You are on page 1of 7

2021 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2021

Asuhan Keperawatan Risiko Perfusi Jaringan


Serebral Tidak Efektif pada Ny.S dengan Hipertensi
di Desa Pengalusan Purbalingga

Elsa Widiyani1, Refa Teja Muti2, Adiratna Sekar Siwi 3


Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga, Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa
Jl. Raden Patah No 100. Ledug Kec. Kemabaran 53182, Indonesia
1 2 3
elsa.widiyani@gmail.com, refateja24@gmail.com, adiratnasiwi@gmail.com

ABSTRACT

Hypertension does not cause symptoms, while persistent blood pressure over a long period of time
can cause complications. Hypertension can also cause bleeding complications in the brain caused by
atherosclerosis so that blood circulation is vulnerable and problems arise ineffective cerebral tissue
perfusion. Impaired cerebral tissue perfusion can lead to more severe hypertension and complications
such as stroke. The purpose of this study is to describe comprehensive care in hypertensive patients
with the risk of ineffective cerebral tissue perfusion. This research method uses a case study for 3 x
24 hours, acute pain problems the risk of ineffective cerebral tissue perfusion associated with
hypertension has not been resolved with systolic and diastolic blood pressure indicators from 3 to 4,
There are signs of increased intracranial pressure from 3 to 3. Conclusion: Action during 3 days the
problem of risk of ineffective cerebral tissue perfusion related to hypertension has not been resolved.
Based on the results of the application of the meal, it is suggested that respondents know the
management of hypertensive patients with the risk of ineffective tissue perfusion not being resolved.

Keywords: Nursing Care, Hypertension, and Risk of ineffective cerebral tissue


perfusion.

ABSTRAK

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus tinggi
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Hipertensi juga dapat menyebabkan
komplikasi perdarahan pada otak yang diakibatkan oleh atherosklerosis sehingga sirkulasi darah
menjadi rentan dan muncul masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Terganggunya perfusi
jaringan serebral dapat menyebabkan hipertensi lebih parah hingga terjadi komplikasi seperti
penyakit stroke. Tujuan penelitian yaitu menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif
pada pasien hipertensi dengan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral. Metode penelitian ini
menggunakan studi kasus selama 3x 24 jam, masalah nyeri akut risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi belum teratasi dengan indikator tekanan darah
sistolik dan diastolik dari 3 menjadi 4, Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial dari 3 menjadi
3. Simpulan: Tindakan keperawatan selama 3 hari masalah keperawatan risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi belum teratasi berdasarkan hasil penerapan
tersebut makan disarankan responden dapat menegtahui penatalaksanaan pada pasien hipertensi
dengan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral belum teratasi.

Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Hipertensi, dan Risiko ketidakefektifan perfusi


jaringan serebral

Widiyani, Muti, & Siwi 992


PENDAHULUAN Indonesia yang didapat melalui kuesioner
Hipertensi sebagai salah satu Penyakit terdiagnosis oleh dokter sebesar 8,4%
Tidak Menular (PTM) yang sangat serius, dan ada 0,4% yang minum obat sendiri.
sering disebut sebagai the silent killer, Penyakit terbanyak pada usia lanjut
merupakan suatu keadaan yang ditandai berdasarkan Riskesdas pada tahun 2018
dengan nilai tekanan darah sistolik >140 dengan prevalensi 55,2% pada usia 55-64
mmHg dan tekanan darah diastolik >90 tahun, 63,2% pada usia 65-74 tahun, dan
mmHg. Faktor-faktor yang menyebabkan 69,5% pada usia > 75 tahun.
hipertensi diantaranya faktor genetik dan
Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah
faktor lingkungan seperti obesitas, stress,
tahun 2016 menunjukan jumlah kasus
konsumsi garam berlebih, merokok, dan
penyakit tidak menular di Jawa Tengah
alkohol (Yonata, 2016).
sebanyak 943.927 kasus. Hipertensi
Gangguan fisiologis yang terjadi pada masih menjadi proporsi tertinggi penyakit
pengaturan aliran darah sehingga tidak menular sebesar 60%. Diantara
menyebabkan hipertensi diantaranya jumlah penyakit tidak menular, kejadian
gangguan pada kardiak output dan hipertensi sebanyak 24.446 (Widianto et
resistensi perifer, gangguan pada sistem al., 2018).
renin-angiotensin, dan gangguan pada
Hipertensi merupakan suatu keadaan
sistem saraf otonom. Selama jangka
meningkatnya tekanan darah sistolik lebih
waktu yang panjang tersebut, serangkaian
dari sama dengan 140 mmHg dan
perubahan terjadi dalam sistem
diastolik lebih dari sama dengan 90
kardiovaskular termasuk sirkulasi
mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan
serebral. Perubahan yang terjadi seperti
menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer
renovasi vaskular, peradangan, stress
atau esensial yang penyebabnya tidak
oksidatif, dan disfungsi barorefleks
diketahui dan hipertensi sekunder yang
berkontribusi dalam patogenesis stroke
dapat disebabkan oleh penyakit ginjal,
yang disebabkan oleh hipertensi (Yonata,
penyakit endokrin, penyakit jantung, dan
2016).
gangguan ginjal (adrenal). Hipertensi
Berdasarkan data World Health seringkali tidak menimbulkan gejala,
Organization (WHO) (2018), diseluruh sementara tekanan darah yang terus-
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% menerus tinggi dalam jangka waktu lama
populasi mengidap hipertensi, angka ini dapat menimbulkan komplikasi (Yonata,
kemungkinan akan meningkat menjadi 2016).
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta
Hipertensi dapat disebabkan oleh gaya
penderita hipertensi, 333 juta berada di
hidup seperti terlalu sering mengonsumsi
negara maju dan 639 sisanya di negara
makanan cepat saji yang mengandung
berkembang. Di Indonesia sendiri,
banyak lemak, asin dan malas
prevalensi hipertensi pada tahun 2018
berolahraga. Beberapa cara untuk
mencapai 31,7% populasi pada usia 18
mencegah terjadinya hipertensi,
tahun ke atas dan sekitar 60% penderita
diantaranya dengan mengatur pola makan
hipertensi berakhir pada stroke. Hipertensi
seperti mengonsumsi makanan berserat,
juga menjadi peringkat ke 2 dari 10
rendah lemak dan mengurangi garam,
penyakit terbanyak pada pasien rawat
hentikan kebiasaan merokok, olahraga
jalan di rumah sakit Indonesia. Penderita
teratur, hindari minuman beralkohol dan
hipertensi 30% lebih banyak wanita dan
sebisa mungkin mengatasi stress dan
pria sebanyak 29%, kemudian kenaikan
mengontrol emosi (Risma, 2018).
kasus hipertensi mencapai 80% terutama
di negara berkembang (Tirtasari, 2019). Hipertensi juga dapat menyebabkan
komplikasi perdarahan pada otak yang
Prevalensi hipertensi di Indonesia
diakibatkan oleh atherosklerosis sehingga
menurut Riset Kesehatan Dasar
sirkulasi darah menjadi rentan dan muncul
(Riskesdas) tahun 2018 yang didapat
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan
melalui pengukuran pada umur > 18 tahun
serebral. Terganggunya perfusi jaringan
sebesar 34,1%. Prevalensi hipertensi di
serebral dapat menyebabkan hipertensi

Widiyani, Muti, & Siwi 993


lebih parah hingga terjadi komplikasi Pengkajian
seperti penyakit stroke (Alipiani, 2020). Hasil pengkajian pada Ny S dilakukan
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan pada tanggal 27 Mei 2021, hasil
serebral merupakan kondisi responsif pengkajian didapatkan bahwa
terhadap penurunan sirkulasi jaringan mengatakan pusing dan berat dibagian
otak yang dapat mengganggu kesehatan leher bagian belakang. Data objektif yang
(Nanda, 2018). Pentingnya upaya didapat pasien Pasien tampak memegang
mengatur pola makan pada penderita kepala bagian belakang dan leher sambil
hipertensi untuk menghindari hipertensi berbicara, tekanan darah 150/90 mmHg,
menjadi lebih parah dan menyebakan nadi 102 x/ menit, respiratory rate
komplikasi. Selain itu, teknik farmakologi -data yang di
untuk penderita hipertensi juga dapat dapatkan disimpulkan bahwa diagnosa
dengan mengkonsumsi obat jenis diuretik, keperawatan yang sesuai adalah risiko
beta-blocker, Angiotensin Converting ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
Enzyme (ACE) untuk mengontrol tekanan berhubungan dengan hipertensi.
darah (Devi, 2019). Penanganan
Hasil pengkajian didapatkan bahwa Ny
hipertensi dapat mengurangi kerusakan
S merasakan pusing. Menurut Aspiani
disekitar daerah iskemia hingga kondisi
(2017) menjelaskan bahwa pada pasien
klien stabil (Faradila, 2017).
dengan hipertensi biasanya didapatkan
Berdasarkan data tersebut sehingga Nyeri kepala saat terjaga, terkadang
penulis tertarik untuk melakukan disertai mual dan muntah, akibat
penelitian tentang Asuhan keperawatan peningkatan tekanan darah intrakranial.
risiko ketidakefektifan perfusi jaringan Nyeri kepala menjadi salah satu gejala
serebral dengan hipertensi. peningkatan tekanan intrakranial. Nyeri
kepala terjadi karena dilatasi vena,
sehingga terjadi traksi dan regangan
METODE PENELITIAN
struktur-sensitif-nyeri, dan regangan arteri
Penelitian ini menggunakan metode
basalis otak. Nyeri kepala dirasakan
deskriptif. Pada studi kasus ini yang
berdenyut terutama pagi hari saat bangun
menjadi subjek Ny. S dengan Hipertensi
tidur. Kadangkala penderita merasa ada
Di Desa Pengalusan Purbalingga.
rasa penuh di kepala. Nyeri kepala
Pengumpulan data dimulai dari
bertambah jika penderita bersin,
anamnesa, Dokumentasi dan Observasi.
mengejan, dan batuk (Affandi, 2016).
Saat dilakukan pengkajian pada Ny S
HASIL DAN PEMBAHASAN
ditemukan mengalami peningkatan
Berdasarkan pengelolaan kasus yang
adanya peningkatan denyut jantung atau
telah dilakukan sesuai urutan
jantung berdebar karena pasien tidak
pelaksanaan proses keperawatan mulai
mengalami masalah pada sistem
dari pengkajian sampai evaluasi. Dalam
kardivaskuler. Jantung berdebar
kasus tersebut telah muncul beberapa hal
merupakan gejala bila ada menunjukkan
yang perlu untuk dibahas sehubungan
adanya kerusakan vaskuler, dengan
dengan adanya permasalahan yang
menifestasi yang khas sesuai sistem
timbul dalam tinjauan teori, pengangkatan
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan
darah bersangkutan (Brunner & Suddarth,
atau intervensi dan respon klien/
2013).
perkembangan masalah yang dicapai
setelah dilakukan tindakan asuhan Diagnosa keperawatan risiko
keperawatan pada Ny S yang penulis ketidakefektifan perfusi jaringan
kelola selama tiga hari dan penulis telah serebral
menemukan prioritas masalah Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
keperawatan, yaitu dengan asuhan serebral didefinisikan rentan mengalami
keperawatan masalah risiko penurunan sirkulasi jaringan otak yang
ketidakefektifan jaringan perfusi serebral dapat mengganggu kesehatan (Nanda,
berhubungan dengan hipertensi. 2018). Risiko ketidakefektifan perfusi

Widiyani, Muti, & Siwi 994


jaringan serebral adalah penurunan kadar diakrenakan pasien dengan hipertensi
oksigen sebagai akibat dari kegagalan biasanya ditemukan adanya kekakuan
dalam memelihara jaringan di tingkat leher (Kurniasih, 2015). kolaborasi
kapiler (Miftakhul, 2018). pemberian obat anti hipertensi (rasional:
Intervensi hipertensi berupa modifikasi
Penulis menegakkan masalah
gaya hidup dapat menghambat
keperawatan risiko ketidakefektifan perfusi
progresivitas hipertensi. Namun, sebagian
jaringan serebral berdasarkan data yang
besar pasien memerlukan obat anti
ditemukan pada Ny S mengatakan pusing
hipertensi seumur hidup dengan
dan berat dibagian leher bagian belakang.
kombinasi lebih dari satu obat (Kandarini,
Pasien juga mengatakan sudah menderita
2016). Ajarkan pasien dan keluarga
hipertensi selama kurang lebih 10 tahun
tentang cara meminimalkan faktor resiko
dengan data objektif yaitu pasien tampak
ketidakefektifan perfusi jaringan (rasional:
memegang kepala bagian belakang dan
mengalami peningkatan tekanan darah
leher sambil berbicara, tekanan darah
yang perisisten harus segera mencari
150/90 mmHg, nadi 102 x/ menit,
pengobatan untuk mengontrol tekanan
respiratory rate 28x/ menit, suhu
darah, mencegah terjadinya komplikasi,
Pecahnya pembuluh darah otak akan
dan mengurangi atau mengatasi tanda
menimbulkan perdarahan, akan sangat
dan gejala yang muncul seperti pusing,
fatal bila terjadi interupsi aliran darah ke
sakit kepala, tengkuk terasa pegal, mudah
bagian distal, disamping itu darah
marah, sulit bernapas, pandangan kabur,
ekstravasal akan tertimbun sehingga akan
dan lain-lain. Pada umumnya ketika
menimbulkan tekanan intracranial yang
seseorang yang menderita hipertensi
meningkat, sedangkan penyempitannya
akan terjadi peningkatan tekanan darah
pembuluh darah otak akan menimbulkan
yang lebih dari normal dan biasanya akan
terganggunya aliran darah ke otak dan
muncul tanda dan gejala yaitu salah satu
sel-sel otak akan mengalami kematian
tengguk terasa pegal (Kurniasih, 2015).
(Hasan, 2018).
Implementasi keperawatan risiko
Intervensi keperawatan risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan
ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
serebral
Implementasi yang merupakan
Rencana keperawatan yang sesuai
komponen dari proses keperawatan
untuk mengatasi diagnosa keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan
masalah risiko ketidakefektifan perfusi
dimana tindakan yang diperlukan untuk
jaringan serebral yang sesuai dengan
mencapai tujuan dari hasil yang
tujuan intervensi setelah dilakukan
diperkirakan dari asuhan keperawatan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori,
diharapkan Status Sirkulasi (0401)
implementasi dari rencana asuhan
membaik. NIC yang digunakan yaitu
keperawatan mengikuti komponen
Peripheral Sensation Management (0180)
perencanaan dari proses keperawatan,
dan Monitor Neurologi (2620) Melakukan
namun demikian, dibanyak lingkungan
pengkajian nyeri secara komprehensif,
perawatan kesehatan, implementasi
mengajarkan tehnik non farmakologi nafas
mungkin dimulai secara langsung setelah
dalam jika nyeri muncul.
pengkajian (Potter & Pery, 2013).
Intervensi yang direncanakan yaitu Implementasi keperawatan yang sudah
Observasi TD, Nadi, Intervensi yang berjalan sesuai dengan intervensi yang
direncanakan yaitu Observasi TD, Nadi, telah dipilih tetapi ada beberapa tindakan
Suhu, RR rasional: tindakan tersebut yang tidak dilaksanakan sepenuhnya yang
dapat mengetahui keadaan tanda-tanda dilakukan selama 3x24 jam yaitu
vital pasien terutama pada sistem melakukan pengkajian risiko
kardiovaskuler. Hindari fleksi leher dengan ketidakefektifan perfusi jariangan serebral.
rasional: karena dengan memfleksikan
Implementasi yang dilakukan telah
leher dapat meningkatkan
sesuai dengan intervensi yang disusun,
ketidaknyamanan pada pasien
untuk diagnosa keperawatan yang

Widiyani, Muti, & Siwi 995


pertama yaitu ketidakefektifan perfusi vital pasien apakah ada peningkatan/
jaringan serebral berhubungan dengan penurunan tanda vital. Sedangkan untuk
hipertensi, untuk implementasi kolaborasi memonitor Adanya tanda peningkatan
pemberian obat antihipertensi. Menurut tekanan intracranial dengan mengkaji
Warsono, Fahmi, & Iriantono, (2019) adanya pusing, mual muntah dan adanya
melakukan pengkajian resiko penurunan kekakuan pada leher serta peruabahan
perfusi jaringan serebral secara pada pupil.
komprehensif termasuk lokasi,
Evaluasi keperawatan risiko
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
ketidakefektifan perfusi jaringan
dan faktor presipitasi, memberikan
serebral
edukasi pasien dan keluarga tentang
Hasil evaluasi setelah dilakukan
aktifitas yang mengurangi nyeri,
tindakan keperawatan risiko
melakukan tindakan rekam jantung/ EKG
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
dan mengkolaborasi pemberian analgetik,
berhubungan dengan hipertensi pada
serta mengajarkan teknik nonfarmakologis
tanggal 29 Mei 2021 jam 19.00 WIB
untuk mengurangi rasa nyeri dengan
didapatkan data subjektif sebagai berikut
teknik rileksasi benson. Selain diberikan
pasien mengatakan masih merasakan
terapi farmakologi terhadap klien mampu
tegang dileher, pusing dan tekanan darah
memberikan perubahan yang terjadi
masih tinggi, pasien mengatakan tidak
selama perawatan di rumah sakit,
mengkonsumsi makanan yang berlemak
terjadinya perubahan terhadap keadaan
dan berminyak, dan tinggi garam.
sebelum masuk rumah sakit dan setelah
Terdapatkan data objektif pasien tampak
keluar dari rumah sakit.
lebih rileks, tekanan darah 140/90 mmHg,
Mengajarkan tehnik non farmakologi nadi 98 x/menit, suhu 36,5 ℃, respiratory
nafas dalam jika pusing muncul menurut rate 25 x/menit. Assessement diagnosa
Boavida, (2017) karena bertujuan untuk risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
menurunkan ketidaknyaman, serebral berhubungan dengan hipertensi
meningkatkan relaksasi dengan belum teratasi. Planning lanjutkan
membantu pasien dalam merespon nyeri intervensi.
sehingga mengurangi ketegangan otot
Setelah asuhan keperawatan selama 3
sehingga meningkatkan kenyamanan dan
hari risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
koping. Cara melakukan relaksasi nafas
serebral berhubungan dengan hipertensi
dalam yaitu memerintahkan pasien posisi
belum teratasi dikarenakan banyak faktor
fowler selanjutnya menyuruh pasien
yang memengaruhi risiko ketidakefektifan
merilekskan pikiran setelah itu meletakkan
perfusi jaringan serebral pada pasien
tangan kanan di dada pasien dan tangan
dengan hipertensi. Berbagai faktor seperti
kiri pada perut selanjutnya memerintahkan
kecemasan dan ketakutan dapat
pasien supaya tarik nafas dalam-dalam
mempengaruhi respon pembuluh darah
melalui hidung selanjutnya ditahan selama
terhadap rangsangan vasokonstiktor.
3 detik dan meminta pasien untuk
Individu dengan hipertensi sangat sensitif
membuang pikiran-pikiran negatif tentang
terhadap noreprinefrin. Ketika sistem saraf
nyerinya buang besama dengan nafas
merangsang pembuluh darah sebagai
melalui mulut, nafas dalam dilakukan
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
berulang sebanyak 3 kali.
juga terangsang, mengakibatkan
Memonitor tanda vital menurut tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula
Herawati, (2016) karena perubahan adrenal menyekresi epinefrin yang
tekanan darah yang disebabkan oleh menyebabkan vasokontriksi. Korteks
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adrenal menyekresi kortisol dan steroid
jika tidak segera ditangani akan lainnya, yang dapat memperkuat respon
menyebabkan curah jantung meningkat vasokontriksi pembuluh darah.
sehingga terjadi kontriksi perifer Vasokontriksi yang mengakibatkan
prekapiler. Melakukan pemeriksaan penurunan alirah darah ke ginjal,
tekanan darah, nadi, respiratori rate dan menyebabkan pelepasan renin (Asipiani,
suhu untuk mengobservasi tanda-tanda 2017).

Widiyani, Muti, & Siwi 996


SIMPULAN SARAN
Penulis telah melakukan pengkajian Pasien dengan hipertensi diharapkan
kepada kepada Ny S yang dilakukan pasien sudah bisa melakukan
selama 3x24 jam, langkah-langkah yang penatalaksanan pada pasien hipertensi
digunakan oleh penulis dalam pengkajian secara mandiri tetap mempertahankan
yaitu dengan metode: wawancara, kebersihan, jangan sering mengkonsumsi
observasi, melakukan pemeriksaan fisik, makanan dengan tinggi lemak dan garam,
dan dokumentasi hasil. Penulis dan perbanyaklah mengkonsumsi air
melakukan wawancara secara langsung mineral minimal 8 gelas perhari atau
terhadap keadaan Ny S pada saat setara dengan 2 liter, serta rajin
pengkajian penulis mendapatkan data memeriksakan tekanan darah.
identitas Ny S riwayat kesehatan seperti Bagi penulis sangat diperlukan
keluhan utama, riwayat penyaki sekarang, pemahaman dan penguasaan teori dan
riwayat penyakit dahulu dan riwayat juga asuhan keperawatan keluarga
penyakit keturunan/ keluarga, penulis juga dengan prioritas masalah keperawatan
melakukan observasi dan pemeriksaan risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
fisik secara lengkap Head to toe. Dimana serebral berhubungan dengan hipertensi.
pengkajian tersebut dilakukan oleh penulis Dalam hal ini penulis menyadari akan
dengan tujuan untuk mendapatkan data adanya kekurangan pada saat
yang lebih lengkap. Prioritas masalah Ny menentukan intervensi dan
S menemukan prioritaskan masalah mengimplementasikan teori sesuai
diagnosa keperawatan yaitu risiko dengan kasus pada Ny S, diharapkan
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral untuk studi kasus selanjutnya penulis
berhubungan dengan hipertensi dapat melakukan asuhan keperawatan
yang lebih tepat dan sesuai dengan teori
Penulis telah melakukan beberapa
yang didapat selama proses pembelajaran
perencanaan keperawatan yang
sari institusi.
disesuaikan dengan masalah
keperawatan pada Ny S, rencana
keperawatan yang di tetapkan dijadikan DAFTAR PUSTAKA
pedoman dalam melakukan intervensi Asikin, M., Nuralamsyah, M., Susaldi. 2016.
keperawatan. Penulis melakukan Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
implementasi keperawatan sesuai dengan Kardiovaskular. Jakarta : Erlangga.
intervensi yang telah tetapkan Aspiani, R.Y., 2017. Buku Ajar Asuhan
sebelumnya dengan menggunakan Keperawatan Klien Gangguan
Nursing intervention Clasification (NIC) Kardiovaskuler : aplikasi NIC & NOC.
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jakarta : EGC.
Penulis melakukan evaluasi setelah Hasan, AK. 2018. Study Kasus Gangguan
melakukan tindakan keperawatan sesuai Perfusi Jaringan Serebral dengan
dengan rencana tindakan keperawatan, Penurunan Kesadaran pada Klien Stroke
Hemoragik Setelah Diberikan Posisi
dilakukan evaluasi untuk mengetahui dan
Kepala Elevasi 30o. Babul Ilmi Jurnal
memantau perkembangan dan menilai Ilmiah Multi.
seberapa tingkat keberhasilan dari
tindakan keperawatan yang telah http://jurnal.stikes-aisyiyah-
dilakukan pada Ny S. Hasil evaluasi yang palembang.ac.id/index.php/Kep/article/vi
ew/135 diakses pada tanggal 8
dilakukan selama 3 hari risiko
November 2020 pukul 14.00 WIB.
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan hipertensi belum Kandarini, Y. 2017. Div Ginjal dan Hipertensi
teratasi. RSUP Sanglah Denpasar.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitia
n_1_dir/91ce253ff5aa007ba1cc8d5d19cf
e3f4.pdf diakses pada tanggal 4
November 2020 Pukul 20.00 WIB.
Kusnah, M. 2018. Keperawatan pada Klien

Widiyani, Muti, & Siwi 997


Trauma Kepala dengan Masalah Tarumanagara Medical Jurnal.
Keperawatan Risiko Ketidakefektifan
Yonata, A.,Pratama, ASP. 2016. Hipertensi
Perfusi Jaringan Serebral.
Sebagai Faktor Pencetus Terjadinya
http://repo.stikesicme- Stroke. Jurnal Majority.
jbg.ac.id/747/9/151210020%20Miftakhul
%20Khusnah%20KTI.pdf diakses pada
tanggal 8 November 2020 pukul 13.30
WIB.
Martin, W. dan Mardian, P. 2016. Pengaruh
Terapi Meditasi terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Lansia yang
Mengalami Hipertensi. Jurnal Ipteks
Terapan.
http://ejournal.lldikti10.id/index.php/jit/article/vi
ew/468-127/127 diakses pada tanggal 6
November 2020 pukul 13.45 WIB.
Mukti, B. 2020. Penerapan DASH (Dietary
Approches to Hypertension) pada Pasien
Hipertensi.
http://ecampus.poltekkes-
medan.ac.id/jspui/handle/123456789/231
3 diakses pada tanggal 6 November
2020 pukul 14.30 WIB.
Muswanti, IJ. 2016. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan
Komplikasi Stroke pada Penderita
Hipertensi Usia <45 tahun di Puskesmas
Ngemplak Kota Semarang.
https://lib.unnes.ac.id/28155/1/6411412182.pd
f diakses pada tanggal 6 November 2020
pukul 09.30 WIB.
Nisa, K. 2020. Menentukan Diagnosa dan
Asuhan Keperawatan pada Pasien
Hipertensi.
https://osf.io/preprints/6vfje/ diakses pada
tanggal 5 November 2020 Pukul 10.00
WIB.
Potter & Perrry. 2010. Fundamental of Nursing
: Fundamental Keperawatan. Edisi 7
volume 3. Jakarta. Salemba Medika
Riskedas. 2018. Pravelensi hipertensi.
Kesmas Kemkes.
Setyaningsih, RD., Dewi, P., Suandika, M.
2014. STUDI PREVALENSI DAN
KAJIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI
PADA LANSIA DI DESA TAMBAKSARI
BANYUMAS. Jurnal Unimus.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012
010/article/view/1194 diakses pada
tanggal 6 Maret 2021 pukul 19.00 WIB
Tirtasari, S.,Kodim, N. 2019. Pravalensi dan
Karakteristik Hipertensi pada Usia
Dewasa Muda di Indonesia.

Widiyani, Muti, & Siwi 998

You might also like