You are on page 1of 13

Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 53

KONTRIBUSI SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)


DI KABUPATEN KERINCI

(THE CONTRIBUTION OF TOURISM SECTOR TO LOCAL REVENUE IN KERINCI REGENCY)

Mardianis*, Hanibal Syartika**


*
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jambi,
Jalan R.M. Nur Atmadibrata No. 01.a Telanaipura Jambi,
E-mail: may_mardi@yahoo.co.id
**
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi,
Jl. Letjend. Soeprapto No. 28, Telanaipura, Kota Jambi, Jambi,
E-mail: hanibalsyartika@yahoo.co.id

Naskah diterima: 13 Maret 2018


Naskah direvisi: 17 Mei 2018
Naskah diterbitkan: 30 Juni 2018

Abstract
Based on Government Regulation No. 50 of 2011, Kerinci Regency of Jambi Province belongs to the National Tourism Strategic Area
of ​​2010-2025. While the contribution of tourism sector to PAD is still very small. Increasing the number of tourist destinations until
2014 and the determination as a National Tourism Strategic Region can be a potential increase in the Local Revenue from the tourism
sector to become the leading sector in Kerinci Regency in the future. The purpose of this study is to examine the potential of the
tourism sector in Kerinci Regency to be a leading sector so as to provide the economic impact on the Local Revenue and how tourism
development strategy in Kerinci Regency. Research method used was descriptive based on secondary data during the period of 2010-
2014, the analytical tool used was Location Quotient Method, Dynamic Location Quotient and Specialization Index. SWOT analysis
was also used for analysis of tourism sector development strategy. Research results show that the tourism sector has not become
a leading sector, but is a prospective sector to be developed in support of economic development and increase the income of Kerinci
district in the future. The contribution of the tourism sector to the Local Revenue in the study period was only 0.57 percent or relatively
non-contributing. The future development strategy focused on improving the uniqueness of Kerinci regency as a tourist destination
through; Development of Community Based Tourism Area, Community Awareness Tourism, Tourism Product Diversification which can
be Typical Region, Growing Aware Movement of “Tradition of Mudik/Pulang Kampung”, Preserving Local Culture as Tourism Unique
and Increasing promotion and publication.
Keywords: Kerinci Regency, tourism, local revenue, base sector

Abstrak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi
termasuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025. Sementara kontribusi sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) masih sangat kecil. Peningkatan jumlah tempat wisata sampai dengan tahun 2014 dan penetapan sebagai Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional menjadi potensi peningkatan PAD dari sektor pariwisata sehingga menjadi sektor unggulan di Kabupaten
Kerinci ke depannya. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji potensi sektor pariwisata di Kabupaten Kerinci sebagai sektor unggulan
sehingga memberikan dampak ekonomi terhadap PAD dan bagaimana strategi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten
Kerinci. Metode penelitian dengan analisis deskriptif dari data sekunder selama periode tahun 2010-2014, alat analisis digunakan
Metode Location Quotient, Dynamic Location Quotient dan Indeks Spesialisasi. Analisis SWOT digunakan untuk analisis strategi
pengembangan sektor pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata belum menjadi sektor unggulan, akan
tetapi merupakan sektor yang prospektif untuk dikembangkan dalam mendukung pembangunan perekonomian dan meningkatkan
pendapatan daerah Kabupaten Kerinci ke depannya. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD pada periode penelitian hanya 0,57
persen atau relatif tidak berperan. Adapun strategi pengembangan ke depannya difokuskan pada peningkatan keunikan Kabupaten
Kerinci sebagai destinasi wisata melalui pengembangan kawasan wisata berbasis partisipasi masyarakat, pembinaan masyarakat
yang sadar wisata, diversifikasi produk wisata yang bisa menjadi ciri khas daerah dibanding daerah lainnya, menumbuhkan gerakan
sadar wisata “tradisi mudik/pulang kampung”, melestarikan budaya lokal sebagai keunikan wisata dan peningkatan promosi dan
publikasi.
Kata kunci: Kabupaten Kerinci, pariwisata, pendapatan daerah, sektor unggulan

PENDAHULUAN “Terwujudnya Kerinci yang Lebih Baik”. Visi tersebut


Pemerintah Kabupaten Kerinci sebagaimana dicapai melalui pelaksanaan misi sebagai berikut: 1)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat
Daerah Tahun 2014-2019 mempunyai visi yang berbasis industri mikro, kecil dan menengah,
akan diwujudkan oleh pemerintah daerah yaitu: serta pariwisata; 2) meningkatkan pembangunan
54 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak, Tabel 1. Jumlah Tempat Wisata Kabupaten/Kota di
beriman dan bertaqwa; 3) meningkatkan dan Provinsi Jambi Tahun 2010-2014
mengembangkan kualitas dan kuantitas infrastruktur No.
Kabupaten/
2010 2011 2012 2013 2014
yang terintegrasi antar sektor; 4) meningkatkan Kota
kualitas ekosistem yang berbasis sumber daya lokal; 1. Kerinci 64 67 97 97 105
2. Bungo 31 53 34 38 38
dan 5) meningkatkan tata kelola pemerintahan
3. Tanjab Timur 12 9 22 22 25
yang baik, bermartabat, berwibawa, amanah, dan 4. Muaro Jambi 23 19 18 9 18
bermoral. 5. Merangin 36 28 29 13 15
Visi merupakan sebuah harapan dan sekaligus 6. Kota Jambi 28 24 26 9 13
Kota Sungai
juga merupakan pandangan yang jauh kedepan dan 7.
Penuh
19 18 8 7 12
ingin diwujudkan. Berkaitan dengan visi Kabupaten 8. Sarolangun 25 28 26 9 11
Kerinci yang ingin diwujudkan oleh pemerintah 9. Tanjab Barat 11 10 10 10 10
10. Tebo 18 9 7 7 9
daerah yakni Kabupaten Kerinci yang lebih baik. 11. Batang Hari 12 10 13 5 8
Makna lebih baik ini adalah lebih baik dari yang Jumlah/ Total 279 275 290 226 264
sudah ada sebelumnya. Dalam rangka mewujudkan Sumber: BPS Provinsi Jambi dalam Angka Tahun 2016.
visi, penjabaran lebih lanjut adalah dalam bentuk
misi-misi yang akan dilaksanakan sehingga bisa Pengelolaan Keuangan Daerah, APBD adalah rencana
mendukung pencapaian visi dimaksud. Misi tersebut keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas
terdiri dari: dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
Pertama : Meningkatkan pendapatan daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
masyarakat berbasis industri mikro, kecil (perda).
dan menengah, serta pariwisata. Pemerintah Kabupaten Kerinci yang memiliki
misi dalam meningkatkan PAD melalui sektor
Kedua :
Meningkatkan pembangunan sumber pariwisata ini cukup mendasar, pertama berdasarkan
daya manusia yang berkualitas, berakhlak, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
beriman dan bertaqwa. terdapat 88 (delapan puluh delapan) Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Tahun 2010-
Ketiga : Meningkatkan dan mengembangkan 2025, di Provinsi Jambi yang termasuk adalah KSPN
kualitas dan kuantitas infrastruktur yang Kerinci Seblat dan sekitarnya serta KSPN Muaro
terintegrasi antar sektor. Jambi dan sekitarnya. Kabupaten Kerinci dari jumlah
tempat wisatanya merupakan yang terbanyak di
Keempat: Meningkatkan kualitas ekosistem yang
Provinsi Jambi, sebagaimana tergambar pada Tabel
berbasis sumber daya lokal.
1. Pada Tahun 2010 Kabupaten Kerinci memiliki 64
Kelima : Meningkatkan tata kelola pemerintahan tempat wisata sedangkan sampai dengan tahun 2014
yang baik, bermartabat, berwibawa, Kabupaten Kerinci memiliki 105 tempat wisata, yang
amanah dan bermoral terdiri dari 77 (tujuh puluh tujuh) Tempat Wisata
Alam; 8 (delapan) tempat wisata buatan; dan 20 (dua
Misi yang baik adalah jelas dan terukur puluh) tempat wisata sejarah/budaya. Hal ini terlihat
pencapaiannya, dari misi pertama bahwa peningkatan peningkatan yang cukup besar atau bertambah 64
dimaksud adalah peningkatan pendapatan daerah persen jumlah tempat wisata dibanding pada tahun
yang dalam komponen Anggaran Pendapatan dan 2010.
Belanja Daerah (APBD) merupakan Pendapatan Asli Kabupaten Kerinci yang terkenal dengan slogan
Daerah (PAD). Sebagai sumber penerimaan dalam “Bumi Sakti Alam Kerinci” yang diyakini bahwa
APBD menjadi sangat penting perannya dalam Kerinci merupakan daerah sakti yang memikat para
mendukung belanja APBD. Sebagaimana pendapat pengunjung. Daya tarik wisata unggulan Kerinci di
Halim dalam Bisma & Susanto (2010) bahwa sumber antaranya adalah Danau Kerinci, Gunung Kerinci,
pembiayaan bagi daerah terdiri dari PAD, Dana Perkebunan Teh Kayu Aro, Air Terjun Telun Berasap,
Perimbangan (Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Air Panas Semurup, Danau Kaco, Danau Gunung
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)) Tujuh, dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Daya tarik
dan pinjaman daerah, dekonsentrasi dan tugas wisata unggulan di atas merupakan suatu potensi
pembantuan. Tiga sumber pertama langsung dikelola yang menarik dan menjadi magnet utama bagi dunia
oleh pemerintah daerah melalui APBD, sedangkan kepariwisataan di Provinsi Jambi. Selain itu, (Yeja,
yang lain dikelola oleh pemerintah pusat melalui Agung, & Mahagangga, 2016) Kabupaten Kerinci
kerja sama dengan pemerintah daerah. Menurut merupakan suatu daerah di Provinsi Jambi yang
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang berhawa sejuk dan memiliki segudang kekayaan alam
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 55
yang dapat dikembangkan sebagai daerah pariwisata Tabel 2. Kontribusi Subsektor Pariwisata terhadap PAD
potensial. Daerah ini dikenal dengan “3Ter” yaitu Kabupaten Kerinci Tahun 2010-2014
memiliki Gunung Kerinci sebagai “Atap Sumatera” Tahun
Subsektor Pariwisata PAD Kabupaten Kerinci
(Rp) (Rp)
(Top of Sumatera) atau dikatakan sebagai gunung
2010 134.765.000,00 29.598.713.208,08
vulkanik tertinggi di Indonesia, lalu Danau Gunung
2011 140.563.000,00 34.924.903.019,66
Tujuh merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara,
dan Perkebunan Teh Kayu Aro merupakan kebun 2012 264.110.000,00 32.020.001.879,23

teh terluas di Asia Tenggara. Sehingga indahnya 2013 260.136.000,00 36.470.030.653,34


2014 290.262.000,00 61.548.418.491,91
alam Kabupaten Kerinci kadang juga dijuluki dan
Sumber: Dinas PPKAD Kabupaten Kerinci, 2016.
mendapat sanjungan sebagai “segumpal tanah surga
yang jatuh ke bumi”. adanya efek tidak langsung dan induksi yang juga
Peningkatan jumlah tempat wisata ini harus diperkirakan secara komprehensif. Dalam
hendaknya juga diiringi dengan peningkatan PAD dari penelitiannya di Spanyol menemukan bahwa dampak
sektor pariwisata, karena wisatawan akan semakin makro ekonomi konsumsi wisata menghasilkan
banyak berkunjung dengan pilihan atau alternatif sekitar 11,3 persen dari total output dan 10,9
daerah tujuan wisata yang bervariasi. Hal ini sejalan persen lapangan kerja, dengan kontribusi pariwisata
dengan pendapat Rahma & Handayani (2013), yang asing sekitar setengah dari total efek. Selain itu,
menyatakan bahwa variabel jumlah objek wisata pariwisata memiliki dampak positif yang signifikan
(X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap neraca perdagangan luar negeri walaupun
penerimaan sektor pariwisata Kabupaten Kudus (Y), dengan mengabaikan impor yang dibutuhkan untuk
di mana setiap peningkatan jumlah objek wisata memenuhi permintaan pariwisata, baik secara
sebanyak 1 unit akan meningkatkan penerimaan langsung maupun tidak langsung dan impor yang
sektor pariwisata di Kabupaten Kudus sebesar disebabkan berasal dari pendapatan yang dihasilkan
Rp12.840.000 (ceteris paribus). Selanjutnya Sutrisno oleh pariwisata.
(2013), juga menyatakan bahwa jumlah objek wisata Kemudian penelitian hubungan pertumbuhan
mengalami peningkatan sebesar 1 objek wisata ekonomi dengan kunjungan wisatawan mancanegara
maka retribusi naik Rp1.043.949. Penelitian lain di negara-negara ASEAN dilakukan oleh Holik (2016)
juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara dengan menggunakan alat analisis regresi data panel.
peningkatan jumlah tempat/objek wisata dengan Hasil penelitiannya menemukan bahwa peranan jasa
peningkatan kontribusi terhadap PAD. sektor pariwisata memiliki pengaruh yang siginifikan
Penelitian yang juga dilakukan Tribe (2004) di dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di negara
beberapa negara ditemukan bahwa pada tingkat ASEAN.
makro ekonomi, pariwisata merupakan penyumbang Sedangkan data realisasi PAD Kabupaten Kerinci
utama bagi pendapatan dan kemakmuran periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014
nasional. Dampak ekonomi utama mereka sebagaimana pada Tabel 2., terlihat bahwa selama
meliputi pengeluaran, pendapatan, pekerjaan, dan periode tersebut masih terjadi fluktuasi kontribusi
pendapatan mata uang asing. Pengeluaran untuk penerimaan subsektor pariwisata terhadap PAD.
hiburan diperkirakan mencapai seperempat dari Oleh karena itu perlu diadakan studi mengenai
total pengeluaran di Inggris pada tahun 1997, dan penerimaan daerah dari subsektor pariwisata
berkontribusi pada lebih dari 6 persen lapangan seberapa besar kontribusi atau peranan yang
kerja. Di beberapa negara, dampak ekonomi sangat diberikan pariwisata yang diwujudkan melalui upaya-
kuat dan pariwisata misalnya mewakili sekitar 50 upaya pengembangan yang telah dilakukan oleh
persen aktivitas ekonomi kepulauan Bermuda dan Pemerintah Kabupaten Kerinci dalam mendukung
Bahama. Dalam hal pendapatan mata uang asing, atau meningkatkan PAD, serta bagaimana kontribusi
pada pertengahan 1990-an pariwisata menyumbang peningkatan jumlah tempat wisata terhadap PAD.
lebih dari USD11 juta ke rekening neraca pembayaran Adapun data Tabel 2. kontribusi subsektor pariwisata
Prancis. Akan tetapi pentingnya ekonomi pariwisata yang didapatkan berasal dari pajak hotel, pajak
ini menurut Tribe, juga bergantung pada tahap restoran, pajak hiburan, retribusi tempat rekreasi,
pembangunan ekonomi suatu daerah oleh pemerintah. serta retribusi penginapan, yang kesemuanya
Selanjutnya, Ramos & Jiménez (2008) menyatakan merupakan unsur pendapatan subsektor pariwisata.
bahwa dalam analisis dampak ekonomi pariwisata Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan
umumnya didasarkan pada belanja wisatawan pada kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam
tujuan tertentu, sehingga menimbulkan peningkatan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
output untuk memenuhi permintaan yang lebih Kepariwisataan yang menyatakan bahwa tujuan
tinggi. Namun, hal ini tidak terbatas mengingat penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk
56 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan beberapa peneliti lain diantaranya Miandy & Arifin,
kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; (2010); Novitri, Junaidi, & Safri, (2014); serta Yeja,
mengatasi pengangguran; melestarikan alam, Agung, & Mahagangga, (2016).
lingkungan, dan sumber daya; memajukan Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
kebudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan pertama, apakah subsektor pariwisata dapat
kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan. dijadikan sektor unggulan di Kabupaten Kerinci;
Selanjutnya, sebagai salah satu indikator yang kedua, bagaimana peran subsektor pariwisata
digunakan untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap PAD Kabupaten Kerinci; ketiga, bagaimana
terhadap perekonomian daerah dan juga sebagai strategi pengembangan subsektor pariwisata di
salah satu faktor penentu tingginya tingkat Kabupaten Kerinci.
perekonomian daerah adalah adanya peningkatan
PAD yang diterima daerah. Hal ini menarik untuk METODE
diteliti tentang seberapa besar potensi jumlah Dalam penelitian ini metode yang digunakan
tempat wisata di Kabupaten Kerinci dan bagaimana adalah metode analisis deskriptif dari data
pengembangannya dalam rangka peningkatan PAD. sekunder. Yang dimaksud dengan metode penelitian
Selanjutnya bahwa Undang-Undang Nomor 10 deskriptif yakni metode untuk menggambarkan
tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyebutkan atau melukiskan secara sistematis, fakta-fakta,
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan serta hubungan antara fonomena. Sedangkan
dengan wisata, termasuk pengusahaan objek data sekunder adalah metode pengumpulan
dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang data umumnya didapat dari publikasi resmi yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, diterbitkan oleh lembaga yang memiliki otoritas
dengan demikian pariwisata meliputi semua resmi untuk mengumpulkan data seperti Badan
kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan Pusat Statistik (BPS) dan lainnya.
wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kerinci
seperti: kawasan wisata; taman rekreasi; kawasan Provinsi Jambi pada tahun 2016. Adapun jenis data
peninggalan sejarah; museum; waduk; pagelaran yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
seni budaya; tata kehidupan masyarakat atau yang sekunder yang disajikan dalam bentuk data tahunan
bersifat alamiah seperti: keindahan alam; gunung mulai dari tahun 2010-2014. Adapun data yang
berapi; danau; pantai; dan pengusahaan jasa digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata PDRB Kabupaten Kerinci atas dasar harga konstan,
(biro perjalanan wisata; agen perjalanan wisata; indikator realisasi, kontribusi, kemiskinan, dan
pramuwisata; konvensi; perjalanan insentif dan kesempatan kerja. Adapun sumber perolehan data
pameran; impresariat; konsultan pariwisata; informasi dari berbagai instansi antara lain (1) BPS Kabupaten
pariwisata); usaha sarana pariwisata yang terdiri dari Kerinci; (2) Dinas Pemuda, Olah Raga, Pariwisata
akomodasi; rumah makan; bar; angkutan wisata. dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci.; serta (3) Dinas
Peneliti masih belum menemukan penelitian Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
yang menganalisis potensi sektor pariwisata di Kabupaten Kerinci.
Kabupaten Kerinci menjadi sektor unggulan sehingga Selanjutnya metode analisis yang digunakan
dapat memberikan dampak ekonomi dari kontribusi untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini
terhadap PAD di Kabupaten Kerinci dan strategi adalah untuk mengetahui sektor basis suatu daerah.
pengembangan sektor pariwisata secara bersama- Dari beberapa alat analisis, dalam penelitian ini akan
sama. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait digunakan model analisis Location Quotient (LQ).
dengan peranan sektor pariwisata terhadap PAD di McCann dalam Suharto (2013) menjelaskan tentang
Kabupaten Kerinci dilakukan oleh beberapa peneliti alat Analisis Location Quotient (LQ) sebagai berikut:
sebelumnya diantaranya oleh (Devinawati, 2011) yang “A regional Location Quotient (LQ) is defined as
meneliti tentang strategi yang dilakukan pemerintah the ratio of the regional proportion of employment
Kabupaten Kerinci dalam mengoptimalkan sektor E in a given sector i in a given region r, relative to
pariwisata untuk meningkatkan PAD. Adapun the national n proportion of employment in the same
hasilnya menunjukkan bahwa dalam pengembangan given sector.”
pariwisata Kabupaten Kerinci belum bisa memberi Bahwa alat analisis Location Quotien (LQ) ini
sumbangan yang optimal terhadap PAD karena digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi
pariwisata belum bisa menjadi sumber terbesar yang menjadi sektor basis dalam perekonomian,
terhadap PAD. Selanjutnya penelitian tentang sektor dengan cara membandingkan pendapatan tenaga
pariwisata di Kabupaten Kerinci juga dilakukan oleh kerja suatu sektor ekonomi yang ada di suatu daerah
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 57
regional (disebut daerah bawah) dengan daerah
nasional (disebut daerah atas). ................................................(2)
Berdasarkan penjelasan tersebut analisis
Location Quotient (LQ) merupakan teknik analisis
dalam perencanaan pembangunan yang digunakan
untuk mengalisis sektor unggulan atau sektor basis di mana:
dalam perekonomian suatu daerah, dengan cara IPPSij: indeks potensi perkembangan sektor i di
mengukur konsentrasi suatu ekonomi dalam suatu daerah j
daerah yaitu membandingkan peranan sektor IPPSi: indeks potensi perkembangan sektor i di
tersebut dalam perekonomian daerah, dalam hal wilayah referensi
ini daerah Kabupaten Kerinci dengan sektor sejenis gij : laju pertumbuhan sektor i di daerah j
dalam perekonomian Provinsi Jambi. Adapun rumus Gi : laju pertumbuhan i di wilayah referensi
yang digunakan adalah sebagai berikut: gj : rata-rata laju pertumbuhan di daerah j
G : rata-rata laju pertumbuhan di wilayah referensi
Jika DLQ = 1, berarti laju pertumbuhan sektor i
......................................(1) terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah Kabupaten
Kerinci sebanding dengan laju pertumbuhan sektor
tersebut pada PDRB Provinsi Jambi. Jika DLQ < 1,
artinya proporsi laju pertumbuhan sektor i terhadap
di mana: laju pertumbuhan PDRB derah Kabupaten Kerinci
LQ: koefisien Location Quotient t lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan sektor
PDRB Sektor i: PDRB menurut sektor ekonomi yang sama dengan PDRB Provinsi Jambi. Sebaliknya,
∑PDRB: PDRB Total jika DLQ > 1, berarti proporsi laju pertumbuhan
Adapun klasifikasi LQ pendekatan PDRB adalah sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah
jika LQ > 1 merupakan sektor basis dan kemampuan Kabupaten Kerinci lebih cepat dibandingkan dengan
PDRB sektor tersebut di Kabupaten Kerinci lebih sektor yang sama pada PDRB Provinsi Jambi. Kalau
besar dibandingkan sektor sejenis di Provinsi Jambi. keadaan masih tetap sebagaimana adanya saat ini.
Jika LQ = 1 berarti kemampuan PDRB sektor tersebut Maka diharapkan sektor ini menjadi sektor unggulan
di Kabupaten Kerinci Sama dengan sektor sejenis di masa yang akan datang.
Provinsi Jambi. LQ < 1 merupakan sektor nonbasis Secara konsep, konsep pembangunan sektor
dan kemampuan PDRB sektor tersebut di Kabupaten unggulan ini tidak terlepas dari konsep awal
Kerinci lebih kecil dibandingkan sektor sejenis di economic base yang menurut Glasson dalam Kuncoro
tingkat Provinsi Jambi. (2011) membagi konsep dasar basis ekonomi
Selain dari analisis diatas juga akan digunakan membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
analisis Dynamic Location Quotient (DLQ). Menurut 1) sektor basis, yaitu sektor-sektor yang mengekspor
Kurniawan (2016), Dynamic Location Quotient barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas
(DLQ) prinsipnya sama dengan (LQ), hanya perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas
mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat
dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah yang datang dari luar perbatasan perekonomian
sektor maupun PDRB mempunyai rata-rata laju masyarakat yang bersangkutan; dan 2) sektor bukan
pertumbuhan per tahun sendiri-sendiri selama kurun basis yaitu sektor-sektor yang menjadikan barang-
waktu (0) dan tahun (t). Fajar (2014) menyatakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat
bahwa analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat
adalah modifikasi dari Static Location Quotient bersangkutan. Suharto (2013) mengartikan sektor
(SLQ), dengan mengakomodasikan faktor laju basis adalah sebagai sektor-sektor yang mampu
pertumbuhan nilai tambah bruto dari suatu sektor mendominasi struktur perekonomian suatu daerah
ekonomi dari waktu ke waktu. Perbedaan dari kedua bahkan mampu berperan dalam perekonomian
analisis terlihat dari adanya asumsi perkembangan dengan daerah lainnya, misalnya kemampuan dalam
pertumbuhan dari waktu ke waktu. Hal ini berarti bidang ekspor barang dan jasa maupun tenaga kerja.
berjalannya waktu suatu sektor yang semula Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan
menjadi sektor basis dan nonbasis akan dapat bahwa sektor basis merupakan sektor utama atau
diketahui perkembangannya apakah akan tetap atau sektor unggulan yang harusnya menjadi prioritas
mengalami reposisi nantinya. Adapun rumus yang dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan
digunakan adalah sebagai berikut: suatu daerah karena memiliki peran yang nyata.
58 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

Tabel 3. Klasifikasi Kriteria Kontribusi Tabel 4. Matriks Weihrich


Faktor Internal Kekuatan / Kelemahan /
Kriteria Tingkat Kontribusi Tanda/Kode
STRENGHTS WEAKNESSES
Dinyatakan bahwa sangat Faktor Eksternal
>4% SB (S) (W)
mempunyai kontribusi
Peluang /
Dinyatakan bahwa Strategi SO Strategi WO
3 % - 3,9 % B OPPURTUNITIES (O)
mempunyai kontribusi
Dinyatakan bahwa cukup Ancaman / TREATHS
2 % - 2,9 % CB Strategi ST Strategi WT
mempunyai kontribusi (T)
Dinyatakan bahwa kurang
1% - 1,9 %
mempunyai kontribusi
KB Sedangkan untuk penghitungan persentasenya
Dinyatakan bahwa tidak menggunakan rumus berikut:
0 % - 0,9 % TB
mempunyai kontribusi
Sumber: Fuad Bawasir, 1999. ...................................................(4)
Kemudian menurut Hidayat Amir dan Singgih
Riphat dalam Nikijuluw (2013) sektor ekonomi unggulan di mana:
adalah sektor yang memiliki peranan yang relatif besar : kontribusi pariwisata
dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi yang : retribusi pariwisata
lain dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Dalam : PAD
hal ini sektor tersebut dapat memenuhi kebutuhan
wilayahnya dan telah melakukan ekspor ke daerah lain Setelah diketahui peran dan kontribusinya
yang dikenal dengan sektor basis. kemudian cara untuk mengidentifikasikan berbagai
Selanjutnya penentuan sektor unggulan akan faktor dalam rangka merumuskan strategi
digunakan analisis indeks spesialisasi (SI). Menurut perencanaan dan pengembangan ke depannya, akan
Kurniawan (2016), indeks spesialisasi merupakan digunakan analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada
ukuran yang digunakan untuk melihat spesialisasi logika dengan memaksimalkan kekuatan (Strength)
suatu sektor ekonomi yang ada di daerah tersebut dan peluang (Opportunities) dan meminimalkan
dibandingkan dengan daerah/wilayah di atasnya. kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
Dalam model ini dijelaskan bahwa apabila indeks Pertimbangan Analisis SWOT berasal dari faktor
spesialisasi suatu daerah lebih besar dari satu (indeks lingkungan internal Strength dan Weaknesses
spesialisasi>1) atau mendekati satu maka sektor serta faktor eksternal Opportunities dan Threats
tersebut punya spesialisasi demikian juga sebaliknya jika yang dihadapi. Hal ini mengartikan bahwa
indek spesialisasi kurang dari satu (indeks spesialisasi<1) sebelum dilakukan analisis SWOT dan membuat
atau mendekati nol, maka sektor pada daerah tersebut pilihan mengenai rencana strategis, pemahaman
tidak mempunyai spesialisasi. Analisis indeks spesilisasi yang lengkap mengenai situasi yang ada sangat
(SI) dengan formula sebagai berikut: diperlukan dengan komponen kunci analisis SWOT
adalah evaluasi efisiensi dan efektivitas program
......................................(3)
dan proses organisasi saat ini. Sehingga diharapkan
dari analisis dapat diambil suatu keputusan strategi
di mana: pengembangan dalam rangka meningkatkan
SI : indeks spesialisasis kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan
PDRBki : jumlah PDRB i di Kabupaten Kerinci daerah di Kabupaten Kerinci. Steiss (2003) dalam
PDRBk : jumlah total PDRB Kabupaten Kerinci bukunya yang membahas strategi organisasi
PDRBji : jumlah PDRB sektor i di Provinsi Jambi sektor publik juga menyatakan bahwa analisis
PDRBj : jumlah total PDRB Provinsi Jambi SWOT merupakan:

Dengan menggunakan 3 (tiga) metode di atas “A SWOT analysis (sometimes referred to as a


(analisis Location Quotient (LQ), Dynamic Location situational assessment) involves the compilation
Quotient (DLQ), dan Indeks Spesialisasi (SI)), akan of current information about the organizations
dikaji apakah sektor pariwisata dapat dijadikan sektor strengthens and weaknesses and performance
basis atau sektor unggulan di Kabupaten Kerinci. information that highlights critical external
Sedangkan kriteria yang digunakan untuk issues (opportunities and threats) which should
mengetahui peranan sektor pariwisata dalam be addressed in the strategic plan.”
membentuk PAD adalah kriteria peranan. Menurut Berikut pada Tabel 4, matriks Weihrich untuk
Fuad Bawasir (1999:103) dalam Rohman & Syah analisis SWOT yang akan digunakan dalam analisis
(2014) adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 3. penelitian ini.
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 59
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5. Tempat Wisata Berdasarkan Jenis di Kabupaten
Objek Wisata di Kabupaten Kerinci Kerinci
Jenis Tempat Tahun
Dengan jumlah tempat wisata terbanyak, hal
Wisata 2010 2011 2012 2013 2014
ini sangat berpotensi untuk menunjang aktivitas
Wisata Alam 48 49 70 70 77
kepariwisataan yang ada di Kabupaten Kerinci.
Berikut beberapa tempat/kawasan wisata di Wisata Buatan 4 3 19 8 8
Kabupaten Kerinci. Pertama, Kawasan Danau Gunung Wisata Sejarah/
12 15 8 19 20
Budaya
Tujuh terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu
Total 64 67 97 97 105
Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, Indonesia.
Sumber: Data BPS Provinsi Jambi dalam Angka Tahun 2016.
Danau ini terbentuk karena letusan Gunung pada
ratusan tahun silam, terletak pada ketinggian 1.950 pemerintah menjadikan kawasan Taman Nasional
m dari permukan laut. Dengan ketinggian tersebut Kerinci Seblat sebagai kawasan hutan lindung. Di
Danau Gunung Tujuh tercatat sebagai danau kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat secara
tertinggi di Asia Tenggara. Keindahan Danau Gunung umum tumbuh sekitar 4.000 jenis flora, sedangkan
Tujuh bertambah lengkap oleh barisan hamparan jenis fauna tercatat 42 jenis mamalia, 10 jenis reptil,
tujuh gunung yang mengelilinginya serta Air Terjun 6 jenis amfibi, 306 jenis burung dari 49 famili dan 8
Gunung Tujuh dan Air Terjun Telun Berasap ini jenis burung endemik.
menjadi bagian pelengkap lainnnya. Selain yang tersebut di atas masih banyak lagi
Kedua, Gunung Kerinci dengan ketinggian tempat wisata alam yang terdapat di Kabupaten
3.805 m dari permukaan laut (dpl), merupakan Kerinci serta jenis wisata lainnya sebagaimana
gunung berapi tertinggi di Indonesia. Pemandangan terlihat pada Tabel 5.
lain lereng kaki Gunung Kerinci adalah Perkebunan
Teh Kayoe Aro yang dirintis antara tahun 1925 Perkembangan PAD Kabupaten Kerinci
hingga 1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Perkembangan realisasi penerimaan PAD di
Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA). Kabupaten Kerinci sebagaimana terlihat pada Tabel
Perkebunan teh ini tercatat sebagai perkebunan teh 2 secara keseluruhan mengalami peningkatan
tertua di Indonesia. Perkebunan Teh Kayu Aro seluas setiap tahunnya, dengan tingkat kenaikan rata-rata
3.020 hektar adalah perkebunan teh dalam satu pertahun sebesar 18,96 persen seperti terlihat pada
hamparan terluas di dunia, berada pada ketinggian Gambar 1.
1.400-1.600 m dpl yang merupakan perkebunan Dari Gambar 1 terlihat bahwa kontribusi
teh tertinggi ke dua di dunia setelah perkebunan penerimaan PAD dari sektor pariwisata masih
teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m sangat sedikit selama periode tersebut rata-
dpl). rata kontribusinya hanya 0,57 persen dari
Ketiga, Danau Kerinci yang terletak di kaki total penerimaan PAD, sedangkan penerimaan
Gunung Raya ini merupakan danau terbesar yang ada terbesar berdasarkan data dari Dinas Pendapatan,
di Kabupaten Kerinci, luas danau ini kurang lebih 46 Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten
km2 dengan ketinggian 783 meter di atas permukaan Kerinci, bersumber dari lain-lain PAD yang sah,
laut. Pemandangan di sekitar danau begitu menawan sedangkan sektor pajak daerah dan retribusi daerah
dengan hamparan air yang jernih dilatarbelakangi lainnya hanya mampu memberikan kontribusi yang
barisan pegunungan yang anggun di sekelilingnya. Di relatif kecil terhadap PAD.
Danau Kerinci setiap tahun diadakan Festival Danau
Kerinci yang menampilkan berbagai macam atraksi
kesenian dan budaya masyarakat Jambi. Tujuan
dari festival ini adalah untuk memberikan suguhan
terhadap para wisatawan yang datang berkunjung.
Keempat, Kawasan Taman Nasional Kerinci
Seblat (TNKS) merupakan hasil dari penyatuan
beberapa kawasan cagar alam Kerinci seperti: Cagar
Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa
Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang
Seblat. Mengingat peran yang sangat vital dari hutan
Gambar 1. Perkembangan Peningkatan PAD dengan Kontribusi Sub Sektor
tersebut sebagai paru-paru dunia, maka pada tanggal Gambar 1. Perkembangan Peningkatan PAD dengan
Pariwisata Periode 2010-2014
4 Oktober 1982 bertepatan dengan Kongres Taman Kontribusi Subsektor Pariwisata Periode 2010-
Nasional Sedunia yang diadakan di Provinsi Bali, 2014
60 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

Tabel 6. Perhitungan LQ Kabupaten Kerinci Tahun 2010-2014


Kategori Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
(R) Hiburan & Rekreasi (Kabupaten Kerinci) 9.664 10.519 11.368 12.565 13.534
∑ PDRB Tanpa Migas (Kabupaten Kerinci) 1.121.987 1.181.908 1.263.852 4.418.936 4.844.434
% 0,0086 0,0089 0,0090 0,0028 0,0028
R Hiburan & Rekreasi (Provisi Jambi) 34.786 38.054 42.379 48.368 52.896
∑ PDRB Tanpa Migas (Provinsi Jambi) 17.471.685 18.963.518 20.373.533 21.979.277 23.481.807
% 0,0020 0,0020 0,0021 0,0022 0,0023
LQ 4,3262 4,4353 4,3243 1,2921 1,2402
DLQ    0,03 0,97 0,30 0,96
Rata-rata DLQ 0,56
Sumber: data diolah, 2016.

Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Kerinci ini menunjukkan laju pertumbuhan subsektor
Pada dasarnya sektor-sektor dalam per- tersebut terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten
ekonomian dapat dibagi ke dalam dua sektor besar, Kerinci lebih rendah dibandingkan dengan laju
yaitu sektor basis dan nonbasis Nikijuluw (2013). pertumbuhan sektor yang sama pada PDRB Provinsi
Sektor basis adalah sektor-sektor yang mampu Jambi. Berdasarkan data existing periode tersebut,
memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar di di prediksi subsektor hiburan dan rekreasi tersebut
daerah sendiri, bahkan dapat mengekspor barang dan belum bisa diharapkan untuk menjadi subsektor
jasanya keluar daerah yang besangkutan. Sedangkan basis di masa yang akan datang di Kabupaten Kerinci.
sektor nonbasis adalah sektor-sektor yang hanya Namun dengan memerhatikan nilai analisis
mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau LQ>1 sedangkan nilai analisis DLQ<1. Maka,
pasar daerah sendiri, bahkan harus mengimpor dari subsektor hiburan dan rekreasi menjadi subsektor
luar daerah yang bersangkutan. yang prospektif dikembangkan pada masa yang akan
Berdasarkan perhitungan terhadap nilai tambah datang, apabila didukung kebijakan yang sepenuhnya
ekonomi dalam PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB diarahkan pada subsektor hiburan dan rekreasi.
Provinsi Jambi selama periode tahun 2010 sampai 2014, Dari hasil perhitungan indeks spesialisasi di
diperoleh hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dan Kabupaten Kerinci secara rata-rata sektor pembentuk
Dynamic Location Quotient (DLQ) seperti pada Tabel 6. PDRB nya tidak memliki spesialisasi khusus terhadap
Dari Tabel 6 hasil analisis LQ terhadap sektor yang ada di Provinsi Jambi (Tabel 7). Hal ini
subsektor hiburan dan rekreasi yang nilai LQ terindikasi dari hasil perhitungan bahwa secara rata-
rata-ratanya >1 yaitu dengan rata-rata 3,1236 rata indeks spesialisasi yang ada mendekati nol atau
selama periode 2010-2014. Hal ini membuktikan lebih kecil dari satu.
bahwa subsektor hiburan dan rekreasi merupakan Berdasarkan hasil pengolahan data indeks
subsektor unggulan yang harus dipertahankan spesialisasi subsektor hiburan dan rekreasi di
dan patut dikembangkan di Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci di mana subsektor hiburan dan
Dari hasil analisis subsektor hiburan dan rekreasi rekreasi mempunyai nilai indeks spesialisasi tertinggi
selama kurun waktu lima tahun terakhir dapat yaitu sebesar 0,68 pada tahun 2011 sedangkan nilai
dinyatakan sebagai sektor basis atau menjadi indeks spesialisasi terendah yaitu pada tahun 2014
sumber pertumbuhan dan memiliki keunggulan sebesar 0,05.
di Kabupaten Kerinci. Hasilnya selain mampu Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan
memenuhi kebutuhan dalam wilayah, akan tetapi bahwa secara rata-rata nilai indeks spesialisasi
juga dapat di ekspor ke luar wilayah Kabupaten subsektor hiburan dan rekreasi selama 2010-
Kerinci. Tingginya nilai LQ pada sektor jasa-jasa, 2014 di Kabupaten Kerinci < 1 (lebih kecil dari
subsektor hiburan dan rekreasi tidak terlepas dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak
kontribusi masyarakat dan pemerintah daerah. adanya spesialisasi sektor ekonomi di Kabupaten
Sedangkan hasil analisis DLQ pada Tabel 6 di Kerinci atau dapat juga diartikan bahwa sektor
atas dapat diperhatikan bahwa subsektor hiburan di Kabupaten Kerinci cenderung sama dengan
dan rekreasi menunjukkan DLQ<1 yaitu 0,56. Hal sektor ekonomi di Provinsi Jambi.

Tabel 7. Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi Kabupaten Kerinci dari Tahun 2010-2014
Selisih per Tahun
Subsektor
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
(R) Hiburan & Rekreasi 0,66223 0,68936 0,69150 0,06428 0,05411 0,4323
Sumber: data diolah, 2016.
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 61
Tabel 8. Kriteria LQ dan DLQ PDRB Subsektor Hiburan dan Tabel 9. Kontribusi dan Persentase Peran Subsektor
Rekreasi Kabupaten Kerinci Pariwisata terhadap PAD Kabupaten Kerinci
Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1 Tahun 2010-2014
Sektor Unggulan Sektor Prospektif Subsektor PAD
LQ > 1 Pariwisata Kabupaten Kerinci % Kriteria
X Data Tahun 2010 -2014 Tahun
PAD Peranan
Rp. Rp.
Sektor Andalan Sektor Kurang Prospektif
LQ < 1 Relatif tidak
X X 2010 134.765.000 29.598.713.208,08 0,46
berperan
Relatif tidak
Berdasarkan hasil analisis LQ, DLQ dan indeks 2011 140.563.000 34.924.903.019,66 0,40
berperan
spesialisasi, apabila dipetakan dengan menggunakan Relatif tidak
2012 264.110.000 32.020.001.879,23 0,82
model 4 kuadran dengan membandingkan kriteria berperan
nilai LQ dan DLQ apabila DLQ > 1 dan LQ > 1 termasuk Relatif tidak
2013 260.136.000 36.470.030.653,34 0,71
berperan
kategori subsektor unggulan. Kemudian kriteria DLQ Relatif tidak
< 1 dan LQ > 1 adalah daerah tersebut termasuk pada 2014 290.262.000 61.548.418.491,91 0,47
berperan
kategori prospektif. Selanjutnya dengan kriteria LQ < Sumber: data diolah, 2016.
1 dan DLQ > 1 maka daerah tersebut masuk kategori
daerah andalan dan kriteria yang terakhir jika LQ < 1 260.136.000,00
Tahun 2013 = X 100% = 0,71%
dan DLQ < 1 maka daerah tersebut termasuk dalam 36.470.030.653.34
kategori kurang prospektif. 290.262.000,00
Dengan menggunakan analisis empat kuadran Tahun 2014 = X 100% = 0,47%
61.548.418.491,91
seperti Tabel 8 dapat dilihat berdasarkan data pada Untuk lebih jelasnya mengenai persentase serta
periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 peranan yang diberikan subsektor hiburan dan rekreasi
subsektor hiburan dan rekreasi tidak berada pada terhadap PAD Kabupaten Kerinci, dapat dilihat dalam
kuadran yang menjadi sektor unggulan, andalan, Tabel 9.
dan kurang prospektif. Tetapi subsektor hiburan dan Dari Tabel 9, maka dapat ditarik kesimpulan
rekreasi merupakan sektor yang prospektif untuk bahwa kontribusi yang diberikan oleh pendapatan
dikembangkan dalam mendukung pembangunan dari pariwisata adalah relatif tidak berperan terhadap
perekonomian dan meningkatkan pendapatan PAD.
daerah Kabupaten Kerinci. Akan tetapi subsektor
Analisis SWOT Pengembangan Subsektor Pariwisata
ini sangat sulit dikembangkan di Kabupaten Kerinci
di Kabupaten Kerinci
karena masih sedikitnya kegiatan ekonomi yang
mendukung dalam bidang tersebut. Untuk itu Pengembangan subsektor pariwisata berdasar-
pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang kan penelitian terdahulu terbukti berpengaruh positif
sepenuhnya diarahkan pada subsektor hiburan pada peluang usaha dan kesempatan kerja. Dengan
dan rekreasi. Berikut gambaran model 4 kuadran adanya kunjungan wisatawan baik wisatawan
tersebut pada Tabel 8. nusantara maupun wisatawan asing ke suatu lokasi
wisata maka akan membuka peluang usaha bagi
masyarakat sekitar kawasan seperti usaha restoran,
Kontribusi Pariwisata terhadap PAD Kabupaten jasa pengangkutan dan lain sebagainya yang menjadi
Kerinci kebutuhan pengunjung. Partisipasi masyarakat
Berdasarkan jumlah wisatawan dan jumlah total merupakan refleksi dari dukungan dalam menyikapi
PAD di Kabupaten Kerinci dari subsektor hiburan dan suatu program. Semakin tinggi dukungan masyarakat
rekreasi secara umum mengalami peningkatan setiap maka akan semakin tinggi partisipasi masyarakat di
tahun. Data PAD Kabupaten Kerinci sejak tahun dalamnya.
2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada Pertumbuhan subsektor pariwisata selain
Tabel 9. Selanjutnya dengan menggunakan model membawa dampak positif dari aspek ekonomi juga
perhitungan yang dikemukakan oleh Fuad Bawasir membawa dampak negatif terhadap aspek sosial
(1999:103) dalam Rohman & Syah (2014) digunakan dan lingkungan seperti eksploitasi sumber daya alam
untuk mengukur peranannya, berikut perhitungan: dan objek-objek buatan manusia yang merubah
Tahun 2010 =
134.765.000,00
X 100% = 0,46% kondisi alami dari kawasan wisata. Selain itu dampak
29.598.713.208,08 pariwisata akan memengaruhi kondisi sosial dari
Tahun 2011 =
140.563.000,00
X 100% = 0,40%
masyarakat yang ada karena budaya dan peradaban
34.924.903.019,66 yang datang dari luar daerah.
264.110.000,00 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kerinci akan
Tahun 2012 = X 100% = 0,82%
32.020.001.879,23 dapat menciptakan keberlanjutan apabila dalam
62 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

kebijakan tersebut tercermin prinsip-prinsip adil tahun 2014 sebagian besar atau 63 persen
dan tidak membeda-bedakan pihak manapun yang bekerja disektor pertanian dan apabila dilihat
berkepentingan dengan kegiatan pariwisata. Adanya dari lama sekolah pendidikannya sampai dengan
keadilan dalam penyusunan kebijaksanaan (prosedural kelas VII SMP pada semester I.
justice), keterlibatan peran dari pemerintah, swasta, 3. Faktor Peluang (opportunities), terdapat banyak
dan masyarakat setempat untuk menciptakan kesempatan dan peluang bagi pengembangan
sinergi, kelenturan (flexibility) dalam artian bersifat pariwisata di Kabupaten Kerinci. Masyarakat
kontekstual dan kondisional, pembangunan berbasis Kerinci banyak yang berada diluar daerah,
partisipasi masyarakat dalam artian pembangunan itu sehingga hal ini menjadi alternatif media promosi
dimaksudkan untuk melayani minat masyarakat yang secara tidak langsung. Selanjutnya sejalan dengan
bekerja dan berdomisili di sekitar lokasi wisata dan pendapat Suarto (2017) bahwa peluang akan
harus berwawasan lingkungan serta terdapat unsur dapat diciptakan apabila adanya kawasan wisata
konservasi untuk mempertahankan nilai estetika dari sehingga menciptakan lapangan kerja baru bagi
lingkungan tersebut. masyarakat setempat seperti berjualan berupa
Dalam pemanfaatan kawasan objek wisata makanan ataupun menawarkan jasa untuk lebih
di Kabupaten Kerinci maka dibutuhkan arahan mengenal kawasan objek wisata selain itu juga bisa
strategi dalam kebijakan pengoptimalan dengan melakukan aktivitas wiraswasta bagi masyarakat
memerhatikan keseluruhan faktor internal dan yang berminat di kawasan objek wisata.
eksternal tersebut. Kedua faktor ini merupakan 4. Faktor Ancaman (treaths), dalam pengembangan
penentu dalam analisis SWOT, karena didalamnya kawasan wisata antara lain adalah dari aspek
faktor-faktor strategis internal berupa kekuatan lingkungan dari perilaku yang tidak bertanggung
dan kelemahan serta faktor-faktor eksternal berupa jawab oleh pengunjung atau masyarakat yang
peluang dan ancaman, yang apabila disinergikan dapat memengaruhi pencemaran lingkungan,
akan memberikan arahan, strategi dan program yang adanya pertentangan budaya yang dibawa
baik. Berikut akan diuraikan faktor-faktor internal dari luar terhadap masyarakat Kerinci yang
dan eksternal sebagai dasar dalam analisis SWOT: terkenal masih memegang teguh agama dan
1. Faktor Kekuatan (strength), yang dimiliki Kabupaten adat budaya. Wilayah Kabupaten Kerinci 59,82
Kerinci seperti telah diuraikan pada bagian awal, persen merupakan Kawasan Taman Nasional
yaitu banyaknya tempat/kawasan alam yang Kerinci Seblat (TNKS), hanya 40,18 persen yang
indah dan asri. Kemudian faktor kekuatan merupakan lahan budidaya dan pemukiman.
lain adalah seni dan budaya masyarakat Kondisi tersebut berpotensi menjadi hambatan
yang masih selalu terjaga adat istiadatnya. akan tumpang tindih dalam pemanfaatan lahan
Demikian juga dari pemerintah daerah yang dan pengembangan kawasan.
setiap tahunnya mengadakan festival seni dan
budaya, dalam rangka menarik wisatawan untuk Tabel 10. Matriks SWOT Formula Strategi Kajian
datang dan berkunjung ke Kabupaten Kerinci. Pengembangan Subsektor Pariwisata di
Selain itu dengan memerhatikan besarnya Kabupaten Kerinci
Internal
potensi kepariwisataan, pemerintah daerah Kekuatan/ Kelemahan /
secara bertahap telah berupaya melakukan Eksternal Strength (S) Weaknesses (W)
pembangunan fasilitas sarana dan prasarana Strategi SO Strategi WO
pariwisata sebagaimana tertuang di dalam Pengembangan Pembinaan masyarakat
RPJMD. kawasan yang sadar wisata
berbasis Diversifikasi usaha /
2. Faktor Kelemahan (weaknesses), yang menjadi
partisipasi Menciptakan produk
kendala atau kelemahan dalam pengembangan masyarakat wisata yang bisa
Peluang /
kepariwisataan di Kabupaten Kerinci di antaranya Opportunities menjadi ciri khas
adalah aksesibilitas menuju Kabupaten Kerinci (O) daerah yang berbeda
yang tidak strategis dan relatif sulit dijangkau. dengan daerah lainnya.
Akses ke Kabupaten Kerinci dengan transportasi Menumbuhkan
gerakan sadar wisata
darat dari daerah lain cukup jauh dan tidak “Tradisi Mudik / Pulang
didukung oleh infrastruktur jalan yang baik Kampung”
hanya 21,6 persen kondisi jalan yang baik.
Strategi ST Strategi WT
Sedangkan transportasi udara yang seharusnya Melestarikan Penegakan hukum dan
bisa membuka akses juga tidak didukung oleh Ancaman/
Budaya Lokal Pemanfaatan RUTR
Treaths (T)
kondisi Bandar Udara Depati Parbo yang masih sebagai keunikan Peningkatan promosi
kecil dan terbatas. Masyarakat Kerinci pada wisata dan publikasi
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 63
Analisa strategi terhadap faktor-faktor tersebut khas dari Kota Bengkulu. Selama ini partisipasi
dapat dilihat pada Tabel 10 tentang matrik SWOT. aktif dari masyarakat hanya sebatas penjualan
Dari Tabel 10 dapat dibuat formulasi strategi makanan dan minuman ringan saja. Dengan
yang disusun berdasarkan unsur-unsur kekuatan, adanya pembinaan dari pemerintah diharapkan
kelemahan, peluang dan tantangan. Terdapat 7 kedepannya industri kreatif dibidang pariwisata
(tujuh) strategi kebijakan yang bisa dilakukan dalam dapat meningkat.
rangka pengembangan kawasan wisata di Kabupaten 4. Menumbuhkan Gerakan Sadar Wisata “Tradisi
Kerinci yaitu: Mudik / Pulang Kampung”.
1. Pengembangan Kawasan Berbasis Partisipasi Strategi ini diperlukan supaya masyarakat lokal
Masyarakat. baik yang berada di wilayah Kabupaten Kerinci
Strategi yang dilakukan dengan memberikan maupun masyarakat Kerinci yang berada di
peluang usaha bagi sektor ekonomi masyarakat luar daerah “merantau” mampu dan mau
kecil dan menengah adalah dikarenakan pada membaca setiap peluang di bidang pariwisata
pengembangan kawasan wisata di Kabupaten yang ada dan mampu mengemasnya sehingga
Kerinci mendapat dukungan dari masyarakat mampu menarik wisatawan. Masyarakat yang
dan pemerintah. Di samping itu peluang dari sadar wisata mampu melihat bahwa adanya
pengembangan kawasan wisata cukup bagus pengunjung/wisatawan baik asing maupun
sehingga terjadi peningkatan pendapatan nusantara merupakan sumber penghasilan
masyarakat walaupun peningkatan ini masih bagi mereka melalui usaha-usaha di bidang
belum begitu besar namun hal ini wajar kepariwisataan. Masyarakat lokal hendaknya
mengingat pengembangan kawasan wisata ini mempunyai rasa wisata yang tinggi yang bisa
telah dan masih sedang dilakukan. menarik dan mengajak wisatawan untuk datang
2. Pembinaan Masyarakat yang Sadar Wisata. dan kembali lagi ke lokasi wisata di Kabupaten
Strategi peningkatan kualitas SDM perlu Kerinci.
dilakukan karena jika masyarakat tidak mampu 5. Melestarikan Budaya Lokal sebagai Keunikan
membaca peluang-peluang yang ada di bidang Wisata.
pariwisata maka akan sangat sulit untuk Salah satu dampak negatif yang dapat terjadi
mencapai tujuan pengembangan kawasan wisata dengan adanya pengembangan subsektor
yakni peningkatan pendapatan, penyerapan pariwisata adalah perubahan pola hidup
tenaga kerja dan peningkatan PAD. dan perubahan budaya sehingga di sini
3. Diversifikasi Usaha/Menciptakan Produk Wisata strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
yang Bisa Menjadi Ciri Khas Daerah yang Berbeda tetap memelihara kegiatan nilai-nilai lokal
dengan Daerah Lainnya. yang bisa ditumbuhkan dengan koordinasi
Pemerintah hendaknya mampu memfasilititasi di sekolah dan penyuluhan-penyuluhan
masyarakatnya yang masih mempunyai norma yang berlaku di masyarakat. Dengan
keterbelakangan pendidikan untuk mendapatkan tidak bergesernya nilai-nilai agama yang
pelatihan kepariwisataan agar mampu menciptakan berlaku maka meskipun ada pengembangan
diversifikasi usaha. Dengan beragamnya subsektor pariwisata maka dampak negatif
usaha-usaha yang mampu dilakukan oleh dari pengembangan subsektor pariwisata
masyarakat maka akan mampu meningkatkan dapat dihindarkan.
pendapatan masyarakat lokal dan akhirnya Budaya lokal yang tetap terjaga ini juga dapat
akan meningkatkan barang dan jasa dan menjadi keunikan dan daya tarik tersendiri
meningkatkan PAD. bagi wisatawan untuk datang ke Kabupaten
Selanjutnya masyarakat Kabupaten Kerinci Kerinci. Strategi Lain yang perlu dilakukan
harus mampu menciptakan peluang produk- dalam kegiatan pengembangan kawasan
produk yang beragam karena Kabupaten Kerinci wisata yang berdampak pada perubahan
mempunyai potensi dan sumber daya yang lingkungan. Pemerintah hendaknya mampu
melimpah. Pemerintah melalui dinas terkait menanamkan pada masyarakatnya agar
(seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan mencintai lingkungan dengan memberikan
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah) himbauan agar tidak melakukan pengrusakan
mestinya mampu memberikan pelatihan pada lingkungan, menyediakan sarana dan prasarana
masyarakat lokal dalam bentuk pelatihan dan kebersihan sehingga lingkungan yang bersih
pembinaan usaha seperti kelompok usaha dan rapi dapat terjaga yang pada akhirnya
bersama yang mampu menciptakan produk yang memberikan kesan nyaman dan indah pada
berbeda dengan daerah lain yang menjadi ciri wisatawan.
64 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65

6. Pemanfaatan RUTR sesuai dengan Undang-Undang Proses perencanaan pembangunan pariwisata


Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; di Kabupaten Kerinci yang tertuang dalam RPJM
Untuk mengatasi masalah-masalah pemanfaatan Kabupaten Kerinci Tahun 2014-2019 hendaknya
ruang yang saling tumpang tindih dan adanya bersifat top-down yang dikoordinasikan dengan
kerusakan lingkungan maka pemerintah dapat dinas instansi terkait yang akan menunjang sektor
melakukan strategi pengembangan kawasan pariwisata, dengan melibatkan pemerintah, swasta,
wisata dengan tetap mengacu pada aturan- dan masyarakat di sekitar lokasi wisata yang pada
aturan yang berlaku seperti mengacu pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan
Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 Tahun masyarakat dan meningkatkan PAD. Strategi
2007 tentang Penataan Ruang dan mengacu pengembangan subsektor pariwisata ke depannya
pada RTRW Kabupaten Kerinci. Agar efek-efek harus difokuskan untuk meningkatkan keunikan
negatif dari pengembangan sektor wisata dapat tertentu Kabupaten Kerinci sebagai destinasi wisata,
ditekan maka harus ada strategi penegakan sehingga akan berbeda dan memiliki spesialisasi
hukum yang tegas terhadap setiap kegiatan- tersendiri dibanding daerah lainnya di Provinsi Jambi.
kegiatan yang mengakibatkan kerugian pada
lingkungan dan sosial masyarakat.
7. Peningkatan promosi dan publikasi
Agar Kabupaten Kerinci dapat dikenal oleh DAFTAR PUSTAKA
daerah lain maka dilakukan strategi promosi-
promosi daya tarik wisata Kabupaten Kerinci. Buku
Strategi ini dapat sejalan dengan strategi-4 di
mana promosi dan publikasi melalui masyarakat Ramos, A. D., & Jiménez, P. S. (2008). Tourism
lokal yang di perantauan dapat menjadi alternatif Development: Economics, Management, &
media promosi yang sangat efektif. Strategy. New York: Nova Science Publishers, Inc.
Steiss, A. W. (2003). Strategic Management for
KESIMPULAN Public and Nonprofit Organizations. (J. RABIN
Hasil analisis data pada periode tahun 2010 & The Pennsylvania State University-Harrisburg
sampai dengan 2014, didapatkan bahwa subsektor Middletown Pennsylvania, Eds.). New York,
hiburan dan rekreasi merupakan sektor basis atau Basel-Switzerland: Marcel Dekker, Inc.
sektor unggulan di Kabupaten Kerinci sesuai dengan Tribe, J. (2004). The Economics of Recreation, Leisure
hasil analisis Location Quotient (LQ). Namun dilihat and Tourism (Third edit). Amsterdam Boston
dari analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) di Heidelberg London New York Oxford Paris San
masa yang akan datang subsektor hiburan dan Diego San Francisco Singapore Sydney Tokyo:
rekreasi tidak bisa menjadi sektor basis/unggulan. Elsevier Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2
Hal ini disebabkan karena subsektor hiburan dan 8DP 30 Corporate Drive, Burlington MA 01803.
rekreasi di Kabupaten Kerinci memiliki indeks
spesialisasi yang masih rendah dari daerah lain di Jurnal
Provinsi Jambi. Kemudian, berdasarkan analisis dari 4
kuadran dari kondisi tersebut subsektor hiburan dan Bisma, I. D. G., & Susanto, H. (2010). Evaluasi Kinerja
rekreasi berada pada kuadran sebagai subsektor yang Keuangan Daerah Pemerintah Provinsi Nusa
prospektif untuk dikembangkan dalam mendukung Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007.
pembangunan perekonomian dan meningkatkan Jurnal Ganec SwaraSwara, 4(3), Hal. 75-86.
pendapatan daerah Kabupaten Kerinci. Holik, A. (2016). Relationship of Economic Growth
Upaya pengembangan pariwisata yang telah with Tourism Sector. JEJAK; Journal of Economics
dilakukan pemerintah Kabupaten Kerinci menunjukkan and Policy, 9(1), 16–32.
hasil yang positif, yaitu semakin bertambah dan
Kurniawan, B. (2016). Analisis Sektor Ekonomi
banyaknya lokasi/tempat wisata, meningkatnya
Unggulan Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan objek
Jurnal Ekonomi Islam - El-JIZYA, 4(1), 1–26.
wisata, walaupun kenaikan pendapatan tersebut
belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Miandy, F., & Arifin, H. S. (2010). Rencana
peningkatan PAD di Kabupaten Kerinci. Sehingga Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap
retribusi daerah dari sektor pariwisata sampai Kawasan Obyek Wisata Danau Kerinci,
dengan tahun 2014 masih relatif tidak berperan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Jurnal
terhadap PAD Kabupaten Kerinci. Lanskap Indonesia, 2(1), 47–53.
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 65
Nikijuluw, J. B. (2013). Analisis Sektor Ekonomi Kuncoro, A. W. (2011). Analisis Sektor Ekonomi
Unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku. Potensial dan Interaksi Wilayah Kota Cilegon
Jurnal Ekonomi - Cita Ekonomika, VII (2), 196– Tahun 2007-2011, 1–12. Diperoleh Tanggal 27
303. Oktober 2017, dari http://fe.budiluhur.ac.id/wp-
content/uploads/2014/11/2-Analisis-Sektor-
Novitri, Q., Junaidi, J., & Safri, M. (2014). Determinan
Ekonomi-Potensial-Aris-Wahyu-Kuncoro.pdf
Penerimaan dari Sektor Pariwisata di
Kabupaten/Kota Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif
Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah, 1(3), Sumber Lain - Tesis/ Disertasi/ Laporan Penelitian
149. Ilmiah
Rahma, F. N., & Handayani, H. R. (2013). Pengaruh Devinawati, L. (2011). Strategi Optimalisasi Aset
Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Obyek Daerah di Sektor Pariwisata Kabupaten Kerinci
Wisata dan Pendapatan Perkapita Terhadap dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Penerimaan Sektor Pariwisata di Kabupaten (PAD), Skripsi, Universitas Andalas - Sumatera
Kudus. Diponegoro Journal of Economics, 2(2), Barat.
1–9. Suharto, U. S. (2013). Analisis Sektor Unggulan
Suarto, E. (2017). Pengembangan Objek Wisata dan Ketimpangan Ekonomi di Provinsi Banten
Berbasis Analisis Swot. Jurnal Spasial, 5(1), 50- (Periode Tahun 2002-2011). Thesis, Sekolah
63. Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sutrisno, D. C. (2013). Pengaruh Jumlah Obyek


Wisata, Jumlah Hotel dan PDRB Terhadap Laporan Pemerintah - Peraturan Perundang-
Retribusi Pariwisata Kabupaten / Kota di Jawa undangan
Tengah. Economics Development Analysis Undang-Undang Tata Ruang Nomor 26 tahun 2007
Journal, 2(4), 435–445. Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Syah, I., & Rohman, A. (2014). Efektivitas dan Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Kontribusi Pajak Hotel terhadap Pendapatan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Asli Daerah (Studi di Pemerintah Daerah Kota Nomor 4725).
Semarang). Diponegoro Journal of Accounting, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
3(3), 1–11. Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Yeja, A., Agung, I. G., & Mahagangga, O. (2016). Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Strategi Pengembangan Pariwisata Bumi Sakti Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Alam Kerinci Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi 4966).
(Suatu Pendekatan Analitical Network Process). Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Jurnal Destinasi Pariwisata, 4(2), 44–48. Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Sumber Digital - Artikel e-Journal Indonesia Nomor 4578).
Fajar, M. (2014). Identifikasi Sektor Unggulan Badan Pusat Statistik (2016), Provinsi Jambi Dalam
Kabupaten Waropen 2013. Diperoleh Tanggal Angka Tahun 2016.
12 Maret 2017, dari https://doi.org/10.13140/
RG.2.1.3548.3923.

You might also like