You are on page 1of 13

L12.

Halal Pharmacy & Drugs


Nashr Akbar, M.Ec
Introduction
ِْ ‫ل ِل ُك‬
ْ‫ل دَاءْ دَ َواء‬ َْ َ‫ّللاَ أَنز‬
َْ َ‫ل الدَّا َْء َوالدَّ َْوا َْء َو َجع‬ َّْ ‫ن‬َّْ ‫سلَّ َْم ِإ‬
َ ‫علَيْ ِْه َو‬ َّْ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫ّللا‬ َّْ ‫ل‬
َ ِ‫ّللا‬ ُْ ‫سو‬ َْ ‫ل قَا‬
ُ ‫ل َر‬ ِْ َ‫عنْ أ َ ِبي الدَّرد‬
َْ ‫اء قَا‬ َ
ْ َ ‫فَتَدَ َاووا َو‬
ْ‫ل تَدَ َاووا ِب َح َرام‬
Dari Abu Ad Darda ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, dan menjadikan bagi setiap
penyakit terdapat obatnya, maka berobatlah dan jangan berobat dengan sesuatu yang
haram!" (HR Abu Daud Nomor 3376)

• Setiap penyakit ada obatnya


• Larangan berobat dengan yang haram
‫‪Sakit dalam pandangan Islam‬‬
‫‪• Bagian dari ujian‬‬
‫ش ِْر َو ْال َخي ِْ‬
‫ْر فِتْنَةْ َوإِلَ ْينَا ْت ُ ْر َجعُونَْ ﴾ [األنبياء‪.]35:‬‬ ‫قال تعالى‪َ ﴿ :‬ونَ ْبلُو ُك ْْم بِال َّ‬
‫قال‪" :‬ابن عباس‪َ ﴿ :‬ونَ ْبلُو ُك ْْم ﴾ [األنبياء‪ ،]35:‬يقول‪ :‬نبتليكم بالشر والخير فتنة‪ ،‬بالشدة والرخاء‪ ،‬والصحة‬
‫والسقم‪ ،‬والغنى والفقر‪ ،‬والحالل والحرام‪ ،‬والطاعة والمعصية‪ ،‬والهدى والضالل"‬

‫اح ِمينَْ * فَا ْست َ َج ْبنَاْ‬ ‫تْأ َ ْر َح ُم َّ‬


‫ْالر ِ‬ ‫ْوأ َ ْن َ‬
‫ي الض ُُّّر َ‬ ‫سنِ َْ‬ ‫ىْربَّهُْأَنِيْ َم َّ‬ ‫ُّوبْإِ ْذْنَا َد َ‬‫قالْتعالى‪َ ﴿ :‬وأَي َ‬
‫َاْو ِذ ْك َرىْ‬
‫ْم ْنْ ِع ْن ِْدن َ‬
‫ْر ْح َمة ِ‬ ‫ْو ِمثْلَ ُه ْمْ َم َع ُه ْم َ‬
‫ْوآَت َ ْينَاهُْأ َ ْهلَ ْهُ َ‬ ‫ش ْفنَاْ َماْ ِب ِه ِ‬
‫ْم ْنْ ُ‬
‫ض ٍّر َ‬ ‫لَهُْفَ َك َ‬
‫ِل ْل َعا ِبدِينَْ ﴾ [األنبياء‪]84 - 83:‬‬
‫‪Penghapus dosa‬‬

‫اْمنْ‬
‫َّْللاُْب َه ِ‬ ‫ش ْو َك ِةْيُشَا ُك َه َّ‬
‫ا‪ْ،‬إَّلْ َكْفَّ َر َّ‬ ‫غ ٍّم‪ْ،‬حتَّىْال َّ‬ ‫ْوَّلْ ُح ْز ٍّن َْ‬
‫ْوَّل أذى َ‬
‫وَّلْ َْ‬ ‫‪ْ،‬وَّلْه ٍَّم َ‬
‫ب َ‬ ‫ص ٍّ‬ ‫ب َ‬
‫ْوَّلْو َ‬ ‫ص ٍّ‬
‫‪ْ،‬منْنَ َ‬
‫يب ال ُم ْس ِل َم ِ‬
‫ص ُْ‬ ‫ما يُ ِ‬
‫َخ َ‬
‫طا َياْهُ‪.‬‬
‫البخاري‬ ‫صحيح‬ ‫‪:‬‬ ‫المصدر‬ ‫|‬ ‫البخاري‬ ‫‪:‬‬ ‫المحدث‬ ‫|‬ ‫هريرة‬ ‫أبو‬ ‫‪:‬‬ ‫الراوي‬
‫الصفحة أو الرقم ‪ | 5641 :‬خالصة حكم المحدث ‪[ :‬صحيح]‬

‫‪Sumber kebaikan jika bersabar‬‬


‫ش َك َر‪ْ،‬‬
‫س َّرا ُءْ َ‬ ‫ٍّْإَّلْ ِل ْل ُمؤْ ِم ِن ْ‬
‫‪ْ،‬إنْأصابَتْهُْ َْ‬ ‫أل َ َحد َّ‬
‫ْذاكْ ْ‬
‫‪ْ،‬وليس َ‬
‫َ‬ ‫ْأم َرهُْ ُكلَّهُْ َخي ٌْر‬ ‫‪َ - 1‬ع َجبا أل َ ْم ِرْال ُمؤْ ِم ِن َّ‬
‫‪ْ،‬إن ْ‬
‫صبَ َرْفَكانَ ْ َخيْراْله‪.‬‬ ‫ض َّرا ُء‪َ ْ،‬‬ ‫اْله‪ْ،‬وإنْأصابَتْهُْ َ‬
‫ْ‬ ‫فَكانَ ْ َخيْر‬
‫الراوي ‪ :‬صهيب بن سنان الرومي | المحدث ‪ :‬مسلم | المصدر ‪ :‬صحيح مسلم‬
‫الصفحة أو الرقم ‪ | 2999 :‬خالصة حكم المحدث ‪[ :‬صحيح]‬
‫‪Doa mudah dikabulkan‬‬

‫ءَ‬‫ُّ‬
‫و‬ ‫ال‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ْ‬
‫ْ‬ ‫و‬
‫َي‬ ‫اه‬ ‫ع‬‫د‬ ‫ا‬‫ذ‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫ر‬
‫َّ‬‫َ‬‫ط‬ ‫ض‬ ‫م‬‫ْ‬‫ل‬‫ا‬ ‫يب‬ ‫ِ‬
‫ُي‬
‫أ ََّم ْن ج ج ج ْ‬
‫َ‬ ‫َ َ ج ََ ج‬
‫‪Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam‬‬
‫‪kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang‬‬
‫)‪menghilangkan kesusahan.. (QS. An-Naml: 62‬‬

‫كدعاءْالمال ِِئ َك ِةْ‬


‫ِ‬ ‫َّْ‬
‫ْ‪ْ،‬فإن دعاْهُ‬‫ريضْ؛ْفمرهُْيَدعوْلَ َك‬
‫َلتْعلَىْ َم ٍّ‬
‫إذا دخ َ‬
‫الراوي ‪ :‬عمر بن الخطاب | المحدث ‪ :‬األلباني | المصدر ‪ :‬تخريج مشكاة المصابيح‬
‫الصفحة أو الرقم ‪ | 1532 :‬خالصة حكم المحدث ‪ :‬إسناده ضعيف‬
Setiap Penyakit ada obatnya
‫اَللج داًَ إََِل‬ ‫ل‬
َ‫َنز‬
‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬ ‫م‬‫ل‬
َ ‫س‬‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫اَلل‬ ‫ى‬‫ل‬
َ ‫ص‬ ِ ِ
‫َّب‬‫ن‬‫ال‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ه‬ ‫ن‬
ْ ‫ع‬ ‫اَلل‬ ‫ي‬‫ض‬ِ ‫ر‬ ‫ة‬
َ‫ر‬ ‫َي‬
‫ر‬ ‫ه‬ ِ
‫َِب‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬
َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ‫َ َج‬ ْ َ ‫ج‬ َ َ
‫َ َ ج‬ ْ ‫ج‬ َْ
ِ
ً َ ‫َنزَل لَهج‬
َ‫ا‬ ‫ف‬ ‫ش‬ َ‫أ‬
“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW: Sesungguhnya Allah tidak menurunkan
suatu penyakit kecuali menurunkan (pula) obatnya”. HR. Bukhari,

‫ض ْع داًَ إََِل‬ َّ ِ ِ ِ َّ ‫جس َامةَ بْ ِن َش ِرَيك أ‬


َ َ ْ َّ َ َ َ ََ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ‫ءل َ َ َج‬
‫َي‬ ‫َل‬
َ ‫ل‬ ‫ج‬‫و‬ ‫ز‬
َّ ‫ع‬ ‫اَلل‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ف‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫او‬‫د‬ ‫ت‬" :‫ال‬
َ ‫ق‬ ‫م‬‫ل‬
َ ‫س‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫اَلل‬ ‫ى‬‫ل‬
َ ‫ص‬ ‫اَلل‬ َ ‫َن َر جس‬ َ ‫َع ْن أ‬
"‫ ا ْْلرم‬: ‫احد‬ِ ‫وضع لَه دواَ َغْي داَ و‬
‫َج‬ َ َْ ً ‫َ َ َ ج‬
“Berobatlah, karena Allah tidak menjadikan penyakit kecuali menjadikan pula obatnya,
kecuali satu penyakit yaitu pikun (tua)”. HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah
Keyakinan bahwa Allah yang Maha
Menyembuhkan
ِ ‫ت فَ جهء َيَ ِْ ِف‬
‫ن‬ ‫ج‬ ‫ض‬
ْ ِ
‫ر‬ ‫م‬ ‫ا‬
َ َ‫ذ‬
َ ِ
‫إ‬‫و‬
َ
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkan aku [Qs al-Syu’ârâ (26): 80].
Perintah untuk berobat

‫َوََل تج ْل جقءا ِِبََيْدَي جْ ْم إِ َىَل الََ ْهلج َْ ِة‬


…Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke
dalam kebinasaan… QS Al-Baqarah [2]: 195
Larangan berobat dengan yang haram

ْ‫عنْالخَمرْفَنَّ َهاهُْأَو‬َْ ْ‫سلَ َم‬ َ ‫ىّْللاُْ َعلَي ِه‬


َ ‫ْو‬ َ َ ‫صل‬ َ ْ‫ي‬ َ ‫سأ َ َلْالنَِّْب‬
َ ْ‫ي‬
َ ‫س َويدْال ُجع ِف‬ُ ْ‫ارقَ ْب َن‬
ِ ‫ط‬َ ْ‫أ َ َّن‬
"ْ‫اءْولَ ِكنَّهُْداء‬ َ ‫ " ِإنَّهُْلَي‬:‫ل‬
َ ‫سِْْبدَ َو‬ َْ ‫ْفَقَا‬،‫ ِإنَّ َماْأَصنَعُ َهاِْْللدَّ َو ِاء‬:‫ل‬َْ ‫ْفَقَا‬،‫َك ِرهَْأَنْيَصنعَ َها‬
“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy bertanya kepada Nabi SAW tentang Khamr,
kemudian Nabi melarangnya untuk membuatnya. Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya
membuatnya untuk obat. Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sesunggunya (khamar) itu bukan
obat, melainkan penyakit”. HR. Muslim
Kondisi Darurat
ْ‫ط َّر‬ َِْ ‫يرْو َماْأ ُ ِه َّلْ ِب ِهْ ِلغَي‬
ُ ‫رّْللاْفَ َم ِنْاض‬ َ ‫نز‬ ِ ‫ْولَحْ َمْال ِخ‬ َ َ‫ِإنَّ َماْ َح َّر َمْ َعلَي ُك ُمْال َميتَة‬
َ ‫ْوالدَّ َم‬
ْ‫ْر ِحيم‬ َْ ‫اعْْو َلْ َعادْفَ ََلْ ِإث َمْ َعلَي ِهْ ِإ َّن‬
َ ‫ّْللاَْ َغفُور‬ َ َ‫غَي َّرْب‬
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Akan tetapi, barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun,
lagi Maha Penyayang” QS. Al-Baqarah [2] : 173

)ْ‫ار‬ ِ ‫ْو َل‬


َ ‫ْض َّر‬ َ ْ‫ َل‬: ‫سلَ َْم‬
َ ‫ض َّر َر‬ َ ‫علَي ِه‬
َ ‫ْو‬ َ َ ‫صل‬
َ ُْ‫ىّْللا‬ َ ‫سو ُل‬
َ ِْ‫ّْللا‬ َ ‫عبَاسْقَا َلْقَا َل‬
ُ ‫ْر‬ َ ْ‫ع ِنْاب ِن‬
َ
‫رواهْأحمدْومالكْوابنْماجه‬
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh membahayakan/merugikan orang
lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya
(perbuatan yang merugikannya).” (HR. Ahmad, Malik, dan Ibn Majah)
Fatwa MUI NO. 30 Tahun 2013
1. Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan perawatan kesehatan yang merupakan
bagian dari menjaga Al-Dharuriyat Al-Khams.
2. Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib menggunakan metode pengobatan yang tidak melanggar syariat.
3. Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib menggunakan bahan yang suci dan halal.
4. Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya haram.
5. Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan
dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi keterdesakan yang setara dengan kondisi darurat (al-hajat
allati tanzilu manzilah al-dlarurat), yaitu kondisi keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan
dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari;
2. belum ditemukan bahan yang halal dan suci; dan
3. adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat yang halal.
6. Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan luar hukumnya boleh dengan syarat
dilakukan pensucian.
Penggunaan alkohol/etanol sebagai bahan obat

Berdasarkan Fatwa MUI Nomor 40 Tahun 2018 tentang Penggunaan


Alkohol/Etanol untuk Bahan Obat, disimpulkan ketentuan sebagai berikut:
1. Penggunaan khamr baik untuk obat-obatan cair ataupun non cair adalah
diharamkan.
2. Penggunaan alkohol/etanol yang bukan berasal dari industri khamr (baik
merupakan hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri
fermentasi non khamr) pada pembuatan obat-obatan cair ataupun non
cair diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan berikut:
a) Tidak membahayakan bagi kesehatan.
b) Tidak ada penyalahgunaan.
c) Aman dan sesuai dosis.
d) Tidak digunakan secara sengaja untuk membuat mabuk
Penggunaan Nikotin sebagai bahan obat

Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia IV pada bulan Agustus 2012. Keputusannya
adalah sebagai berikut:

“Penggunaan nikotin sebagai bahan obat dan terapi penyembuhan berbagai penyakit,
termasuk parkinson dan kecanduan rokok, dibolehkan sepanjang belum ditemukan terapi
farmakologis yang lain, bersifat sementara, dan terbukti mendatangkan maslahat.”

MUI pada tahun 1975 pun pernah membahas mengenai penyalahgunaan narkotika. Melalui
Komisi Fatwa, MUI menyatakan keharaman hal tersebut dan merekomendasikan
pemerintah untuk membuat undang undang khusus mengenai penggunaan narkotika.

You might also like