Professional Documents
Culture Documents
Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad)
Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad)
Abstract
Based on Government Regulation No. 50 of 2011, Kerinci Regency of Jambi Province belongs to the National Tourism Strategic Area
of 2010-2025. While the contribution of tourism sector to PAD is still very small. Increasing the number of tourist destinations until
2014 and the determination as a National Tourism Strategic Region can be a potential increase in the Local Revenue from the tourism
sector to become the leading sector in Kerinci Regency in the future. The purpose of this study is to examine the potential of the
tourism sector in Kerinci Regency to be a leading sector so as to provide the economic impact on the Local Revenue and how tourism
development strategy in Kerinci Regency. Research method used was descriptive based on secondary data during the period of 2010-
2014, the analytical tool used was Location Quotient Method, Dynamic Location Quotient and Specialization Index. SWOT analysis
was also used for analysis of tourism sector development strategy. Research results show that the tourism sector has not become
a leading sector, but is a prospective sector to be developed in support of economic development and increase the income of Kerinci
district in the future. The contribution of the tourism sector to the Local Revenue in the study period was only 0.57 percent or relatively
non-contributing. The future development strategy focused on improving the uniqueness of Kerinci regency as a tourist destination
through; Development of Community Based Tourism Area, Community Awareness Tourism, Tourism Product Diversification which can
be Typical Region, Growing Aware Movement of “Tradition of Mudik/Pulang Kampung”, Preserving Local Culture as Tourism Unique
and Increasing promotion and publication.
Keywords: Kerinci Regency, tourism, local revenue, base sector
Abstrak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi
termasuk Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Tahun 2010-2025. Sementara kontribusi sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) masih sangat kecil. Peningkatan jumlah tempat wisata sampai dengan tahun 2014 dan penetapan sebagai Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional menjadi potensi peningkatan PAD dari sektor pariwisata sehingga menjadi sektor unggulan di Kabupaten
Kerinci ke depannya. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji potensi sektor pariwisata di Kabupaten Kerinci sebagai sektor unggulan
sehingga memberikan dampak ekonomi terhadap PAD dan bagaimana strategi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten
Kerinci. Metode penelitian dengan analisis deskriptif dari data sekunder selama periode tahun 2010-2014, alat analisis digunakan
Metode Location Quotient, Dynamic Location Quotient dan Indeks Spesialisasi. Analisis SWOT digunakan untuk analisis strategi
pengembangan sektor pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor pariwisata belum menjadi sektor unggulan, akan
tetapi merupakan sektor yang prospektif untuk dikembangkan dalam mendukung pembangunan perekonomian dan meningkatkan
pendapatan daerah Kabupaten Kerinci ke depannya. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD pada periode penelitian hanya 0,57
persen atau relatif tidak berperan. Adapun strategi pengembangan ke depannya difokuskan pada peningkatan keunikan Kabupaten
Kerinci sebagai destinasi wisata melalui pengembangan kawasan wisata berbasis partisipasi masyarakat, pembinaan masyarakat
yang sadar wisata, diversifikasi produk wisata yang bisa menjadi ciri khas daerah dibanding daerah lainnya, menumbuhkan gerakan
sadar wisata “tradisi mudik/pulang kampung”, melestarikan budaya lokal sebagai keunikan wisata dan peningkatan promosi dan
publikasi.
Kata kunci: Kabupaten Kerinci, pariwisata, pendapatan daerah, sektor unggulan
sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak, Tabel 1. Jumlah Tempat Wisata Kabupaten/Kota di
beriman dan bertaqwa; 3) meningkatkan dan Provinsi Jambi Tahun 2010-2014
mengembangkan kualitas dan kuantitas infrastruktur No.
Kabupaten/
2010 2011 2012 2013 2014
yang terintegrasi antar sektor; 4) meningkatkan Kota
kualitas ekosistem yang berbasis sumber daya lokal; 1. Kerinci 64 67 97 97 105
2. Bungo 31 53 34 38 38
dan 5) meningkatkan tata kelola pemerintahan
3. Tanjab Timur 12 9 22 22 25
yang baik, bermartabat, berwibawa, amanah, dan 4. Muaro Jambi 23 19 18 9 18
bermoral. 5. Merangin 36 28 29 13 15
Visi merupakan sebuah harapan dan sekaligus 6. Kota Jambi 28 24 26 9 13
Kota Sungai
juga merupakan pandangan yang jauh kedepan dan 7.
Penuh
19 18 8 7 12
ingin diwujudkan. Berkaitan dengan visi Kabupaten 8. Sarolangun 25 28 26 9 11
Kerinci yang ingin diwujudkan oleh pemerintah 9. Tanjab Barat 11 10 10 10 10
10. Tebo 18 9 7 7 9
daerah yakni Kabupaten Kerinci yang lebih baik. 11. Batang Hari 12 10 13 5 8
Makna lebih baik ini adalah lebih baik dari yang Jumlah/ Total 279 275 290 226 264
sudah ada sebelumnya. Dalam rangka mewujudkan Sumber: BPS Provinsi Jambi dalam Angka Tahun 2016.
visi, penjabaran lebih lanjut adalah dalam bentuk
misi-misi yang akan dilaksanakan sehingga bisa Pengelolaan Keuangan Daerah, APBD adalah rencana
mendukung pencapaian visi dimaksud. Misi tersebut keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas
terdiri dari: dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
Pertama : Meningkatkan pendapatan daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah
masyarakat berbasis industri mikro, kecil (perda).
dan menengah, serta pariwisata. Pemerintah Kabupaten Kerinci yang memiliki
misi dalam meningkatkan PAD melalui sektor
Kedua :
Meningkatkan pembangunan sumber pariwisata ini cukup mendasar, pertama berdasarkan
daya manusia yang berkualitas, berakhlak, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011
beriman dan bertaqwa. terdapat 88 (delapan puluh delapan) Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Tahun 2010-
Ketiga : Meningkatkan dan mengembangkan 2025, di Provinsi Jambi yang termasuk adalah KSPN
kualitas dan kuantitas infrastruktur yang Kerinci Seblat dan sekitarnya serta KSPN Muaro
terintegrasi antar sektor. Jambi dan sekitarnya. Kabupaten Kerinci dari jumlah
tempat wisatanya merupakan yang terbanyak di
Keempat: Meningkatkan kualitas ekosistem yang
Provinsi Jambi, sebagaimana tergambar pada Tabel
berbasis sumber daya lokal.
1. Pada Tahun 2010 Kabupaten Kerinci memiliki 64
Kelima : Meningkatkan tata kelola pemerintahan tempat wisata sedangkan sampai dengan tahun 2014
yang baik, bermartabat, berwibawa, Kabupaten Kerinci memiliki 105 tempat wisata, yang
amanah dan bermoral terdiri dari 77 (tujuh puluh tujuh) Tempat Wisata
Alam; 8 (delapan) tempat wisata buatan; dan 20 (dua
Misi yang baik adalah jelas dan terukur puluh) tempat wisata sejarah/budaya. Hal ini terlihat
pencapaiannya, dari misi pertama bahwa peningkatan peningkatan yang cukup besar atau bertambah 64
dimaksud adalah peningkatan pendapatan daerah persen jumlah tempat wisata dibanding pada tahun
yang dalam komponen Anggaran Pendapatan dan 2010.
Belanja Daerah (APBD) merupakan Pendapatan Asli Kabupaten Kerinci yang terkenal dengan slogan
Daerah (PAD). Sebagai sumber penerimaan dalam “Bumi Sakti Alam Kerinci” yang diyakini bahwa
APBD menjadi sangat penting perannya dalam Kerinci merupakan daerah sakti yang memikat para
mendukung belanja APBD. Sebagaimana pendapat pengunjung. Daya tarik wisata unggulan Kerinci di
Halim dalam Bisma & Susanto (2010) bahwa sumber antaranya adalah Danau Kerinci, Gunung Kerinci,
pembiayaan bagi daerah terdiri dari PAD, Dana Perkebunan Teh Kayu Aro, Air Terjun Telun Berasap,
Perimbangan (Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Air Panas Semurup, Danau Kaco, Danau Gunung
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)) Tujuh, dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Daya tarik
dan pinjaman daerah, dekonsentrasi dan tugas wisata unggulan di atas merupakan suatu potensi
pembantuan. Tiga sumber pertama langsung dikelola yang menarik dan menjadi magnet utama bagi dunia
oleh pemerintah daerah melalui APBD, sedangkan kepariwisataan di Provinsi Jambi. Selain itu, (Yeja,
yang lain dikelola oleh pemerintah pusat melalui Agung, & Mahagangga, 2016) Kabupaten Kerinci
kerja sama dengan pemerintah daerah. Menurut merupakan suatu daerah di Provinsi Jambi yang
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang berhawa sejuk dan memiliki segudang kekayaan alam
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 55
yang dapat dikembangkan sebagai daerah pariwisata Tabel 2. Kontribusi Subsektor Pariwisata terhadap PAD
potensial. Daerah ini dikenal dengan “3Ter” yaitu Kabupaten Kerinci Tahun 2010-2014
memiliki Gunung Kerinci sebagai “Atap Sumatera” Tahun
Subsektor Pariwisata PAD Kabupaten Kerinci
(Rp) (Rp)
(Top of Sumatera) atau dikatakan sebagai gunung
2010 134.765.000,00 29.598.713.208,08
vulkanik tertinggi di Indonesia, lalu Danau Gunung
2011 140.563.000,00 34.924.903.019,66
Tujuh merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara,
dan Perkebunan Teh Kayu Aro merupakan kebun 2012 264.110.000,00 32.020.001.879,23
meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan beberapa peneliti lain diantaranya Miandy & Arifin,
kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; (2010); Novitri, Junaidi, & Safri, (2014); serta Yeja,
mengatasi pengangguran; melestarikan alam, Agung, & Mahagangga, (2016).
lingkungan, dan sumber daya; memajukan Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
kebudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan pertama, apakah subsektor pariwisata dapat
kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan. dijadikan sektor unggulan di Kabupaten Kerinci;
Selanjutnya, sebagai salah satu indikator yang kedua, bagaimana peran subsektor pariwisata
digunakan untuk mengetahui dampak pariwisata terhadap PAD Kabupaten Kerinci; ketiga, bagaimana
terhadap perekonomian daerah dan juga sebagai strategi pengembangan subsektor pariwisata di
salah satu faktor penentu tingginya tingkat Kabupaten Kerinci.
perekonomian daerah adalah adanya peningkatan
PAD yang diterima daerah. Hal ini menarik untuk METODE
diteliti tentang seberapa besar potensi jumlah Dalam penelitian ini metode yang digunakan
tempat wisata di Kabupaten Kerinci dan bagaimana adalah metode analisis deskriptif dari data
pengembangannya dalam rangka peningkatan PAD. sekunder. Yang dimaksud dengan metode penelitian
Selanjutnya bahwa Undang-Undang Nomor 10 deskriptif yakni metode untuk menggambarkan
tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyebutkan atau melukiskan secara sistematis, fakta-fakta,
pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan serta hubungan antara fonomena. Sedangkan
dengan wisata, termasuk pengusahaan objek data sekunder adalah metode pengumpulan
dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang data umumnya didapat dari publikasi resmi yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata, diterbitkan oleh lembaga yang memiliki otoritas
dengan demikian pariwisata meliputi semua resmi untuk mengumpulkan data seperti Badan
kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan Pusat Statistik (BPS) dan lainnya.
wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kerinci
seperti: kawasan wisata; taman rekreasi; kawasan Provinsi Jambi pada tahun 2016. Adapun jenis data
peninggalan sejarah; museum; waduk; pagelaran yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
seni budaya; tata kehidupan masyarakat atau yang sekunder yang disajikan dalam bentuk data tahunan
bersifat alamiah seperti: keindahan alam; gunung mulai dari tahun 2010-2014. Adapun data yang
berapi; danau; pantai; dan pengusahaan jasa digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah
dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata PDRB Kabupaten Kerinci atas dasar harga konstan,
(biro perjalanan wisata; agen perjalanan wisata; indikator realisasi, kontribusi, kemiskinan, dan
pramuwisata; konvensi; perjalanan insentif dan kesempatan kerja. Adapun sumber perolehan data
pameran; impresariat; konsultan pariwisata; informasi dari berbagai instansi antara lain (1) BPS Kabupaten
pariwisata); usaha sarana pariwisata yang terdiri dari Kerinci; (2) Dinas Pemuda, Olah Raga, Pariwisata
akomodasi; rumah makan; bar; angkutan wisata. dan Kebudayaan Kabupaten Kerinci.; serta (3) Dinas
Peneliti masih belum menemukan penelitian Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
yang menganalisis potensi sektor pariwisata di Kabupaten Kerinci.
Kabupaten Kerinci menjadi sektor unggulan sehingga Selanjutnya metode analisis yang digunakan
dapat memberikan dampak ekonomi dari kontribusi untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini
terhadap PAD di Kabupaten Kerinci dan strategi adalah untuk mengetahui sektor basis suatu daerah.
pengembangan sektor pariwisata secara bersama- Dari beberapa alat analisis, dalam penelitian ini akan
sama. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait digunakan model analisis Location Quotient (LQ).
dengan peranan sektor pariwisata terhadap PAD di McCann dalam Suharto (2013) menjelaskan tentang
Kabupaten Kerinci dilakukan oleh beberapa peneliti alat Analisis Location Quotient (LQ) sebagai berikut:
sebelumnya diantaranya oleh (Devinawati, 2011) yang “A regional Location Quotient (LQ) is defined as
meneliti tentang strategi yang dilakukan pemerintah the ratio of the regional proportion of employment
Kabupaten Kerinci dalam mengoptimalkan sektor E in a given sector i in a given region r, relative to
pariwisata untuk meningkatkan PAD. Adapun the national n proportion of employment in the same
hasilnya menunjukkan bahwa dalam pengembangan given sector.”
pariwisata Kabupaten Kerinci belum bisa memberi Bahwa alat analisis Location Quotien (LQ) ini
sumbangan yang optimal terhadap PAD karena digunakan untuk mengidentifikasi sektor ekonomi
pariwisata belum bisa menjadi sumber terbesar yang menjadi sektor basis dalam perekonomian,
terhadap PAD. Selanjutnya penelitian tentang sektor dengan cara membandingkan pendapatan tenaga
pariwisata di Kabupaten Kerinci juga dilakukan oleh kerja suatu sektor ekonomi yang ada di suatu daerah
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 57
regional (disebut daerah bawah) dengan daerah
nasional (disebut daerah atas). ................................................(2)
Berdasarkan penjelasan tersebut analisis
Location Quotient (LQ) merupakan teknik analisis
dalam perencanaan pembangunan yang digunakan
untuk mengalisis sektor unggulan atau sektor basis di mana:
dalam perekonomian suatu daerah, dengan cara IPPSij: indeks potensi perkembangan sektor i di
mengukur konsentrasi suatu ekonomi dalam suatu daerah j
daerah yaitu membandingkan peranan sektor IPPSi: indeks potensi perkembangan sektor i di
tersebut dalam perekonomian daerah, dalam hal wilayah referensi
ini daerah Kabupaten Kerinci dengan sektor sejenis gij : laju pertumbuhan sektor i di daerah j
dalam perekonomian Provinsi Jambi. Adapun rumus Gi : laju pertumbuhan i di wilayah referensi
yang digunakan adalah sebagai berikut: gj : rata-rata laju pertumbuhan di daerah j
G : rata-rata laju pertumbuhan di wilayah referensi
Jika DLQ = 1, berarti laju pertumbuhan sektor i
......................................(1) terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah Kabupaten
Kerinci sebanding dengan laju pertumbuhan sektor
tersebut pada PDRB Provinsi Jambi. Jika DLQ < 1,
artinya proporsi laju pertumbuhan sektor i terhadap
di mana: laju pertumbuhan PDRB derah Kabupaten Kerinci
LQ: koefisien Location Quotient t lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan sektor
PDRB Sektor i: PDRB menurut sektor ekonomi yang sama dengan PDRB Provinsi Jambi. Sebaliknya,
∑PDRB: PDRB Total jika DLQ > 1, berarti proporsi laju pertumbuhan
Adapun klasifikasi LQ pendekatan PDRB adalah sektor i terhadap laju pertumbuhan PDRB daerah
jika LQ > 1 merupakan sektor basis dan kemampuan Kabupaten Kerinci lebih cepat dibandingkan dengan
PDRB sektor tersebut di Kabupaten Kerinci lebih sektor yang sama pada PDRB Provinsi Jambi. Kalau
besar dibandingkan sektor sejenis di Provinsi Jambi. keadaan masih tetap sebagaimana adanya saat ini.
Jika LQ = 1 berarti kemampuan PDRB sektor tersebut Maka diharapkan sektor ini menjadi sektor unggulan
di Kabupaten Kerinci Sama dengan sektor sejenis di masa yang akan datang.
Provinsi Jambi. LQ < 1 merupakan sektor nonbasis Secara konsep, konsep pembangunan sektor
dan kemampuan PDRB sektor tersebut di Kabupaten unggulan ini tidak terlepas dari konsep awal
Kerinci lebih kecil dibandingkan sektor sejenis di economic base yang menurut Glasson dalam Kuncoro
tingkat Provinsi Jambi. (2011) membagi konsep dasar basis ekonomi
Selain dari analisis diatas juga akan digunakan membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:
analisis Dynamic Location Quotient (DLQ). Menurut 1) sektor basis, yaitu sektor-sektor yang mengekspor
Kurniawan (2016), Dynamic Location Quotient barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas
(DLQ) prinsipnya sama dengan (LQ), hanya perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas
mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat
dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah yang datang dari luar perbatasan perekonomian
sektor maupun PDRB mempunyai rata-rata laju masyarakat yang bersangkutan; dan 2) sektor bukan
pertumbuhan per tahun sendiri-sendiri selama kurun basis yaitu sektor-sektor yang menjadikan barang-
waktu (0) dan tahun (t). Fajar (2014) menyatakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat
bahwa analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat
adalah modifikasi dari Static Location Quotient bersangkutan. Suharto (2013) mengartikan sektor
(SLQ), dengan mengakomodasikan faktor laju basis adalah sebagai sektor-sektor yang mampu
pertumbuhan nilai tambah bruto dari suatu sektor mendominasi struktur perekonomian suatu daerah
ekonomi dari waktu ke waktu. Perbedaan dari kedua bahkan mampu berperan dalam perekonomian
analisis terlihat dari adanya asumsi perkembangan dengan daerah lainnya, misalnya kemampuan dalam
pertumbuhan dari waktu ke waktu. Hal ini berarti bidang ekspor barang dan jasa maupun tenaga kerja.
berjalannya waktu suatu sektor yang semula Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan
menjadi sektor basis dan nonbasis akan dapat bahwa sektor basis merupakan sektor utama atau
diketahui perkembangannya apakah akan tetap atau sektor unggulan yang harusnya menjadi prioritas
mengalami reposisi nantinya. Adapun rumus yang dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan
digunakan adalah sebagai berikut: suatu daerah karena memiliki peran yang nyata.
58 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65
Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Kerinci ini menunjukkan laju pertumbuhan subsektor
Pada dasarnya sektor-sektor dalam per- tersebut terhadap pertumbuhan PDRB Kabupaten
ekonomian dapat dibagi ke dalam dua sektor besar, Kerinci lebih rendah dibandingkan dengan laju
yaitu sektor basis dan nonbasis Nikijuluw (2013). pertumbuhan sektor yang sama pada PDRB Provinsi
Sektor basis adalah sektor-sektor yang mampu Jambi. Berdasarkan data existing periode tersebut,
memenuhi atau melayani kebutuhan atau pasar di di prediksi subsektor hiburan dan rekreasi tersebut
daerah sendiri, bahkan dapat mengekspor barang dan belum bisa diharapkan untuk menjadi subsektor
jasanya keluar daerah yang besangkutan. Sedangkan basis di masa yang akan datang di Kabupaten Kerinci.
sektor nonbasis adalah sektor-sektor yang hanya Namun dengan memerhatikan nilai analisis
mampu memenuhi atau melayani kebutuhan atau LQ>1 sedangkan nilai analisis DLQ<1. Maka,
pasar daerah sendiri, bahkan harus mengimpor dari subsektor hiburan dan rekreasi menjadi subsektor
luar daerah yang bersangkutan. yang prospektif dikembangkan pada masa yang akan
Berdasarkan perhitungan terhadap nilai tambah datang, apabila didukung kebijakan yang sepenuhnya
ekonomi dalam PDRB Kabupaten Kerinci dan PDRB diarahkan pada subsektor hiburan dan rekreasi.
Provinsi Jambi selama periode tahun 2010 sampai 2014, Dari hasil perhitungan indeks spesialisasi di
diperoleh hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dan Kabupaten Kerinci secara rata-rata sektor pembentuk
Dynamic Location Quotient (DLQ) seperti pada Tabel 6. PDRB nya tidak memliki spesialisasi khusus terhadap
Dari Tabel 6 hasil analisis LQ terhadap sektor yang ada di Provinsi Jambi (Tabel 7). Hal ini
subsektor hiburan dan rekreasi yang nilai LQ terindikasi dari hasil perhitungan bahwa secara rata-
rata-ratanya >1 yaitu dengan rata-rata 3,1236 rata indeks spesialisasi yang ada mendekati nol atau
selama periode 2010-2014. Hal ini membuktikan lebih kecil dari satu.
bahwa subsektor hiburan dan rekreasi merupakan Berdasarkan hasil pengolahan data indeks
subsektor unggulan yang harus dipertahankan spesialisasi subsektor hiburan dan rekreasi di
dan patut dikembangkan di Kabupaten Kerinci. Kabupaten Kerinci di mana subsektor hiburan dan
Dari hasil analisis subsektor hiburan dan rekreasi rekreasi mempunyai nilai indeks spesialisasi tertinggi
selama kurun waktu lima tahun terakhir dapat yaitu sebesar 0,68 pada tahun 2011 sedangkan nilai
dinyatakan sebagai sektor basis atau menjadi indeks spesialisasi terendah yaitu pada tahun 2014
sumber pertumbuhan dan memiliki keunggulan sebesar 0,05.
di Kabupaten Kerinci. Hasilnya selain mampu Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan
memenuhi kebutuhan dalam wilayah, akan tetapi bahwa secara rata-rata nilai indeks spesialisasi
juga dapat di ekspor ke luar wilayah Kabupaten subsektor hiburan dan rekreasi selama 2010-
Kerinci. Tingginya nilai LQ pada sektor jasa-jasa, 2014 di Kabupaten Kerinci < 1 (lebih kecil dari
subsektor hiburan dan rekreasi tidak terlepas dari satu). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak
kontribusi masyarakat dan pemerintah daerah. adanya spesialisasi sektor ekonomi di Kabupaten
Sedangkan hasil analisis DLQ pada Tabel 6 di Kerinci atau dapat juga diartikan bahwa sektor
atas dapat diperhatikan bahwa subsektor hiburan di Kabupaten Kerinci cenderung sama dengan
dan rekreasi menunjukkan DLQ<1 yaitu 0,56. Hal sektor ekonomi di Provinsi Jambi.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Indeks Spesialisasi Kabupaten Kerinci dari Tahun 2010-2014
Selisih per Tahun
Subsektor
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
(R) Hiburan & Rekreasi 0,66223 0,68936 0,69150 0,06428 0,05411 0,4323
Sumber: data diolah, 2016.
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 61
Tabel 8. Kriteria LQ dan DLQ PDRB Subsektor Hiburan dan Tabel 9. Kontribusi dan Persentase Peran Subsektor
Rekreasi Kabupaten Kerinci Pariwisata terhadap PAD Kabupaten Kerinci
Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1 Tahun 2010-2014
Sektor Unggulan Sektor Prospektif Subsektor PAD
LQ > 1 Pariwisata Kabupaten Kerinci % Kriteria
X Data Tahun 2010 -2014 Tahun
PAD Peranan
Rp. Rp.
Sektor Andalan Sektor Kurang Prospektif
LQ < 1 Relatif tidak
X X 2010 134.765.000 29.598.713.208,08 0,46
berperan
Relatif tidak
Berdasarkan hasil analisis LQ, DLQ dan indeks 2011 140.563.000 34.924.903.019,66 0,40
berperan
spesialisasi, apabila dipetakan dengan menggunakan Relatif tidak
2012 264.110.000 32.020.001.879,23 0,82
model 4 kuadran dengan membandingkan kriteria berperan
nilai LQ dan DLQ apabila DLQ > 1 dan LQ > 1 termasuk Relatif tidak
2013 260.136.000 36.470.030.653,34 0,71
berperan
kategori subsektor unggulan. Kemudian kriteria DLQ Relatif tidak
< 1 dan LQ > 1 adalah daerah tersebut termasuk pada 2014 290.262.000 61.548.418.491,91 0,47
berperan
kategori prospektif. Selanjutnya dengan kriteria LQ < Sumber: data diolah, 2016.
1 dan DLQ > 1 maka daerah tersebut masuk kategori
daerah andalan dan kriteria yang terakhir jika LQ < 1 260.136.000,00
Tahun 2013 = X 100% = 0,71%
dan DLQ < 1 maka daerah tersebut termasuk dalam 36.470.030.653.34
kategori kurang prospektif. 290.262.000,00
Dengan menggunakan analisis empat kuadran Tahun 2014 = X 100% = 0,47%
61.548.418.491,91
seperti Tabel 8 dapat dilihat berdasarkan data pada Untuk lebih jelasnya mengenai persentase serta
periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 peranan yang diberikan subsektor hiburan dan rekreasi
subsektor hiburan dan rekreasi tidak berada pada terhadap PAD Kabupaten Kerinci, dapat dilihat dalam
kuadran yang menjadi sektor unggulan, andalan, Tabel 9.
dan kurang prospektif. Tetapi subsektor hiburan dan Dari Tabel 9, maka dapat ditarik kesimpulan
rekreasi merupakan sektor yang prospektif untuk bahwa kontribusi yang diberikan oleh pendapatan
dikembangkan dalam mendukung pembangunan dari pariwisata adalah relatif tidak berperan terhadap
perekonomian dan meningkatkan pendapatan PAD.
daerah Kabupaten Kerinci. Akan tetapi subsektor
Analisis SWOT Pengembangan Subsektor Pariwisata
ini sangat sulit dikembangkan di Kabupaten Kerinci
di Kabupaten Kerinci
karena masih sedikitnya kegiatan ekonomi yang
mendukung dalam bidang tersebut. Untuk itu Pengembangan subsektor pariwisata berdasar-
pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang kan penelitian terdahulu terbukti berpengaruh positif
sepenuhnya diarahkan pada subsektor hiburan pada peluang usaha dan kesempatan kerja. Dengan
dan rekreasi. Berikut gambaran model 4 kuadran adanya kunjungan wisatawan baik wisatawan
tersebut pada Tabel 8. nusantara maupun wisatawan asing ke suatu lokasi
wisata maka akan membuka peluang usaha bagi
masyarakat sekitar kawasan seperti usaha restoran,
Kontribusi Pariwisata terhadap PAD Kabupaten jasa pengangkutan dan lain sebagainya yang menjadi
Kerinci kebutuhan pengunjung. Partisipasi masyarakat
Berdasarkan jumlah wisatawan dan jumlah total merupakan refleksi dari dukungan dalam menyikapi
PAD di Kabupaten Kerinci dari subsektor hiburan dan suatu program. Semakin tinggi dukungan masyarakat
rekreasi secara umum mengalami peningkatan setiap maka akan semakin tinggi partisipasi masyarakat di
tahun. Data PAD Kabupaten Kerinci sejak tahun dalamnya.
2010 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada Pertumbuhan subsektor pariwisata selain
Tabel 9. Selanjutnya dengan menggunakan model membawa dampak positif dari aspek ekonomi juga
perhitungan yang dikemukakan oleh Fuad Bawasir membawa dampak negatif terhadap aspek sosial
(1999:103) dalam Rohman & Syah (2014) digunakan dan lingkungan seperti eksploitasi sumber daya alam
untuk mengukur peranannya, berikut perhitungan: dan objek-objek buatan manusia yang merubah
Tahun 2010 =
134.765.000,00
X 100% = 0,46% kondisi alami dari kawasan wisata. Selain itu dampak
29.598.713.208,08 pariwisata akan memengaruhi kondisi sosial dari
Tahun 2011 =
140.563.000,00
X 100% = 0,40%
masyarakat yang ada karena budaya dan peradaban
34.924.903.019,66 yang datang dari luar daerah.
264.110.000,00 Kebijakan Pemerintah Kabupaten Kerinci akan
Tahun 2012 = X 100% = 0,82%
32.020.001.879,23 dapat menciptakan keberlanjutan apabila dalam
62 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65
kebijakan tersebut tercermin prinsip-prinsip adil tahun 2014 sebagian besar atau 63 persen
dan tidak membeda-bedakan pihak manapun yang bekerja disektor pertanian dan apabila dilihat
berkepentingan dengan kegiatan pariwisata. Adanya dari lama sekolah pendidikannya sampai dengan
keadilan dalam penyusunan kebijaksanaan (prosedural kelas VII SMP pada semester I.
justice), keterlibatan peran dari pemerintah, swasta, 3. Faktor Peluang (opportunities), terdapat banyak
dan masyarakat setempat untuk menciptakan kesempatan dan peluang bagi pengembangan
sinergi, kelenturan (flexibility) dalam artian bersifat pariwisata di Kabupaten Kerinci. Masyarakat
kontekstual dan kondisional, pembangunan berbasis Kerinci banyak yang berada diluar daerah,
partisipasi masyarakat dalam artian pembangunan itu sehingga hal ini menjadi alternatif media promosi
dimaksudkan untuk melayani minat masyarakat yang secara tidak langsung. Selanjutnya sejalan dengan
bekerja dan berdomisili di sekitar lokasi wisata dan pendapat Suarto (2017) bahwa peluang akan
harus berwawasan lingkungan serta terdapat unsur dapat diciptakan apabila adanya kawasan wisata
konservasi untuk mempertahankan nilai estetika dari sehingga menciptakan lapangan kerja baru bagi
lingkungan tersebut. masyarakat setempat seperti berjualan berupa
Dalam pemanfaatan kawasan objek wisata makanan ataupun menawarkan jasa untuk lebih
di Kabupaten Kerinci maka dibutuhkan arahan mengenal kawasan objek wisata selain itu juga bisa
strategi dalam kebijakan pengoptimalan dengan melakukan aktivitas wiraswasta bagi masyarakat
memerhatikan keseluruhan faktor internal dan yang berminat di kawasan objek wisata.
eksternal tersebut. Kedua faktor ini merupakan 4. Faktor Ancaman (treaths), dalam pengembangan
penentu dalam analisis SWOT, karena didalamnya kawasan wisata antara lain adalah dari aspek
faktor-faktor strategis internal berupa kekuatan lingkungan dari perilaku yang tidak bertanggung
dan kelemahan serta faktor-faktor eksternal berupa jawab oleh pengunjung atau masyarakat yang
peluang dan ancaman, yang apabila disinergikan dapat memengaruhi pencemaran lingkungan,
akan memberikan arahan, strategi dan program yang adanya pertentangan budaya yang dibawa
baik. Berikut akan diuraikan faktor-faktor internal dari luar terhadap masyarakat Kerinci yang
dan eksternal sebagai dasar dalam analisis SWOT: terkenal masih memegang teguh agama dan
1. Faktor Kekuatan (strength), yang dimiliki Kabupaten adat budaya. Wilayah Kabupaten Kerinci 59,82
Kerinci seperti telah diuraikan pada bagian awal, persen merupakan Kawasan Taman Nasional
yaitu banyaknya tempat/kawasan alam yang Kerinci Seblat (TNKS), hanya 40,18 persen yang
indah dan asri. Kemudian faktor kekuatan merupakan lahan budidaya dan pemukiman.
lain adalah seni dan budaya masyarakat Kondisi tersebut berpotensi menjadi hambatan
yang masih selalu terjaga adat istiadatnya. akan tumpang tindih dalam pemanfaatan lahan
Demikian juga dari pemerintah daerah yang dan pengembangan kawasan.
setiap tahunnya mengadakan festival seni dan
budaya, dalam rangka menarik wisatawan untuk Tabel 10. Matriks SWOT Formula Strategi Kajian
datang dan berkunjung ke Kabupaten Kerinci. Pengembangan Subsektor Pariwisata di
Selain itu dengan memerhatikan besarnya Kabupaten Kerinci
Internal
potensi kepariwisataan, pemerintah daerah Kekuatan/ Kelemahan /
secara bertahap telah berupaya melakukan Eksternal Strength (S) Weaknesses (W)
pembangunan fasilitas sarana dan prasarana Strategi SO Strategi WO
pariwisata sebagaimana tertuang di dalam Pengembangan Pembinaan masyarakat
RPJMD. kawasan yang sadar wisata
berbasis Diversifikasi usaha /
2. Faktor Kelemahan (weaknesses), yang menjadi
partisipasi Menciptakan produk
kendala atau kelemahan dalam pengembangan masyarakat wisata yang bisa
Peluang /
kepariwisataan di Kabupaten Kerinci di antaranya Opportunities menjadi ciri khas
adalah aksesibilitas menuju Kabupaten Kerinci (O) daerah yang berbeda
yang tidak strategis dan relatif sulit dijangkau. dengan daerah lainnya.
Akses ke Kabupaten Kerinci dengan transportasi Menumbuhkan
gerakan sadar wisata
darat dari daerah lain cukup jauh dan tidak “Tradisi Mudik / Pulang
didukung oleh infrastruktur jalan yang baik Kampung”
hanya 21,6 persen kondisi jalan yang baik.
Strategi ST Strategi WT
Sedangkan transportasi udara yang seharusnya Melestarikan Penegakan hukum dan
bisa membuka akses juga tidak didukung oleh Ancaman/
Budaya Lokal Pemanfaatan RUTR
Treaths (T)
kondisi Bandar Udara Depati Parbo yang masih sebagai keunikan Peningkatan promosi
kecil dan terbatas. Masyarakat Kerinci pada wisata dan publikasi
Mardianis dan Hanibal Syartika Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kerinci 63
Analisa strategi terhadap faktor-faktor tersebut khas dari Kota Bengkulu. Selama ini partisipasi
dapat dilihat pada Tabel 10 tentang matrik SWOT. aktif dari masyarakat hanya sebatas penjualan
Dari Tabel 10 dapat dibuat formulasi strategi makanan dan minuman ringan saja. Dengan
yang disusun berdasarkan unsur-unsur kekuatan, adanya pembinaan dari pemerintah diharapkan
kelemahan, peluang dan tantangan. Terdapat 7 kedepannya industri kreatif dibidang pariwisata
(tujuh) strategi kebijakan yang bisa dilakukan dalam dapat meningkat.
rangka pengembangan kawasan wisata di Kabupaten 4. Menumbuhkan Gerakan Sadar Wisata “Tradisi
Kerinci yaitu: Mudik / Pulang Kampung”.
1. Pengembangan Kawasan Berbasis Partisipasi Strategi ini diperlukan supaya masyarakat lokal
Masyarakat. baik yang berada di wilayah Kabupaten Kerinci
Strategi yang dilakukan dengan memberikan maupun masyarakat Kerinci yang berada di
peluang usaha bagi sektor ekonomi masyarakat luar daerah “merantau” mampu dan mau
kecil dan menengah adalah dikarenakan pada membaca setiap peluang di bidang pariwisata
pengembangan kawasan wisata di Kabupaten yang ada dan mampu mengemasnya sehingga
Kerinci mendapat dukungan dari masyarakat mampu menarik wisatawan. Masyarakat yang
dan pemerintah. Di samping itu peluang dari sadar wisata mampu melihat bahwa adanya
pengembangan kawasan wisata cukup bagus pengunjung/wisatawan baik asing maupun
sehingga terjadi peningkatan pendapatan nusantara merupakan sumber penghasilan
masyarakat walaupun peningkatan ini masih bagi mereka melalui usaha-usaha di bidang
belum begitu besar namun hal ini wajar kepariwisataan. Masyarakat lokal hendaknya
mengingat pengembangan kawasan wisata ini mempunyai rasa wisata yang tinggi yang bisa
telah dan masih sedang dilakukan. menarik dan mengajak wisatawan untuk datang
2. Pembinaan Masyarakat yang Sadar Wisata. dan kembali lagi ke lokasi wisata di Kabupaten
Strategi peningkatan kualitas SDM perlu Kerinci.
dilakukan karena jika masyarakat tidak mampu 5. Melestarikan Budaya Lokal sebagai Keunikan
membaca peluang-peluang yang ada di bidang Wisata.
pariwisata maka akan sangat sulit untuk Salah satu dampak negatif yang dapat terjadi
mencapai tujuan pengembangan kawasan wisata dengan adanya pengembangan subsektor
yakni peningkatan pendapatan, penyerapan pariwisata adalah perubahan pola hidup
tenaga kerja dan peningkatan PAD. dan perubahan budaya sehingga di sini
3. Diversifikasi Usaha/Menciptakan Produk Wisata strategi yang dapat dilakukan adalah dengan
yang Bisa Menjadi Ciri Khas Daerah yang Berbeda tetap memelihara kegiatan nilai-nilai lokal
dengan Daerah Lainnya. yang bisa ditumbuhkan dengan koordinasi
Pemerintah hendaknya mampu memfasilititasi di sekolah dan penyuluhan-penyuluhan
masyarakatnya yang masih mempunyai norma yang berlaku di masyarakat. Dengan
keterbelakangan pendidikan untuk mendapatkan tidak bergesernya nilai-nilai agama yang
pelatihan kepariwisataan agar mampu menciptakan berlaku maka meskipun ada pengembangan
diversifikasi usaha. Dengan beragamnya subsektor pariwisata maka dampak negatif
usaha-usaha yang mampu dilakukan oleh dari pengembangan subsektor pariwisata
masyarakat maka akan mampu meningkatkan dapat dihindarkan.
pendapatan masyarakat lokal dan akhirnya Budaya lokal yang tetap terjaga ini juga dapat
akan meningkatkan barang dan jasa dan menjadi keunikan dan daya tarik tersendiri
meningkatkan PAD. bagi wisatawan untuk datang ke Kabupaten
Selanjutnya masyarakat Kabupaten Kerinci Kerinci. Strategi Lain yang perlu dilakukan
harus mampu menciptakan peluang produk- dalam kegiatan pengembangan kawasan
produk yang beragam karena Kabupaten Kerinci wisata yang berdampak pada perubahan
mempunyai potensi dan sumber daya yang lingkungan. Pemerintah hendaknya mampu
melimpah. Pemerintah melalui dinas terkait menanamkan pada masyarakatnya agar
(seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan mencintai lingkungan dengan memberikan
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah) himbauan agar tidak melakukan pengrusakan
mestinya mampu memberikan pelatihan pada lingkungan, menyediakan sarana dan prasarana
masyarakat lokal dalam bentuk pelatihan dan kebersihan sehingga lingkungan yang bersih
pembinaan usaha seperti kelompok usaha dan rapi dapat terjaga yang pada akhirnya
bersama yang mampu menciptakan produk yang memberikan kesan nyaman dan indah pada
berbeda dengan daerah lain yang menjadi ciri wisatawan.
64 Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik (E-ISSN: 2528-4673 P-ISSN: 2086-6313) Vol. 09 No. 1 Juni 2018 hal. 53-65