You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT DYSPNEA

DI RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

Amilia Dwi Indrawati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT DYSPNEA

1.1 Pengertian
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan
istilah “Shortness Of Breath”.
Dyspnea atau sesak nafas adalah gejala pertama yang dirasakan oleh
pasien akibat terganggunya pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam
alveoli yang berisi cairan. Dyspnea akan semakin parah apabila melakukan
aktivitas yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban berat (bradero
et al, 2008).
Sesak nafas terjadi bila pertukaran gas oksigen terhadap karbondioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan
tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Brunner &
Suddarth, 2001).
1.2 Etiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati
ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas
juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurunan
terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance
paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk selama
inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya
jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan
yang sama.
1.3 Klasifikasi
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.
1.4 Patofisiologi
1.5 Pathway
1.6 Manifestasi Klinis
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah
arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
1.8 Diagnosa Banding
1.9 Penatalaksanaan
1.10Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru,
penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit
obstruksi paru (emifisema, brokitis, asma), kecemasan. Sesak nafas dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan darah pada
paru-paru sampai pneumonia. Sesak nafas juga dapat disebabkan karena
kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk kronisnya sasak nafas
atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit-penyakit soerti asma,
emfisema, berupa penyakit paru-paru lain.
1.11 Proses Keperawatan

A. Pengkajian Keperawatan
1) Identitas Klien
Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua
2) Riwayat Penyakit :
 Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
3) Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum
 Sistem persepsi dan sensori
 Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
 Sistem pernafasan
 Sistem kardiovaskuler
 Sistem Gastrointestinal
 Sistem Perkemihan
 Pola fungsi kesehatan
 Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
 Pola aktifitas dan latihan
 Pola nutrisi dan metabolisme
 Pola tidur dan istirahat
 Pola kognitif dan perceptual
 Pola toleransi dan koping stress
 Pola hubungan dan peran.
 Pola nilai dan keyakinan
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien adalah berikut ini :

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi-perfusi (D.0003)
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas (D.0001)
3) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi atau
hiperventilasi (D.0005)
C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
O
1. Gangguan pertukaran gas Tujuan : Pemantauan Respirasi (I.01014 )
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Tindakan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2x24 jam, masalah keluhan pasien dapat Observasi
Kode Diagnosa Keperawatan menurun. 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
(D.0003) Kriteria Hasil : upaya napas.
Pertukaran gas (L.01003) 2. Monitor pola napas
Indikator SA ST 3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
4. Monitor saturasi oksigen
Dispnea 1 5

Keterangan : Terapeutik

1 : meningkat 1. Atur intervensi pemantauan respirasi

2 : cukup meningkat sesuai kondisi pasien

3 : sedang
Terapi oksigen (I.01026)
4 : cukup menurun
Tindakan
5 : menurun
Observasi
Indikator SA ST 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor efektifitas terapi oksigen
Takikardi 1 5
3. Monitor tanda- tanda hipoventilasi
Pola nafas 1 5
Terapeutik
Keterangan :
1. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
1 : memburuk
dengan tingkat mobilitas pasien
2 : cukup memburuk
3 : sedang Kolaborasi
4 : cukup membaik 1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
5 : membaik
2. Bersihan jalan napas tidak efektif Bersihan Jalan Napas (L.01001) Latihan Batuk Efektif (I.01006)
berhubungan dengan obstruksi jalan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
Tindakan
napas 1x30 menit bersihan jalan napas meningkat
Observasi
Kode Diagnosa Keperawatan dengan kategori:

(D.0001) Kriteria Hasil SA ST 1. Monitor adanya reteni spuntum


Batuk efektif 2 4
2. Monitor input dan output cairan
Produksi spuntum 2 5
Terapeutik
Mengi 2 5
Keterangan :
1: Menurun/ meningkat 1. Atur posisi semi-fowler atau fowler
2: Cukup Menurun/ cukup meningkat
2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
3: Sedang
pasien
4: Cukup Meningkat/cukup menurun
5: Meningkat/menurun 3. Buang sekret pada tempat spuntum
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung


selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,

kemudian keluarkan dari mulut dengan

bibir mecucu (dibulatkan) selama 8 detik

3. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam


hingga 3 kali

4. Anjurkan batuk dengan kuat langsung


setelah tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi

1. Kolaborai pemberian mukotilik atau

ekspektoran, jika perlu

3 Pola Napas Tidak Efektif Tujuan : Manajemen Energi (I.05178)


berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Tindakan
Kode Diagnosa Keperawatan 2x24 jam, masalah pasien bisa teratasi Observasi
(D.0005)
Kriteria Hasil :
Edukasi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2001) Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Ed.8. Malang: EGC.
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018) Standar Intervemsi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

You might also like