You are on page 1of 18

MODERASI BERAGAMA DALAM BUKU TEKS PELAJARAN

QUR’AN HADIS MADRASAH ALIYAH DI INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah


Proses belajar dan pembelajaran selalu mengacu kepada kurikulum.
Pengembangan bahan ajar, media pembelajaran, evaluasi harus mengacu
kepada kurikulum. Setiap mata kuliah maupun subjek pembelajaran dalam
proses pengajaran haruslah berdasarkan kurikulum yang sudah disepakati
bersama. Seorang pengajar sebelum melakukan proses belajar dan
pembelajaran di kelas tentunya akan melakukan persiapan. Pengajar
hendaknya membuat produk pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum.
Salah satu bentuk produk kurikulum adalah buku teks atau buku ajar (Widodo,
2018). Buku teks merupakan penyambung lidah seorang pengajar. Dalam
sebuah buku teks dapat ditampilkan banyak nilai-nilai didalamnya. Nilai
tersebut hendaknya tidak bertentangan dengan kesepakatan yang telah
disepakati bersama, tidak bertentangan dengan aturan perundang-undangan
dan tidak mengandung unsur kebencian ataupun hal-hal yang berujung pada
perpecahan.

Selama ini hanya buku-buku seperti Ulumul Quran, Ulumul Hadis, atau
buku-buku yang secara spesifik membahas tentang keislaman banyak sekali
ditemukan. Isi dari buku-buku tersebut masih seputar teori dan pengetahuan
yang umum. Serta terkadang hanya berdasarkan kebutuhan percetakan dan
penerbitan saja, tanpa memperdulikan isi di dalamnya. Padahal buku teks
merupakan panduan dan salah satu alat bagi setiap guru untuk memperoleh
hasil yang diharapkan (tujuan pembelajaran, capaian pembelajaran). Hal inilah
yang memunculkan potensi penggunaan buku teks yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Islam, ataupun melanggar peraturan perundang-undangan. Apalagi
stigma bahwa lahirnya golongan ekstrimis, radikal, dan liberal berasal dari
perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN). Kampus Islam dikenal
sebagai sarang ekstrimis agama (Afrianty, 2012).
Sebuah buku teks atau buku ajar didalamnya dapat dimasukkan nilai-
nilai yang ingin kita sebarluaskan. Selain buku kebutuhan khusus seperti
sekolah menengah kejuruan, buku teks juga dapat dimasukkan nilai-nilai
budaya dan gender (Salami & Ghajarieh, 2016), representasi gender dalam
buku teks Islam (Azisah & Vale, 2008). Buku teks yang disusun secara
sembarangan dan tidak terkonsep akan sangat minim value (nilai) serta pesan-
pesan khusus di dalamnya. Padahal dalam buku teks dapat dimasukkan nilai-
nilai Islami yang tujuannya untuk kampanye kedamaian (Gebregeorgis, 2017),
moderasi, ataupun gaya hidup (Ali, 2013). Penyusunan buku teks atau buku
ajar juga dapat disesuaikan dengan silabus atau kurikulum mata kuliah
keislaman yang lainnya (Hammad, 2014). Hal inilah yang perlu untuk terus
didorong, yaitu penggunaan buku-buku dan bahan ajar yang selaras dengan
nilai-nilai moderasi beragama di dalamnya.

Sadar akan pentingnya pengintegrasian nilai-nilai Islam yang moderat,


damai, menyejukkan dan indah maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti
buku teks yang digunakan di Madrasah Aliyah terutama mata pelajaran al-
Qur’an Hadis. Apakah buku teks yang digunakan dalam proses belajar dan
pembelajaran sudah mencerminkan nilai-nilai moderasi beragama atau
mungkin sebaliknya. Tahun-tahun sekolah menengah dipilih karena
merupakan tahun-tahun kritis dalam kehidupan siswa, ketika mereka perlu
mengembangkan semangat kewarganegaraan yang baik dan kesadaran akan
pentingnya koeksistensi dengan pemeluk agama lain. Peneliti menargetkan
keenam IE nasional yang relevan buku teks kurikulum (Kelas 10–12, dengan
satu buku teks untuk masing-masing dua semester setahun) di untuk mencapai
representasi yang baik dari nilai toleransi umat Islam yang diteliti, seperti yang
direkomendasikan oleh Neuendorf (2002).
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan
kebijakan untuk penyusunan buku teks mata pelajaran al-Quran Haddis
Madrasah Aliyah yang mempunyai nilai-nilai moderasi beragama sehingga
dapat berkontribusi positif bagi bangsa dan Negara.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan dikaji dalam proposal penelitian
ini, diantaranya adalah:

1. Sejauh mana buku pelajaran Qur’an Hadis Madrasah Aliyah di Indonesia


mencerminkan moderasi beragama Islam?
2. Bagaimana konsep moderasi beragama Islam yang disajikan dalam buku
pelajaran Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah di Indonesia?
3. Bagaimana alternatif tawaran design model buku teks pelajaran Qur’an
Hadis Madrasah Aliyah berbasis moderasi Beragama Islam di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan buku teks yang
terdapat nilai-nilai moderasi beragama di dalamnya. Selain itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memberikan kewaspadaan terhadap beredarnya
buku-buku teks yang isinya tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan tidak
mencerminkan moderasi beragama.

D. KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN TERDAHULU

1. Moderasi Beragama: Urgensi dan Implementasinya dalam


Pelaksanaan Pendidikan di Perguruan Tinggi

Moderasi beragama merupakan sebuah hal yang terus digaungkan oleh


Kementerian Agama Republik Indonesia. Moderasi beragama lebih
menitikberatkan kepada bagaimana agama itu dipahami berdasarkan intisari
dan substansinya. Setiap agama tentunya mengajarkan kebaikan,
mengajarkan cinta kasih, perdamaian, persatuan, dan melarang setiap
penganutnya untuk melakukan hal-hal yang merugikan. Sikap toleran dan
saling menghargai adalah hasil akhir dari sebuah sikap beragama yang
sesungguhnya. Agama tidak pernah mengajarkan kebencian kepada setiap
penganutnya. Adanya pemahaman dan kebencian justru muncul karena
keterbatasan dalam memahami agama, sehingga pengetahuannya menjadi
sempit dan cenderung merasa benar sendiri. Sikap inilah yang akhirnya
memunculkan ekstrimisme, radikalisme, kekerasan, dan kebencian.
Moderasi Islam, sebagai pendekatan komprehensif dan terpadu, harus
menjadi identitas, visi, corak, dan karateristik utama pendidikan Islam, bukan
sekedar nilai partikular. Disini diperlukan langkah yang lebih konstruktif
dengan menempatkan moderasi Islam sebagai arus utama pendidikan Islam.
Madrasah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang sepatutnya
turut berkontribusi pada proses internalisasi ajaran Islam pada masyarakat
luas dalam rangka mewujudkan tujuan utama pendidikan Islam untuk
membentuk karakter mulia (insan kamil). Madrasah Aliyah
menyelenggarakan pendidikan agama lslam sebagai kelanjutan pendidikan
menengah untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, dan memiliki kemampuan akademik,
professional, yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, baik di bidang
ilmu agama lslam maupun ilmu lain yang diintegrasikan dengan agama lslam.
Secara formal madrasah berada di dalam pengelolaan Kementerian Agama
melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam pada Direktorat Pendidikan
Tinggi Keagamaan Islam.
Madrasah sarat dengan pengajaran dan transfer pengetahuan tentang
ajaran Islam. Pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di madrasah menjadi
media utama untuk menegaskan wujud representasi nilai-nilai moderasi
beragama dari ajaran Islam yang termuat dalam konten ragam referensi
belajar mahasiswa, termasuk buku ajar. Mahasiswa sebagai agen perubahan
sepatutnya menjadi sasaran utama pengarusutamaan moderasi beragama di
madrasah (Salamah et al., 2020). Selain itu, mahasiswa sebagai generasi
muda, dalam prespektif psikologi perkembangan, berada pada masa mencari
jati diri menjadi salah satu target utama penyebaran paham-paham intoleran
dan doktrin-doktrin radikal. Penelitian tentang masih adanya sikap intoleran
dalam beragama di kalangan mahasiswa di Indonesia sebanyak 31%
setidaknya menjadi alasan pentingnya perlunya upaya madrasah untuk
menginisiasi penguatan perilaku moderat dalam memahami dan
mengimplementasikan ajaran agama Islam di kalangan siswa madrasah
(Salamah et al., 2020)..
Kajian moderasi beragama di kalangan masyarakat makin marak.
Hanya saja diseminasi moderasi agama di tengah masyarakat pendidikan
masih dilakukan secara sporadis dan belum terarah secara sistemik, karena
moderasi beragama didesiminasi dalam perspektif masing-masing. Dalam
menyikapi hal ini kelompok kerja implementasi moderasi beragama
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik
Indonesia telah menyusun panduan implementasi moderasi beragama dalam
pendidikan Islam (Aziz et al., 2019). Panduan tersebut disusun sebagai bentuk
respon terhadap perilaku masyarakat yang mudah memberikan label kepada
seseorang dengan radikal, ekstremis, konservatif ataupun liberal tanpa
kejelasan dan kepastian tolak ukur dan indikator. Bahkan panduan
implementasi moderasi beragama dalam pendidikan Islam telah menegaskan
tolak ukur dan indikator yang jelas sehingga dapat dengan mudah
diterjemahkan dalam level aksi di bidang pendidikan.
Prinsip dasar implementasi adalah bagaimana cara yang diterapkan agar
sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Dalam mengimplementasikan
moderasi beragama di dunia pendidikan sepatutnya diperhatikan tujuan dan
sasaran yang akan dicapai, serta strategi untuk mencapai sasaran tersebut.
Lembaga pendidikan juga harus berinteraksi dengan lingkungan dimana
strategi tersebut akan dilaksanakan agar sinergi dan sinkron dengan
lingkungan. Lembaga pendidikan juga harus mampu melihat kemampuan
internal dan eksternal terkait kekuatan dan kelemahan organisasinya (Aziz et
al., 2019).
Implementasi pembelajaran berbasis moderasi beragama banyak
berkaitan dengan cara yang diambil dan digunakan oleh pendidik dalam
melaksakan dan menyampaikan materi pelajaran. Implementasi moderasi
beragama ditempuh dalam tiga strategi. Pertama, menyisipkan (insersi)
muatan moderasi beragama dalam materi yang relevan. Penekanan
implementasi lebih pada bagaimana substansi moderasi dikaitkan dan
direlevansikan dengan spirit moderasi beragama dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya kurikulum di semua jenjang
pendidikan Islam di Kementerian Agama sudah mengandung muatan
moderasi agama (Aziz et al., 2019).
Kedua, mengoptimalkan pendekatan-pendekatan pembelajaran yang
melahirkan cara berpikir kritis, menghargai perbedaan, menghargai pendapat
orang lain, toleran, demokratis, berani menyampaikan gagasan, sportif dan
bertanggung jawab. Penggunaan ragam pendekatan pembelajaran dapat
dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas.
Ketiga, menyelenggarakan program, pendidikan pelatihan dan pembekalan
dengan tema moderasi beragama. Moderasi beragama tidak perlu menjadi
matakuliah tersendiri, namun hanya disisipkan secara substantif dalam setiap
materi matakuliah. Muatan moderasi beragama merupakan “hidden agenda”
yang disajikan dan disampaikan secara halus tanpa menggunakan moderasi
beragama.
Keempat, menjangkau aspek evaluasi yang dilakukan oleh pendidik
dengan melakukan pegamatan secara simultan untuk mengevaluasi
pancapaian proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan metode-metode
yang dapat menumbuhkan sikap moderat. Hal ini dilakukan untuk mengukur
sejauh mana mahasiswa telah memahami dan mengamalkan moderasi
beragama. Jika dalam evaluasi tersebut didapatkan kekurangan dalam
memahami dan mengamalkan moderasi beragama, maka hal ini
ditindaklanjuti dengan peningkatan dan penguatan internalisasi moderasi
beragama pada kegiatan pembelajaran berikutnya (Aziz et al., 2019).
Beberapa upaya implementasi bisa dilakukan, antara lain, pertama,
memperbanyak produk-produk literasi keislaman yang memuat pesan-pesan
moderasi atau berbentuk konten-konten kreatif di website atau media sosial
internet yang akan menjadi bahan kajian dan bekal keilmuan bagi para
mahasiswa di PTKI. Kedua, untuk menunjang kebutuhan mahasiswa,
persebaran literasi keislaman berbasis moderasi beragama atau konten-konten
moderasi beragama di website atau media sosial tersebut mutlak harus
diperluas. Produk-produk literasi mengenai moderasi beragama itu bisa
menjadi bahan kajian dan diskusi para mahasiswa. Sumber-sumber rujukan
mengenai moderasi beragama juga dapat diakses dari situs resmi
Kementerian Agama maupun ormas-ormas Islam moderat di Indonesia agar
dapat digunakan untuk memperkaya bahan kajian dan diskusi. Ketiga, tidak
sekedar mengonsumsi produk literasi mengenai moderasi beragama dari
berbagai sumber, implementasi moderasi beragama juga diwujudkan dengan
memacu para mahasiswa agar lebih aktif dalam berkontribusi memperbanyak
produk literasi, termasuk dalam format digital (Aziz et al., 2019).
Dengan demikian, buku teks pelajaran salah satu produk literasi yang
perlu diperhatikan muatan moderasi beragama di dalamnya. Produk buku teks
pelajaran bermuatan moderasi beragama pada setiap matapelajaran
selayaknya diperluas. Insersi muatan moderasi beragama pada literatur
referensi dalam bentuk bahan ajar berupa buku teks menjadi sangat penting
sebagai salah satu upaya penguatan pemahaman dan pengamalan moderasi
beragama siswa. Buku teks pelajaran umumnya dijadikan sebagai acuan
untuk mempelajari, memahami tema-tema tertentu pada matapelajaran,
sehingga buku teks pelajaran merupakan rujukan pertama siswa dalam
mengikuti matapelajaran tertentu.

2. Kerangka Berfikir

Konsep moderasi beragama melandasi penelitian ini. Berangkat dari


konsep dan sikap moderat, penelitian ini berupaya untuk membongkar makna
yang tersembunyi dan fenomena yang terjadi pada tataran penggunaan buku
teks perkuliahan di perguruan tinggi. Kerangka berfikir dalam penelitian ini
berdasarkan kepada nilai-nilai moderasi beragama. Inti dari pemikiran yang
melandasi penelitian ini adalah nilai-nilai moderasi beragama. Parameter
seperti komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan sikap akomodatif
terhadap kebudayaan lokal menjadi acuan bagi pengintegrasian nilai-nilai
moderasi beragama di dalam Pendidikan Islam.
Nilai-nilai yang terkandung dalam moderasi beragama kemudian
terinternalisasi dalam ruang lingkup Pendidikan Islam yang dapat
diimplementasikan dalam kurikulum, proses pembelajaran, dan produk-
produk Pendidikan seperti buku teks. Dari buku teks perkuliahan dapat
diberikan muatan empat parameter dari moderasi beragama. Dari dalam buku
teks inilah dapat kita uraikan apakah terdapat proses internalisasi nilai
moderasi beragama atau tidak. Karena di dalam sebuah buku teks tentu
mengandung beberapa hal diantaranya adalah aspek integrasi muatan/isi,
aspek konstruksi pengetahuan, dan aspek budaya sekolah. Hal inilah yang
diungkap dalam penelitian ini, sehingga kerangka berfikir ini menjadi logis
dan sesuai dengan konsep dan teori yang digunakan.

Gambar 2. 1 Konsep kerangka berfikir penelitian


Penelitian Terdahulu

Beberapa kajian terkait dengan buku teks telah dilakukan oleh beberapa
praktisi dan peneliti. Behnam & Mozaheb (2013) yang menyelidiki hubungan
antara agama dan buku teks bahasa Inggris di Iran. Tujuan para peneliti untuk
melakukan penelitian ini adalah untuk menunjukkan keterkaitan agama dan
pendidikan dalam konteks pendidikan bahasa Inggris. Kajian yang dilakukan
oleh Ariyanto (Ariyanto, 2018) terkait dengan studi wacana kritis yang
meneliti bagaimana perempuan dan laki-laki diwakili dalam buku teks bahasa
Inggris di Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Analisis mikro-semiotik kritis menunjukkan bahwa buku teks ELT
menggambarkan bias gender atau stereotip di mana stereotip ini disajikan
melalui teks visual dan verbal.
Setyono (Setyono, 2018) dalam temuannya mengungkapkan bahwa
beberapa wacana gender yang diekspresikan oleh karakter perempuan dan
aktor sosial dalam buku pelajaran yang dianalisis mendukung kelanjutan bias
gender dan stereotip, tetapi beberapa wacana yang muncul mewakili citra
konstruktif perempuan. Studi tekstual ini menunjukkan bahwa karena bahasa
Inggris memainkan peran yang semakin penting dalam dunia transkultural
dan pasca-feminis, penulis buku teks bahasa Inggris harus memperhatikan
masalah gender dalam pendidikan bahasa. Studi lainnya terkait dengan
representasi Muslim dalam buku teks dilakukan oleh Ali (Ali, 2013) meneliti
bagaimana umat Islam yang tinggal di Barat diwakili dalam buku teks bahasa
Inggris di Ontario, Kanada. Tinjauan tersebut menunjukkan bahwa umat
Islam secara konsisten ditempatkan di posisi yang lebih rendah dan
tergantung dalam kaitannya dengan 'orang kulit putih' dengan berfokus pada
asal-usul mereka dalam masyarakat yang kejam dan terbelakang, defisit
budaya mereka, ketidakmampuan sosial, identitas yang saling bertentangan,
dan pekerjaan berstatus rendah. Beberapa kajian yang disampaikan
sebelumnya tentu mempunyai beberapa keunggulan.
F. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Untuk memaksimalkan kredibilitas dan validitas, peneliti mengadopsi


triangulasi kombinasi metode penelitian dan sumber data (Yin 1994),
mengumpulkan data dari berbagai sumber penelitian untuk mendukung
temuan dari berbagai kumpulan data dan mengurangi bias individu (Bowen
2009). Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti memilih analisis isi
induktif untuk menguji keberadaan nilai moderasi agama Islam sebagai
sebuah konsep, menggunakan metode kualitatif untuk membangun
pemahaman yang komprehensif nilai-nilai moderasi agama Islam yang
direpresentasikan dalam semua buku teks pelajaran Qur’an Hadis Madrasah
Aliyah di Indonesia. Selain itu, penggunaan enam buku teks pelajaran Qur’an
Hadis Madrasah Aliyah sekunder yang berbeda semakin menguatkan
validitas dan kredibilitas hasil penelitian.
Prosedur Kajian dan Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian, analisis isi dilakukan pada
keenam buku teks pelajaran Qur’an Hadis Madrasah Aliyah di Indonesia.
Karena tidak ada penelitian analisis konten tentang buku teks pelajaran
Qur’an Hadis Madrasah Aliyah dalam konteks Indonesia, analisis isi
dilakukan berdasarkan definisi peneliti tentang moderasi agama Islam (seperti
yang disebutkan sebelumnya), berdasarkan pengetahuan teoritis tentang
prinsip moderasi beragama dalam Islam (Jad 2009; Hidayat 2001; Abokhalil
1993).
Pada tahap persiapan, peneliti memilih unit analisis (Guthrie et al.2004;
Polit dan Beck 2004) terkait dengan nilai-nilai moderasi beragama Islam
untuk tujuan penelitian ini. Terdapat beberapa kategori unit analisis yaitu
kategori ayat, hadis, kalimat, pertanyaan, situasi, diagram dan puisi
Berdasarkan saran Neuendorf (2002), mereka membuat dua buku kode
awal dan dua buku kode formulir untuk menjawab kedua pertanyaan
penelitian. Buku kode awal pertama, menargetkan penelitian pertama
pertanyaan, mengklasifikasikan 'toleransi beragama' sebagai unit teks yang
menyebutkan toleransi Islam terhadap orang lain agama dan pengikutnya;
sebaliknya, ia mengklasifikasikan sebuah 'pengecualian terhadap toleransi
beragama' sebagai sebuah teks unit yang menyebutkan keadaan intoleransi
terhadap agama lain. Skala nominal untuk (Stemler 2001). Ini dikategorikan
sebagai ayah, 5 nilai toleransi beragama berkisar antara 0 sampai 3, dimana 0
= tidak disajikan, 1 = disajikan, 2 = toleransi pengecualian dan 3 = tidak
spesifik. Semua unit buku teks diklasifikasikan menurut jenisnya,
berdasarkan cara nilai disajikan (sebagai ayat, hadits, kalimat, pertanyaan,
situasi, diagram atau puisi). Para pembuat kode membentuk formulir kode
kosong untuk mengklasifikasikan konten unit teks dalam buku teks IE
(Neuendorf 2002)
Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, peneliti membuat buku
kode awal kedua mengklasifikasikan tema-tema satuan teks moderasi
beragama Islam yang terdapat dalam buku-buku teks Qur’an Hadis Madrasah
Aliyah. Berdasarkan definisi peneliti, peneliti mengklasifikasikan moderasi
beragama Islam ke dalam empat hal yaitu sikap kebangsaan, toleransi, anti
kekerasan, dan bersikap akomodatif terhadap budaya lokal. Keempat tema
tersebut direpresentasikan dalam buku kode awal kedua dan bentuk kode,
dengan menggunakan skala nominal 1-5.
Untuk memastikan validitas konten, peneliti berkonsultasi dengan tiga
profesor Pendidikan dari IAIN Kudus dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
yang semuanya setuju dengan empat tema ini secara akurat mewakili konsep
moderasi beragama dalam Islam. Peneliti memilih dua asisten peneliti dari
kalangan mahasiswa untuk bekerja secara sukarela di proses pengkodean.
Mereka menggunakan buku kode dan formulir pengkodean pada awalnya
untuk berlatih pengkodean, dan kemudian untuk merevisi buku kode.
Langkah ini penting untuk melatih pembuat kode dalam menggunakan buku
kode dan bentuk kode dan menentukan keberadaan dan klasifikasi nilai-nilai
moderasi beragama Islam dalam sampel acak pelajaran dari buku teks
pelajaran Qur’an Hadis. Selain itu, itu membantu menghilangkan perbedaan
antara coders individu dan melatih mereka untuk melakukan proses dengan
mudah dan konsisten (Neuendorf 2002).
Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan sebuah
tahapan yang penting. Dari tahapan ini diketahui apakah pertanyaan
penelitian dapat terjawab atau tidak. Kedalaman data dan proses analisis yang
benar akan menghasilkan sebuah penelitian yang berkualitas. Penelitian ini
mengacu kepada beberapa pakar terkait dengan analisis data secara kualitatif.
Rujukan pertama adalah Widodo (2014) yang merekomendasikan beberapa
langkah dalam proses analisa data kualitatif. Beberapa langkah tersebut antara
lain proses mendengarkan hasil wawancara, mencatata hal penting,
menuliskan data dan kodifikasi, intepretasi data, validasi data melalui diskusi
kelompok terfokus. Hal senada juga diutarakan oleh Moser & Korstjens
(2018) yang membagi tahapan analisis data menjadi lima tahapan, yaitu
transkripsi data, membaca dan mencatat, mendeskripsikan, mengurutkan
data, mengintepretasi data, dan menemukan data. Penelitian ini menggunakan
tahapan analisis data dari dua pakar yang telah disebutkan di atas. Karena
sangat cocok dengan karakteristik dan kebutuhan peneliti selama proses
penelitian berlangsung di lapangan.
Pada tahap pertama peneliti mendengarkan hasil rekaman wawancara.
Hasil rekaman dari masing-masing partisipan didengarkan dengan cara
seksama. Hasil wawancara dari satu partisipan didengarkan paling tidak 2-3
kali, hal ini untuk mengetahui data secara mendalam. Selama proses
mendengarkan hasil rekaman wawancara, peneliti juga membuat beberapa
catatan penting yang ditemukan selama proses mendengarkan berlangsung.
Poin-poin penting yang ditemukan selama proses mendengarkan merupakan
temuan data yang sifatnya penting, hal ini akan berpengaruh terhadap hasil
analisis di tahapan berikutnya.
Setelah tahap mendengarkan maka proses selanjutnya adalah tahapan
transkripsi. Hasil rekaman wawancara dibuat transkrip agar lebih mudah
dalam proses analisisnya. Dalam tahapan ini semua yang diucapkan oleh
partisipan ditulis dengan apa adanya. Beberapa kata ditulis dengan tebal,
miring, atau garis bawah. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan poin penting
yang disampaikan oleh partisipan saat proses wawancara berlangsung.
Sedangkan untuk menunjukkan ekspresi partisipan selama wawancara
digunakan penulisan menggunakan sebuah kata di dalam kurung. Sebaga
contoh (marah, mengernyitkan dahi). Hal ini bertujuan untuk memberikan
penguatan dan rasa nyata yang dihadirkan kepada pembaca saat proses
wawancara berlangsung. Sehingga pada saat proses analisis data peneliti
dapat merasakan ekspresi, dan emosi dari partisipan.
Pada tahapan analisa digunakan parameter moderasi beragama yang
terdiri dari empat hal yaitu sikap kebangsaan, toleransi, anti kekerasan, dan
bersikap akomodatif terhadap budaya lokal. Dari parameter ini dapat
diketahui bahwa apa yang disampaikan oleh partisipan merupakan
perwujudan nilai-nilai moderasi beragama. Dengan demikian akan diperoleh
gambaran bagaimana persepsi dosen di perguruan tinggi tentang representasi
nilai-nilai moderasi beragama dalam buku teks perkuliahan di perguruan
tinggi.
2. Rencana Pembahasan
Beberapa hal yang akan dibahas pada penelitian ini Sejauh mana buku
pelajaran Qur’an Hadis Madrasah Aliyah di Indonesia mencerminkan
toleransi beragama Islam, serta bagaimana konsep toleransi beragama Islam
yang disajikan di buku teks matapelajaran Qur’an Hadis Madrasah Aliyah di
Indonesia?
Bagaimana buku teks ini digunakan bukanlah fokus utama dalam
penelitian ini. Adapun hal yang lebih utama untuk dibahas adalah terkait tema-
tema apa saja yang ada didalam buku teks, kesesuaian tema dengan nilai-nilai
moderasi beragama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
A. S., M. (2010). Penulisan Buku Teks Berkualitas. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 1–
21.
Abdullah Munir, Aisyahnur Nasution, Abd. Amri Siregar, D. (2020). Moderasi
Beragama di Era Disrupsi Digital. In Zigie Utama. CV. Zigie Utama.
Afrianty, D. (2012). Islamic education and youth extremism in Indonesia. Journal
of Policing, Intelligence and Counter Terrorism, 7(2), 134–146.
https://doi.org/10.1080/18335330.2012.719095
Ali, M. A. (2013). Representation of Muslim characters living in the West in
Ontario’s language textbooks. Intercultural Education, 24(5), 417–429.
https://doi.org/10.1080/14675986.2013.824870
Ariyanto, S. (2018). A Portrait of Gender Bias in the Prescribed Indonesian ELT
Textbook for Junior High School Students. Sexuality and Culture, 22(4),
1054–1076. https://doi.org/10.1007/s12119-018-9512-8
Azca, M. N., Salim, H., Arrobi, M. Z., Asyhari, B., & Usman, A. (2019). Dua
Menyemai Damai Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi. Pusat Studi Keamanan dan
Perdamaian Universitas Gadjah Mada.
Azisah, S., & Vale, C. (2008). Gender mainstreaming in Islamic primary schools in
South Sulawesi, Indonesia: a textbook analysis. Review of Indonesian and
Malaysian Affairs, 42(1), 55–79.
Aziz, A. A., Masykhur, A., Anam, A. K., Muhtarom, A., Idris, M., & Duryat, M.
(2019). Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam. In P.
Supriatna, A. Nuryanto, & Saepullah (Eds.), Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952. Kelompok Kerja Implementasi
Moderasi Beragama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama Republik Indonesia.
Behnam, B., & Mozaheb, M. A. (2013). Identity, Religion and New Definition of
Inclusiveness in Iranian High School EFL Textbooks. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 70, 1099–1108.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.01.164
Ekawati, Suparta, M., & Sirin, K. (2018). Moderasi Kurikulum Perguruan Tinggi
Islam dalam Deradikalisasi Agama di Indonesia. Istiqro’, 16(1), 139–178.
http://istiqro.kemenag.go.id/index.php/istiqro/article/view/97/82
Gebregeorgis, M. Y. (2017). Peace values in language textbooks: the case of
English for Ethiopia Student Textbook. Journal of Peace Education, 14(1),
54–68. https://doi.org/10.1080/17400201.2016.1228526
Hadi, S. (2019). Urgensi Nilai-nilai Moderat Islam dalam Lembaga Pendidikan di
Indonesia. KAHPI, 6(3), 198.
Hammad, H. A. A. (2014). Role of Islamic science textbooks and teaching methods
in Arab schools and universities and ideological extremism. Religious
Education, 109(1), 61–71. https://doi.org/10.1080/00344087.2014.868221
Magnis-Suseno, F. (2006). Religious Harmony in Religious Diversity: The Case of
Indonesia. Religious Harmony Problems, Practice, and Education
Proceedings of the Regional Conference of the International Association for
the History of Religions.
Moser, A., & Korstjens, I. (2018). Series: Practical guidance to qualitative research.
Part 3: Sampling, data collection and analysis. European Journal of General
Practice, 24(1), 9–18. https://doi.org/10.1080/13814788.2017.1375091
Ni’mah, Z. A. (2020). Urgensi Madrasah dalam Membangun Karakter Moderasi di
Tengah Perkembangan Radikalisme. Prosiding Nasional: Peluang Dan
Tantangan Studi Islam Interdisipliner Dalam Bingkai Moderasi, 3, 1–20.
http://iainkediri.ac.id/prosiding/index.php/pascasarjana/article/view/36
Salamah, N., Nugroho, M. A., & Nugroho, P. (2020). Upaya Menyemai Moderasi
Beragama Mahasiswa IAIN Kudus melalui Paradigma Ilmu Islam Terapan.
Quality, 8(2), 269. https://doi.org/10.21043/quality.v8i2.7517
Salami, A., & Ghajarieh, A. (2016). Culture and gender representation in Iranian
school textbooks. Sexuality and Culture, 20(1), 69–84.
https://doi.org/10.1007/s12119-015-9310-5
Saputra, M. N. A., & Mubin, M. N. (2021). Urgensi Kurikulum Pendidikan Agama
Islam dalam Fenomena Radikalisme di Indonesia. SCAFFOLDING: Jurnal
Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme, 3(1), 16–28.
Setyono, B. (2018). The Portrayal of Women in Nationally-Endorsed English as a
Foreign Language (EFL) Textbooks for Senior High School Students in
Indonesia. Sexuality and Culture, 22(4), 1077–1093.
https://doi.org/10.1007/s12119-018-9526-2
Sulaeman, E., Asmuni, A., & Gumandari, S. (2019). Internalisasi Moderasi
Beragama dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Rajagaluh
Kabupaten Majalengka. My Campaign Journal, 2(4).
Syatar, A., Amiruddin, M. M., & Rahman, A. (2018). Strengthening Religious
Moderation in University: Initiation to Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar Abdul Syatar. 5572(11), 189–210.
Widodo, H. P. (2014). Methodological consideration in interview data
transcription. International Journal of Innovation in English Language
Teaching and Research, 3(1).
Widodo, H. P. (2018). A Critical Micro-semiotic Analysis of Values Depicted in
the Indonesian Ministry of National Education-Endorsed Secondary School
English Textbook. In Situating Moral and Cultural Values in ELT Materials.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-63677-1

You might also like