You are on page 1of 7

Pemeriksaan Kedokteran Forensik setelah Ekshumasi di Sulawesi Utara:

Kontribusi dan Tantangan

Erwin Kristanto

Bagian Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Sam


Ratulangi Manado
Email: gk_erwin@yahoo.com

Abstract: Forensic examination of exhumed corpse is a procedure with field conditions that
may have the widest range in a forensic medical procedure. The examination can be carried
out in a hospital with complete equipment up to the condition where the examination must be
performed at the excavation site with limited equipment. The various conditions of the corpse
when excavated from the grave also make forensic examination of the exhumed corpse has its
own challenges and obstacles compared to the other forensic medicine cases. This study was
conducted at two hospitals that carried out forensic autopsies in North Sulawesi, namely Prof.
Dr. R. D. Kandou Hospital and RS Bhayangkara tingkat III in Manado. Data were obtained
from medical records of exhumation cases carried out by forensic and medicolegal specialists.
The results showed that from 22 cases of forensic medical examinations on exhumated
corpses, 17 corpses were male (77%) and 5 corpses (23%) were female. In 95.45% of cases,
the causes of deaths could be determined, while in 4.54% the causes of deaths could not be
determined anymore. In conclusion, the contribution of forensic examinations on exhumation
cases has the same quality as forensic examinations in any other cases. Meanwhile, the main
challenge of this examination is the carefulness of the investigator in schedulling the
examination.
Keywords: forensic medicine, exhumation

Abstrak: Pemeriksaan forensik setelah proses ekshumasi merupakan prosedur dengan kondisi
lapangan yang mungkin memiliki rentang terlebar dalam suatu prosedur kedokteran forensik.
Pemeriksaan dapat dilakukan di rumah sakit dengan alat yang lengkap hingga kondisi dimana
pemeriksaan harus dilakukan di tempat penggalian, dengan alat terbatas. Kondisi jenazah yang
beragam saat digali dari kubur juga membuat pemeriksaan forensik pada jenazah setelah
proses ekshumasi memiliki tantangan dan hambatan tersendiri bila dibandingkan dengan kasus
kedokteran forensik lainnya. Penelitian ini dilaksanakan di dua rumah sakit yang
melaksanakan autopsi forensik di Sulawesi Utara, yaitu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou dan RS
Bhayangkara tingkat III Manado. Data dikumpulkan dari rekam medis kasus ekshumasi yang
dilaksanakan dokter spesialis forensik dan medikolegal. Hasil penelitian mendapatkan 22
kasus pemeriksaan kedokteran forensik pada jenazah hasil ekshumasi selama thaun 2015-
2019, terdiri dari 17 jenazah laki-laki (77%) dan 5 jenazah perempuan (23%). Pada 95,45%
kasus sebab kematian dapat ditentukan, sedang pada 4,54% tidak dapat ditentukan lagi sebab
kematiannya. Simpulan penelitian ini ialah kontribusi yang diberikan pemeriksaan forensik
pada kasus ekshumasi sama kualitasnya dengan pemeriksaan forensik pada kasus korban yang
baru meninggal sedangkan tantangan utama pemeriksaan jenazah ekshumasi yaitu kejelian
penyidik dalam meminta dan menjadwalkan pemeriksaan.
Kata kunci: Kedokteran Forensik, ekshumasi

192
Kristanto: Pemeriksaan forensik setelah ekshumasi ... 193

Ekshumasi atau penggalian jenazah meru- batan tersendiri bila dibandingkan dengan
pakan prosedur penggalian untuk menge- kasus kedokteran forensik lainnya.3,4
luarkan jenazah dari liang kubur. Ekshu- Pemeriksaan kedokteran forensik sete-
masi dapat dilakukan karena berbagai lah proses ekshumasi memiliki tantangan
kepentingan; salah satunya ialah kepen- dan hambatannya tersendiri, yang berbeda
tingan penegakan hukum. Saat memper bila dibandingkan dengan pemeriksaan
timbangkan perlu tidaknya proses ekshu- kedokteran forensik kasus lainnya. Budaya,
masi untuk pemeriksaan forensik, seorang agama, informasi yang dimiliki masyarakat
polisi harus mempertimbangkan pertanyaan mengenai pemeriksaan forensik, hingga
yang perlu dijawabnya dalam suatu fasilitas yang memiliki rentang keleng-
penyidikan, dan apakah pertanyaan tersebut kapan yang berbeda membuat pelayanan
dapat dijawab melalui pemeriksaan foren- pemeriksaan forensik setelah proses ekshu-
sik setelah proses ekshumasi. Langkah masi akan memiliki kontribusi yang berbe-
pertama yang harus dilakukan oleh seorang da pada setiap kasusnya.1,5 Identifikasi
penyidik untuk memulai proses ekshumasi kontribusi dan tantangan dalam pemerik-
untuk kepentingan penegakan hukum ialah saan kedokteran forensik pada jenazah hasil
berkonsultasi dengan seorang dokter ahli ekshumasi dibutuhkan untuk melihat
kedokteran forensik1. Dokter ahli forensik peluang dan mengatasi tantangan yang
akan membantu penyidik untuk memberi- timbul dalam pelaksanaan pemeriksaan
kan pertimbangan apakah pemeriksaan forensik kasus ekshumasi di kemudian hari.
forensik pasca ekshumasi dapat memberi-
kan hasil yang bermakna. Dokter ahli terse- METODE PENELITIAN
but juga dapat memberi petunjuk mengenai Penelitian ini dilakukan di dua rumah
kebutuhan pada saat pemeriksaan, perijin- sakit yang melaksanakan autopsi forensik
an, dan tempat pemeriksaan dilakukan.1,2 di Sulawesi Utara, yaitu RSUP Prof. Dr. R.
Pemeriksaan kedokteran forensik sete- D. Kandou dan RS Bhayangkara tingkat III
lah proses ekshumasi merupakan prosedur Manado. Data diambil dari instalasi foren-
dengan kondisi lapangan yang mungkin sik masing-masing rumah sakit termasuk
memiliki rentang terlebar dalam suatu hasil tukar informasi penyidik dan pelak-
prosedur kedokteran forensik. Pemeriksaan sana pemeriksaan forensik di kedua rumah
dapat dilakukan di rumah sakit dengan alat sakit pelaksana. Kedua rumah sakit diambil
yang lengkap hingga kondisi dimana sebagai tempat penelitian mengingat di
pemeriksaan harus dilakukan di tempat Sulawesi Utara, hanya dua rumah sakit ini
penggalian, dengan alat terbatas.3 Kontri- yang melayani permintaan pemeriksaan
busi pemeriksaan forensik pada ekshumasi kedokteran forensik pada jenazah ekshu-
jenazah dari sisi kuantitas memang tidak masi.
sebesar kontribusi pemeriksaan forensik Pada penelitian ini, penulis mengum-
pada jenazah yang langsung dibawa ke pulkan data kasus ekshumasi yang dilaksa-
rumah sakit, atau pemeriksaan forensik nakan dokter ahli forensik dan medikolegal
klinik, namun kontribusinya dari sisi di Provinsi Sulawesi Utara periode Januari
kualitas tidak dapat diabaikan.4 Berkat 2015-Desember 2019. Kasus yang diinklu-
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sikan dalam penelitian ini ialah kasus yang
yang saat ini diaplikasikan ke bidang melalui protokol standar pelayanan peme-
kedokteran forensik, pemeriksaan forensik riksaan forensik pada jenazah hasil ekshu-
setelah ekshumasi dapat memberikan infor- masi sebagai dijelaskan berikut. Pihak
masi berharga terkait identitas dan sebab rumah sakit menerima surat permintaan
kematian atau petunjuk-petunjuk lainnya. pemeriksaan forensik dari kantor kepolisian
Kondisi jenazah yang beragam saat digali negara RI. Penyidik dari kantor kepolisian
dari kubur juga membuat pemeriksaan berkoordinasi dengan dokter untuk tempat
forensik pada jenazah setelah proses pelaksanaan pemeriksaan. Tahap berikut-
ekshumasi memiliki tantangan dan ham- nya ekshumasi dilakukan dengan pendam-
194 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.192-198

pingan polisi, dan diikuti dengan pemerik- R. D. Kandou dan RS Bhayangkara tingkat
saan forensik pada jenazah hasil ekshumasi III Manado tampak menurun dari tahun ke
tersebut. tahun. Pemeriksaan forensik ini mencakup
Data dikompilasi dari lembar deduksi pemeriksaan jenazah dan pemeriksaan be-
pemeriksaan forensik, foto, dan hasil peme- dah jenazah, termasuk autopsi pada jenazah
riksaan penunjang untuk ditampilkan dalam ekshumasi. Tren penurunan jumlah tindak-
bentuk tabel dan grafik. Data hasil kompi- an forensik pada jenazah ini tidak terjadi
lasi digunakan untuk diskusi dan menarik pada pemeriksaan bedah jenazah, dimana
simpulan penelitian. berturut-turut di Sulawesi Utara angka
pemeriksaan bedah jenazah meningkat dari
HASIL PENELITIAN 17 kasus autopsi pada tahun 2015, menjadi
Autopsi yang dilakukan pada jenazah 19 kasus pada tahun 2016, 24 kasus pada
hasil ekshumasi dilaksanakan untuk kepen- tahun 2017, 27 kasus pada tahun 2018, dan
tingan medikolegal pada kasus pembu- 34 kasus di tahun 2019.
nuhan, diduga pembunuhan, kecurigaan
kasus keracunan, kematian akibat aborsi,
atau dugaan kelalaian medik.6 Pada pene-
litian ini teramati bahwa semua pemerik-
saan kedokteran forensik pada kasus
ekshumasi di Sulawesi Utara tahun 2015-
2019 didasari berkas permintaan yang
lengkap dari kantor kepolisian. Pada setiap
pemeriksaan forensik jenazah, hasil ekshu-
masi pada penelitian ini, penyidik atau
penyidik pembantu dari kantor kepolisian
yang meminta pemeriksaan dihadirkan. Gambar 1. Jumlah pemeriksaan forensik
Hasil penelitian ini mendapatkan 22 jenazah ekshumasi
kasus pemeriksaan kedokteran forensik
pada jenazah hasil ekshumasi tahun 2015- Gambar 2 memperlihatkan bahwa
2019 di Sulawesi Utara terdiri atas 17 jumlah pemeriksaan kedokteran forensik
jenazah laki-laki (77%) dan 5 jenazah pada jenazah di RSUP Prof. Dr. R. D.
perempuan (23%). Gambar 1 memper- Kandou lebih kecil daripada jumlah peme-
lihatkan bahwa pemeriksaan kedokteran riksaan di RS Bhayangkara Manado.
forensik yang dilakukan di RSUP Prof. Dr.

Gambar 2. Jumlah tindakan forensik pada jenazah tahun 2015-2019 di Sulawesi Utara
Kristanto: Pemeriksaan forensik setelah ekshumasi ... 195

Pada penelitian ini, jenazah yang dipe- Gambar 4 menunjukkan perbedaan laju
riksa memiliki rentang waktu sejak pengu- proses pembusukan yang terjadi. Gambar
buran hingga ekshumasi yang beragam, 4A memperlihatkan jenazah yang dima-
mulai dari 1 minggu sampai dengan 8 kamkan tanpa peti mati, sedangkan Gambar
bulan. Gambar 3 menunjukkan bahwa pada 4B memperlihatkan jenazah yang dima-
pemeriksaan forensik setelah ekshumasi, 21 kamkan dalam peti mati. Jenazah yang
kasus (95,45%) dapat ditentukan sebab dimakamkan dalam peti mati tampak telah
kematiannya, sedang 1 kasus (4,54%) tidak mengalami proses mumifikasi dengan seba-
dapat ditentukan lagi sebab kematiannya. gian besar jaringan lunak masih dapat
Sebab kematian yang diperoleh pada mayo- dilihat bentuk makroskopiknya. Pada pene-
ritas kasus yang diperiksa (95,45%) ialah litian ini tampak laju proses pembusukan
kekerasan tumpul pada berbagai daerah yang berbeda pada kasus dengan waktu
tubuh. penguburan yang relatif sama.

Gambar 3. Pola sebab kematian hasil pemeriksaan jenazah ekshumasi (searah jarum jam)

Gambar 4A. Proses pembusukan jenazah yang Gambar 4B. Proses pembusukan jenazah yang
telah dimakamkan 8 bulan tanpa peti mati telah dimakamkan 8 bulan dalam peti mati
dengan mumifikasi
196 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.192-198

BAHASAN saan jenazah ekshumasi, dokter ahli kedok-


Pemeriksaan forensik pada jenazah teran forensik dan medikolegal mencan-
dengan sebab kematian karena penyakit tumkan dalam lembar pemeriksaan bahwa
(sering disebut sebagai kematian men- mereka tidak menemukan label jenazah
dadak), semuanya dilakukan atas permin- yang lazimnya digantungkan di ibu jari
taan penyidik Polri karena adanya kecuri- kaki kanan.
gaan tindak pidana pada kasus tersebut. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
Ketiadaan saksi dan simpang siurnya cerita angka pemeriksaan kedokteran forensik
yang beredar di antara anggota keluarga pada jenazah di RSUP Prof. Dr. R. D.
merupakan alasan utama dimintanya peng- Kandou lebih sedikit daripada jumlah
galian jenazah pada kasus-kasus tersebut. pemeriksaan di RS Bhayangkara Manado.
Pada pengamatan kasus terungkap Hal ini dapat disebabkan karena adanya
beberapa hasil menarik dari penelitian ini bantuan pembiayaan dari RS Bhayangkara
dalam hubungannya dengan demografi, untuk pemeriksaan forensik. Pemeriksaan
sosiologi, dan psikologi, yaitu: terdapat tren jenazah dan pemeriksaan bedah jenazah
penurunan angka permintaan pemeriksaan dengan surat permintaan yang lengkap,
forensik pada jenazah ekshumasi tahun biayanya ditanggungkan kepada institusi
2015-2019. Selain itu, terdapat penurunan Polri.
jumlah total pemeriksaan forensik di Sula- Secara teknis, bedah jenazah forensik
wesi Utara, namun terjadi kenaikan angka dilakukan atas permintaan penyidik sehu-
pemeriksaan bedah jenazah pada tahun bungan dengan adanya penyidikan suatu
2015-2019. Jenis kelamin laki-laki merupa- perkara pidana. Biasanya pihak dari keluar-
kan jenis kelamin yang predominan sebagai ga jenazah mengajukan keberatan atas
korban yang diperiksa. Kondisi jenazah ter- dilakukannya tindakan autopsi dengan
kait proses dekomposisinya, yang diku- alasan agama/adat, informasi yang salah
burkan dalam tanah tidak hanya ditentukan bahwa organ tubuh jenazah akan diambil
oleh waktu/telah berapa lama jenazah diku- atau jenazah akan dibuat sebagai bahan
burkan. Hasil penelitian ini menunjukkan percobaan.7,8 Angka pemeriksaan bedah
bahwa sebab kematian dari mayoritas kasus jenazah yang meningkat juga mengindi-
yang diperiksa (95,45%) yaitu kekerasan kasikan makin terampilnya penyidik dalam
tumpul pada berbagai daerah tubuh. memberikan keterangan pada keluarga
Ekshumasi merujuk pada pengambilan korban dan makin teredukasinya masya-
jenazah yang telah dikubur untuk pemerik- rakat Sulawesi Utara terkait pemeriksaan
saan post mortem. Jenazah yang digali dari kedokteran forensik. Faktor penyebab lain
kubur dapat memiliki rentang beberapa hari yang menyebabkan turunnya angka peme-
setelah penguburan hingga beberapa tahun riksaan kedokteran forensik secara keselu-
setelah penguburan.4 Pemeriksaan forensik ruhan membutuhkan penelitian lanjut.
pada ekhumasi menjadi cara terakhir untuk Penelitian di Hanover, Jerman menun-
memperoleh diagnosis forenisk pada kasus jukkan perubahan patomorfologik dari
yang tadinya tidak terdeteksi sebagai suatu organ internal dan jaringan lunak pada
tindak pidana atau kasus yang tidak terolah kasus penggalian masih dapat dikenali
dengan benar sebelumnya.5 hingga beberapa bulan, bahkan pada
Pada saat pemeriksaan forensik dilaku- beberapa kasus hingga beberapa tahun
kan di rumah sakit dan bukan dilakukan setelah penguburan. Secara umum evaluasi
langsung di tempat penggalian, seharusnya organ dalam secara forensik masih mung-
semua jenazah ekshumasi dimasukkan ke kin dilakukan setelah 5 tahun penguburan.
dalam kantung jenazah yang kemudian Tubuh jenazah mengalami skeletonsasi
disegel oleh penyidik dengan segel inte- setelah kurang lebih delapan tahun.9
gritas.6 Pada penelitian ini ditemukan Temuan penelitian ini menunjukkan
semua prosedur dilakukan penyidik dengan bahwa Indonesia atau Sulawesi Utara
baik, namun pada seluruh kasus pemerik- khususnya memiliki laju dekomposisi yang
Kristanto: Pemeriksaan forensik setelah ekshumasi ... 197

berbeda dengan yang ada di Jerman. Pada autolisis atau putrefikasi. Pada jenazah
Gambar 4 dapat dilihat skeletonisasi dapat yang mengalami mumifikasi, gambaran
terjadi pada bulan ke-8 (Gambar 4A), histopatologik dapat bertahan lebih lama,
sedang pada daerah lain di Sulawesi Utara sehingga pengambil sampel histopatologik
pada 8 bulan pasca penguburan tampak pada jenazah yang mengalami mumifikasi
proses mumifikasi (Gambar 4B). Temuan menjadi penting.13
ini menunjukkan proses dekomposisi di Pada pemeriksaan jenazah ekshumasi
Sulawesi Utara berjalan lebih cepat dalam penelitian ini, rentang penguburan
dibandingkan daerah-daerah di Eropa atau terpendek tercatat 1 minggu. Analisis data
tolok ukur yang tertera di buku teks Eropa. perkiraan saat kematian maupun petunjuk
Cepatnya proses dekomposisi di daerah penyebab kematian lainnya menjadi lebih
tropis dengan suhu dan kelembaban tinggi lebar dibandingkan dengan pemeriksaan
seperti di Sulawesi Utara merupakan forensik pada jenazah yang baru saja
tantangan tersendiri saat melakukan peme- meninggal. Kehilangan data ini sebagian
riksaan forensik pada jenazah ekshumasi. dapat disubstitusi menggunakan bidang
Semakin cepat penyidik dapat mengiden- keilmuan lain seperti entomologi forensik
tifikasi perlunya ekshumasi dan menjad- yang mampu membuat perkiraan saat
walkan pemeriksaan forensik, maka sema- kematian yang lebih tajam bagi jenazah
kin dapat menghindarkan hilangnya data yang telah dikubur 1 minggu atau lebih.
penting karena rusaknya jaringan lunak dan Keterlibatan ahli entomologi, antropologi
organ dalam pada jenazah.10 dan ilmuwan forensik lain akan dapat
Laju pembusukan pada jenazah manu- membantu memperkecil gap yang tercipta
sia dewasa untuk mencapai fase skele- akibat dekomposisi jenazah.14 Pengambilan
tonisasi di Indonesia secara rata-rata sampel yang tepat dan dukungan tim lintas
berkisar antara 6-8 hari bila jenazah disiplin ilmu menghasilkan pemeriksaan
diletakkan di ruang terbuka.9 Pada jenazah forensik yang dapat diandalkan, yang
yang dikubur, kerusakan jaringan lunak dan dibuktikan melalui dapat ditegakkannya
organ akan mulai terjadi setelah 12-14 hari, penyebab kematian pada 95,45% kasus
dan bila dihitung dengan rumus Casper, (Gambar 3).
maka fase skeletonisasi akan terjadi setelah Pemeriksaan forensik pada jenazah
48-64 hari.11,12 Perubahan makroskopik ekshumasi dapat memberi kontribusi yang
organ dalam yaitu limpa mulai tampak sama kualitasnya dengan pemeriksaan
pada 2 jam postmortem yaitu perubahan forensik pada kasus dimana korban baru
warna, konsistensi, dan panjang. Perubahan meninggal. Hampir tidak mungkin mem-
mikroskopik limpa dimulai pada 5 jam perkirakan seberapa baik kondisi jenazah
postmortem ditandai dengan kongesti saat digali dari kubur dari banyaknya faktor
korpus Malpighi; 24 jam postmortem yang saling terkait dalam menentukan
limfosit dalam korpus Malphigi memper- kondisi tersebut. Pemeriksaan forensik
lihatkan inti piknotik; dan pada 48 jam yang dilakukan setelah proses ekshumasi
postmortem inti limfosit telah mengalami harus terlaksana sebaik pemeriksaan foren-
karioreksis dan kariolisis.11,13 sik pada jenazah yang bukan dari ekshu-
Sebagian besar pemeriksaan forensik masi, dan harus dilaksanakan oleh dokter
pada jenazah ekhumasi dilaksanakan di ahli kedokteran forensik dan medikolegal,
tempat ekshumasi. Analisis sebab kematian dengan atau tanpa didampingi ahli
pada kondisi ini dapat dibantu dengan lainnya.15
pengambilan sampel yang tepat, sehingga Tantangan utama pemeriksaan jenazah
keterbatasan alat di tempat pemeriksaan ekshumasi yaitu kejelian penyidik dalam
dapat teratasi. Pemeriksaan sampel histo- meminta dan menjadwalkan pemeriksaan.
patologik pada jenazah ekhumasi memiliki Pemeriksaan forensik pada jenazah yang
tantangan tersendiri karena sebagian gam- telah lama dikubur menyebabkan hilangnya
baran dapat hilang baik akibat proses sebagian data akibat proses dekomposisi.
198 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.192-198

Ciri patomorfologik yang seharusnya dite- Arnold (Publishers) Ltd, 2016; p. 662.
mukan akan makin berkurang, seiring 5. Lolong G, Mallo NTS, Mallo JF. Efeltivitas
makin lamanya jenazah dikuburkan. Keter- ekshumasi dalam pengungkapan kasus
libatan tim dengan latar belakang forensik di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
yang berbeda seperti ahli entomologi, dan Medicolegal FK Unsrat - RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou tahun 2015-
odontologi, dan antropologi forensik dapat 2016. e-CliniC. 2017;5(1):83-6.
mempertajam hasil pemeriksaan forensik 6. Nnoli MA, Nwabuko OC, EbugheG,
pada jenazah ekshumasi. Omotoso J. Exhumation-abduction
Kontribusi yang diberikan pemeriksaan with violent death in South Eastern
forensik pada kasus ekshumasi sama kuali- Nigeria from 2007-2011. IOSR-JDMS.
tasnya dengan pemeriksaan forensik pada 2013;6(4): 56-8.
kasus korban baru meninggal. Pada pene- 7. Ammani J, Sai Sudheer T, Roopesh.
litian ini diagnosis sebab kematian dapat Analytical study of exhumations and its
ditegakkan pada 95,45% kasus. medico-legal importance. International
Journal of Contemporary Medical
Research. 2016;3(4):972-5.
SIMPULAN
8. Kastubi. Fungsi bedah mayat forensik
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat (autopsi) untuk mencari kebenaran
disimpulkan bahwa kontribusi pemeriksaan materiil dalam suatu tindak pidana.
forensik pada kasus ekshumasi sama kuali- Jurnal Spektrum Hukum. 2016;13(1):
tasnya dengan pemeriksaan forensik pada 73-88.
kasus korban baru meninggal. Tantangan 9. Breitmeier D, Graefe-Kirci U, Albrecht K,
utama pemeriksaan jenazah ekshumasi Weber M, Troger HD, Kleemann
yaitu kejelian penyidik dalam meminta dan WJ. Evaluation of the correlation
menjadwalkan pemeriksaan mengingat between time corpses spent in in-
hilangnya sebagian data akibat proses ground graves and findings at
dekomposisi pada jenazah yang telah lama exhumation. Forensic Sci Int. 2005;
dikubur. 154(2-3):218-23.
10. Buris L. Forensic Medicine. Barcelona:
Springer Verlag, 1993;11-43.
Konflik Kepentingan 11. Goni LR, Wongkar J, Wangko S.
Penulis menyatakan tidak terdapat konflik Gambaran makroskopik dan micros-
kepentingan dalam penelitian ini. kopik limpa pada hewan coba
postmortem. eBiomedik. 2017;5(1).
DAFTAR PUSTAKA : 12. Yadav A, Dey A, Anuragi RP, Kanwar H.
1. Dolinak D, Matshes E. Forensic Pathology: Determination of postmortem interval
Principles and Practice. California: by decomposition changes: An ambi-
Elsevier Inc., 2005; p. 544-54. guous phenomenon. CCRR. 2017;
2. Idries AM. Tjiptomartono AL. Penerapan 3(4):1-3.
Ilmu Kedokteran Forensik dalam 13. Dettmeyer RB. Forensic Histopathology.
Proses Penyelidikan (Edisi revisi). Fundamentals and Perpectives. New
Jakarta: Sagung Seto, 2013; p. 6-25. York: Springer, 2011; p. 401-10.
3. Nouma Y, Ben Amar W, Zribi M, Bardaa S, 14. Kristanto E, Wangko S, Kalangi SJR,
Hammami Z, Maatouq S. Forensic Mallo JF. Peran entomologi forensik
examination after exhumation: Contri- dalam perkiraan saat kematian dan olah
bution and difficulties after more than tempat kejadian perkara sisi medis.
thirty years of burial. J Forensic Leg Jurnal Biomedik. 2009;1(1):41-4.
Med. 2016;44:120-7. 15. Payne J, Jones RM. Simpson's Forensic
4. Knight B, Saukko P. Knight's Forensic Patho- Medicine (14th ed). Boca Raton: CRC
logy (4th ed). Edinburgh: Edward Press, 2011; p. 223-31.

You might also like