Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The number of people with joint pain in the world reaches 355 million. The prevalence of joint pain
in the elderly comes from 55-64 years aged group is 15.5%, age 65-74 years as much as 18.6%, and
age 75 years and over as much as 18.9%. The elderly in Kebonharjo Village reported joint pain,
namely 60-74 years old. Joint pain can interfere with activity. Joint pain management can solved by
non-pharmacological methods such as progressive muscle relaxation therapy and finger gripping.
This study aims to determine the effectiveness of a combination therapy of progressive muscle
relaxation and finger gripping on joint pain in the elderly in the village of Kebonharjo. This is a
quantitative study and quasi-experimental two-group pre-test and post-test control group design. The
sampling technique used a random sampling of 20 respondents for the intervention group and 20
respondents for the control group. The research instrument used a questionnaire, a combination of
therapies of progressive muscle relaxation and finger gripping with expert validity tests, and
observation sheets. Data analysis using the Wilcoxon test and Mann-Whitney test. The results showed
joint pain in the control group obtained a pre-value of 3.50 and post value of 4.00. Joint pain in the
intervention group with a value of pre-4.00 and post-3.00. The results of the pretest of the control and
intervention group obtained P-Value = 0.317 and P-Value <0.001. The posttest difference test
between the control and intervention group is P-value = 0.003. The combination therapy of
progressive muscle relaxation and finger gripping has been scientifically proven to reduce joint pain
in the elderly in the village of Kebonharjo.
Keywords: Joint Pain, Progressive Muscle Relaxation, Finger Grip Exercise, Elderly
Abstrak
Jumlah penderita nyeri sendi dunia mencapai 355 juta. Prevalensi nyeri sendi pada lanjut usia
bersumber pada kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 15, 5%, umur 65-74 tahun sebanyak 18, 6%
dan umur 75 tahun keatas sebanyak 18, 9%. Lansia Desa Kebonharjo melaporkan adanya nyeri sendi
yaitu umur 60-74 tahun. Nyeri sendi dapat menggangu aktivitas. Penanganan nyeri sendi dapat
dilakukan dengan cara nonfarmakologi seperti terapi relaksasi otot progresif dan genggam jari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas kombinasi terapi relaksasi otot progresif dan
genggam jari terhadap nyeri sendi pada lansia di desa kebonharjo. Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif menggunakan desain penelitian ekperimen kuasi menggunakan dua grup dengan desain
pretes dan postes grup. Teknik sampel menggunakan sampel random sampling sebanyak 20 responden
untuk kelompok intervensi dan 20 responden untuk kelompok kontrol. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner skala numerik rating scale, SOP kombinasi terapi relaksasi otot progresif
dan genggam jari dengan dilakukan uji validitas expert, dan lembar observasi. Analisa data
menggunakan Uji Wilcoxon dan Uji Mann Whitney. Hasil analisa univariat nyeri sendi pada
kelompok kontrol diperoleh nilai pre 3,50 dan post 4,00. Nyeri sendi pada kelompok intervensi dengan
nilai pre 4,00 dan post 3,00. Hasil uji pretest kelompok kontrol dan kelompok intervensi didapatkan
P-Value = 0,317 dan P-Value <0,001. Uji beda posttest kelompok kontrol dan kelompok intervensi
didapatkan P-Value = 0,003. Kombinasi terapi relaksasi otot progresif dan genggam jari terbukti
secara ilmiah menurunan nyeri sendi pada lansia di desa Kebonharjo
Kata Kunci : Nyeri sendi, Relaksasi Otot Progresif, Genggam Jari, Lansia
HASIL
akan memperparah rasa sakit pada intervensi dan kelompok kontrol dan
penderita nyeri sendi (Nahariani, kombinasi terapi relaksasi otot progresif
Lismawati, dan Wibowo, 2012). Seseorang dan genggam jari efektif menurunkan nyeri
yang melakukan gerakan yang sama secara sendi pada lansia.
terus menerus dalam waktu yang lama akan Terapi relaksasi otot progresif pada
merasakan kelelahan fisik. Kelelahan ini tahap lanjut usia yang signifikan dapat
timbul karena gerakan tubuh yang terus- mengurangi nyeri sendi. Terapi relaksasi
menerus dan tanpa disadari mengakibatkan otot progresif secara bertahap dapat
penurunan sistem otot (Boedhi, 2011). mengurangi sensasi nyeri dengan
Lukman dan Ningsih (2013), menyatakan memberikan relaksasi melalui pelepasan
rentang gerak yang terbatas bisa endorphin (Doliarn, Dimas, Kurniajati &
disebabkan karena adanya deformitas Kristanti, 2018). Latihan otot progresif
skeletal, patologi sendi atau kontratur otot bisa menurunkan stimulus mediator nyeri
dan tendon sekitarnya sehingga pekerja sehingga nyeri yang dirasakan klien bisa
kemungkinan besar mengalami nyeri sendi. berkurang baik kuantitas maupun kualitas
Menurut Khoiri (2016), Penderita dengan (Susanto, 2018). Dengan mempraktekan
gangguan nyeri sendi biasanya mengeluh terapi otot progresif secara rutin bisa
nyeri pada waktu melakukan aktivitas, menurunkan bahkan meghilangkan nyeri
selain itu aktivitas fisik (terutama berlutut, sendi pada lansia. Terapi komplemneter
jongkok, mengangkat, atau mendaki) juga bisa memberikan dampak ang signifikasn
dapat menyebabkan gangguan sendi bila dilakuakn secara rutin dan sesuai
sehingga mengakibatkan nyeri pada sendi. ketentuan. Sebagai sebuah terapi
Efektivitas Kombinasi Terapi Relaksasi komplemneter, terapi otot progresif
Otot Progresif Dan Genggam Jari dipercaya mampu menurunkan nyeri
Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia Di terutama nyeri sendiri dalam katagori
Desa Kebonharjo ringan dan sedang. Pada klien dengan
Tabel 2 menunjukkan kelompok skala nyeri berat pastinya membutuhkan
control memiliki nilai post test sebesar 4,00 terapi medikasi medis (Susanto, 2018)
dan kelompok intervensi sebesar 3,00. Terapi latihan otot progresif
Kelompok intervensi menunjukkan merupakan salah satu terapi
penurunan angka skala nyeri sebanyak komplementer yang mampu megurangi
1,00. Kelompok kontrol menunjukkan nyeri. Karenan memang dalam terapi ini
peningkatan angka skala nyeri 0,50. Pada klien diatih untuk bisa konsetrasi,
pemberian intervensi dengan dilakukan mengatur pernafsan dan menjaga agar
kombinasi terapi relaksasi otot progresif bisa dalam kondisi relaksasi (Ayu, 2020).
dan genggam jari didapatkan nilai Pengaturan pernafasan akan membuat
signifikansi sebesar P-Value <0,001 ≤ tubuh klien mampu menasup oksigen
α=0,05 yang berarti adanya pengaruh yang sebanak mungkin dan mengeluarkan CO2.
signifikan antara nyeri sendi sebelum dan Dalam kondisi ini tubuh klien akan
sesudah dilakukan terapi relaksasi otot mengalamu perfusi yang adekuat. Bisa
progresif dan genggam jari. Pada kelompok mengantrakan suplai darah ang cukup ke
kontrol tidak dilakukan terapi hanya di dalam sel. Sehingga dapat memberikan
lakukan observasi didapatkan nilai kalori (Ramayanti, Irham, & Polisiri
signifikansi sebesar P-Value=0,317 ≥ (2021). Relaksasi otot juga membuat sistem
α=0,05 yang berarti tidak adanya pengaruh parasimpatis akan mendominasi selama
yang signifikan antara nyeri sendi sebelum dan setelah pelaksanaan relaksasi otot
dan sesudah. Tabel 3 menunjukkan P-Value progresif, dengan demikian akan
0,003 ≤0,05. Hal ini menunjukkan bahwa menurunkan denyut jantung, laju
terdapat perbedaan antara kelompok pernapasan, dan tekanan darah. Hal ini
mempengaruhi susunan saraf somatik yang gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri
dalam serta mempengaruhi saraf terhambat dan berkurang. Teori two gate
parasimpatis sehingga mengurangi control menyatakan bahwa terdapat satu
kecemasan (Ekasari, 2018). Respon “pintu gerbang” lagi di thalamus yang
relaksasi juga mengurangi nyeri dengan mengatur impuls nyeri dari nervus
mengurangi permintaan oksigen jaringan, trigeminus. Dengan adanya relaksasi, maka
menurunkan kadar bahan kimia seperti impuls nyeri dari nervus trigeminus akan
asam laktat dan melepaskan endorfin. dihambat dan mengakibatkan tertutupnya
Endorfin yang dilepaskan akan bekerja “pintu gerbang” di thalamus Tertutupnya
sebagai neurotransmiter berikatan dengan “pintu gerbang” di thalamus
reseptor opoid sehingga akan menghambat mengakibatkan stimulasi yang menuju
transmisi stimulus nyeri. Dengan korteks serebri terhambat sehingga
demikian,terapi komplementer relaksasi intensitas nyeri berkurang untuk kedua
otot progresif dapat menurunkan persepsi kalinya. (Pinandita, Purwanti & Utoyo,
nyeri pada lansia (Wijaya & Nurhidayati) 2012)
Relaksasi genggam jari atau hold Pemberian kombinasi terapi
finger merupakan metode yang ringan relaksasi otot progresif dan genggam jari
selama beradaptasi dengan emosi serta dalam menurunkan nyeri sendi pada lansia.
meningkatkan kecerdasan emosional. Peneliti memilih menggabungkan terapi
Metode relaksasi genggam jari dapat relaksasi otot progresif dengan genggam
menolong badan, pikiran, serta jiwa rileks. jari untuk mengurangi nyeri sendi karena
Dalam keadaan relaksasi secara alamiah temuan sebelumnya yang melibatkan
akan memicu pengeluaran hormon relaksasi otot progresif dan genggam jari
endorfin, hormon ini merupakan analgesik dengan hasil kedua terapi tersebut
alami dari tubuh sehingga nyeri akan signifikan untuk mengurangi nyeri sendi
berkurang (Sulung &Rani, 2017). pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian
Relaksasi genggam jari dapat adanya pengaruh terapi relaksasi otot
meningkatkan toleransi nyeri melalui progresif dan genggam jari terhadap
beberapa mekanisme antara lain penurunan nyeri sendi pada lansia di
relaksasi ini dapat menurunkan nyeri, kelompok intervensi, dengan nilai
menurunkan respons katekolamin, dan signifikansi sebesar P-Value < 0,001 dapat
menurunkan tegangan otot. Hasil tersebut dilihat pada tabel. Manajemen Nyeri
dibuktikan beberapa lansia dengan nyeri digunakan untuk menghilangkan atau
sendi setelah diberikan terapi relaksasi mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa
genggam jari mengatakan bahwa merasa nyaman. Setyawan, Susilaningsih &
lebih nyaman, lebih tenang, dan nyeri Emaliyawati (2013) menyebutkan terapi
dirasa berkurang (Idris & Astarini, 2017). komplementer yang sering digunakan
Adanya nyeri menyebabkan keluarnya adalah relaksasi otot progresif dalam dan
mediator nyeri yang akan menstimulasi relaksasi genggam jari. Hal ini dikarenakan
transmisi impuls disepanjang serabut saraf proses terapi tersebut sangat membantu
aferen nosiseptor ke substansia gelatinosa meringankan nyeri yang dialami pasien dan
(pintu gerbang) di medula spinalis untuk mudah dilakukan secara mandiri oleh
selajutnya melewati thalamus kemudian pasien.
disampaikan ke kortek serebri dan
diinterpretasikan sebagai nyeri. Perlakuan SIMPULAN
relaksasi genggam jari akan menghasilkan Kombinasi terapi relaksasi otot
impuls yang dikirim melalui serabut saraf progresif dan genggam jari terbukti secara
aferen nonnosiseptor. Serabut saraf ilmiah menurunan nyeri sendi pada lansia
nonnosiseptor mengakibatkan “pintu di desa kebonharjo.Bagi Peneliti