You are on page 1of 1

Resensi: Matahari Terbit Bintang Sembilan

......Menurut M. Amien Rais, ada dua alasan misi KH.


Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah; pertama,
ingin melepaskan umat Islam dari Kungkungan
khurofat, takhayul, dan bid’ah. Kedua, untuk
memajukan pendidikan umat Islam dengan
penggalian ilmu-ilmu dari Barat sebagai jalan
kebahagiaan di dunia, di samping kebahagiaan di
akhirat.
1924 tokoh Islam dari kalangan modernis
dibentuk Central Committee Chilafat (CCC) berpusat
di Surabaya untuk merespons keruntuhan khilafah
Islam di Turki.
1926 duta CCC menghadap ke Mu’tamar Alam
Islami di Hijaz. Organisasi ini pun diterima menjadi anggota sekaligus cabang MAI yang
berkedudukan di Surabaya.
Di tahun yang sama (1926), para ulama dari kalangan tradisional membentuk organisasi “Komite
Hijaz”. Komite Hijaz segera melahirkan organisasi Nahdhotul Ulama pada 31 Januari 1926.
Sayangnya, NU gagal hadir ke Hijaz.
Perbedaan penting antara Muhammadiyah dan NU terletak pada pola yang dilakukan dalam
pembinaan umat. NU lebih cenderung tetap memegang nilai-nilai tradisional, sedangkan
Muhammadiyah cenderung puritan.
Dalam hal pendidikan, NU relatif enggan mengadopsi model pendidikan kolonial Belanda,
sedangkan Muhammadiyah mengadopsi hampir seluruh model pendidikan kolonial Belanda dengan
menggunakan kurikulum Islami.
Secara sosiologis, profil massa Muhammadiyah terdiri dari kaum bazzar (pedagang dan pengusaha
di perkotaan) dan priyayi. Sedangkan profil massa NU sejak mula lebih banyak memiliki massa di
daerah frontier.
Intervensi kolonial Belanda dalam hukum Islam, membuat dua organisasi Islam ini makin bersatu.
Dan terbentuklah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada 18-21 September 1973 di Surabaya
yang diprakarsai NU, Muhammadiyah, dan Sarekat Islam. Di mana misi MIAI, yakni
mempersatukan, mendamaikan, memperkokoh, dan menyelamatkan Islam dan masyarakat.
Salah satu hasil Kongres MIAI III di Solo adalah penandatanganan kerjasama dengan GAPI
(Gabungan Politik Indonesia). Kemudian ditindaklanjuti dengan Kongres Rakyat Indonesia di
Batavia akhir 1939 yang menuntut Indonesia berparlemen.
Setelah Jepang mengalahkan Belanda pada Maret 1942, Jepang berusaha membubarkan organisasi
Islam dan juga MIAI. Jepang berusaha merayu umat Islam Indonesia dengan membentuk Badan
Persatuan Umat Islam (BPUI) dan Persatuan Alim Ulama (PAU). Meski begitu, Muhammadiyah
dan NU menolak bergabung. Jepang berusaha menghidupkan MIAI versi Jepang. Tetapi mendapat
kritik tajam dari Muhammadiyah dan NU yang akhirnya MIAI versi Jepang ini dibubarkan untuk
kemudian Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pada Oktober 1943.
November-nya, dibentuk Partai Masyumi yang tidak ada hubungan dengan organisasi Masyumi
bentukan Jepang. »»» lebih lengkap https://warung-arsip.blogspot.com/2023/07/resensi-matahari-
terbit-bintang-sembilan.html

You might also like