You are on page 1of 12

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan

Pelindung
(Effects of Surface Conditions on the Adhession Strength of Surface
Coatings)
Andi T Lestari1*, I Wayan Darmawan1, Dodi Nandika1
1
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB Bogor, 16680
*Penulis korespondensi: andi3lestari@gmail.com

Abstract
The purpose of this research was to determine the effects of surface conditions of Perhutani teak,
pine, and community teak woods (radial and tangential) on the adhesion strength of surface
coatings. Wood samples were sanded before measurement of surface roughness (Ra) using
roughness tester TR200. Water repellents (WR), preservatives, paint and the combinations were
coated on the surface of the wood samples. Wettability was indicated by contact angle between
coating material and the surface of wood samples. Contact angles were measured using Motic
Images Plus (MIP) version 2.0. Static contact angles were determined by using segmented
regression model in PROC NLIN of the SAS program. The Ra values varied between 2.51–
5.80 𝜇m. Radial pattern retained larger Ra compared to tangential pattern. The community teak
and pine (fast growing species) retained larger Ra value compare to these of Perhutani teak. WR
provided the lowest wettability with static contact angle of 134o, meanwhile the preservative
produced the highest wettability with static contact angle of 8.92o. The combination between
paint and WR, paint, and preservatives produced higher adhesion strength compare to that of the
combination of paint, WR and preservatives. Community teak provided almost the same
adhesion strength compared to pine wood. However its adhesion strength was better compared to
that of Perhutani teak.
Keywords: surface pattern, surface roughness, WR preservatives, paint, adhesion strength

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh kondisi permukaan kayu jati Perhutani,
pinus dan jati rakyat (penampang radial dan tangensial) terhadap daya lekat bahan lapisan
pelindung permukaan. Contoh uji diampelas dan diukur tingkat kekasarannya (Ra)
menggunakan roughness tester TR200. Water repellent (WR), bahan pengawet, cat dan
kombinasinya dilaburkan pada permukaan kayu. Pengujian keterbasahan dilakukan dengan
pengukuran sudut kontak (contact angle) antara cairan dan permukaan contoh uji. Sudut kontak
tersebut diukur menggunakan Motic Images Plus (MIP) versi 2.0. Nilai sudut kontak statis
ditentukan menggunakan program PROC NLIN dari SAS. Nilai Ra bervariasi antara 2,51-
5,80 𝜇m. Penampang radial memiliki nilai Ra yang lebih kecil dari penampang tangensial. Jati
rakyat dan pinus menghasilkan nilai Ra yang lebih tinggi dibandingkan dengan jati Perhutani.
WR menghasilkan sifat keterbasahan yang rendah dengan sudut kontak statisnya mencapai 134o.
Sifat keterbasahan bahan pengawet tinggi dengan sudut kontak statis 8,92o. Kombinasi antara cat
dan WR, serta cat dan bahan pengawet menghasilkan daya lekat yang paling kuat dibandingkan
dengan kombinasi antara cat, bahan pengawet, dan WR. Daya lekat lapisan pelindung
permukaan kayu jati rakyat relatif sama dengan kayu pinus, namun daya lekat keduanya lebih
baik dibandingkan dengan jati Perhutani.
Kata kunci: pola penampang, kekasaran permukaan, WR preservatives, cat, daya lekat

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan Pelindung 11


Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika
Pendahuluan struktur makroskopis kayu dan faktor
mesin. Kekasaran akibat struktur
Produksi kayu bulat tahun 2008 sebesar
makroskopis kayu dipengaruhi oleh
31,98 juta m3, sedangkan kebutuhan
beberapa faktor, diantaranya lingkar
kayunya mencapai 46,32 juta m3 (Dephut
tumbuh, perbedaan antara kayu juvenil
2009). Pasokan kayu sebagai bahan baku
dan kayu dewasa, proporsi kayu awal
semakin lama semakin berkurang
dan kayu akhir, mata kayu, dan kayu
sementara permintaan pasar terus
reaksi. Faktor mesin yang mempengaruhi
bertambah. Penggunaan kayu sebagai
kekasaran permukaan antara lain sudut
bahan baku belum dapat tergantikan
pisau, pressure bar, suhu pemotongan
karena kayu relatif kuat dan memiliki
dan kecepatan pemotongan (Ayrilmis et
penampilan yang menarik dengan corak
al. 2010). Tingkat kekasaran permukaan
khas yang tidak dapat dijumpai pada
dapat diukur dengan surface profile
bahan lain. Namun demikian, untuk
meter. Nilai kekasaran permukaan
penggunaan eksterior kayu dapat
dinyatakan dalam arithmetical mean
terdegradasi oleh pengaruh lingkungan
roughness (Ra).
baik secara fisik, biologis maupun
kimiawi. Berbagai upaya telah dilakukan Perbedaan bahan pelapis permukaan
untuk mengatasi masalah tersebut. Salah pada kayu dapat menghasilkan kualitas
satu upaya untuk menanggulanginya yang bervariasi. Namun, bahan pelapis
yaitu dengan memberikan bahan pelapis permukaan yang mempunyai kualitas
pada permukaan kayu yang akan bagus pun belum tentu cocok dengan
digunakan. struktur permukaan kayu tertentu.
Struktur makroskopis kayu sangat
Daya tahan bahan pelapis permukaan
mempengaruhi penyebaran dan penetrasi
ditentukan oleh daya lekat yang baik
cairan bahan pelapis. Hubungan antara
antara bahan pelapis dan permukaan
struktur makroskopis kayu dengan
kayu (Richter et al. 1994). Salah satu
kemampuan mengalirkan cairan telah
kendala pada aplikasi bahan pelapis
dilakukan oleh beberapa peneliti, baik
adalah sulitnya proses aplikasi bahan
pada kayu daun lebar maupun kayu daun
pelapis yang disebabkan oleh keberadaan
jarum (Bamber & Burley 1983).
grain raising (serat terangkat), kondisi
permukaan setelah pengampelasan dan Salah satu indikator terbentuknya
jenis kayu (Landry 2013). kualitas perekatan ataupun pengecatan
Pengampelasan dapat mengakibatkan yang baik adalah kemudahan cairan
serat terangkat pada beberapa jenis kayu membasahi permukaan kayu (wettability)
(Koehler 1932). Tingkat serat terangkat (Gray 1962). Wettability adalah
dan kekasaran permukaan juga kemampuan suatu material untuk
dipengaruhi oleh nomor kertas ampelas mengabsorpsi cairan (liquid system).
yang digunakan (Marra 1943). Evans Menurut Tsoumis (1991), wettability
(2009) mengemukakan bahwa frekuensi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang
serat terangkat yang lebih besar terjadi berhubungan dengan perekat (tegangan
pada kayu dengan kerapatan rendah permukaan, suhu, kekentalan) dan kayu
dibandingkan dengan kayu kerapatan (kerapatan, porositas, ekstraktif dan
tinggi. kekasaran permukaan). Kayu yang
berkerapatan rendah (porositasnya
Kekasaran permukaan dapat disebabkan
tinggi) menjadi lebih baik untuk
oleh dua faktor, yaitu karakteristik
dibasahi, sedangkan ekstraktif dalam

12 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


jumlah berlebihan, atau ekstraktif matahari yang dapat menyebabkan
nonpolar seperti terpena dan asam lemak, pengelupasan pada lapisan bahan
mempunyai pengaruh yang kurang baik. finishing (Williams 1999).
Wettability juga dipengaruhi oleh Hasil-hasil penelitian di atas
kebersihan permukaan kayu dan kondisi- mengindikasikan bahwa sampai saat ini
kondisi pengerjaan dengan mesin. informasi ilmiah tentang efektifitas
Keterbasahan kayu dapat diperoleh bahan pelindung permukaan kayu,
dengan mengukur sudut kontak antara khususnya berupa campuran WR,
cairan dan permukaan kayu. Sudut pengawet dan cat eksterior belum banyak
kontak lebih kecil dari 90° menunjukan dipublikasikan. Sampai saat ini
keterbasahan yang tinggi dimana cairan penelitian ilmiah tentang efektivitas
membasahi permukaan dengan baik. bahan pelindung berupa WR, pengawet,
Sudut kontak yang lebih besar dari 90° cat, serta kombinasinya khususnya yang
menunjukkan keterbasahan yang rendah dicobakan untuk jenis-jenis kayu tropika
dimana cairan tidak membasahi Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh
permukaan dengan baik (Yuan & Lee karena itu, pada penelitian ini telah
2013). Dengan demikian diketahui dicobakan pembuatan campuran lapisan
bahwa semakin tinggi sudut kontak suatu pelindung (cat eksterior, bahan
cairan maka semakin rendah pengawet, dan WR), yang diaplikasikan
keterbasahannya. pada kayu jati (jati Perhutani dan jati
Water repellent (WR) adalah bahan yang rakyat) dan pinus untuk penggunaan
dapat meningkatkan daya tahan kayu eksterior. Penelitian ini dilakukan untuk
yang memungkinkan kayu untuk dapat menganalisis pengaruh pengaruh kondisi
menolak masuknya air. Kemampuan permukaan dan jenis kayu terhadap daya
untuk menolak air ini dihasilkan oleh lekat (adhesion strength) bahan lapisan
campuran lilin (beeswax), minyak, atau pelindung permukaan yang
zat serupa yang dapat menahan laju air. diaplikasikan. Kondisi permukaan kayu
Beeswax merupakan salah satu jenis lilin yang diteliti pada penelitian ini adalah
yang tersusun dari 71% lilin ester, 15% kekasaran permukaan (Ra), pola
hidrokarbon, 8% asam lemak dan 6% penampang kayu (radial dan tangensial).
material lain (Maftoonazad et al. 2007).
Kemampuan WR untuk menolak air Bahan dan Metode
memungkinkan kayu dapat menangkal Bahan dan alat
terjadinya pembusukan dan perubahan
warna. Penambahan bahan pengawet Bahan yang digunakan adalah kayu jati
pada WR dapat membentuk bahan baru perhutani, jati rakyat dan pinus, kertas
berupa WR preservatives untuk ampelas nomor 80, 100, 150, dan 400,
meningkatkan efektivitas pelapisan cat ultran lasur solvent based, wax (lilin)
bahan finishing khususnya dalam dan pengawet Fungiflex dengan bahan
menghambat pertumbuhan jamur. WR aktif Thiocyanometthylthio benzotiazole
dan WR preservatives juga dapat (TCMTB). Sementara alat yang
mencegah terjadinya pembengkakan dan digunakan adalah bandsaw, table
penyusutan yang dapat menyebabkan circular saw (gergaji bulat), mesin
cracking dan warping. Kedua bahan ini ketam, timbangan digital, moisture
juga dapat melindungi kayu yang telah meter, cutter, pressure sensitive tape,
diberi lapisan cat eksterior dari terik kaliper, pipet tetes, gelas piala, kamera

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan Pelindung 13


Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika
digital dan surface roughness tester circular saw untuk menghasilkan contoh
TR200. uji berukuran (30x15x2) cm3. Contoh uji
yang telah sesuai ukuran kemudian
Prosedur Penelitian dikondisikan pada suhu 21 oC hingga
Persiapan contoh uji mencapai kadar air 12-15%. Contoh uji
bebas cacat yang dibutuhkan untuk
Contoh uji dibuat dari kayu jati masing-masing jenis kayu pada
perhutani, jati rakyat dan pinus. Jati pengujian kekuatan rekat lapisan cat
perhutani diperoleh dari Perusahaan dengan metode cross cut test sebanyak
Umum Perhutani, Kesatuan Pemangkuan 10 buah (5 papan tangensial dan 5 papan
Hutan (KPH) Malang, Tempat radial) seperti yang disajikan pada Tabel
Penimbunan Kayu (TPK) Pagak, Jawa 1.
Timur. Jati perhutani yang digunakan
berumur 45 tahun dengan diameter Persiapan campuran bahan pelapis
setinggi dada sebesar 40 cm hasil tebang
habis. Jati rakyat dan pinus diperoleh WR merupakan bahan yang berfungsi
dari daerah Jawa Barat. Jati rakyat untuk menghambat penyerapan air dan
diperoleh dari Desa Petir berumur 10 membantu menjaga kayu agar tetap
tahun dengan diameter setinggi dada 25 kering, sedangkan bahan pengawet yang
cm dan pinus diperoleh dari KPH dipergunakan berfungsi menghambat
Sukabumi berumur 30 tahun dengan serangan organisme perusak kayu. Jenis
diameter setinggi dada 42 cm. Jumlah WR yang dipergunakan adalah beeswax
pohon jati perhutani, jati rakyat dan dengan komposisi lilin ester 67%,
pinus yang dijadikan contoh uji masing- hidrokarbon 14%, asam lemak 12% dan
masing 3 pohon. Selanjutnya pohon- material lain 7%. Beeswax berwujud
pohon tersebut dibagi menjadi kayu bulat padat pada suhu kamar dengan titik lebur
pendek sepanjang 50 cm untuk 61-66 °C. Jenis bahan pengawet yang
memudahkan pengangkutan. digunakan adalah Fungiflex dari PT.
Lotus Globalindo Sentosa, Surabaya,
Contoh uji dibuat sesuai dengan standar merupakan cairan anti jamur dengan
ASTM D 358-98 (ASTM 1998) yang bahan aktif Thiocyanometthylthio
mengharuskan kayu yang dipakai bebas benzotiazole (TCMTB). Komposisi
cacat. Kayu bulat tersebut dibelah campuran bahan pelapis yang dicobakan
menjadi papan-papan radial dan pada penelitian ini berdasarkan pada
tangensial dengan menggunakan kombinasi perlakuan pada Tabel 1
bandsaw. Selanjutnya papan radial dan disajikan pada Tabel 2.
tangensial tersebut diserut pada mesin
ketam dan dipotong dengan mesin
Tabel 1 Sampel uji untuk pengujian daya lekat bahan pelapis
Jumlah sampel
Kode Perlakuan
R T
F Sampel dengan lapisan bahan cat 1 1
PW Sampel dengan lapisan pengawet dan WR 1 1
FP Sampel dengan lapisan pengawet dan bahan cat 1 1
FPW Sampel dengan lapisan pengawet, WR dan bahan cat 1 1

14 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


Tabel 2 Komposisi campuran bahan pelapis
Kombinasi Komposisi Bahan pelapis
Ket.
pelapis Lilin (%) Pengawet (%) Cat (%)
100 (10% pengawet
P - - w/v
dan 90% thinner)
100 (90% lilin dan
W - - v/v
10% thinner)
100 (90% cat
F - - dan 10% v/v
thinner)
PW 50 50 - v/v
FP - 20 80 v/v
FW 20 - 80 v/v
FPW 10 10 80 v/v

Pengukuran kekerasan permukaan (Ra) bagian permukaan contoh uji.


Pengukuran dilakukan mengikuti arah
Contoh uji yang memenuhi kriteria
tegak lurus serat. Jari-jari ujung jarum
kemudian diampelas dengan kertas
pengukur dan laju pergerakan jarum
ampelas bernomor 80, 100, dan 150
diatur sebesar 5 µm dan 0,5
untuk mendapatkan permukaan yang
mm/detik. Panjang pengukuran pada
lebih rata dan halus. Contoh uji yang
setiap titik diatur sebesar 15 mm.
telah diampelas kemudian diukur tingkat
Parameter pengukuran kekasaran
kekasarannya menggunakan roughness
permukaan berdasarkan JIS B 0601-2001
tester TR200. Pengukuran ini dilakukan
(SSA 2001) berupa arithmetical mean
sebanyak sepuluh kali di sepuluh titik
roughness (Ra).
berbeda pada setiap permukaan contoh
uji dengan arah diagonal (Gambar 1). Pengukuran keterbasahan (Wettability
testing)
Setelah pengujian nilai Ra selanjutnya
dilakukan pengujian keterbasahan.
Pengujian keterbasahan dilakukan
dengan pengukuran sudut kontak
(contact angle) antara cairan dan
permukaan contoh uji. Masing-masing
larutan bahan pelapis permukaan
diteteskan menggunakan pipet pada
permukaan contoh uji sebanyak 0.1 ml.
Pengujian tersebut direkam dengan
Gambar 1 Pengukuran kekasaran per-
kamera digital hingga cairan meresap
mukaan (Ra) menggunakan Roughness
pada permukaan kayu. Video yang
Tester TR200
dihasilkan kemudian dipotong dengan
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan GOM Player tiap 1 detik sejak cairan
nilai kekasaran yang mewakili seluruh menyentuh permukaan kayu hingga

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan Pelindung 15


Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika
meresap (Gambar 2). Sudut kontak dari sebagai contoh seperti tersaji pada
setiap potongan gambar tersebut Gambar 3. Nilai sudut kontak statis pada
kemudian diukur menggunakan Motic Gambar 3 ditetapkan berdasarkan per-
Images Plus (MIP) versi 2.0. Perubahan samaan regresi tersegmentasi antara
sudut kontak bahan pengawet pada waktu (x) dan sudut kontak (y)
bidang tangensial kayu pinus menggunakan program PROC NLIN dari
berdasarkan perubahan waktu dipilih SAS 9.1.3 Portable.

(a) (b)

(c)
Gambar 2 Pengukuran contact angle (a) pertama kali cat menyentuh permukaan
kayu (b) Cat meresap ke dalam kayu (c) Cat mencapai sudut kontak statis

Gambar 3 Perubahan sudut kontak bahan pengawet pada bidang tangensial kayu
pinus berdasarkan perubahan waktu dan penentuan sudut kontak statis

16 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


Aplikasi bahan pelindung pada antar garis sebesar 2 mm. Goresan yang
permukaan kayu sama juga dibuat secara tegak lurus
dengan goresan yang pertama sehingga
Setiap kombinasi bahan pelapis pada
terbentuk pola bujur sangkar sebanyak
Tabel 2 kemudian dilaburkan pada
100 buah. Goresan dibuat sedalam
contoh uji sesuai dengan kombinasi
lapisan film tanpa melukai permukaan
perlakuan seperti yang tersaji pada Tabel
kayu. Goresan dibuat diatas timbangan
1. Aplikasi bahan pelapis permukaan
digital untuk memastikan keseragaman
dilakukan dengan menggunakan kuas
keda-laman penggoresan. Tape ditem-
sebanyak dua kali. Sebelum pelaburan
pelkan secara merata di atas goresan
kedua, contoh uji diampelas kembali
yang dibuat, kemudian ujung tape ditarik
dengan menggunakan kertas ampelas
secara cepat dengan arah 45o terhadap
nomor 400. Selanjutnya contoh uji
permukaan contoh uji. Tingkat kerusakan
dikeringkan agar terbentuk lapisan film
yang kuat. film dapat dilihat dari jumlah lapisan film
yang ikut terangkat. Kualitas daya lekat
Pengujian daya lekat lapisan film yang kurang baik ditunjukkan dengan
tingkat kerusakan sebesar 35-65% (kelas
Daya lekat lapisan film diuji meng- 1B) dan 65-100% (kelas 0B). Kualitas
gunakan metode cross cut test sesuai daya lekat yang paling baik ditunjukkan
dengan ASTM D 3359-02 (ASTM dengan garis potongan yang rata tanpa
2004). Cross cut test adalah metode yang ada lapisan cat yang terkelupas pada
digunakan untuk mengetahui daya lekat kotak-kotak kecil (kelas 5B) dan jika
dari suatu lapisan permukaan terhadap tingkat kerusakan lapisan cat yang terjadi
substrat (kayu, besi, dan lain-lain). kurang dari 5% termasuk dalam kelas
Peralatan yang digunakan untuk 4B. Nilai hasil cross cut test dapat
pengujian ini adalah pisau pemotong diklasifikasikan kedalam enam kelas
(cutter) yang tajam dan pressure mengacu pada standar ASTM D 3359-02
sensitive tape. Lapisan film pada setiap (ASTM 2004) seperti tersaji pada Tabel
contoh uji kemudian digores dengan 3.
pisau sebanyak 11 baris dengan jarak

Tabel 3 Klasifikasi nilai daya lekat lapisan film pada permukaan kayu
Grading
Description Surface
ASTM
The edges of the cuts are completely smooth, no one of the squares of the lattice 5
is detached

At the intersection of the grid lines small fragments of the painting chipped off; 4
chipped of surface about 5% of the sections.
The painting chipped off along the edges of cut and/or at the intersection of the 3
grid lines; chipped of surface about 15% of the sections.
The painting chipped off along the edges of cut partly or in broad strips and/or the 2
painting from individual sections totally or partly chipped off completely; chipped
of surface about 35% of the sections.
The painting chipped off along the edges of cut in broad strips and/or of 1
individual sections totally or partly; chipped of surface about 65% of the sections.
Each degree of flaking that cannot even be classified by classificication 4 0

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan Pelindung 17


Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika
Hasil dan Pembahasan oleh jati Perhutani dipengaruhi oleh
rendahnya rerata nilai Ra. Sesuai dengan
Kekasan permukaan (Ra)
yang dikemukakan oleh Moita (2003)
Rerata nilai Ra pada masing-masing pola bahwa semakin tinggi nilai Ra maka
penampang dan jenis kayu disajikan pada semakin rendah sudut kontak yang
Gambar 4. Nilai Ra kayu jati rakyat dan dihasilkan. Kayu dengan nilai Ra yang
pinus lebih tinggi dibanding Ra kayu jati tinggi memiliki nilai sudut kontak yang
perhutani. Rerata Ra jati rakyat dan pinus lebih rendah karena bahan pelapis
adalah 5,25𝜇m dan 5,03 𝜇m sedangkan menyebar dan meresap lebih cepat
rerata Ra jati Perhutani adalah 2,68 𝜇m. kebagian dalam kayu. Dari hasil
Hal ini diduga karena jati rakyat memliki pengukuran nilai Ra dan sudut kontak
diameter pori yang tergolong agak besar maka dapat dipertim-bangkan bahwa jati
(±240 mikron) yang mengakibatkan Perhutani memiliki keterbasahan yang
permukaan tidak rata atau tidak halus lebih rendah dibandingkan dengan kayu
(Darmawan et al. 2011). Hasil pada pinus dan jati rakyat.
Gambar 4 juga menunjukkan bahwa nilai
Rerata nilai sudut kontak statis yang
Ra pada pola penampang radial dan
dihasilkan pada pola penampang radial
tangensial relatif sama pada satu jenis
jati rakyat, pinus dan jati Perhutani
kayu. Rerata nilai Ra pada pola
masing-masing adalah 8,03o; 8,77o dan
penampang radial yaitu 4,62 𝜇m dan
17,72o. Selanjutnya nilai sudut kontak
pada penampang tangensial yaitu
statis yang dihasilkan pada pola
4,02 𝜇m.
penampang tangensial jati rakyat, pinus
Keterbasahan (Wettability) dan jati Perhutani masing-masing adalah
9,79o; 9,07o dan 15,61o. Nilai-nilai
Jati Perhutani menunjukkan nilai sudut tersebut mengindikasikan bahwa tidak
kontak statis yang lebih tinggi ada perbedaan yang mencolok antar pola
dibandingkan dengan pinus dan jati penampang kayu pada satu jenis kayu
rakyat. Jati Perhutani menghasilkan tertentu. Hal ini diduga karena nilai Ra
rerata nilai sudut kontak statis 16,71o pada pola penampang radial maupun
sedangkan jati rakyat dan pinus masing- tangensial relatif sama pada satu jenis
masing menghasilkan rerata nilai sudut kayu. Hasil serupa juga dikemukakan
kontak statis 8,93o dan 8,92o. Besarnya oleh Amorim et al. (2013) yang
nilai sudut kontak statis yang dihasilkan menyatakan bahwa cairan memiliki

Gambar 4 Nilai kekasaran permukaan (Ra) penampang radial dan tangensial pada contoh
uji

18 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


kecenderungan keterbasahan yang sama berbeda (Tabel 5). Namun demikian
antara pola penampang radial dan Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis kayu
tangensial. jati rakyat dan pinus menghasilkan daya
lekat lapisan pelindung sedikit lebih baik
Hasil nilai sudut kontak statis bahan
dibandingkan dengan jati Perhutani.
pelapis (Tabel 4) yang dilaburkan
Daya lekat kayu pinus (Gambar 4a) dan
menunjukkan bahwa bahan pengawet
jati rakyat tergolong rerata kelas 4 dan 5,
merupakan bahan pelapis yang paling
sedangkan jati Perhutani ada yang
cepat meresap pada semua jenis kayu.
menghasilkan rerata kelas 3. Hal ini
Waktu yang dibutuhkan untuk bahan
dapat disebabkan karena nilai Ra dan
pengawet meresap pada permukaan
keterbasahan kayu pinus dan jati rakyat
ketiga jenis kayu relatif sama yaitu
lebih tinggi yang berimplikasi pada
berkisar antara 4-10 detik. Nilai sudut
tingginya nilai daya lekat pinus dan kayu
kontak statis terbesar dihasilkan dari WR
jati rakyat. Hasil penelitian tersebut
yaitu 143,20o. Sudut kontak statis WR
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
tersebut terjadi hingga WR mulai
oleh Vitosyte et al. (2012) yang
mengering. Fenomena terbentuknya
mengemukakan bahwa semakin tinggi
sudut kontak ini hampir sama pada
kekasaran permukaan kayu maka
ketiga jenis kayu. Selanjutnya hasil pada
semakin tinggi pula daya lekatnya.
Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi
antara cat dan bahan pengawet (FP), cat Hasil pada Tabel 5 juga menunjukkan
dan WR (FW) serta kombinasi ketiga bahwa kombinasi jenis jenis bahan
bahan (FPW) menghasilkan sudut kontak pelindung menentukan daya lekatnya
yang jauh lebih kecil dari 90o. Hasil ini pada kayu. Lapisan pelindung
mengindikasikan bahwa kombinasi- permukaan yang terbaik ditunjukkan
kombinasi tersebut memiliki oleh kombinasi FP dan kombinasi FW
keterbasahan yang tinggi dan diharapkan yang mampu menghasilkan daya lekat
mampu membentuk ikatan yang kuat kelas 4 dan 5 (Tabel 5), dengan
pada ketiga jenis kayu yang diteliti. persentase kerusakan 0-5% (Gambar 5a,
5b). Kombinasi antara ketiga lapisan
Pengujian daya lekat lapisan film pelindung (FPW) ternyata menghasilkan
dengan cross cut test daya lekat yang lebih rendah yaitu kelas
Perbedaan pola penampang kayu (radial 1 dan 2 dengan persentase kerusakan
dan tangensial) memiliki daya lekat sebesar 85-95% (Gambar 5c).
lapisan pelindung yang tidak jauh

Tabel 4 Sudut kontak statis masing-masing lapisan pelindung permukaan


Jenis bahan pelapis
Jenis dan bidang kayu
F P W FP FW FPW
Jati Perhutani Radial 12,194 9,742 137,384 11,783 29,619 25,284
Jati Perhutani Tangensial 12,110 7,047 143,208 12,883 25,642 20,402
Pinus Radial 4,205 4,795 127,366 8,216 13,652 12,984
Pinus Tangensial 6,218 4,582 133,306 6,990 15,762 11,822
Jati Rakyat Radial 5,800 3,701 125,540 5,572 12,844 12,281
Jati Rakyat Tangensial 5,594 5,571 124,614 7,203 15,630 14,999

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan Pelindung 19


Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika
Tabel 5 Hasil pengujian daya lekat lapisan pelindung permukaan
Kelas Contoh Uji (ASTM D 3359-02)
Jenis dan bidang kayu
F FP FW FPW
Jati perhutani radial 3 4 4 1
Jati perhutani tangensial 3 4 4 2
Pinus radial 5 5 5 2
Pinus tangensial 5 5 4 1
Jati rakyat radial 4 4 5 1
Jati rakyat tangensial 4 4 5 2

(a) (b) (c)

Gambar 5 Bentuk kerusakan pada pengujian daya lekat lapisan film pada (a) kombinasi
FW (b) kombinasi FP dan (c) kombinasi FPW.

FPW yang merupakan kombinasi antara yang terjadi pada FPW adalah
cat ultran lasur, pengawet berbahan aktif demulsifikasi. Kokal (2005)
TCMTB dan lilin ternyata menghasilkan mengemuka-kan bahwa kestabilan
campuran koloid yang seolah-olah stabil emulsi cair dapat rusak apabila terjadi
namun akan memisah setelah waktu pemansan, proses sentrifugasi,
tertentu. Ini mengindikasikan bahwa pendinginan, penam-bahan elektrolit, dan
ketiga bahan tersebut tidak dapat perusakan zat pengemulsi. Sementara
bercampur secara sempurna, dan pada pembuatan FPW harus dilakukan
memiliki masa pakai yang pendek. Di pemanasan pada lilin agar berubah dari
dalam larutan koloid secara umum, ada 2 bentuk padat menjadi cair. Saat proses
zat yaitu zat terdispersi (zat yang terlarut pemanasan inilah diduga terbentuk
di dalam larutan koloid) dan zat emulsi.
pendispersi (zat pelarut di dalam larutan
koloid). Berdasarkan fase terdispersinya, Kesimpulan
sistem koloid yang terbentuk pada FPW Berdasarkan data hasil pengamatan dan
merupakan emulsi (fase terdispersi cair). pengujian yang dilakukan dalam pene-
Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang litian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak
tercampur, tetapi tidak dapat saling ada perbedaan daya lekat bahan pelapis
melarutkan (Binks 1998). Sifat emulsi yang mencolok antar pola penampang

20 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016


kayu pada satu jenis kayu tertentu. Kayu Binks BP. 1998. Modern aspects of
jati rakyat dan pinus menghasilkan daya emulsion science, 1st edition.
lekat yang sedikit lebih baik dibanding- London Royal Society Chem 4: 2-4.
kan dengan kayu jati Perhutani. Darmawan W, Rahayu IS, Padlinurjaji
Kombinasi FP dan kombinasi FW IM, Pandit KN. 2011. Pengerjaan
menghasilkan daya lekat yang lebih baik Kayu: Ilmu-Ilmu Penunjang dan
dibandingkan dengan kombinasi FPW. Teknologi Proses. Bogor: IPB Press.
Semakin tinggi nilai Ra maka semakin
kecil nilai sudut kontaknya dan semakin Departemen Kehutanan. 2009. Statistik
tinggi keterbasahannya yang pada Kehutanan Indonesia 2008. Jakarta:
akhirnya akan menghasilkan daya lekat Departemen Kehutanan Republik
yang lebih baik. Dengan memper- Indonesia.
timbangkan hasil penelitian ini tidak Evans P. 2009. Reducing Grain Raising
dianjurkan mengkombinasikan penggu- During The Finishing of Wood
naan cat, bahan pengawet dan WR secara Water-Based Coatings. Vancouver:
bersama-sama. University of British Columbia.
Daftar Pustaka Gray V. 1962. The wettability of wood.
For Prod J 12(9) : 452-461.
[ASTM] American Society for Testing
and Materials. 1998. ASTM D 358- Haygreen JG, Bowyer JL. 1996. Hasil
98: Standard Specification for Wood Hutan dan Ilmu Kayu: Suatu
to Be Used as Panels in Weathering Pengantar. Terjemahan Sutjipto
Tests of Coatings. West H.K. : Gadjah Mada University
Conshohocken: ASTM. Press. Yogyakarta.
[ASTM] American Society for Testing Landry V, Blanchet P, Cormier LM,
and Materials. 2004. ASTM D 3359- 2013. Water-Based and Solvent-
02: Standard Test Method for Based Stains: Impact on the Grain
Adhesion by Tape Test. West Raising in Yellow Birch. Bioresourc
Conshohocken: ASTM. 8(2) : 1997-2009.
Amorim MRS, Ribeiro PG, Martins SA, Koehler A. 1932. Some observation of
Menezzi CHSD, Souza MR. 2013. raised grain. Transaction Am Soc
Surface Wettability and Roughness Mechanical Eng 54: 27-30.
of 11 Amazonian Tropical Kokal S. 2005. Crude oil emulsion : a
Hardwoods. Floresta e Ambiente. state of the art review. SPE Sauci
20(1): 99-109. Aramco 20(1):5-13.
Ayrilmis N, Candan Z, Akbulut T, Maftoonazad N, Ramaswamy HS,
Balqiz OD. 2010. Effect of sanding Marcotte M. 2007. Evaluation of
on surface properties of Medium factors affecting barrier, mechanical
Density Fiberboard. Drvna and optical properties of pectin-
Industrija 61(3):175-181. based fims using response surface
Bamber RK, Burley J. 1983. The Wood methodology. J Food Proc Eng 30:
Properties of Radiate Pine. Oxford: 539-563
CAB. 84. Marra GG. 1943. An analysis of the
factors responsible for raised grain

Pengaruh Kondisi Permukaan terhadap Daya Lekat Lapisan Pelindung 21


Andi T Lestari, I Wayan Darmawan, Dodi Nandika
on the wood of oak following Vitosytė J, Ukvalbergienė K, Keturakis
sanding and staining. Transaction G. 2012. The Effect of Surface
Am Soc Mechanical Eng 65: 177- Roughness on Adhesion Strength of
185. Coated Ash (Fraxinus excelsior L.)
and Birch (Betula L.) Wood.
Moita A. S. and Moreira A. L. N. 2003.
Materials Sci (Medžiagotyra) 18(4)
Influence of Surface Properties on
:347-351.
the Dynamic Behaviour of
Impacting Droplets. 9th Yuan Y, Lee TR. 2013. Contact angle
International Conference on Liquid and wetting properties. Surface Sci
Atomization and Spray Systems, Techniques 3-34.
Sorrento, Italy. Williams RS, Feist WC. 1999. Water
Richter K, Feist WC, Knaebe MT. 1994. Repellent and Water Repellent
The Effect of Surface Roughness on Preservatives for Wood. General
the Performance of Finishes. For Technical Report FPL-GTR-109 :1-
Prod J 45 (7/8). 12.
Tsoumis G. 1991. Science and
technology of wood: Structure, Riwayat naskah:
Properties, Utilization. New York: Naskah masuk (received): 21 Juli 2015
Van Nostrand Reinhold.. Diterima (accepted): 5 Oktober 2015

22 J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis Vol.14 No.1 Januari 2016

You might also like