You are on page 1of 7

Pajak Masukan

4
OBJEKTIF :
1. Mahasiswa Dapat Memahami Pengkreditan Pajak Masukan.
2. Mahasiswa Dapat Memahami Tempat Pengkreditan Pajak Masukan.
3. Mahasiswa Dapat Memahami Kompensasi Kelebihan Pajak Masukan.
4. Mahasiswa Dapat Memahami Pajak Masukan Dalam Hal PKP Melakukan Penyerahan Yang
Terutang Pajak dan Tidak Terutang Pajak.
5. Mahasiswa Dapat Memahami Penyerahan Yang Terutang Dan Tidak Terutang Pajak Tidak
Dapat Diketahui Dengan Pasti.

4.1 Pendahuluan
Pengertian Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha
Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau penerimaan Jasa Kena Pajak atau
pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean atau pemanfaatan
Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau Impor Barang Kena Pajak. Pada subbab
berikut akan disampaikan mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan dengan segala
permasalahannya.

4.1.1 Pengkreditan Pajak Masukan


Pajak Masukan yang telah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak pada waktu perolehan atau
impor Barang Kena Pajak atau penerimaan Jasa Kena Pajak dapat dikreditkan dengan Pajak
Keluaran yang dipungut Pengusaha Kena Pajak pada waktu menyerahkan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran tersebut harus
dilakukan dalam Masa Pajak yang sama.
Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar dan disetor oleh Pengusaha
Kena Pajak ke Kas Negara, terlebih dahulu Wajib Pajak harus mengurangi Pajak Keluaran
dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak
Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak
Pertambahan Nilai yang harus dibayar dan disetor oleh Pengusaha Kena Pajak ke Kas Negara.
Topik 4.1 Pajak Masukan

Pajak Keluaran - Pajak Masukan Pajak yang harus disetor ke Kas Negara

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi ternyata belum dikreditkan dengan Pak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya selamba
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang bel
dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

4.1.2 Tempat Pengkreditan Pajak Masukan


Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pauk
dikreditkan dengan Pajak Keluaran di tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan. Faktur
Pajak yang menjadi dasar pengkreditan harus memenuhi ketentuan yang berlaku antara lain
alamat Pengusaha Kena Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak harus sama dengan alama
Pengusaha Kena Pajak yang tercantum dalam Surat Keputusan Pengukuhan. Direktur
Jenderal Pajak dapat menentukan tempat lain, selain tempat Pengusaha Kena Pajak
dikukuhkan, sebagai tempat pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak, baik atas permohonan tertulis dari Pengusaha Kena Pajak maupun
secara jabatan.
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak "A" yang kantor pusatnya di Jakarta dan telah terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Jakarta Gambir memiliki pabrik yang terletak di kota Solo dan telah terdaftar
sebagai Pengusaha Kena Pajak di Solo. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dalam rangka
pengimporan Barang Kena Pajak menggunakan NPWP Kantor Pusat Jakarta. Dengan
persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Pengusaha Kena Pajak di Solo dapat mengkreditkan
Pajak Masukan yang tercantum dalam dokumen impor tersebut.

4.1.3 Kompensasi Kelebihan Pajak Masukan


Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya. Dapat terjadi dalam suatu Masa Pajak terdapat
Pajak Masuk yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, Kelebihan Pajak
Masukan tersebut tidak dapat diminta kembali, tetapi dapat dikompensasikan pada Masa Pajak
berikutnya Namun, apabila perusahaan tersebut bubar sebelum tahun buku terakhir, maka
kelebihan pembayaran tersebut dapat diminta kembali pada saat pembubaran perusahaan.
Pengembalian atas kelebihan pembayaran baru diberikan setelah dilakukan pemeriksaan.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.1 Pajak Masukan

4.1.4 Pajak Masukan Dalam Hal PKP Melakukan Penyerahan Yang Terutang Pajak Dan
Tidak Terutang Pajak

Penyerahan Yang Terutang Dan Tidak Terutang Pajak Dapat Diketahui Dengan Pasti
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak (PKP) di samping melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak,
sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari
pembukuannya, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan
yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Penyerahan terutang pajak adalah
penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan ketentuan undang-undang PPN dan PPnBM,
yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Contoh:
Pengusaha Kena Pajak melakukan dua macam penyerahan, yaitu:
Penyerahan terutang pajak = Rp 25.000.000,00
Pajak Keluaran = Rp 2.500.000,00
Penyerahan tidak terutang pajak = Rp 10.000.000,00
Pajak Keluaran = NIHIL
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan:
• Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang
pajak Rp1.500.000,00,
• Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak
terutang pajak Rp800.000,00
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran sebesar
Rp2.500.000,00 adalah hanya sebesar Rp1.500.000,00. Sedangkan Pajak Masukan sebesar
Rp800.000,00 tidak dapat dikreditkan karena berkaitan dengan penyerahan yang tidak
terutang pajak.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.1 Pajak Masukan

4.1.5 Penyerahan yang Terutang dan Tidak Terutang Pajak Tidak Dapat Diketahui
Dengan Pasti
Apabila dalam Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak di samping melakukan penyerahan
terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak
Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, maka
untuk memberikan kemudahan dan kepastian kepada Pengusaha Kena Pajak, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan
menggunakan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana PPN telah
diamanatkan oleh Pasal 9 ayat (6) Undang-Undang PPN dan PPnBM.
Pedoman dimaksud diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/ PMK.03/2010
yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
135/PMK.011/2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
78/PMK.03/2010 tentang Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan Bagi
Pengusaha Kena Pajak melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan yang
Tidak Terutang Pajak.
Hal yang perlu dipedomani meliputi:
1. Aturan umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
Terutang PPN dan PPnBM.
a. Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh
Pengusaha Kena Pajak karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa
Kena Pajak dan/atau pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
dan/atau impor Barang Kena Pajak.
b. Penyerahan yang Terutang Pajak adalah Barang atau jasa yang Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, tidak
termasuk yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16B Undang-Undang Pertambahan Nilai.
c. Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak adalah yang dimaksud dengan Barang dan
jasa yang tidak dikenai Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A
Undang-Undang Pertambahan Nilai dan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B Undang-Undang Pertambahan
Nilai.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.1 Pajak Masukan

2. Karakteristik pengusaha kena pajak


Peraturan menteri keuangan ini ditujukan kepada pengusaha kena karakteristiknya, yaitu
pengusaha kena pajak:
a. Melakukan kegiatan usaha terpadu (integrated) terdiri atas:
1) Unit atau kegiatan yang melakukan penyerahan yang terutang pajak; dan
2) Unit atau kegiatan lain yang melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak,
b. Usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak;
c. Usaha yang menghasilkan, memperdagangkan barang, usaha jasa yang atas
Penyerahannya terutang pajak dan yang tidak terutang pajak; atau
d. Usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya tidak
terutang pajak.
Sedangkan pajak masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui
dengan pasti, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang
terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pajak masukan
yang dapat dikreditkan.
3. Pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam angka 2, yaitu:
P=PM * Z
Dengan ketentuan:
P = jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;
PM = jumlah pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
Z = persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang pajak terhadap
penyerahan seluruhnya.
4. Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam angka 2 yang telah mengkreditkan
Pajak Masukan dengan menggunakan pedoman penghitungan sebagaimana dimaksud
dalam 3, harus menghitung kembali jumlah Pajak yang dapat dikreditkan.
5. Pedoman penghitungan yang digunakan untuk penghitungan kembali Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan (perhatikan angka 4):
a. Untuk Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa manfaatnya lebih dari 1
(satu) tahun:
P’=PM/T x Z’
Dengan ketentuan:
P’: Jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku.
PM: jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.1 Pajak Masukan

Pajak.
T: Masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang ditentukan
sebagai berikut:
1) Untuk Barang Kena Pajak berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun.
2) Untuk Barang Kena Pajak selain tanah dan bangunan dan Jasa Kena Pajak adalah
4 (empat) tahun.
Z’: Persentase yang sebanding dengan jumlah penyerahan yang terutang pajak
terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
b. Untuk Barang Kena Pajak yang masa manfaatnya 1 (satu) tahun atau kurang.
P’=PM x Z’
6. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali sebagaimana
dimaksud dalam angka 5, diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
pada suatu Masa Pajak, paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun buku
7. Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak perlu dilakukan dalam
hal masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud
dalam angka 5 huruf "a" tersebut telah berakhir.
8. Pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini tidak berlaku bagi Pengusaha Kena Pajak yang telah ditetapkan untuk
menggunakan pedoman penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7) dan ayat (7a) Undang-Undang PPN dan
PPnBM.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum


Topik 4.1 Pajak Masukan

Sumber :
Waluyo. 2019. Perpajakan Indonesia. Penerbit Salemba Empat.

Integrated Laboratory Universitas Gunadarma – Komputerisasi Perpajakan 2 dan Praktikum

You might also like