Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batubara adalah salah satu sumber energi di dunia. Menurut undang-undang
no 4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara, batubara merupakan endapan
senyawa organik karbonan yang membentuk senyawa alamiah dari sisa tumbuh-
tumbuhan dan bisa terbakar. Batubara juga diartikan sebagai batuan sedimen
(padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, serta berwarna coklat
sampai hitam, yang pada saat pengendapan terkena proses fisika dan kimia yang
menyebabkan kandungan karbonnya banyak (Sukandarrumidi,1995). Indonesia
termasuk produsen batubara terbesar di dunia. Produksi batubara pada tahun 2010
diperkirakan sekitar 153 juta ton, sedangkan pemakaian dalam negeri pada tahun
tersebut adalah 108 juta ton, sedangkan sisanya 45 juta ton merupakan jumlah
yang dapat diekspor. Pembakaran batubara menghasilkan sekitar 5% polutan
padat yang berupa abu (fly ash dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah
bottom ash dan sekitar 80-90% fly ash dari total abu yang dihasilkan. Pada tahun
1999, peranan batubara dalam penyediaan energi nasional baru mencapai sekitar
12% dan diperkirakan pada tahun 2020 akan mencapai 39,6% (Wardani, 2008).
Sebaliknya, peran BBM secara bertahap terus menurun, peran BBM dalam
penyediaan energi primer masih mencapai 68% pada tahun 1992/1993 dan pada
tahun 2020 menjadi 37%.
PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan pertambangan batubara
yang berlokasi di Sangatta Kab.Kutai Timur, Kalimantan Timur, Indonesia dan
salah satu pertambangan open-pit terbesar di dunia. PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
mengelola wilayah perizinan pertambangan dengan luas mencapai 84,938 hektar.
Dengan didukung oleh lebih dari 4.499 pekerja dan 21.000 personel dari
kontraktor dan perusahaan terkait, kapasitas produksi batubara KPC mencapai 70
juta ton per tahun. Limbah batubara PT. Kaltim Prima Coal mengandung
beberapa logam berat dan kandungan logam beratnya sudah berada dibawah
ambang batas toleransi (Fauziah, 2017). Limbah batubara dikategorikan sebagai
limbah berbahaya, salah satu penyebabnya karena adanya unsur-unsur logam
berbahaya seperti Mn, Pb, Cu, Zn, Cd, Cr, Co, Hg, Se, V dan As. Puslitbang
tekMIRA sebagai salah satu lembaga riset di bawah Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral (KESDM) juga telah melakukan penelitian limbah batubara
yang berkaitan dengan permasalahan pertambangan. Pengujian mengenai
terjadinya ekstraksi logam-logam berat yang terkandung pada limbah harus
diantisipasi. Menurut Lokeshappa dan Dikshit (2012), limbah batubara
mengandung logam beracun dengan konsentrasi yang lebih tinggi jika dilepaskan
ke lingkungan oleh pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Pembuangan
limbah batubara di kolam penampungan terbuka dan tidak dilindungi pelapis,
akan menyebabkan dampak lingkungan yang buruk dan sangat berbahaya. Hal ini
disebabkan oleh konsentrasi logamnya yang tinggi.
Di Indonesia batubara masih akan tetap menjadi bahan bakar utama untuk
pembangkit energi, sehingga sejumlah besar produk pembakaran batubara pasti
akan dihasilkan. Produksi batubara PT. Kaltim Prima Coal (KPC) semakin
meningkat, semakin meningkatnya produksi dan pemakaian batubara, maka beban
lingkungan juga akan semakin berat dan perlu diantisipasi dengan pemakaian
teknologi batubara bersih dan pemanfaatan secara optimal dari limbah batubara
(Wardani, 2008). Tambang batubara sebagai penyumbang terbesar produksi
limbah akan menjadi penyumbang pencemaran pula bagi lingkungan jika tidak
menangani masalah limbah ini dengan baik. Penambangan batubara secara
langsung bisa menyebabkan pencemaran air oleh limbah pencucian batubara.
Limbah pencemaran batubara mencemari air sungai yang menyebabkan airnya
menjadi keruh, asam dan pendangkalan sungai akibat endapan pencucian
batubara. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penyerapan dan
pemanfaatan masif yang sebanding untuk menjaga kondisi lingkungan. Hal yang
harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah ini secara masif sebagai
bahan stabilitasi tanah. Stabilisasi tanah adalah salah satu cara yang digunakan
untuk memperbaiki sifat tanah dasar sehingga tanah dasar tersebut menjadi lebih
bermutu dan dapat meningkatkan kemampuan daya dukung tanah dasar terhadap
konstruksi yang akan dibangun diatasnya. Salah satu bahan yang dapat digunakan
sebagai campuran untuk stabilisasi tanah adalah abu batu bara. Abu batu bara
dihasilkan dari proses pembakaran batu bara. Abu batu bara terbagi menjadi dua
yaitu fly ash dan bottom ash. Fly ash berbentuk butiran yang halus, seperti
memiliki gradasi yang sangat uniform, dan mempunyai sifat pozzolanik. Fly ash
dapat dimanfaatkan sebagai bahan stabilisasi tanah karena mengandung bahan
pozzolan seperti Silika (SiO2), Besi oksida (Fe2O3), Aluminium Oksida (Al2O3),
Kalsium oksida (CaO), Magnesium oksida (MgO) dan Sulfat (SO4) (Sompie dkk,
2018). Fly ash pada dasarnya tidak mempunyai kemampuan untuk mengikat tetapi
dengan adanya partikel yang ukurannya halus dan ditambah adanya air, oksida
silika yang terkandung dalam Fly ash akan menimbulkan reaksi kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen yang menghasilkan
zat yang memiliki kemampuan mengikat (Indriyati, 2019).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk mengatasi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah batubara
yang dihasilkan PT. Kaltim Prima Coal dengan demikian, judul yang diambil
dalam penelitian ini adalah “Kandungan Logam Berat Limbah Batubara PT.
Kaltim Prima Coal Kab. Kutai Timur, Kalimantan Timur yang Bermanfaat untuk
Stabilisasi Tanah dalam Mengurangi Pencemaran Lingkungan”.