Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
BUPATI SUMBAWA,
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah
sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sumbawa.
4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
5. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumbawa.
7. Upaya perbaikan gizi adalah kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
status gizi masyarakat dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten dan/atau masyarakat.
-3-
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD
Pasal 2
Azas-azas penanggulangan stunting, penanggulangan tuberculosis
serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi adalah:
a. bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya
penanggulangan stunting dan tuberculosis, tenaga pelaksana
terlatih harus bertindak sesuai prosedur tetap pelayanan gizi
dan penanggulangan tuberculosis dan kode etik profesi;
b. penguatan kelembagaan dan kerja sama; artinya dalam upaya
penanggulangan stunting dan tuberculosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi, tidak hanya dapat dilakukan
secara sektoral, akan tetapi membutuhkan dukungan sektor
dan program lain;
c. transparansi, artinya azas yang menentukan bahwa dalam
segala hal yang berhubungan dengan penanggulangan stunting
dan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi, harus dilakukan secara terbuka,
d. peka budaya, artinya azas yang menentukan bahwa dalam
segala hal yang berhubungan dengan penanggulangan stunting
dan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi harus memperhatikan sosio budaya daerah setempat;
dan
e. akuntabilitas, artinya azas yang menentukan bahwa dalam
segala hal yang berhubungan dengan penanggulangan stunting
dan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Pasal 3
Tujuan penanggulangan stunting, penanggulangan tuberculosis
serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi adalah:
a. Penanggulangan stunting bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat dan kualitas sumber daya manusia.
-4-
Pasal 4
Maksud penanggulangan stunting, penanggulangan tuberculosis
serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi adalah:
1. Penanggulangan stunting dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu gizi perseorangan, keluarga dan masyarakat melalui:
a. Perbaikan pola konsumsi makanan;
b. Perbaikan perilaku sadar gizi;
c. Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
2. Penanggulangan tuberculosis dimaksudkan untuk
meningkatkan penemuan kasus dan efektivitas pengobatan
melalui:
a. Advokasi, sosialisasi dan edukasi;
b. Peningkatan kapasitas petugas penanggulangan
tuberculosis;
c. Peningkatan penemuan kasus;
d. Peningkatan kepatuhan minum obat tuberculosis.
3. Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi dimaksudkan agar:
a. Tercapainya cakupan Imunisasi dasar lengkap (IDL);
b. Tercapainya Universal Child Immunization/UCI di tingkat
desa/kelurahan;
c. Terselenggaranya pemberian Imunisasi yang aman dan
tidak terjadinya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
berat pada sasaran.
BAB III
PILAR PENANGGULANGAN STUNTING, PENANGGULANGAN
TUBERCULOSIS SERTA PENINGKATAN CAKUPAN DAN MUTU
IMUNISASI
Pasal 5
Aksi bersama dan terobosan untuk penanggulangan stunting,
penanggulangan tuberculosis serta peningkatan cakupan dan
mutu imunisasi dilakukan melalui beberapa pilar yang meliputi:
a. komitmen dan visi pimpinan daerah;
b. kampanye dengan fokus pada pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas;
-5-
BAB IV
RUANG LINGKUP DAN SASARAN
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup
Pasal 6
Ruang lingkup penanggulangan stunting meliputi:
a. Intervensi gizi spesifik;
b. Intervensi gizi sensitif.
Pasal 7
Ruang lingkup penanggulangan tuberculosis meliputi:
a. Penyadaran masyarakat melalui gerakan masal informasi
tuberculosis (gasal IT);
b. Penemuan kasus baru tuberculosis;
c. Intervensi teknis;
d. Pencegahan.
Pasal 8
Ruang lingkup peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
meliputi:
a. Peningkatan kapasitas petugas imunisasi;
b. Pengadaan sarana dan prasarana imunisasi;
c. Manajemen logistik dan pelayanan imunisasi.
Bagian Kedua
Sasaran
Pasal 9
(1) Sasaran kegiatan penurunan stunting, meliputi:
a. sasaran untuk intervensi gizi spesifik; dan
b. sasaran untuk intervensi gizi sensitif;
(2)Sasaran untuk intervensi gizi spesifik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Remaja putri dan putra;
b. Calon pengantin;
c. Ibu hamil;
d. Ibu menyusui dengan anak dibawah usia 6 bulan;
e. Ibu menyusui dengan anak usia 6 – 23 bulan; dan
f. Anak usia 6-23 bulan.
-6-
Pasal 11
Sasaran peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
meliputi:
a. Bayi umur 0-11 bulan;
b. Anak usia 12 – 24 bulan; dan
c. Anak kelas 1,2 dan 5 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
Bagian Ketiga
Kegiatan
Pasal 12
(1) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran remaja putri
dan putra sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 2 huruf
a, meliputi:
a. Supplementasi tablet tambah darah;
b. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang
gizi dan kesehatan reproduksi.
a. Kampanye tuberkulosis;
b. Advokasi dan sosialisasi kasus tuberkulosis;
c. Integrasi program tuberkulosis dengan Program Indonesia;
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK);
d. Peningkatan kapasitas petugas program tuberkulosis;
e. Konseling komprehensif dan terarah;
f. Penyediaan ruang khusus pasien tuberkulosis;
g. Peningkatan penjaringan kasus secara lintas sektor dan
lintas program;
h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
(8) Intervensi peningkatan cakupan dan mutu imunisasi meliputi:
a. Peningkatan sumber daya imunisasi;
b. Peningkatan manajemen imunisasi;
c. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan imunisasi;
d. Surveilans KIPI.
BAB V
PENDEKATAN
Bagian Kesatu
Kemandirian Keluarga
Pasal 13
(1) Dalam upaya penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi dilakukan strategi
edukasi kesehatan dan gizi melalui kemandirian keluarga.
(2) Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan terkait upaya promotif dan preventif
melalui intervensi perubahan perilaku individu dan
masyarakat, serta yang menyentuh sasaran yang paling
utama yaitu keluarga.
(3) kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan keluarga
untuk mengenali, menilai dan melakukan tindakan secara
mandiri yang didampingi oleh tenaga kesehatan dan kader
pendamping, secara berkala, kontinyu dan terintergrasi.
(4) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi:
a. Kualitas asupan gizi pada menu keluarga sehari-hari yang
dilihat dari menu gizi seimbang;
b. Keluarga melakukan pemantauan status gizi secara rutin
c. Keluarga memahami diet khusus bagi anggota keluarga
yang membutuhkan;
d. jika ada anggota keluarga yang batuk lebih dari 2 minggu,
segera diantar ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
untuk pemeriksaan dini tuberkulosis;
-9-
Bagian Kedua
Gerakan Masyarakat
Pasal 14
Gerakan masyarakat sadar gizi dilakukan dalam bentuk:
(1). Upaya menurunkan kasus stunting dilakukan melalui
pendekatan pemberdayaan masyarakat;
(2). Pendekatan sebagaimana tersebut pada ayat (1) dinamakan
Gerakan Masyarakat Sadar Gizi (Gemadazi);
(3). Gemadazi dilaksanakan melalui pendampingan terhadap
anak dengan hasil penimbangan berada pada bawah garis
merah (BGM) pada kurva pertumbuhan;
(4). Pendamping balita BGM melakukan pemantauan tentang
pengasuhan di keluarga, perkembangan status gizi balita
dan kondisi kesehatan balita;
(5). Pelaksanaan gemadazi melibatkan lintas sektor, semua
stakeholder maupun masyarakat baik di tingkat kabupaten,
kecamatan maupun desa/kelurahan.
Pasal 15
Gerakan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan
tuberkulosis dilakukan melalui Berantas Kasus Tuberkulosis
(Gebrak Tb) dengan Cegah, Temukan, Obati Sampai Sembuh (C-
TOSS).
Pasal 16
Gerakan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan cakupan
dan mutu imunisasi dilakukan melalui Generasi Sehat dengan
Imunisasi (Gen-SI).
Bagian Ketiga
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
Pasal 17
(1) Dalam upaya mempercepat penanggulangan stunting
dilakukan gerakan masyarakat hidup sehat.
(2) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan untuk mensinergikan tindakan
- 10 -
Bagian Keempat
Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
Pasal 18
(1) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan
komitmen bersama antara Pemerintah Daerah dan
masyarakat sebagai gerakan partisipasi untuk percepatan
penurunan stunting.
(2) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
penggalangan partisipasi dan kepedulian para pemangku
kepentingan secara terencana dan terkoordinasi terhadap
kebutuhan gizi janin maupun bayi pada seribu hari pertama
kehidupannya.
(3) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui:
a. Penggalangan komitmen oleh Pemerintah Daerah,
masyarakat dan pemangku kepentingan terkait;
b. komunikasi, edukasi dan pemberian informasi tentang
gizi baik secara formal maupun informal;
c. kampanye gizi di berbagai media;
d. pemberian supplementasi gizi tablet tambah darah bagi
remaja putri, putra dan ibu hamil;
e. pemberian penghargaan bagi masyarakat peduli
penurunan stunting; dan
f. kegiatan-kegiatan lain yang mendukung.
(4) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Dinas.
(5) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan
dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) dan didukung anggaran
melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Dinas.
(6) Secara teknis, gerakan 1000 hari pertama kehidupan
dilaksanakan dalam bentuk perhatian dan intervensi terkait
status kesehatan dan asupan nutrisi seimbang kepada ibu
hamil, bayi dan anak hingga usia 2 tahun.
- 11 -
BAB VI
EDUKASI, PELATIHAN DAN PENYULUHAN
Bagian Kesatu
Edukasi Gizi, Tuberkulosis dan Imunisasi
Pasal 19
(1) Edukasi diselenggarakan dalam upaya menciptakan
pemahaman yang sama tentang hal-hal yang terkait dengan
gizi, tuberkulosis dan imunisasi.
(2) Edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengertian gizi, tuberkulosis dan imunisasi;
b. masalah gizi, tuberkulosis dan imunsiasi;
c. faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi,
tuberkulosis dan imunisasi ; dan
d. praktik-praktik yang baik dan benar untuk memperbaiki
keadaan gizi, tuberkulosis dan imunisasi.
(3) Edukasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan secara periodik oleh Dinas beserta
jajarannya.
Bagian Kedua
Pelatihan Gizi, Tuberculosis dan Imunisasi
Pasal 20
(1) Pelatihan diselenggarakan dalam upaya peningkatan
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan Petugas dan
masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting,
tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan mutu
imunisasi.
(2) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan secara periodik oleh Dinas dan jajarannya.
Bagian Ketiga
Penyuluhan Gizi, Tuberkulosis dan Imunisasi
Pasal 21
(1) Penyuluhan gizi, tuberkulosis dan imunisasi kepada
masyarakat dalam upaya penanggulangan stunting,
tuberkulosis dan peningkatan cakupan dan mutu imunisai
diselenggarakan di dalam gedung dan di luar gedung.
(2) Penyuluhan di dalam gedung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui konseling di Puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sebagai bagian dari
upaya kesehatan perorangan.
(3) Penyuluhan di luar gedung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan di Posyandu dan pertemuan-pertemuan
kelompok-kelompok masyarakat.
(4) Penyuluhan gizi, tuberkulosis dan imunisasi dapat dilakukan
di rumah sakit dalam bentuk konseling di ruang rawat inap
- 12 -
BAB VII
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 22
(1) Penelitian dan pengembangan dilakukan guna menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna di bidang gizi,
tuberkulosis dan imunisasi dalam rangka menentukan
intervensi yang tepat.
(2) Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
BAB VIII
PELIMPAHAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 23
(1) Bupati melimpahkan wewenang dan tanggung jawab
penanggulangan stunting, tuberkulosis dan peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi di Kabupaten Lombok Barat
kepada Dinas.
(2) Wewenang dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibantu oleh Tim Penanggulangan Stunting,
Tuberkulosis serta Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi
Kabupaten Lombok Barat.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur:
pemerintah, masyarakat, akademisi, organisasi profesi dan
organisasi non pemerintah lainnya.
(4) Tim Penanggulangan Stunting, Tuberkulosis serta
Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi Kabupaten
Lombok Barat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas:
a. melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas
program dan lintas sektor;
b. mengkaji dan menganalisis permasalahan dan solusinya;
c. merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan
program penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi di Kabupaten
Lombok Barat;
d. melaksanakan rencana program dalam bentuk kegiatan
intervensi yang berkelanjutan;
e. memberikan sosialisasi kepada masyarakat di tingkat
kecamatan sampai tingkat desa sehubungan dengan
program penanggulangan stunting, tuberkulosis serta
peningkatan cakupan dan mutu imunisasi di Kabupaten
Lombok Barat;
- 13 -
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 24
(1) Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan
harus melaksanakan pencatatan dan pelaporan upaya
penanggulangan stunting, tuberkulosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi.
(2) Pemerintah Daerah dan Dinas mendorong tenaga kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan
pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi e-
posyandu, e-poskesdes, e-pustu, e-puskesmas dan Sistem
Informasi Tuberkulosis Terpadu (SITT).
(4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara berjenjang.
BAB X
PENGHARGAAN
Pasal 25
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada
masyarakat dan/atau institusi yang peduli program
penanggulangan stunting, tuberkulosis serta peningkatan
cakupan dan mutu imunisasi di Kabupaten Lombok Barat.
(2) Kategori, kriteria, dan bentuk pemberian penghargaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh
Dinas.
(3) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan pada saat hari-hari besar nasional dan/atau
hari-hari besar kesehatan.
BAB XI
PENDANAAN
Pasal 26
Pendanaan bagi pelaksanaan upaya penanggulangan stunting,
tuberkulosis serta peningkatan cakupan dan mutu imunisasi
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara,
anggaran pendapatan dan belanja daerah, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes) dan sumber-sumber lain yang sah
- 15 -
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Ditetapkan di Gerung
pada tanggal
H. FAUZAN KHALID
Diundangkan di Gerung
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LOMBOK BARAT,