You are on page 1of 4

Jurnal Informatika: Jurnal pengembangan IT (JPIT), Vol. 8, No.

2, Mei 2023 ISSN: 2477-5126

e-ISSN: 2548-9356

Analisis Daya Dukung Kegiatan Wisata Alam di


Selabintana, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Moch Bhakti Anugrah B1,Rini Kusumawati 2, Fety Fatimah3


1
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik & Sains, Universitas Ibn Khaldun, Bogor
1
Jln. K. H. Sholeh Iskandar Km. 2 Kedung Badak Tanah Sareal, Kota Bogor, 16162, Indonesia
email: 1bhaktimochamad@gmail.com, 2nabilarizqi@yahoo.co.id, 3fety.fatimah@uika-bogor.ac.id

Abstract - Selabintana management area is one of the nature


tourism areas in the Gunung Gede Pangrango National Park
(GGPNP) which located in Sukabumi District, West Java. Kata Kunci  Letakkan 3-8 kata kunci Anda di sini, kata kunci
Within the management area which covers 2,547.93 ha, there is a dipisahkan dengan koma.
camping ground and waterfall which both are the most attracted
for visitors. Efforts are needed to harmonize nature tourism
activities with conservation mission, so that visitors can enjoy
PENDAHULUAN
but the natural environment is maintained. The objective of this Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
research is to determine the carrying capacity for daily tourism (TNGGP) merupakan salah satu dari lima taman
and camping activities by considering the aspect of physical,
environmental and management aspects. The survey conducted
nasional pertama di Indonesia yang diumumkan
through interviews and questionnaires to 62 tourists, traders and oleh Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980
managers of the national park area. The data were analyzed meliputi area seluas 15.196 ha. Kawasan ini
using the carrying capacity assessment method developed by
Cifuentes, i.e. calculating the Physical Carrying Capacity (PCC),
merupakan kesatuan dari Cagar Alam Cibodas
Real Carrying Capacity (RCC), and Effective Carrying seluas 1.040 ha, Cagar Alam Cimungkat seluas 56
Capacity (ECC). As a result, EEC for daily tourism is 84 ha, Taman Wisata Situgunung seluas 100 ha dan
visitors/day (PCC > RCC > ECC with a score of 3,269 > 98 >84),
while EEC for camping is 60 visitors/day (PCC > RCC > with a
Hutan Lindung lereng Gunung Gede dan Gunung
score of 2,155 > 69 > 60). Thus, carrying capacity of nature Pangrango seluas 14.000 ha. Pada tahun 1977
tourism activities in conservation areas can be calculated based kawasan ini juga ditetapkan sebagai Cagar Biosfir
on physical carrying capacity, real carrying capacity, and
effective carrying capacity.
Cibodas oleh UNESCO. Dalam konsep cagar
biosfer yang dimiliki oleh wilayah administrasi
Abstrak - Kawasan pengelolaan Selabintana merupakan salah kabupaten telah diakui secara internasional sebagai
satu areal wisata alam yang ada di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango (TNGGP) yang terletak di Kabupaten
bagian dari suatu daerah dikelola melalui MAB
Sukabumi, Jawa Barat. Di dalam areal pengelolaan yang UNESCO (Man and the Biosfer) pendekatan
luasnya 2.547,93 ha terdapat camping ground dan air terjun lanskap dalam konteks konservasi, pengembangan
yang merupakan daya tarik utama yang bagi para pengunjung.
Diperlukan adanya upaya untuk menyelarasakan kegiatan
ilmu pengetahuan dan kemanusiaan program.
wisata alam dengan misi konservasi, agar pengunjung dapat Keterlibatan pemangku kepentingan menjadi
menikmati namun lingkungan alam tetap terjaga. Tujuan dari tantangan tersendiri mengelola kawasan konservasi
penelitian ini adalah menentukan carrying capacity untuk
kegiatan wisata harian dan berkemah dengan
seperti taman nasional, jadi bahwa pengelolaan
mempertimbangkan aspek fisik, lingkungan dan manajemen. taman nasional secara terpadu dapat dilakukan
Survey dilakukan melalui interview dan kuisioner terhadap 62 diimplementasikan. Model manajemen seperti itu
wisatawan, pedagang dan pengelola kawasan taman nasional.
Data dianalisis dengan metode penilaian carrying capacity yang
saat ini diperlukan mengingat perkembangan
dikembangkan oleh Cifuentes, yaitu menghitung Daya Dukung zonasi kawasan di strategi pengelolaan taman
Fisik (PCC), Daya Dukung Ril (RCC), serta Daya Dukung nasional. Salah satu dari zona yang sedang
Efektif (ECC). Sebagai hasil, EEC untuk wisata harian adalah
84 pengunjung/hari (PCC > RCC > ECC dengan skor 3.269 > 98
dikembangkan adalah pemanfaatannya daerah.
>84), sedangkan EEC untuk berkemah adalah 60 Jenis pemanfaatan yang sudah banyak
pengunjung/hari (PCC > RCC > dengan skor 2.155 > 69 > 60). dikembangkan dalam pengelolaan taman nasional
Jadi, carrying capacity dalam kegiatan wisata alam di dalam
kawasan konservasi dapat ditentukan berdasarkan daya dukung
adalah pengembangan usaha wisata alam.
fisik, daya dukung riil, dan daya dukung efektif.

Penulis Pertama: Pesebaran Objek Wisata Alam 1


Jurnal Informatika: Jurnal pengembangan IT (JPIT), Vol. 8, No. 2, Mei 2023 ISSN: 2477-5126

e-ISSN: 2548-9356

Pada tahun 2018, pengelolaan taman nasional perkemahan di zona pemanfaatan wilayah
telah peningkatan sarana dan prasarana untuk pengelolaan Selabintana. Ruang lingkup penelitian
mendukung pariwisata kegiatan di Selabintana. daya dukung alam pariwisata terbatas pada definisi
Dengan tambahan ini sarana dan prasarana tersebut pembawaan yang efektif kapasitas yang
tentunya akan memberikan dampak positif maupun dikembangkan oleh Cifuentes (1992). Data
negatif bagi perkembangannya wisata alam dan Pengumpulan dilakukan dengan dua teknik yaitu
pelestarian lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan observasi dan wawancara (menggunakan
suatu pengelolaan pariwisata yang dapat kuesioner).
mengurangi dampak negatif yang akan Survei dilakukan terhadap responden terdiri
menimbulkan kerusakan pada kualitas lingkungan dari wisatawan atau pengunjung, pengelola wisata,
dalam pengelolaan Selabintana daerah. dan pedagang lokal yang berbisnis di sekitar lokasi.
Berdasarkan berbagai alasan di atas, hal Itu teknik observasi langsung dilakukan untuk
tersebut perlu dimiliki rumus yang dapat digunakan mengumpulkan data primer, berupa data fisik
dalam menghitung beban kapasitas pengelolaan (fasilitas dan akses, panjang jalur di kawasan
wisata alam, khususnya di area rekreasi alam wisata), serta sebagai observasi dan identifikasi
sehari-hari dan di perkemahan. keberadaan pohon dan satwa liar. Sedangkan data
sekunder yang dikumpulkan adalah data pada
METODE PENELITIAN kawasan wisata, panjang jalan, jumlah pengunjung,
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari- terbuka periode, kecepatan angin, jenis tanah, sinar
April 2021 di Selabintana wilayah pengelolaan matahari, dan pendukung data yang diperoleh dari
TNGGP yang meliputi seluas 2.547,93 ha. Secara institusi. Dalam wawancara teknik, peneliti
administratif terletak di Desa Perbawati, Kabupaten bertemu dan berhadapan langsung dengan
Sukabumi, Jawa Barat. responden atau topik yang sedang dipelajari.

A. Keterangan Tabel
Salah satu daerah yang berkontribusi
terhadap pertumbuhan pariwisata di Jawa Barat
adalah Kabupaten Cianjur yang dikunjungi oleh
121.083 wisatawan (Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Jawa Barat, 2013).
TABEL I

Gambar 1. Peta wilayah studi pengelolaan Selabintana


kawasan TNGGP, Jawa Barat.

TABEL II

Gambarr 2. Jalur tracking Gunung Gede Pangrango Via Salabintana.

Dalam penelitian ini, ada dua jenis survei


deskriptif, yaitu kegiatan wisata alam di kawasan
air terjun (setiap hari pariwisata) dan di area bumi

Penulis Pertama: Pesebaran Objek Wisata Alam 2


Jurnal Informatika: Jurnal pengembangan IT (JPIT), Vol. 8, No. 2, Mei 2023 ISSN: 2477-5126

e-ISSN: 2548-9356

Berdasarkan tabel diatastingkat pertumbuhan Untuk wisata sehari-hari dan berkemah di


wisatapendakian mengalami kenaikan dan Selabintana Taman Nasional Gunung Gede
penurunan pada tahun 2016 mengalami Pangrango menunjukkan Nilai PCC > RCC > ECC,
penurunan ke tahun 2017. Kemudian kenaikan artinya berdasarkan pada pembukaan wisata alam
terjadi pada tahun 2018 dan 2019. Tahun 2020 Selabintana dapat diterapkan sesuai dengan
mengalami penurunan jumlah wisatawan Dengan persamaan tersebut.
demikian dapat disimpulkan pertumbuhan jumlah
wisatawan pendakian di Taman Nasional UCAPAN TERIMA KASIH
Gunung Gede Pangrango (TNGGP) belum Kami ingin berterima kasih kepada pihak editor
stabil disebabkan oleh kenaikan dan penurunan dan reviewer jurnal yang telah memberikan umpan
yang sangat drastis, selain itu bila dibandingkan balik dan saran konstruktif terhadap manuskrip ini.
dengan pertumbuhan objek wisata rekreasi yang Masukan mereka sangat berharga dalam
mengalami peningkatan diakhir tahun 2018. meningkatkan kualitas publikasi ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Budiani, S.R., Puspitasari, L., Adibah, M.N., Fauzia,A. & Basuki S.N.
HASIL DAN PEMBAHASAN 2019. Kajian daya dukung fisik wisata berkemah Telaga Cebong Desa
Kegiatan wisata sehari-hari di Selabintana Sembungan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan. Majalah
beroperasi antara 07:30 - 16:00 (8,5 jam per hari), [2] Geografi Indonesia, 33 (1): 9-15.
Cahyani. F.A. 2019. Upaya peningkatan daya dukung lingkungan hidup
sedangkan hasil dari wawancara dengan melalui instrumen pencegahan kerusakan lingkungan hidup berdasarkan
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
wisatawan/pengunjung, menunjukkan bahwa rata- Pengelolaan Lingkungan Hudup. Journal Ilmu Hukum, 2 (1): 53-60.
rata waktu yang mereka habiskan adalah 4 jam [3] B Zerlina, D., Dewi, I,K. & Sutanto. 2019. Feasibility analysis of lake
ex-andesite stone mining as geo-tourism area at Tegalega Village,
untuk melakukan aktivitas wisata di kawasan Cigudeg, Bogor. Indonesian Journal of Applied Environmental Studies,
Selabintana. Kemudian, faktor rotasi atau jumlah 1(1): 40-47.
[4] Fandeli, C. & Suyanto, A. 1999. Kajian daya dukung lingkungan, objek
kunjungan berulang per hari (Rf) adalah 2,13. dan daya tarik Taman Grojogan Sewu, Tawangmangu. Jurnal Manusia
Dengan demikian, jumlah maksimum pengunjung dan Lingkungan, 19 (VII): 32-47.
yang dapat secara fisik diterima di kawasan wisata
Electronic Publication, Information from the
pada waktu tertentu (PCC) dalam hal ini luasnya
internet
adalah 3.792 pengunjung/hari (dibulatkan dari [1] https://www.academia.edu/download/82051845/
3.792,13). Jurnal_Vol_2_2_Tahun_2021_Injast_Universitas_Pakuan_4241_10839
Untuk kegiatan camping di camping ground of [2] _1_SM.pdf#page=51
https://www.alltrails.com/trail/indonesia/west-java/gunung-gede-via-
Selabintana, pengelola taman sudah menyediakan selabintana
[3] https://jurnal.akmrtv.ac.id/index.php/jk/article/view/287
24 jam, tapi durasi rata-rata kegiatan berkemah
yang dihabiskan oleh pengunjung adalah 16 jam, Conference Proceeding/Workshops
dengan faktor Rotasi (Rf) adalah 1,5. Dengan [1] Fandeli, C. & Nurdin, M. 2005. Pengembangan ekowisata berbasis
konservasi di Taman Nasional. Pusat Studi Pariwisata Universitas
demikian, PCC untuk kegiatan camping adalah Gadjah Mada dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup, Yogyakarta.
2.155 pengunjung/hari (dibulatkan dari 2.155,1). [2] Jaringan Ekowisata Indonesia (Indecon). 1999. Pelestarian Ekosistem
Leuser dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat melalui Pengembangan
Ekowissata. Makalah Pelatihan Ekowisata. Pp. 1-5.
KESIMPULAN [3] Khair, U. 2006. Daya Dukung Fisik Ekowisata di Taman Wisata Alam
Sibolangit, Deli Serdang. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas
Kawasan wisata alam sebagai salah satu obyek Sumatera Utara, Medan.
di pengelolaan kawasan konservasi (seperti taman [4] Muta’ali, L. 2012. Environmental Carrying capacity for Regional
Development Planning. Faculty of Geography, Gadjah Mada
nasional). dapat dinilai melalui Daya Dukung Fisik University, Yogyakarta.
(PCC). Namun, kapasitasnya akan berubah menjadi [5] Siswantoro, H. 2012. Kajian Daya Dukung Lingkungan Taman Wisata
Alam Grojogan Sewu, Karanganyar. Tesis. Universitas Diponogoro,
Real Daya Dukung (RCC) melalui kajian alam Semarang.
koreksi faktor. Faktor koreksi tersebut adalah
tingkat fisik alam, pelestarian aspek ekologi, dan Monograph, edited book, book
[1] Ceballos, L.H. 1996. Tourism, Ecotourism, and Protected Areas. IUCN
tingkat kerawanan bencana. Akhir penentuannya Protected Areas Programme, IUCN.
adalah Daya Dukung Efektif sebagai tanggapan [2] Cifuentes, M.A. 1992. Determination Carrying capacity of Tourism in
Protected Area. CTIE Papers. Turrialba, Costa Rica. pp. 1-19.
Management Capacity (MC) terhadap Real Daya [3] Cifuentes, M.A. 1999. Tourist Carrying capacity in public use areas
dukung. Guayabo National Monument, Costa Rica.

Penulis Pertama: Pesebaran Objek Wisata Alam 3


Jurnal Informatika: Jurnal pengembangan IT (JPIT), Vol. 8, No. 2, Mei 2023 ISSN: 2477-5126

e-ISSN: 2548-9356

[4] Fandeli, C. 2000. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Kursus [5] Fandeli, C. 2002. Perencanaan Wisata Alam. Fakultas Kehutanan
Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yogyakarta. [6] Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip Dasar Mengkonservasi
Lanskap. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Penulis Pertama: Pesebaran Objek Wisata Alam 4

You might also like