You are on page 1of 6

Biota Vol.

13 (1): 8-13, Februari 2008


ISSN 0853-8670

Pengaruh Cara Pengolahan terhadap Mutu Bakteriologis Ikan Tongkol


(Euthynnus affinis) Pindang Siap Santap
The Influence of Various Method of Cooking on Bacteriological Quality of Ready-to-Eat
Salted Little Tuna Fish (Euthynnus affinis)

Ekawati Purwijantiningsih* dan Exsyupransia Mursyanti


Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta 55281
E-mail: purwija@mail.uajy.ac.id *Penulis untuk korespodensi

Abstract
The objective of this present research was to know the influence of various way of
cooking on bacteriological quality of ready-to-eat salted little tuna fish (Euthynnus
affinis). Previous study has shown that bacteriological quality of salted tuna fish from
markets in Yogyakarta were not fulfill the requirements based on SNI 01-2717-1992.
It was shown that the aerobic plate counts were high, i.e. 2.4 x 105 – 5.27 x 107 CFU/ g.
Coliform count ranged from < 2.5 x 101 - > 6.5 x 106 CFU/g. From the 20 samples
observed, only 1 sample did not contain V. parahaemolyticus and 4 samples were
negative from Salmonella. Therefore, it needs to be studied whether the various way
of cooking such as frying, frying with flour, frying with egg and frying with chili sauce
were effective in removing any of the groups of bacteria examined from salted little
tuna fish sample. The bacterial groups examined as indicator of quality were
Staphylococcus aureus, Coliform, Salmonella and Vibrio parahaemolyticus. The aerobic
plate counts were also taken. The result showed that the various way of cooking were
effective in reducing the aerobic plate counts, S. aureus and Coliform. Frying with
chili sauce was the best cooking procedure because it can reduced the highest number
of aerobic plate counts, S. aureus and Coliform. Salmonella and V. parahaemolyticus
were not detected in all cooking samples.

Key words: cooking and frying methods, salted little tuna, bacteriological quality

Diterima: 26 Oktober 2007, disetujui: 27 Desember 2007

Pendahuluan secara bersamaan mempunyai peranan penting


sebagai penyebab terjadinya gangguan
Keamanan dan kesehatan adalah suatu kesehatan karena makanan.
hal yang penting bagi manusia apalagi Produk perikanan merupakan produk
berkaitan dengan masalah pangan. Makanan unggulan dalam pemenuhan gizi masyarakat,
merupakan hal yang pokok tidak saja untuk oleh karena itu pemantauan keamanan pangan
menopang kehidupan melainkan juga untuk perikanan maupun bentuk olahannya harus
memperbaiki pertumbuhan, meningkatkan secara kontinyu dilakukan. Ikan, selain sumber
kecerdasan, yang pada akhirnya untuk protein, juga diakui sebagai functional food
memperoleh kesehatan fisik dan rohani. yang mempunyai arti penting bagi kesehatan
Menurut Priyono dan Raharjo (2003), berbagai karena mengandung asam lemak tidak jenuh
faktor dapat menjadi penyebab terjadinya berantai panjang, vitamin serta makro dan
gangguan kesehatan melalui makanan. Secara mikro mineral (Heruwati, 2002).
umum faktor penyebab tersebut dapat Ikan merupakan produk yang mudah
digolongkan menjadi tiga faktor utama yakni sekali mengalami pembusukan. Hal tersebut
bahan baku, pengolahan serta personil yang disebabkan karena kandungan air dan protein
Purwijantiningsih dan Mursyanti

yang tinggi pada ikan, serta adanya proses Condongcatur di Yogyakarta, medium Plate
autolisis yakni proses penguraian jaringan yang Count Agar (PCA), Brilliant Green Lactose
berjalan dengan sendirinya setelah ikan mati. Bile Broth (BGLB), Baird Parker, medium
Proses pembusukan juga disebabkan oleh Chrom agar untuk Salmonella dan Vibrio,
bakteri seperti Pseudomonas, Achromobacter, larutan pengencer, laktosa cair dan
Flavobacterium maupun Clostridium yang Tetrathionate Broth Base (TBB).
memiliki sifat patogen (Moeljanto, 1994).
Berbagai macam cara pengolahan telah
Cara Kerja
dilakukan untuk menanggulangi kebusukan Pengolahan ikan tongkol pindang
yang mudah terjadi pada ikan. Salah satu
metode pengolahan ikan adalah dengan cara Cara pengolahan ikan tongkol pindang
pemindangan. Pindang air garam (pindang cue) dilakukan berdasarkan kebiasaan di rumah
merupakan cara pemindangan yang banyak tangga, yakni: ikan pindang goreng, ikan
dilakukan pada ikan tongkol. Pindang air pindang goreng tepung, ikan pindang goreng
garam yang telah diolah kemudian dikemas telur dan ikan pindang goreng pedas dengan
menggunakan kemasan berupa kranjang atau pengunaan cabai merah.
anyaman bambu, bersifat basah, lunak dan Uji bakteriologis
tidak terlalu asin serta tahan disimpan dalam
Uji bakteriologis meliputi total mikrobia,
waktu beberapa hari saja (Heruwati, 1985).
uji Staphylococcus aureus, Coliform,
Berdasarkan penelitian yang telah
Salmonella dan Vibrio (Fardiaz, 1989; Rahayu,
dilakukan oleh Purwijantiningsih dan
2003). Uji total mikrobia menggunakan
Mursyanti (2006), diketahui mutu bakteriologis
medium Plate Count Agar (PCA), uji bakteri
pindang tongkol kranjangan yang berasal dari
coliform menggunakan medium Brilliant Green
berbagai pasar di Yogyakarta belum sesuai
Lactose Bile Broth (BGLB). Uji Salmonella
standar SNI. Hal tersebut ditunjukkan dengan
menggunakan medium selektif Chrom agar,
jumlah mikrobia total yang cukup tinggi
sebelumnya sampel diresusitasi dengan laktosa
berkisar antara <2,5x101 - > 6,5x106 CFU/g,
cair dan dilakukan pengkayaan dengan
sedangkan dari 20 sampel, hanya 1 sampel
Tetrathionat Broth Base (TBB), selanjutnya
yang diduga tidak mengandung Vibrio
dilakukan uji pendugaan pada medium Triple
parahaemolyticus dan 4 sampel yang diduga
Sugar Iron (TSI) dan Lysine Indole Motility
tidak mengandung Salmonella.
(LIM). Uji Vibrio menggunakan medium
Dari penelitian tersebut dapat diketahui
selektif Chrom agar, sebelumnya sampel
bahwa ikan tongkol pindang berpotensi
diperkaya dengan Alkaline Peptone Water
menjadi sumber makanan yang membahayakan
(APW).
kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan
Uji bakteriologis dilakukan terhadap
penelitian untuk mengetahui cara pengolahan
ikan tongkol pindang yang sudah mengalami
yang biasa dilakukan di rumah tangga yang
pengolahan dan tidak diolah sebagai kontrol.
dapat mengurangi jumlah bakteri patogen yang
Pengujian dilakukan setelah 12 jam pengolahan
terdapat pada ikan pindang sehingga aman
dengan pertimbangan waktu tersebut
untuk disantap. Penelitian ini bertujuan untuk
merupakan jarak antara pemasakan dengan
mengetahui pengaruh cara pengolahan terhadap
waktu makan malam.
mutu bakteriologis ikan tongkol pindang,
sehingga dapat merekomendasikan cara
pengolahan yang dapat dilakukan oleh rumah Hasil dan Pembahahasan
tangga untuk mendapatkan ikan tongkol
pindang siap santap yang aman. Total mikrobia pada ikan tongkol pindang
hasil olahan
Metode Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa proses pengolahan dapat mengurangi
Bahan yang digunakan adalah ikan jumlah total mikrobia yang terdapat pada ikan
tongkol pindang yang berasal dari pasar

Biota Vol. 13 (1), Februari 2008 9


Pengaruh Cara Pengolahan terhadap Mutu Bakteriologis Ikan Tongkol

tongkol pindang (Tabel 1). Jumlah total Helicobacter pylori. Terpenoid yang disebut
mikrobia pada ikan tongkol pindang yang petalostemumol memperlihatkan aktivitas
digoreng pedas berjumlah 3,9 x 103 CFU/g, terhadap Bacillus subtilis, Staphylococcus
sedangkan jumlah mikrobia pada ikan tongkol aureus, bakteri Gram negatif dan Candida
pindang yang digoreng tepung, goreng telur albicans.
dan hanya digoreng berturut-turut sebesar 2,08 Berdasarkan penelitian dapat diketahui
x 104, 1,99 x 104 dan 4,47 x 104 CFU/g. bahwa tidak semua bakteri mati karena proses
Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan penggorengan. Menurut Fardiaz (1992),
jumlah total mikrobia pada ikan tongkol semakin tinggi jumlah sel mikrobia semakin
pindang tanpa pengolahan (kontrol) sebesar tinggi tingkat ketahanannya terhadap panas.
3,58 x 106 CFU/g. Diduga bahwa mekanisme perlindungan sel
Pengolahan dalam hal ini pemanasan terhadap panas di dalam suatu populasi sel
dapat menurunkan jumlah mikrobia sebanyak yang tinggi disebabkan sel memproduksi
2-3 log (102-103). Penurunan tertinggi komponen-komponen pelindung, diantaranya
didapatkan pada ikan tongkol pindang yang protein yang diketahui mempunyai sifat
digoreng pedas, yaitu penggorengan dengan sebagai pelindung. Kemungkinan lain dari
pemberian cabai merah (Gambar 1). Hal peningkatan ketahanan panas dengan
tersebut disebabkan pada cabai ditemukan meningkatnya populasi sel adalah karena
senyawa yang berperan sebagai antimikrobia. peluang untuk mendapatkan sel yang
Menurut Naim (2004), suatu kandungan mempunyai ketahanan panas tinggi semakin
terpenoid pada cabai yang dikenal dengan besar dengan semakin banyaknya jumlah sel.
nama capsaicin bersifat bakterisidal terhadap

Tabel 1. Total mikrobia (CFU/g) pada ikan tongkol pindang hasil olahan
Cara Pengolahan Jumlah Total Mikrobia (CFU/g)
Tanpa diolah 3,58 x 106a
Goreng 4,47 x 104b
Goreng tepung 2,08 x 104b
Goreng telur 1,99 x 104b
Goreng pedas 3,90 x 103c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%

7
6
Jumlah Total Mikrobia

5
(log CFU/g)

4
3
2
1
0
Tanpa diolah Goreng Goreng tepung Goreng telur Goreng pedas

Cara Pengolahan

Gambar 1. Total mikrobia (log CFU/g) pada ikan tongkol pindang hasil
olahan

10 Biota Vol. 13 (1), Februari 2008


Purwijantiningsih dan Mursyanti

Keberadaan Staphylococcus aureus pada Jumlah bakteri S. aureus yang terdapat


ikan tongkol pindang hasil olahan pada ikan tongkol pindang yang digoreng
tepung maupun goreng telur lebih banyak
Berdasarkan hasil penelitian ini juga jumlahnya dibanding yang digoreng saja. Hal
diketahui bahwa pengolahan dengan tersebut disebabkan proses penggorengan
penggorengan pedas dapat menurunkan jumlah dengan tepung dan penggorengan dengan telur
bakteri S. aureus terbanyak dibandingkan lebih banyak melibatkan kontak dengan tangan
pengolahan lainnya (Tabel 2 dan Gambar 2). orang yang memasak dibandingkan hanya
Pada ikan tongkol pindang tanpa diolah digoreng saja.
terdapat S. aureus sebanyak 4,58 x 105 CFU/g, Menurut Nuraida (2000), mikrobia dapat
sedangkan jumlah S. aureus pindang ikan mengkontaminasi makanan melalui pekerja
tongkol yang digoreng tepung, goreng telur, atau kontaminasi silang melalui tangan,
goreng dan goreng pedas berturut-turut 4,22 x permukaan dan peralatan yang tidak mengalami
103, 3,23 x 103, 2,66 x 103 dan 2,21 x 102 proses pembersihan dan sanitasi yang memadai
CFU/g. Bakteri S. aureus yang terdapat pada antara satu proses dengan proses lainnya.
ikan tongkol pindang yang digoreng pedas Pekerja merupakan sumber yang potensial
turun sebanyak 3 log (103), sedangkan untuk kontaminasi S. aureus. Mikrobia ini
pengolahan lainnya menyebabkan bakteri sering ditemui pada hidung dan kulit serta
tersebut turun sebanyak 2 log (102). mudah berpindah dari pekerja ke makanan.
Tabel 2. Keberadaan Staphylococcus aureus (CFU/g) pada ikan tongkol pindang hasil olahan
Cara Pengolahan Jumlah Staphylococcus aureus (CFU/g)
Tanpa diolah 4,58 x 105a
Goreng 2,66 x 103b
Goreng tepung 4,22 x 103b
Goreng telur 3,23 x 103b
Goreng pedas 2,21 x 102c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%

Tabel 3. Jumlah Coliform (MPN/g) pada ikan tongkol pindang hasil olahan
Cara Pengolahan Jumlah Coliform (MPN/g)
Tanpa diolah 240a
Goreng 15b
Goreng tepung 29b
Goreng telur 16b
Goreng pedas 4c
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak beda nyata pada taraf kepercayaan 95%

6
5
Jumlah S. aureus
(log CFU/g)

4
3
2
1
0
Tanpa diolah Goreng Goreng tepung Goreng telur Goreng pedas

Cara Pengolahan

Gambar 2. Jumlah Staphylococcus aureus (log CFU/g) pada ikan tongkol pindang hasil olahan

Biota Vol. 13 (1), Februari 2008 11


Pengaruh Cara Pengolahan terhadap Mutu Bakteriologis Ikan Tongkol

Keberadaan bakteri Coliform pada ikan Keberadaan Salmonella pada ikan tongkol
tongkol pindang hasil olahan pindang hasil olahan
Jumlah Coliform yang terdapat pada ikan Pada ikan tongkol pindang tanpa diolah
tongkol pindang berkurang dengan adanya dijumpai adanya bakteri yang diduga
proses pengolahan (Tabel 3 dan Gambar 3). Salmonella dan V. parahaemolyticus. Adanya
Pada ikan tongkol pindang tanpa diolah bakteri Salmonella mungkin karena ikan
dijumpai bakteri Coliform sebanyak 240 pindang dijual berdekatan dengan bahan
MPN/g, setelah digoreng tepung, goreng telur, pangan yang berpotensi mengandung bakteri
goreng biasa dan goreng pedas, jumlah tersebut seperti pedagang ayam, daging
Coliform menjadi berkurang berturut-turut maupun sayur-sayuran (Purwijantiningsih dan
sebesar 29, 16, 15 dan 4 MPN/g. Sama seperti Mursyanti, 2006).
pada jumlah total mikrobia dan S. aureus, Pada pindang yang telah diolah dengan
perlakuan penggorengan pedas dengan cara digoreng, goreng tepung, goreng telur dan
penambahan cabai menyebabkan jumlah goreng pedas tidak dijumpai adanya bakteri
bakteri Coliform berkurang paling banyak Salmonella (Tabel 4). Dari hasil tersebut dapat
dibandingkan pengolahan lainnya. diketahui bahwa proses pemanasan dapat
Adanya mikrobia Coliform dalam mematikan bakteri Salmonella. Hal tersebut
makanan olahan menunjukkan praktek sesuai dengan pendapat Jay (2000) yang
pengolahan yang buruk seperti bahan mentah menyatakan bahwa bakteri Salmonella adalah
yang terkontaminasi atau pengolahan yang bakteri yang tidak tahan panas.
tidak cukup, kontaminasi personalia, Keberadaan Vibrio parahaemolyticus pada
pembersihan dan sanitasi peralatan yang tidak ikan tongkol pindang hasil olahan
tepat. Pada proses pemindangan yang tidak
menggunakan air yang bersih dapat Ditemukannya bakteri yang diduga V.
menyebabkan ikan tongkol pindang parahaemolyticus pada ikan tongkol pindang
mengandung Coliform yang cukup tinggi. Hal tanpa diolah dapat disebabkan proses
tersebut dapat disebabkan air bersih sulit pemindangan belum mematikan semua V.
didapatkan di lokasi pengolahan ikan. Menurut parahaemolyticus yang ada atau dapat juga
Sikorski et al., (1998), Enterobacteriaceae disebabkan karena kontaminasi silang,
sering ditemukan pada ikan olahan yang misalnya wadah yang digunakan, kontaminasi
berkadar air tinggi juga Salmonella typhimurium dari proses transport atau lingkungan di
dan Vibrio parahaemolyticus. sekeliling tempat pindang tersebut disimpan
(Purwijantiningsih dan Mursyanti, 2006).

300

250
Jumlah Coliform

200
(MPN/g)

150

100

50

0
Tanpa diolah Goreng Goreng tepung Goreng telur Goreng Pedas

Cara Pengolahan

Gambar 3. Hasil uji Coliform (MPN/g) pada ikan tongkol pindang hasil olahan

12 Biota Vol. 13 (1), Februari 2008


Purwijantiningsih dan Mursyanti

Tabel 4. Keberadaan Salmonella pada ikan tongkol pindang hasil olahan


Cara Pengolahan Keberadaan Salmonella
Tanpa diolah +
Goreng -
Goreng tepung -
Goreng telur -
Goreng pedas -
Keterangan: + = terdapat Salmonella, - = tidak dijumpai Salmonella
Tabel 5. Keberadaan Vibrio parahaemolyticus pada ikan tongkol tongkol hasil olahan
Cara Pengolahan Keberadaan Vibrio parahaemolyticus
Tanpa diolah +
Goreng -
Goreng tepung -
Goreng telur -
Goreng pedas -
Keterangan: + = terdapat V. parahaemolyticus, - = tidak dijumpai V. parahaemolyticus

Vibrio parahaemolyticus merupakan Daftar Pustaka


bakteri yang umum terdapat pada ikan dan
makanan laut lainnya. Menurut Nuraida (2000), Fardiaz, S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan. PAU
bakteri tersebut dapat dihilangkan dengan Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
pemanasan, akan tetapi sanitasi yang kurang Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PAU Pangan
dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
baik akan menyebabkan terjadinya
rekontaminasi. Hal ini sesuai dengan hasil Heruwati, E.S. 1985. Prospek dan masalah yang dihadapi
dalam pengembangan ikan pindang di
penelitian yang menunjukkan ikan tongkol Indonesia. J. Litbang Pertanian IV (4): 103-107.
pindang yang telah digoreng, goreng tepung, Heruwati, E.S. 2002. Pengolahan ikan secara tradisional:
goreng telur dan goreng pedas tidak dijumpai Prospek dan peluang pengembangan. J.
adanya V. parahaemolyticus (Tabel 5). Litbang Pertanian XXI (3): 92-99.
Jay, J.M. 2000. Modern Food Microbiology 6rd ed.
Chapman & Hall, New York.
Kesimpulan Moeljanto. 1994. Pengawetan dan Pengolahan Hasil
Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pengolahan dengan berbagai cara Naim, R. 2004. Senyawa antimikroba dari tanaman.
penggorengan dapat menurunkan jumlah total KOMPAS. 09/15/2004.
mikrobia, Staphylococcus aureus dan Coliform Nuraida, L. 2000. Mikroba pathogen pada makanan dan
yang terdapat pada ikan tongkol pindang. sumber pencemarnya. In: Hardinsyah &
Penggorengan pedas dengan menggunakan Rimbawan (Eds.). Analisis Bahaya dan
Pencegahan Keracunan Pangan. IPB, Bogor.
cabai merah merupakan metode yang dapat
Priyono, P.R. dan Rahardjo, S. 2003. Tingkat
menurunkan jumlah mikrobia terbanyak baik pengetahuan, sikap dan praktek keamanan
total mikrobia, Staphylococcus aureus dan pangan pedagang dan kebiasaan pembeli ikan
Coliform. Pada ikan tongkol pindang yang pindang keranjang di kota Yogyakarta.
telah digoreng tidak dijumpai bakteri yang Agrosains 16 (3): 307-324.
diduga Salmonella ataupun Vibrio Purwijantiningsih, E. dan Mursyanti, E. 2006. Mutu
parahaemolyticus. bakteriologis pindang tongkol kranjangan
(Euthynnus affinis) yang berasal dari beberapa
pasar di Yogyakarta. Biota XI (1): 47-51.
Ucapan Terima Kasih Rahayu, E.S. 2003. Uji Mikrobiologi Bahan Pangan.
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
Para peneliti mengucapkan terima kasih Sikorski, Z., Haard, N., Motohiro, T. and Pan, B.S. 1998.
kepada Febrianto dan Antonius Indra Sakti Quality. In: Burt, J.R. Fish Smoking and
yang telah membantu proses penelitian ini. Drying, the Effect on the Nutrion Properties
of Fish. Elsevier Applied Science. London.

Biota Vol. 13 (1), Februari 2008 13

You might also like