;
f. memonitor dan mengevaluasi program penanggulangan
stunting, tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan
mutu imunisasi di tingkat kecamatan;
g. menyampaikan laporan kepada camat secara berkala.
(7) Tim penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi tingkat desa
bertugas:
a. Mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan stunting,
tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi di tingkat desa;
b. Menjamin tersedianya sumber daya dalam upaya
pemantauan status gizi, penemuan dan pemantauan
pengobatan tuberkulosis dan pelayanan di posyandu;
c. Menunjuk pendambing (orang tua asuh) balita BGM dan
pengawas minum obat tuberkulosis;
d. Menyusun perencanaan penanggulangan stunting,
tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi melalui APBDes;
e. Memantau kegiatan intervensi di tingkat desa;
f. Melakukan evaluasi dan malaporkan hasil pemantauan
kegiatan penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
- 14 -

peningkatan cakupan dan mutu imunisasi kepada


Kepala Desa.

BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 24
(1) Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
harus melaksanakan pencatatan dan pelaporan upaya
penanggulangan stunting, tuberkulosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi.
(2) Pemerintah Daerah dan Dinas mendorong tenaga kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan
pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-
posyandu, e-poskesdes, e-pustu, e-puskesmas dan Sistem
Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT).
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara berjenjang.

BAB X
PENGHARGAAN
Pasal 25
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada
masyarakat dan/atau institusi yang peduli program
penanggulangan stunting, tuberkulosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi di Kabupaten Lombok Barat.
(2) Kategori, kriteria, dan bentuk pemberian penghargaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh
Dinas.
(3) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan pada saat hari-hari besar nasional dan/atau
hari-hari besar kesehatan.

BAB XI
PENDANAAN
Pasal 26
Pendanaan bagi pelaksanaan upaya penanggulangan stunting,
tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara,
anggaran pendapatan dan belanja daerah, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) dan sumber-sumber lain yang sah
- 15 -

dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 27

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Lombok Barat.

Ditetapkan di Gerung
pada tanggal

BUPATI LOMBOK BARAT,

H. FAUZAN KHALID
Diundangkan di Gerung
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK BARAT,

Ir. H. MOH. TAUFIQ,M.Sc.


Pembina Utama Madya (IV/d)
NIP. 19591228 198603 1 017

BERITA DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2018 NOMOR ......

You might also like