Professional Documents
Culture Documents
Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
dengan tanda dan gejala klinik baik fokal atau global selama lebih dari 24 jam sehingga
dapat menimbulkan kematian akibat dari gangguan peredaran darah di otak . Stroke
merupakan penyakit yang menjadi penyebab kematianaketiga di dunia, khususnya negara
berkembang setelah penyakit jantung koroner dan kanker (pribadhi,dkk 2019).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan
trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).
2. Etiologi
Stroke non-hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari tiga mekanisme
patogenik yaitu trombosis serebri atau emboli serebri dan hipoperfusion sistemik
(Sabiston, 1994; Nurarif, 2013).
1) Trombosis serebri merupakan proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri
karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari.
Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke
mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam
beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.
2) Emboli serebri merupakan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau
cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal,
seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis
biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai
trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak
sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda
disertai nyeri kepala berdenyut.
3) Hipoperfusion sistemik adalah berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
3. Manifestasi Klinis
Gejala stroke non-hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi
tempat gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami
penurunan, menurut penelitian Rusdi Lamsudi pada tahun 1989-1991 stroke non
hemoragik tidak terdapat hubungan dengan terjadinya penurunan kesadaran,
kesadaran seseorang dapat di nilai dengan menggunakan skala koma Glasgow
yaitu (Mansjoer, 2000; Sinaga, 2008):
Penilain GCS :
a. Koma (skor < 8)
b. Stupor (skor 8 -10) c.Somnolent (skor 11-12)
d. Apatis ( skor 12-13) e.Compes mentis (GCS = 14-15)
Gangguan yang biasanya terjadi yaitu gangguan mototik (hemiparese), sensorik
(anestesia, hiperestesia, parastesia/geringgingan, gerakan yang canggung serta simpang
siur, gangguan nerνus kranial, saraf otonom (gangguan miksi, defeksi, salνias), fungsi
luhur (bahasa, orientasi, memori, emosi) yang merupakan sifat khas manusia, dan
gangguan koordinasi (sidrom serebelar) (Sinaga, 2008; Mardjono, 2010):
3) Tremor (gemetar), bisa diawal gerakan dan bisa juga di akhir gerakan
4) Ataksia berjalan dimana kedua tungkai melangkah secara simpangsiur dan kedua kaki
ditelapakkanya secara acak-acakan. Ataksia seluruh badan dalam hal ini badan yang
tidak bersandar tidak dapat memelihara sikap yang mantap sehingga bergoyang-
goyang
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Gula darah
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat
hipertensi. Gatler menyatakan bahwa penderita stroke aterotrombotik di jumpai
30% dengan diabetes mellitus. Diabetes melitus mampu menebalkan pembuluh
darah otak yang besar, menebalnya pembuluh darah otak akan mempersempit
diameter pembuluh darah otak dan akan mengganggu kelancaran aliran darah otak
di samping itu, diabetes melitus dapat mempercepat terjadinya aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah) yang lebih berat sehingga berpengaruh terhadap
terjadinya stroke (Sinaga, 2008).
2) Profil lipid
LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. LDL
merupakan komponen utama kolesterol serum yang menyebabkan peningkatan
risiko aterosklerosis, HDL berperan memobilisasi kolesterol dari ateroma yang
sudah ada dan memindahkannya ke hati untuk diekskresikan ke empedu , oleh
karena itu kadar HDL yang tinggi mempunyai efek protektif dan dengan cara inilah
kolesterol dapat di turunkan, namun penurunan kadar HDL merupakan faktor yang
meningkatkan terjadinya aterosklerosis dan stroke.
Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah :
1) CT scan
pada tahap paling awal. CT scan dapat memberi hasil tidak memperlihatkan
adanya kerusakan hingga separuh dari semua kasus stroke non hemoragik.
2) MRI (magnetic resonance imaging)
4) Angiografi otak
5 Penatalaksanaan
c) Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga faktor utama
adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan hipertensi akut, ini tak boleh
di beri antikoagulan selama 43-72 jam pertama, bila ada hipertensi beri obat
antihipertensi.
d) Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke terapi
dengan heparin.
4. Diseksi arteri
Heparin merupakan kontraindikasi relatif pada infrak yang luas. Pasien stroke non
hemoragik dengan infrak miokard baru, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung atau
trombus intrakardiak harus diberikan antikoagulan oral (warfarin) sampai minimal satu
tahun.
Perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan nafas yang adekuat
sangatlah penting. Pastikan pasien bisa menelan dengan aman dan jaga pasien agar
tetap mendapat hidrasi dan nutrisi. Menelan harus di nilai (perhatikan saat pasien
mencoba untuk minum, dan jika terdapat kesulitan cairan harus di berikan melalui
selang lambung atau intravena. Beberapa obat telah terbukti bermanfaat untuk
pengobatan penyakit serebrovaskular, obat-obatan ini dapat dikelompokkan atas tiga
kelompok yaitu obat antikoagulansia, penghambat trombosit dan trombolitika
(Rubenstein, 2005):
Keperawatan
1 Resiko perfusi Perfusi serebral (L.02014) Manajemen peningkatan
output cairan
Tekanan 2 4 Trapiutik :
darah 1. Meminimalkan
diastolik stimulus dengan
menyediakan
Keterangan : lingkungan yg tenang
1: memburuk 2. Berikan posisi semi
2:cukup memburuk flowler
3:sedang 3. Cegah terjadinya
4:cukup membaik kejang
5:Membaik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
konvulsan
2. Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis
2. Gangguan Mobilitas fisik (L.05042) Dukungan mobilitas
kunjunga diharapkan
1. Identifikasi adanya
masalah teratasi
nyeri atau keluhan fisik
Kriteria Hasil lainnya
Indikator SA ST
2. Identifikasi toleransi
Pergerakan 2 4 fisik melakukan
ekstremint pergerakan
as 3. Minitor frekuensi
Kekuatan 2 4 jantung dan tekanan
otot darah sebelum dan
Rentang 2 4 sesudah memulai
mobilisasi
gerak
5:Meningkat bantu
2. Fasilitasu melakukan
pergerakan
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yg harus
dilakukan
3 Intoleransi Toleransi aktivitas (L.03032) Manajemen energi (I.05178)
2 4 aktivitas
Saturasi Terapiutik
oksigen
1. Sediakan lingkungan
Keterangan : yg nyman dan rendah
1. Menurun stimulasi
2. Cukup menurun
2. Lakukan latihan
3. Sedang
rentang gerak pasif
4. Cukup meningkat
dan aktif
5. Meningkat
3. Fasilitasi duduk di sisi
Edukasi :
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
menigkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem