Professional Documents
Culture Documents
Analisa Swamedikasi Kepada Pasien Di Klinik Rilan Kelurahan Girian Permai Kecamatan Madidir Kota Bitung Fix
Analisa Swamedikasi Kepada Pasien Di Klinik Rilan Kelurahan Girian Permai Kecamatan Madidir Kota Bitung Fix
NIM 18101105073
Yang bersangkutan telah layak untuk melaksanakan seminar usul penelitian pada tanggal
22 Februari 2022
Menyetujui:
Komisi Pembimbing,
1
pratama ini memungkinkan peneliti dapat mengambil data swamedikasi dari setiap pembeli
yang membeli obat dan memberikan swamedikasi. Di klinik rilan walau dalam penyampaian
swamedikasi cukup baik namun biasanya beberapa pembeli tidak terlalu mengerti dengan
apa yang disampaikan oleh farmasis, hal ini terjadi dikarenakan farmasis yang mencoba
menjelaskan swamedikasi kepada pembeli awam yang tidak terlalu mengerti Bahasa
Indonesia yang baku dan juga ada beberapa pembeli yang tidak bisa di yakinkan mengenai
mengenai penggunaan obat yang di sampaikan oleh farmasis masalah ini menyebababkan
terapi obat yang tidak tercapai, interaksi obat yang tidak di ketahui, dan penggunaan obat
yang tidak sesuai indikasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka peneliti tertarik untuk
meneliti bagaimana kegiatan swamedikasi yang dilaksanakan di klinik rilan.
2
3. Bagi masyarakat
Masyarakat lebih mengetahui dan lebih mematuhi penyampaian farmasis
mengenai swamedikasi yang telah di beritahu farmasis mengenai penggunaan
obat ketika di beri petunjuk dan nasehat ketika meminum obat apalagi bagi
pembeli yang lanjut usia dan pembeli yang melakukan isolasi mandiri
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Swamedikasi
2.1.1 Pengertian swamedikasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (permenkes)
No.919/MENKES/PER/X/1993 swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang di
lakukan secara mandiri tanpa berkonsultasi kepada tenaga kesehatan atau tanpa
resep. Yang di maksud dari peraturan tersebut adalah upaya dari pasien untuk
mempelajari informasi mengenai obat yang sesuai dengan keluhan dari penyakitnya
kepada apoteker/farmasis.
2.1.2 Manfaat swamedikasi
Manfaat dari swamedikasi dapat diperoleh apabila penatalaksanaannya
rasional. Swamedikasi yang dilakukan dengan tanggung jawab akan memberikan
beberapa keuntungan yaitu, membantu mencegah dan mengatasi gejala penyakit
ringan yang tidak memerlukan dokter, memungkinkan aktivitas masyarakat tetap
berjalan dan tetap produktif, menghemat biaya dokter dan penebusan obat resep yang
biasanya mahal, dan meningkatkan kepercayaan diri dalam pengobatan sehingga
menjadi lebih aktif dan peduli terhadap kesehatan diri (Vidyavati dkk, 2016).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tindakan Swamedikasi
Praktek swamedikasi menurut World Health Organization (WHO) (1998)
dalam Zeenot (2013), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Faktor sosial ekonomi
Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin
tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan informasi.
Dikombinasikan dengan tingkat ketertarikan individu terhadap masalah kesehatan,
sehingga terjadi peningkatan untuk dapat berpartisipasi langsung terhadap
pengambilan keputusan dalam masalah kesehatan.
b. Gaya hidup
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap dampak dari gaya hidup
tertentu seperti menghindari merokok dan pola diet yang seimbang untuk
memelihara kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit.
c. Kemudahan memperoleh produk obat
4
Saat ini pasien dan konsumen lebih memilih kenyamanan membeli obat yang
bisa diperoleh dimana saja, dibandingkan harus menunggu lama di rumah sakit atau
klinik.
d. Faktor kesehatan lingkungan
Dengan adanya praktek sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang tepat serta
lingkungan perumahan yang sehat, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
dapat menjaga dan mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena penyakit.
e. Ketersediaan produk baru
Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih sesuai untuk
pengobatan sendiri. Selain itu, ada juga beberapa produk obat yang telah dikenal
sejak lama serta mempunyai indeks keamanan yang baik, juga telah dimasukkan ke
dalam kategori obat bebas, membuat pilihan produk obat untuk pengobatan sendiri
semakin banyak tersedia.
2.1.4 Swamedikasi yang rasional
Swamedikasi yang benar harus diikuti dengan penggunaan obat yang rasional.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa penggunaan obat rasional
mensyaratkan bahwa pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka
atau peresepan obat yang sesuai dengan diagnosis, dalam dosis yang memenuhi
kebutuhan dan durasi yang tepat, untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya
terendah. Kriteria yang digunakan dalam penggunaan obat yang rasional adalah sebagai
berikut: (SIHFW, 2010).
a. Tepat Diagnosis
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam
proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal
dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan
pengobatan yang rasional. Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis
tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah (Depkes RI, 2007).
b. Tepat Pemilihan Obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi yang sesuai dengan penyakit.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan obat menurut World Health Organization
(WHO) yaitu manfaat (efficacy), kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti
keamanan (safety), resiko pengobatan yang paling kecil dan seimbang dengan manfaat
dan keamanan yang sama dan terjangkau oleh pasien (affordable),
5
kesesuaiaan/suittability (cost).Pasien swamedikasi dalam melakukan pemilihan obat
hendaknya sesuai dengan keluhan yang dirasakan (Depkes RI, 2007).
c. Tepat Dosis
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau
volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat badan
pasien. Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Pemberian dosis
yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit akan
sangat beresiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan
menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan (depkes, 2006).
d. Waspada Efek Samping
Pasien hendaknya mengetahui efek samping yang mungkin timbul pada
penggunaan obat sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan serta mewaspadainya.
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (depkes, 2006).
e. Efektif, aman, mutu terjamin, dan harga terjangkau
Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi. Apoteker sebagai
salah satu profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug
informer) khususnya untuk obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi (Depkes RI,
2006).
f. Tepat tindak lanjut (follow up)
Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke
dokter (Depkes RI, 2007).
2.2. Obat Dalam Swamedikasi
2.3.1 Definisi Obat
Obat merupakan semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2007).
2.2.2 Penggolongan Obat dalam Swamedikasi
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual secara bebas diwarung, toko obat dan apotek.
Pemakaian obat bebas ditujukan untuk mengatasi penyakit ringan sehingga tidak
memerlukan pengawasan dari tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang
tertera pada kemasan. Hal ini dikarenakan jenis zat aktif pada obat bebas relatif aman
dan efek samping yang ditimbulkan minimum. Karena semua informasi penting tertera
pada kemasan atau brosur informasi di dalamnya. Tanda khusus pada obat bebas adalah
6
tanda berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk golongan
obat bebas contohnya adalah analgetik-antipiretik (parasetamol), vitamin dan mineral
(BPOM, 2004).
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat dibeli tanpa menggunakan
resep dokter. Golongan obat ini disebut juga obat W (Waarschuwing) yang artinya
waspada. Diberi nama obat bebas terbatas karena ada batasan jumlah dan kadar dari zat
aktifnya. Tanda khusus pada kemasan obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan
garis tepi berwarna hitam. Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas
terbatas adalah sebagai berikut:
10
a. Fasilitas Lantai I
Lahan Parkir
Ruang Tunggu
Ruang Pendaftaran & Administrasi
Ruang Rekam Medik
Ruang Periksa Dokter Umum
Ruang Periksa Dokter Gigi 2 Dental Unit
Ruang Instalasi Farmasi / Apotek
WC
b. Fasilitas Lantai II
Ruang Tindakan
Ruang Baby, Kids & Mom Treatment
Aula / Ruang Rapat / Pertemuan
Dapur
WC
c. Prasarana
11
III. METODE PENELITIAN
12
2. Responden membeli obat bukan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib
apotek (OWA)
c. Besaran sampel
untuk menentukan sampel yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2
Keterangan:
n = Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir; e=0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara 10-
20 % dari populasi penelitian.
Populasi yang di gunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan populasi
pembeli yang datang untuk membeli obat bebas, obat bebas tebatas dan obat wajib
apotek, populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1440 pembeli selama
sebulan, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil
perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui
sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:
1440
𝑛=
1 + 1440(10)2
1440
𝑛= = 93.5
15.4
13
Peneliti melakukan pengambilan data menggunakan metode observasi langsung
pada saat penyampaian swamedikasi kepada pembeli sesuai dengan kriteria inklusi.
3.6. Definisi Operasional
1. Masyarakat sebagai responden dalam penelitian ini adalah setiap orang yang
datang membeli obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek (OWA) di
apotek klinik rilan kecamatan Madidir, kabupaten Bitung pada periode maret –
april 2022
2. Penyampaian swamedikasi dalam penelitian ini adalah pemberian informasi
mengenai obat tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dalam hal ini dokter
ataupun tanpa resep
3. Pemahaman dalam dalam penelitian ini adalah pengertian dari pada responden
mengenai obat – obat yang di sampaikan farmasis melewati swamedikasi
4. Obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek (OWA) dalam penelitian
ini adalah obat - obat yang di berikan kepada pembeli tanpa resep dokter dan
tanpa konseling dari dokter, obat bebas memiliki fungsi untuk menurunkan
panas, nyeri, maupun batuk dan flu, obat bebas terbatas pun memiliki fungsi
yang sama namun obat ini memiliki tanda peringatan di setiap obat agar di
ketahui dimana tempat penggunaannya, sedangkan obat wajib apotek harus
membuat catatan pasien setelah obat telah diserahkan
5. Umur dalam penelitian ini adalah usia yang terhitung sejak lahir sampai usia
ulang tahun terakhir saat penelitian dilakukan.
6. Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah perbedaan antara laki- laki dengan
perempuan secara biologis sejak seseorang lahir.
7. Pendapatan dalam penelitian ini adalah jumlah pembeli yang datang untuk
membeli obat bebas,obat bebas terbatas dan obat wajib apotek di klinik rilan
kecamatan madidir, kabupaten bitung pada periode maret - april 2022.
3.7. Analisis Data
1. Reduksi data
Reduksi data dimana data yang didapatkan dari hasil wawancara,
survei kepuasan pelanggan, pengamatan langsung di lapangan, dan
sebagainya tentu memiliki bentuk yang kompleks. Semua data yang sudah
didapatkan kemudian dikelompokan dari data yang sangat penting, kurang
penting, dan tidak penting.
2. Penyajian Data
14
Penyajian data adalah proses menyajikan data dalam bentuk uraian
singkat, bagan, flowchart, dan sejenisnya. Sehingga data yang sajikan tidak
lagi berupa data mentah akan tetapi sudah menyajikan suatu informasi.
3. Penarikan kesimpulan
Proses menarik kesimpulan baru bisa dilakukan ketika semua data yang
variatif disederhanakan, disusun atau ditampilkan dengan memakai media
tertentu, baru kemudian bisa dipahami dengan mudah (Sugiyono, 2015)
15
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. 2004. Informatorium Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat Dan
Makanan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1993. Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993. Jakarta.
16
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI DI KLINIK RILAN
No Variabel Ya Tidak
1 Pasien Datang Ke Apotek Dan Memberitahukan
Obat Yang Mau Dibeli
2 Farmasis Menanyakan Siapa Yang Sakit
3 Farmasis Menanyakan Gejala Yang Di Derita
4 Farmasis Obat Apa Yang Pernah Di Pakai
5 Farmasis Menanyakan Gejala Lain Yang Di
Alami Pasien
6 Farmasis Menanyakan Jika Pasien Memiliki
Alergi
7 Farmasis Menanyakan Jika Pasien Mengalami
Riwayat Penyakit Lain
8 Farmasis Menyarankan Obat Yang Sesuai
Dengan Gejala Pasien Jika Gejala Kurang Dari
Tiga Minggu
9 Farmasis Menyarankan Kedokter Jika Gejala
Lebih Dari Tiga Minggu
10 Farmasis Memberikan Konseling Mengenai
Obat Yang Disarankan
11 Farmasis Memonitoring/Menanyakan Kembali
Kepahaman Pasien
17