Professional Documents
Culture Documents
Selama ini hanya buku-buku seperti Ulumul Quran, Ulumul Hadis, atau
buku-buku yang secara spesifik membahas tentang keislaman banyak sekali
ditemukan. Isi dari buku-buku tersebut masih seputar teori dan pengetahuan
yang umum. Serta terkadang hanya berdasarkan kebutuhan percetakan dan
penerbitan saja, tanpa memperdulikan isi di dalamnya. Padahal buku teks
merupakan panduan dan salah satu alat bagi setiap guru untuk memperoleh
hasil yang diharapkan (tujuan pembelajaran, capaian pembelajaran). Hal inilah
yang memunculkan potensi penggunaan buku teks yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Islam, ataupun melanggar peraturan perundang-undangan. Apalagi
stigma bahwa lahirnya golongan ekstrimis, radikal, dan liberal berasal dari
perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN). Kampus Islam dikenal
sebagai sarang ekstrimis agama (Afrianty, 2012).
Sebuah buku teks atau buku ajar didalamnya dapat dimasukkan nilai-
nilai yang ingin kita sebarluaskan. Selain buku kebutuhan khusus seperti
sekolah menengah kejuruan, buku teks juga dapat dimasukkan nilai-nilai
budaya dan gender (Salami & Ghajarieh, 2016), representasi gender dalam
buku teks Islam (Azisah & Vale, 2008). Buku teks yang disusun secara
sembarangan dan tidak terkonsep akan sangat minim value (nilai) serta pesan-
pesan khusus di dalamnya. Padahal dalam buku teks dapat dimasukkan nilai-
nilai Islami yang tujuannya untuk kampanye kedamaian (Gebregeorgis, 2017),
moderasi, ataupun gaya hidup (Ali, 2013). Penyusunan buku teks atau buku
ajar juga dapat disesuaikan dengan silabus atau kurikulum mata kuliah
keislaman yang lainnya (Hammad, 2014). Hal inilah yang perlu untuk terus
didorong, yaitu penggunaan buku-buku dan bahan ajar yang selaras dengan
nilai-nilai moderasi beragama di dalamnya.
2. Kerangka Berfikir
Beberapa kajian terkait dengan buku teks telah dilakukan oleh beberapa
praktisi dan peneliti. Behnam & Mozaheb (2013) yang menyelidiki hubungan
antara agama dan buku teks bahasa Inggris di Iran. Tujuan para peneliti untuk
melakukan penelitian ini adalah untuk menunjukkan keterkaitan agama dan
pendidikan dalam konteks pendidikan bahasa Inggris. Kajian yang dilakukan
oleh Ariyanto (Ariyanto, 2018) terkait dengan studi wacana kritis yang
meneliti bagaimana perempuan dan laki-laki diwakili dalam buku teks bahasa
Inggris di Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Analisis mikro-semiotik kritis menunjukkan bahwa buku teks ELT
menggambarkan bias gender atau stereotip di mana stereotip ini disajikan
melalui teks visual dan verbal.
Setyono (Setyono, 2018) dalam temuannya mengungkapkan bahwa
beberapa wacana gender yang diekspresikan oleh karakter perempuan dan
aktor sosial dalam buku pelajaran yang dianalisis mendukung kelanjutan bias
gender dan stereotip, tetapi beberapa wacana yang muncul mewakili citra
konstruktif perempuan. Studi tekstual ini menunjukkan bahwa karena bahasa
Inggris memainkan peran yang semakin penting dalam dunia transkultural
dan pasca-feminis, penulis buku teks bahasa Inggris harus memperhatikan
masalah gender dalam pendidikan bahasa. Studi lainnya terkait dengan
representasi Muslim dalam buku teks dilakukan oleh Ali (Ali, 2013) meneliti
bagaimana umat Islam yang tinggal di Barat diwakili dalam buku teks bahasa
Inggris di Ontario, Kanada. Tinjauan tersebut menunjukkan bahwa umat
Islam secara konsisten ditempatkan di posisi yang lebih rendah dan
tergantung dalam kaitannya dengan 'orang kulit putih' dengan berfokus pada
asal-usul mereka dalam masyarakat yang kejam dan terbelakang, defisit
budaya mereka, ketidakmampuan sosial, identitas yang saling bertentangan,
dan pekerjaan berstatus rendah. Beberapa kajian yang disampaikan
sebelumnya tentu mempunyai beberapa keunggulan.
F. METODE PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian