You are on page 1of 2

Rezeki merupakan anugerah dari Allah kepada hamba-Nya.

Menurut Syeikh Muhammad Mutawalli


Sya’rawi, rezeki boleh dibahagi kepada 4 tingkat/maqam:

1. Rezeki paling rendah : Berkait dengan harta (wang), takhta (kuasa/jawatan) dan keluarga.
Rezeki yang telah ditentukan lebih awal kepada setiap manusia. Malangnya, ramai manusia
yang mengejar rezeki paling rendah ini atas sebab kecintaan kepada dunia dan tidak yakin
dengan rezeki yang telah ditetapkan ALLAH.

Dikisahkan oleh Utsman bin Hasan bin Ahmad asy-Syakir melalui Durratu an-ashihin Fi al-
Wa'd wa al Irsyad bahwa pria yang bernama Imam az-Zahidi ingin menguatkan keyakinannya
terkait rezeki yang Allah SWT jamin. Lelaki itu lalu pergi ke sebuah gua yang terletak di
gunung dan duduk di dalamnya.

"Aku hendak menyaksikan, bagaimana caranya Tuhan hendak memberiku rezeki di tempat
ini?" kata Imam az-Zahidi.

Tak disangka-sangka, tibalah rombongan pendaki yang telah melakukan perjalanan jauh
menyusuri daerah tempat Imam az-Zahidi bernaung. Di saat yang bersamaan, hujan turun
dan menyebabkan para pendaki mberteduh di dalam gua tersebut.

Pendaki-pendaki itu menemukan Imam az-Zahidi yang tengah berdiam diri di dalam gua,
salah satu di antara mereka lalu memanggilnya, "Wahai hamba Allah!"

Seruan dari pendaki itu tidak dihiraukan oleh Imam az-Zahidi. Karenanya, mereka mengira
Imam az-Zahidi tengah kedinginan dan tak mampu berbicara.

Setelahnya, kelompok pendaki itu menyakalan api unggun untuk menghangatkan suasana
sambil kembali mencoba berbicara kepada Imam az-Zahidi. Sayangnya, ia masih tetap diam
tidak menjawab para pendaki.

"Jangan-jangan orang ini kelaparan sampai tidak bisa diajak bicara!" ujar mereka.

Akhirnya, para pendaki itu menyediakan makanan yang mereka bawa kepada Imam az-Zahidi
dan mengisyaratkannya untuk segera memakannya. Lagi-lagi, Imam az-Zahidi tidak berkutik.

Melihat hal itu, sekumpulan pendaki mengira Imam az-Zahidi sudah terlalu lama tinggal di
dalam gua sampai tidak mendapat makanan sedikit pun. Akhirnya, dibuatkannya susu panas
untuk diminum.

Alih-alih menerima susu yang diberikan, Imam az-Zahidi lagi-lagi tidak merespons. Ia tidak
membuka mulutnya atau menoleh sedikit pun kepada para pendaki yang telah berbaik hati
itu.

Sekelompok pendaki itu lalu berujar, "Jangan-jangan giginya sudah linu susah untuk
digerakkan, karena sudah lama tidak makan dan saking kelaparan,"

Akhirnya, salah dua di antar pendaki itu membantu untuk membuka mulut Imam az-Zahidi
untuk menyuapkannya makanannya. Tak disangka, dia justru malah tertawa lepas.

"Apakah kamu gila?" kata pendaki tersebut.

Imam az-Zahidi menjawab, "Tidak, akan tetapi aku hendak ingin menguji Tuhanku,
bagaimana caranya Tuhan memberikan rezeki yang telah dijamin untukku.
Sekarang aku mengerti bahwa Dia akan mengaruniakan rezeki kepada hamba-Nya dalam
segala hal, bagaimanapun keadaan hamba-Nya, dimanapun keberadaan hamba-Nya,"

2. Rezeki paling tinggi : Kesihatan.


Kesihatan yang diberi perlu diguna untuk memperbanyak amal ibadah dan kebaikan, bukan
sebaliknya.

3. Rezeki paling baik : Anak-anak yang soleh/solehah.


Pahala yang berterusan diterima asbab amal soleh dan doa dari rezeki diberi anak-anak yang
soleh/solehah ini.

Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya,, Rasulullah SAW telah bersabda : Jika
anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah
(wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.” (HR Muslim).

4. Rezeki paling sempurna : Keredhaan Allah S.W.T


Keredhaan Allah adalah keutamaan yang paling perlu dikecapi oleh setiap Muslim agar segala
perbuatan yang dilakukan diterima sebagai amal soleh dan tidak sia-sia.

Redha kepada Allah bererti menerima segala ketentuan Allah atas kita sepenuh hati zahir
batin, tanpa sedikitpun bersedih hati, gundah gulana putus asa atau kecewa. Serta tetap
mendirikan ibadah dan kebaktian kepada Allah Ta'ala tanpa mengurangi sedikitpun.

Beza sabar dan redha

Sabar – kita menahan sakit/sedih/derita akibat sesuatu perkara dan mungkin sukar untuk
menerima hal tersebut

Redha – kita menahan sakit sakit/sedih/derita akibat sesuatu perkara dan kita menerimanya
dengan tenang dan terbuka.

Maka, betulkan niat dalam segala amal perbuatan agar segala tindakan yang dilakukan berpaksi
untuk mendapat redha dari Allah, dan bukan atas kepentingan diri, manusia dan dunia.

You might also like