cahayasufi
LOGIKA
PIKIRAN SEDEKAH
Sedekah dapat diartikan sebagai sebuah perbuatan baik yang dilakukan karena membenarkan
adanya pahala atau balasan dari Allah SWT.
Sedekah dapat juga diartikan sebuah
perbuatan untuk melapangkan jalan menuju
kekayaan, menghindari kemiskinan dan
merupakan salah satu pintu penyelesaian
suatu problematika.
Bentuk sedekah bermacam-macam,
yaitu: berbentuk uang, harta benda, bersikap
baik, menolong orang yang kesulitan,
tersenyum, menyingkirkan rintangan di
jalan, dan bermacam kebaikan lainnya.
100 | MISTERI | Edisi 537 2012
Berbagai buku yang mengulas seputar
fadhilah bersedekah cukup banyak beredar
di negeri ini. Anda dapat membeli dan
membaca buku tersebut untuk menambah
pengetahuan seputar manfaat sedekah.
Dalam amatan saya, Ustadz Yusuf
Mansyur tergolong berhasil dalam
mempopulerkan manfaat sedekah.
Beliau menjelaskannya secara gamblang
dalam bahasa yang sederhana, mudah
(Bag-1)
Oleh: Agus Siswanto
difahami dan sesuai dengan zamannya.
Baik itu pengalaman pribadinya sendiri,
maupun pengalaman orang lain. Saya
merekomendasikan Anda untuk membaca
uraian beliau seputar sedekah.
Tulisan-tulisan seputar sedekah juga
dapat dilihat diberbagai situs di internet.
Tulisan tersebut tentu saja dapat memotivasi
Anda untuk membiasakan bersedekah
dan mendapatkan manfaat dari kebiasaan
bersedekah. Harus diakui, internet adalah
gudang ilmu pengetahuan yang dapat
menambah perbendaharaan ilmu Anda.
Secara pribadi, saya sendiri pun mencari
bahan tulisan melalui internet dan buku-
buku. Terutama dalam menambah rujukan
terhadap tema yang saya tulis. Meskipun
demikian, saya tetap mencari data
utamanya secara langsung,misalkan melalui
pengalaman pribadi dan wawancara dengan
orang-orang. Inilah tugas jurnalistik.
Pembaca pun pasti sudah mengetahui
apa dan bagaimana sedekah itu. Manfaat
sedekah, keutamaan sedekah dan lain-
lain, tentu sudah Anda ketahui sejak lama.
Begitupula kisah-kisah keajaiban yang
mengiringi perbuatan sedekah.
Sedekah memang sesuatu yang luar
biasa. Tidak ada suatu perbuatan yang paling
cepat mendapatkan efek baliknya kecuali
bersedekah.
Saya ingin mengulang kisah seputar
sedekah. Kisah yang cukup populer dan
mungkin pernah Anda ketahui.
Dikisahkan, ketika Tuhan menciptakan
Bumi, maka seketika Bumi bergetar.
Kemudian Tuhan menciptakan Gunung
dengan kekuatannya. Bumi pun diam.
Ketika itu Bangsa Malaikat merasa takjub
dan heran dengan kekuatan Gunung hingga
membuatnya bertanya,
”Ya Tuhan, adakah sesuatu dalam
penciptaanMu yang lebih kuat dibandingkan
Gunung?” Tanya Malaikat.
“Besi,” Jawab Tuhan.
“Ya Tuhan, adakah sesuatu dalam
penciptaanMu yang lebih kuat dibandingkan
Besi?” Tanya Malaikat lagi.
“Api,” Jawab Tuhan.
“Ya Tuhan, adakah sesuatu dalam
penciptaanMu yang lebih kuat dibandingkan
Api?” Tanya Malaikat lagi.
“Air,” Jawab Tuhan.
“Ya Tuhan, adakah sesuatu dalam
penciptaanMu yang lebih kuat dibandingkan
Api?” Tanya Malaikat lagi.
“Angin,” Jawab Tuhan.
“Ya Tuhan, adakah sesuatu dalam
penciptaanMu yang lebih kuat dan lebih
dahsyat dibandingkan Gunung, Besi, Api, Air
dan Angin?” Tanya Malaikat lagi.
“Amal anak Adam yang mengeluarkan
sedekah dengan tangan kanannya,
sedangkan tangan kirinya tidak
mengetahuinya,” Jawab Tuhan.
Kisah di atas menggambarkan betapa
sedekah memiliki kekuatan yang sangat
dahsyat. Tentu saja sedekah yang diiringi
dengan niat yang tulus. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW,”Wahai segenap manusia.
Sesungguhnya amal itu tergantung kepada
niat, dan seseorang akan mendapatkan
(pahala) sesuai dengan apa yang
diniatkannya.”
PERINTAH BERSEDEKAH
Berikut ini sebagian diantara perintah
bersedekah. Firman Allah SWT,”Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan
Allah) dan bertaqwa dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (surga) maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan
yang mudah.”(Surah Al Lail: 5-8).
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.” (Surah
Al Baqarah : 261).
“Siapa yang memberi pinjaman kepada
Allah dengan pinjaman yang baik, maka
Allah akan melipatgandakan balasannya dan
baginya pahala yang mulia.” (Surah Al Hadiid
:11).
“...dan (janganlah kamu takut kepada
kemiskinan karena membelanjakan harta
kepada Allah)...” (Surah. Al Baqarah:245).
“Kamu tidak akan memeroleh
kebajikan (yang sempurna) sehingga kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai...”(Surah Ali Imran:92)
“Ingatlah kamu ini orang-orang yang
diajak untuk menafkahkan (hartamu)
pada jalan Allah maka diantara kamu
ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir
sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap
dirinya sendiri. Dan Allah Yang Maha Kaya
sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan (Nya)...” (Surah Muhammad
38).
“Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.” (Surah An-Nahl : 97).
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
(Surah Ali Imran: 92).
Dan sabda Rasulullah SAW, ”Setiap
awal pagi, semasa terbit matahari, ada
dua malaikat menyeru kepada manusia
di Bumi. Yang satu menyeru, ”Ya Tuhan,
karuniakanlah ganti kepada orang yang
membelanjakan hartanya kepada Allah.”
Yang satu lagi menyeru ”musnahkanlah
orang yang menahan hartanya.”
“Tidak akan pernah berkurang harta
yang disedekahkan kecuali ia bertambah...
bertambah...bertambah...” (HR. Al Tirmidzi).
“Dan Allah senantiasa memberi
pertolongan kepada hambaNya selama ia
menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
“Apabila seseorang masuk Islam
kemudian Islamnya menjadi baik, niscaya
Allah Ta’ala menghapus segala kejahatannya.
Sesudah itu setiap kebaikan dibalas 10
hingga 700 ganda. Sedangkan kejahatan
dibalas hanya setimpal dengan kejahatan itu,
kecuali pula kalau Allah memaafkan.”(HR.
Bukhari).
Beberapa hadist lain seputar sedekah
diantaranya,“Bersegeralah bersedekah,
sebab yang namanya bala tidak pernah
mendahului sedekah.”, ”Belilah semua
kesulitanmu dengan sedekah.”, ”Obatilah
penyakitmu dengan sedekah.”
Petikan ayat dan hadist tersebut
merupakan jaminan bahwa Allah SWT akan
memberikan ganti bagi orang yang gemar
bersedekah. Dengan kata lain, harta yang
kita keluarkan tidak akan hilang sia-sia.
Selain mendapatkan balasan di akhirat,
dapat juga diberi balasan di dunia.
Adapun secara umum manfaat sedekah
adalah: menyembuhkan berbagai macam
penyakit, melapangkan rezeki, menjauhkan
diri dari segala macam kesulitan dan
masalah, diselamatkan dari segala
keburukan, menenangkan hati dan jiwa,
menambah umur, dan lain-lain.
PROPAGANDA SEDEKAH
Kita tentu terbiasa mendengar atau
melihat anjuran bersedekah. Anjuran itu
terkadang muncul dalam berbagai bentuk
seperti: pamflet, spanduk, selebaran.
Adapula anjuran bersedekah ini yang
dikemas dalam bentuk iklan di televisi,
media massa dan internet.
Saya menyebut anjuran itu sebagai
propaganda. Tentu saja propaganda
yang baik. Sesuatu yang baik dan benar
menganjurkan orang untuk bersedekah
meski anjuran itu terkesan memaksakan.
Di sisi lain, adapula anjuran orang
untuk bersedekah melalui cara yang unik.
Misalkan, terdapat sebuah masjid yang
direnovasi dan membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Mereka lalu menugaskan
beberapa orang untuk mencari dana
renovasi dengan cara berdiri di tepi jalan
sambil memegang sebilah kayu yang di
ujungnya terdapat semacam keranjang jala
kecil. Mereka lalu menyodorkan keranjang
jala itu ke kendaraan yang lalu lalang sambil
berharap si pengguna kendaraan tersebut
melemparkan uang ke dalam keranjang jala.
Adakalanya, pada bagian tengah jalan di
letakkan drum-drum kosong yang bertujuan
agar kendaraan yang lewat melambatkan
laju kendaraannya. Hal itu agar lebih
memudahkan pengguna jalan melemparkan
uang sedekahnya.
Sementara itu, biasanya terdapat
MISTERI | Edisi 537 2012 | 101
 cahayasufi
Memang benar bahwa niat
yang terbaik dalam berse-
dekah itu adalah ikhlas lil-
lahi ta’ala agar dapat lebih
mendekatkan diri (taqar-
rub) kepada Allah SWT.
Tanpa keikhlasan, akan
musnah amal ibadah kita.
pula sebuah saung kecil dimana terdapat
seseorang yang berbicara melalui pengeras
suara menghimbau pengguna jalan untuk
bersedekah.
Dalam pandangan saya, hal tersebut
tergolong wajar saja. Meski secara langsung
mengganggu kelancaran para pengguna
jalan, namun hal itu masih dalam batas
kewajaran. Jika dianggap mengganggu, tentu
saja petugas lalu lintas akan melarang cara
semacam itu.
Pada dasarnya bersedekah tidak terlalu
sulit. Ambil contoh, di jalan yang terdapat
lampu lalu lintas (traffic light) biasanya ada
pengemis yang datang mendekati pengguna
jalan saat lampu menyala merah.
Saya biasa melihat pengemis yang
mengemis di lampu merah di berbagai kota
di negeri ini. Usia mereka pun bervariasi.
Ada yang masih balita hingga setengah
baya. Bahkan terkadang ada pengemis yang
menggendong bayi yang masih merah.
Tentu kita prihatin dengan kondisi
mereka. Tetapi itulah kenyataan kondisi
ekonomi negara kita. Kemiskinan seolah
selalu ada di setiap tempat dan setiap
waktu.
Biasanya kita juga sering dihimbau
agar tidak memberikan sedekah kepada
pengemis di lampu merah. Tetapi tentu
tidak mudah mengikuti himbauan ini. Sebab
nurani setiap orang berbeda. Fakta bahwa
pengemis masih ada di lampu merah
menunjukkan bahwa selalu ada orang yang
memberikan sedekah kepada pengemis itu.
Pengemis memang ada di mana-mana.
Di jalan-jalan, di bis kota, di pasar dan
pengemis yang berkeliling dari satu rumah
ke rumah lainnya. Meminta sedekah kepada
orang-orang yang dianggap memiliki
kelebihan hartanya dibandingkan dirinya.
Propaganda sedekah sebagaimana saya
uraikan di atas memang selalu kita dengar
setiap waktu. Hampir di setiap pengajian
atau tabligh akbar, sering dibahas seputar
sedekah. Baik menyangkut manfaat sedekah
dan juga kisah keajaiban yang dialami oleh
orang-orang yang memberikan sedekah.
Dalam hal ini, Ustadz Yusuf Mansyur cukup
102 | MISTERI | Edisi 537 2012
banyak menguraikan kisah-kisah orang
yang mengalami kejadian luar biasa setelah
mengeluarkan sedekah.
Kisah orang-orang yang mengalami
kejadian luar biasa setelah bersedekah
memang cukup banyak. Kisah tersebut
tentu akan memotivasi kita untuk terus
membiasakan diri bersedekah.
Di sisi lain, kisah tersebut juga
menambah wawasan pengetahuan bagi
orang-orang yang sedang menghadapi suatu
problematika. Mereka lalu mencoba mencari
solusi dengan cara bersedekah. Alhasil,
ada banyak orang dapat menyelesaikan
problematikanya dengan cara bersedekah.
Meskipun demikian, harus diakui bahwa
propaganda bersedekah ini juga dilakukan
oleh oknum-oknum tertentu dengan tujuan
mengeruk keuntungan pribadi. Mereka tidak
segan-segan mengumbar cerita kedahsyatan
bersedekah agar orang mau bersedekah
kepadanya dengan mengatasnamakan
sebuah pesantren, yayasan yatim piatu,
kaum dhuafa dan lain-lain.
ANTARA NIAT IKHLAS DAN
MENGHARAPKAN BALASAN
Harus diakui bahwa dalam bersedekah
itu terdapat bermacam niat yang tersimpan
di dalam hati disaat orang hendak
bersedekah. Ada yang berniat ikhlas lillahi
ta’ala, tetapi ada pula dengan niat agar
problematika yang dihadapi terselesaikan.
Hal ini sesuatu yang wajar. Sebab
bersedekah memang akan mendapatkan
balasan di dunia dan di akhirat. Dan
memang sesuatu yang wajar pula jika
dalam bersedekah itu kita mengharapkan
balasan di dunia ini, seperti keinginan
menjadi kaya,keluar dari kemiskinan,
terselesaikannya sebuah masalah, sembuh
dari penyakit dan lain-lain.
Memang benar bahwa niat yang terbaik
dalam bersedekah itu adalah ikhlas lillahi
ta’ala agar dapat lebih mendekatkan
diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Tanpa
keikhlasan, akan musnah amal ibadah
kita. Atau dengan kata lain, bersedekah
mengharapkan pahala dari Allah SWT dan
bukan sekadar keinginan mendapatkan
balasan keuntungan finansial dan lain-
lain. Ini sebagaimana Firman Allah SWT,
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan
mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh
di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di
akhirat itu apa yang telah mereka usahakan
di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan.”(Surah Huud:15-16).
Berkaitan ayat tersebut, Abdullah bin
Abbas Radiallahuanhu berkata, “Bahwa
orang yang riya diberikan kebaikan hanya
saat masih di dunia, karena Allah memang
tidak pernah berlaku dzalim kepada
siapapun. Barangsiapa yang berbuat baik
karena berharap dunia entah berupa
puasa, shalat tahajjud di malam hari, tidak
dikerjakan kecuali karena berharap akan
mendapat balasan di dunia sepenuhnya,
sementara amalnya terhapus karena
dilakukan sekadar untuk mendapat balasan
duniawi. Kelak di akhirat orang semacam ini
termasuk golongan yang merugi.”
Tentu saja kita berada dalam sebuah
pertimbangan yang dilematis di saat hendak
bersedekah, lalu pikiran kita diliputi oleh
hal-hal antara niat ikhlas dan mengharapkan
balasan tertentu. Dalam kaitan ini, saya
berusaha menghindari silang pendapat
seputar hal ini.
Meskipun demikian, saya sependapat
bahwa bersedekah itu memang benar-benar
dapat menyelesaikan problematika yang kita
hadapi di dunia ini. Terdapat banyak bukti
seputar hal ini. Kisah-kisah yang diuraikan
Ustadz Yusuf Mansyur dalam berbagai
ceramah dan bukunya membuktikan
kedahsyatan bersedekah.
Persoalannya adalah: ada banyak
orang yang mengaku telah berulangkali
bersedekah, tetapi problematika yang
dihadapinya tidak juga terselesaikan.
Padahal mereka sudah biasa mendengarkan
ceramah atau membaca buku seputar
sedekah dan mengikuti apa yang dianjurkan,
tetapi kenyataannya belum menyelesaikan
problemnya. Dalam kaitan inilah, saya ingin
memfokuskan tema tulisan ini yang saya
beri judul: Logika Pikiran Sedekah.
ADAB BERSEDEKAH
Sebelum mengurai seputar tema ini,
ada baiknya saya uraikan seputar adab
bersedekah. Ada beberapa adab atau aturan
yang perlu dilakukan. Misalkan, diberikan
kepada sanak saudara atau kerabat
terdekat sebelum diberikan kepada orang
lain, barang yang disedekahkan sebaiknya
barang yang berkualitas baik dan disukai,
tidak menyebut-nyebut sedekah yang
telah diberikan atau menyakiti perasaan si
penerima. Di sisi lain, bersedekah sebaiknya
dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
kecuali jika bertujuan agar orang-orang ikut
juga bersedekah.
Secara pribadi saya lebih sependapat jika
sedekah tidak diketahui orang lain. Inilah
yang diistilahkan: Tangan Kanan Memberi,
Tangan Kiri Tidak Mengetahui. Hal ini
untuk mengasah keikhlasan kita dalam
bersedekah.
Sepintas, bersedekah itu mudah dan
tidak menyulitkan. Misalkan, Anda memiliki
kelebihan uang dan harta, maka Anda
dapat bersedekah kepada siapapun yang
membutuhkan. Anda dapat memberikannya
ke masjid, musholla, pesantren, yatim piatu
yang belum baligh, dan lain-lain.
Tempat atau pihak yang siap menerima
sedekah pun cukup banyak. Sehingga
Anda tidak akan pernah kesulitan dalam
bersedekah. Bahkan Anda dapat bersedekah
melalui anjungan mesin ATM. Saat ini
penggalangan sedekah memang dilakukan
secara profesional dengan pola manajemen
modern, seperti Dompet Dhuafa, yaitu
sebuah yayasan yang dikelola secara baik
dan profesional. Dompet Dhuafa tidak hanya
ada di negeri ini, tetapi juga di luar negeri.
Tentunya untuk menjaring sedekah dari para
Buruh Migran Indonesia (BMI).
Saya yakin para pengurus Dompet
Dhuafa dapat memegang amanah dalam
menyalurkan sedekah. Hal ini agar pemberi
dan penerima sedekah senantiasa diberi
keberkahan dari Allah SWT.
Tetapi harus diakui, ada pula orang-orang
yang berjubah ustadz yang sengaja datang
ke luar negeri dan lalu meminta para BMI
mengumpulkan sedekah untuk kepentingan
masjid, pesantren, yayasan yatim piatu dan
lain-lain.
Meski tidak ada larangan seputar
kegiatan itu, tetapi menjadi sesuatu yang
kurang baik jika hal itu tidak disikapi dengan
kritis. Sebab saat ini ada banyak orang-
orang mengaku bergelar ustadz yang gemar
meminta sedekah. Termasuk meminta
sedekah kepada para Buruh Migran.
Pada saat berada di luar negeri,
oknum tersebut bersikap layaknya
ustadz yang faham agama, sementara di
negerinya sendiri tidak dikenal kecuali
sebagai paranormal komersil yang hidup
bergelimang harta dan tidak pernah
sekalipun menjadi khatib Jum’at atau apalagi
mengisi pengajian di lingkungannya. Tetapi
saya tidak bermaksud berprasangka buruk
dengan mengungkapkan hal ini. Saya hanya
ingin agar kita lebih berhati-hati dalam
bersedekah.
Sebagaimana diketahui, nama Ustadz
Yusuf Mansyur pun pernah dicatut oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Diantaranya melalui selebaran bertajuk:
Investor Sedekah yang menggunakan
fotonya dan isinya menganjurkan
bersedekah. Selebaran yang ditemukan di
masjid-masjid itu ternyata tidak lebih dari
penipuan belaka.
SULITNYA BERSEDEKAH
Sesungguhnya bersedekah tidak
semudah yang kita duga. Maksudnya,
memberi sedekah itu terkesan mudah,
tetapi jika sedekah itu disalahgunakan,
tentu sedekah menjadi sia-sia. Dibutuhkan
ketepatan dalam bersedekah. Agar
sedekah benar-benar jatuh kepada sasaran
yang memang membutuhkan dan bukan
malah jatuh ke tangan oknum yang
menyalahgunakan sedekah.
Inilah yang hendak saya bahas pada tema
ini. Tema ini merupakan hasil diskusi saya
dengan H. Teguh Setya Budi, di kediamannya
di Bekasi.
Anda pasti menganggap bahwa
bersedekah itu cukup mudah. Apalagi jika
Anda diberi kelebihan uang dan harta. Tetapi
bagaimana jika kebetulan Anda berada di
tepi jalan sedang menunggu taksi dengan
uang di dompet hanya cukup untuk ongkos
taksi tersebut, lalu tiba-tiba ada pengemis
yang mendekati Anda dan menyodorkan
tangan meminta sedekah?
Dalam situasi ini, kemungkinan besar
Anda tidak akan memberikan sedekah
kepada pengemis itu dan memberikannya
kepada pengemis lain di waktu yang
berbeda. Atau bisa juga Anda memberikan
uang sekadarnya kepada pengemis itu,
sepanjang tidak mengganggu perhitungan
ongkos taksi.
Inilah salah satu contoh tingkat kesulitan
dalam bersedekah. Dalam situasi itu,
terdapat beberapa pilihan: Pertama, Anda
bisa saja bersedekah dan tetap naik taksi.
Kedua, Anda tidak bersedekah, tetapi
berniat bersedekah di lain waktu. Ketiga,
Anda bersedekah dan membatalkan naik
taksi lalu memilih bis kota yang lebih murah
biayanya.
Pilihan pertama dan kedua tergolong
hal yang biasa. Sedangkan pilihan ketiga
tergolong sulit dan paling kecil kemungkinan
dilakukan.
Adapun yang paling mustahil adalah
memberikan semua uang yang ada di
dompet itu kepada pengemis. Jika Anda
melakukan ini, tentu keinginan Anda untuk
naik taksi atau bis kota tidak ada sama
sekali. Tetapi Anda dapat saja naik taksi dan
membayar biaya taksi saat tiba di rumah.
KISAH SINGKAT
Kisah ini tergolong sederhana. Kisah ini
dituturkan Teguh Setya Budi berdasarkan
pengalamannya pada Ramadhan beberapa
tahun lalu.
Siang hari itu Teguh sedang berada
di rumahnya. Sang isteri menyuruhnya
membeli kue-kue untuk keperluan lebaran
sambil memberinya uang Rp.100 ribu .Teguh
berencana ke toko kue pada sore hari.
Pada saat dirinya sedang duduk, tiba-
tiba pintu rumahnya diketuk orang. Lalu
Teguh membuka pintu dan ternyata tamu
yang datang itu masih tetangganya sendiri.
Tetangganya ini datang hendak meminjam
uang Rp.100 ribu untuk ongkos pulang
kampung. Kebetulan ekonomi tetangganya
ini tergolong pas-pasan. Itulah sebabnya
Teguh langsung memberikan uang Rp.100
Terutama sedekah yang
menjadi bagian dari
keinginan kita untuk
secepatnya keluar dari
problematika yang rumit.
ribu kepada tetangganya itu.
Setelah tetangganya itu pulang, sang
isteri mengomel lantaran uang untuk beli
kue diberikan kepada orang lain. Tetapi
uniknya, pada malam harinya beberapa
tetangganya yang lain datang memberikan
kue aneka macam. Ini sesuatu yang tidak
diduga sama sekali.
Teguh mengisahkan bahwa tingkat
kesulitan tamunya itu jauh lebih tinggi
dibandingkan dirinya. Jika dia tidak
memberikan uang itu, maka besar
kemungkinan tetangganya itu tidak dapat
pulang kampung.
TINGKAT KESULITAN BERSEDEKAH
Kisah di atas tentu saja sederhana.
Tetapi itu hanya merupakan salah satu
contoh bahwa bersedekah itu terkadang
tidak semudah yang kita inginkan. Ada
tingkat kesulitan tersendiri. Cukup banyak
contohnya, seperti: bersedekah kepada
orang kaya yang beragama non muslim.
Saya hendak membuat ilustrasi
sederhana. Misalkan, Anda hendak
bersedekah kepada seorang pengemis.
Maka ada beberapa kemungkinan pilihan.
Pertama, Anda menunggu datangnya
pengemis dan lalu bersedekah memberikan
uang atau makanan. Kedua, Anda mencari
sendiri pengemis itu dan lalu bersedekah
memberikan uang atau makanan. Ketiga,
Anda mencari pengemis itu dan lalu
menanyakan apakah dia (pengemis) sudah
makan atau belum. Lalu jika belum makan,
maka Anda pergi ke warung membeli
makanan dan memberikannya kepada
pengemis itu.
Tentu saja, pilihan pertama dan kedua
sesuatu yang mudah dilakukan. Anda
pasti biasa melakukan hal itu. Adapun
pilihan ketiga merupakan sesuatu yang
besar kemungkinan belum pernah
dilakukan. Meskipun mudah, tetapi
terkesan merepotkan. Padahal dalam
tingkat kesulitan tinggi inilah bersedekah
dapat menjadi solusi tercepat keluar dari
permasalahan yang dihadapi.
Dalam bahasan lainnya seputar sedekah
ini, ada beberapa hal yang ingin saya
tuliskan. Terutama sedekah yang menjadi
bagian dari keinginan kita untuk secepatnya
keluar dari problematika yang rumit.
(Bersambung)
MISTERI | Edisi 537 2012 | 103