You are on page 1of 22

DAFTAR ISI

Forum Agribisnis
Volume 8, No. 2 – September 2018

Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan 117 – 136


Ternak di Indonesia Skenario Rute Celukan Bawang-
Tanjung Priok-Cirebon
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, dan Burhanuddin

Analisis Dayasaing Jagung di Wilayah Sentra Produksi 137 – 154


di Indonesia dengan Pendekatan Policy Analysis Matrix
(PAM)
Ni Wayan Surya Darmayanti, Ratna Winandi,
dan Netti Tinaprilla

Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang 155 – 168


Mempengaruhi Pendapatan Pengrajin Gula Aren
di Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
Novia Fitri Yanti Saragih, Suharno, dan Harianto

Analisis Alternatif Strategi Pengembangan Koperasi 169 – 180


Produksi Susu
M Dahri Zikri P, Ono Suparno, dan Tajuddin Bantacu

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani 181 – 198


Jagung serta Efisiensi Teknis di Kabupaten Kupang
Jullyo Gideon Rohi, Ratna Winandi, dan Anna Fariyanti

Faktor - Faktor yang Memengaruhi Harga Saham 199 – 211


Perusahaan Perkebunan di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008-2016
Ifan Rizky Kurniyanto, dan Bayu Krisnamurthi
ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI
KAPAL KHUSUS ANGKUTAN TERNAK DI INDONESIA
SKENARIO RUTE CELUKAN BAWANG-TANJUNG
PRIOK-CIREBON

Titik Triary Wijaksani2, Rita Nurmalina3, dan Burhanuddin3


1, 2, 3)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
1)
titik_mind@yahoo.com

ABSTRACT

Government had made the first livestock vessel investment in Indonesia, namely KM
Camara Nusantara I (KM CN I) which was operationalizing since 2016. The livestock vessel
supported beef cattle distribution from East Nusa Tenggara Province (NTT) to DKI Jakarta
Province by route Tenau-Waingapu-Tanjung Priok-Cirebon. In addition the government
makes another new 5 livestock vessels investment which is one of them planned for beef cattle
distribution from Bali Province by Celukan Bawang Port to DKI Jakarta Province by Tanjung
Priok Port. Livestock vessel investment required high cost up to Rp 58 billion per unit.
Moreover the operational of KM CN I still subsidized by the government. Therefore the
objective of this study is to analyze livestock vessel investment by route scenario Celukan
Bawang-Tanjung Priok-Cirebon on nonfinancial aspect, financial, economic and sensitivity
analyses. Nonfinancial aspect analysis used descriptive method. Financial and economic
analyses used Cost and Benefit Analysis (CBA), with shadow price for economic analysis.
Sensitivity analysis used switching value method. Nonfinancial aspect analysis indicated the
investment feasible. Financial analysis for livestock vessel return scenario to Celukan Bawang
Port without cargo and carrying feed cargo are not feasible (NPV<0). Economic analysis for
return scenario without cargo is not feasible (NPV<0), meanwhile for return scenario by
carrying feed cargo is feasible (NPV>0, B/C Ratio>1, IRR 5.70% higher than discount rate,
and Payback Period 13.84 years). Sensitivity analysis indicated the investment is feasible by
minimum increase in the price of ticket fare 534.56% for return scenario without cargo and
410.12% by carrying feed cargo.

Keywords: Cost and Benefit Analysis (CBA), investment analysis, livestock vessel.

ABSTRAK

Pemerintah melakukan investasi kapal khusus angkutan ternak pertama di Indonesia


dengan nama kapal KM Camara Nusantara I (KM CN I) yang dioperasionalkan pada tahun
2016. Kapal tersebut untuk membantu distribusi ternak sapi dari Provinsi Nusa Tenggara
Timur (NTT) menuju Provinsi DKI Jakarta, yang sebagian besar melalui rute Tenau-
Waingapu-Tanjung Priok-Cirebon. Kemudian pemerintah melakukan penambahan investasi 5
kapal khusus angkutan ternak baru, yang satu diantaranya direncanakan untuk membantu
distribusi ternak sapi dari Provinsi Bali melalui Pelabuhan Celukan Bawang menuju Provinsi
DKI Jakarta melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Investasi kapal khusus angkutan ternak
memerlukan biaya yang besar mencapai Rp 58 milyar per unit. Disamping itu operasional
117
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

kapal KM CN I masih disubsidi pemerintah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
menganalisis kelayakan investasi kapal khusus angkutan ternak dengan skenario rute Celukan
Bawang-Tanjung Priok-Cirebon pada aspek nonfinansial, analisis finansial, ekonomi dan
sensitivitas. Analisis aspek nonfinansial menggunakan metode deskriptif. Analisis finansial
dan ekonomi menggunakan metode Cost and Benefit Analysis (CBA), dengan menggunakan
harga bayangan untuk analisis ekonomi. Analisis sensitivitas menggunakan metode nilai
pengganti. Analisis aspek nonfinansial mengindikasikan bahwa investasi kapal layak
dilakukan. Analisis finansial baik jika kapal balik menuju Celukan Bawang tanpa muatan
maupun membawa muatan pakan tidak layak dilakukan (NPV<0). Analisis ekonomi kapal
balik tanpa muatan juga tidak layak (NPV<0), namun jika membawa muatan pakan maka
layak dilakukan (NPV>0, Rasio B/C>1, IRR 5.70% lebih besar dari discount rate, dan
Payback Periode 13.84 tahun). Analisis sensitivitas menunjukkan investasi kapal layak dengan
harga tiket angkut minimal naik 534.56% jika balik tanpa muatan dan 410.12% jika membawa
muatan pakan.

Kata kunci : Cost and Benefit Analysis (CBA), kapal khusus angkutan ternak, kelayakan
investasi.

PENDAHULUAN

Pemerintah melakukan investasi karkas panas atau hot carcass


kapal khusus angkutan ternak pertama di dibandingkan dengan daging beku.
Indonesia dengan nama kapal KM Disamping itu infrastruktur berupa
Camara Nusantara I (KM CN I) yang sarana dan prasarana pada jalur
dioperasionalkan pada tahun 2016. distribusi antar pulau untuk daging beku
Kapal tersebut untuk membantu di Indonesia masih belum mencukupi.
distribusi ternak sapi dari Provinsi Nusa Oleh karena itu hampir semua pasokan
Tenggara Timur (NTT) menuju Provinsi kebutuhan daging sapi yang berasal dari
DKI Jakarta, yang sebagian besar ternak sapi potong lokal, dilakukan
melalui rute Tenau-Waingapu-Tanjung melalui distribusi ternak hidup.
Priok-Cirebon. Investasi tersebut Distribusi ternak sapi potong antar
dilakukan karena sebelumnya Indonesia pulau memerlukan waktu yang relatif
masih belum memiliki kapal khusus lama karena jaraknya yang jauh. Oleh
angkutan ternak untuk distribusi ternak karena itu perlu dilakukan upaya untuk
sapi potong dari wilayah sentra produksi mencegah kerugian yang diakibatkan
ternak menuju wilayah sentra konsumsi selama proses distribusi. Kerugian
daging sapi, terutama Provinsi DKI tersebut dapat berupa penurunan bobot
Jakarta yang merupakan provinsi yang badan, akibat stress dan terserangnya
sebagian besar kebutuhan konsumsi penyakit maupun berupa kematian
daging sapinya berasal dari propinsi ternak selama perjalanan.
lainnya bahkan berbeda pulau. Stres teerhadap ternak akibat
Kebutuhan investasi kapal khusus transportasi yang menyebabkan
angkutan ternak untuk distribusi ternak penurunan bobot badan dan terserang
sapi potong tersebut, juga disebabkan penyakit tersebut sesuai dengan hasil
oleh preferensi konsumen daging sapi di beberapa penelitian yang mendapatkan,
Indonesia yang masih lebih menyukai bahwa transportasi jarak jauh dalam

118
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

waktu yang lama memberikan dampak terjadinya stres pada ternak melalui
negatif terhadap ternak seperti stres penyediaan sarana transportasi dengan
yang mengakibatkan penurunan bobot investasi kapal khusus angkutan ternak
badan, infeksi penyakit seperti Bovine untuk distribusi antar pulau, yang sesuai
Respiratory Disease/BRD (Warriss et persyaratan kesejahteraan hewan. Hal
al. 1995, Knowles et al. 1999, ini senada dengan Grandin dan Shivley
Arthington et al. 2003, Stanger et al. (2015) yang menyatakan, bahwa
2005, Arthington et al. 2008, Sporer et transportasi merupakan salah satu hal
al. 2008, Adenkola et al. 2011, yang menyebabkan ternak mengalami
Cernicchiaro et al., 2012, Engen et al. stres. Penanganan dengan hati-hati
2014 dan Grigor et al. 2016). ternak dalam melakukan handling dan
Transportasi ternak sapi yang pengekangan termasuk dalam
berdampak kerugian terhadap kesehatan transportasi dengan mengurangi stres
ternak pada saat post transport juga pada ternak dapat memperbaiki
dilaporkan oleh Stanger et al. (2005), produktifitas dan kesejahteraan ternak.
Adenkola et al. (2011), Cernicchiaro et Investasi kapal khusus angkutan
al. (2012) dan Grigor et al. (2016). ternak untuk distribusi ternak sapi
Dampak penyusutan bobot hidup potong antar pulau juga dapat
selama transportasi juga dilaporkan oleh menghemat waktu tempuh. Hal ini dapat
Engen et al. (2014). Persentase memberikan manfaat aspek ekonomi
penurunan bobot badan akibat dari penghematan biaya yang diperlukan
transportasi ternak tersebut beragam dan pencegahan penurunan bobot badan
tergantung lama perjalanan dan hidup ternak akibat stres selama
penanganan ternak selama perjalanan. perjalanan. Penghematan waktu tersebut
Sebelumnya Arthington et al. (2003) sejalan dengan Tsimplokoukou et al.
mendapatkan bahwa dampak terhadap (2012) dan Borjesson et al. (2014)
penurunan bobot hidup ternak sapi menyatakan, bahwa penghematan waktu
akibat 3 hari transportasi sebesar 2 -3%. perjalanan merupakan karakteristik
Warriss et al. (1995) menyatakan bahwa dalam studi transportasi. Hasil penelitian
ternak sapi yang diangkut selama 5 jam Naess et al. (2012) juga menunjukkan
kehilangan 4.6% bobot hidupnya, yang manfaat penghematan waktu perjalanan
ditransportasikan 10 jam kehilangan dengan adanya pembangunan jalan tol
6.5% dan 15 jam kehilangan 7%.. baru di Denmark.
Sedangkan Sporer et al. (2008) Permasalahan yang dihadapi
melaporkan penyusutan bobot hidup dalam distribusi ternak sapi antar pulau
ternak yang ditransportasikan selama 9 di Indonesia yakni belum tersedianya
hari sebesar 10%. kapal khusus angkutan ternak, sehingga
Penanganan ternak sapi potong menggunakan kapal barang. Menurut
yang baik selama perjalanan distribusi Ilham dan Yusdja (2004) serta Winarso
dari wilayah sentra produksi ternak sapi (2014) bahwa pengangkutan ternak sapi
potong menuju wilayah sentra melalui transportasi laut di Indonesia
konsumen daging sapi dapat menekan sebagian besar bukan menggunakan
kerugian penurunan bobot badan dan kapal khusus angkutan ternak, sehingga
kematian ternak selama perjalanan. berdampak terhadap penambahan biaya
Salah satunya dengan mencegah pakan dan tenaga kerja. Hal ini karena

119
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

sebagian besar angkutan ternak sapi hanya dilakukan oleh Provinsi NTT
menggunakan kapal barang dan ternak saja, namun juga oleh provinsi wilayah
sebagai return cargo. Ternak sapi bukan sentra produksi sapi potong lainnya di
merupakan prioritas angkutan sehingga Indonesia. Bali merupakan salah satu
memanfaatkan sisa space return cargo wilayah sentra produksi ternak sapi
yang ada dengan jadwal angkutan kapal potong asli Indonesia dengan nama sapi
yang tidak terjadwal dengan baik. Bali. Ternak sapi Bali lebih disukai
Alternatif angkutan ternak di pelabuhan karena persentase karkasnya yang lebih
yang bukan jalur regular kapal barang, tinggi dan daging sapi Bali dikenal
menggunakan sistem carter kapal yang memiliki kelezatan karena tingkat
harganya lebih mahal dibanding keempukannya dan skor marbling lemak
menggunakan return cargo. Lebih intra murcularnya yang lebih tinggi
lanjut Winarso (2014) menyatakan dibandingkan ternak sapi potong lokal
bahwa meskipun transportasi angkutan Indonesia lainnya. Permintaan pasokan
laut antar pulau di Indonesia terutama ternak sapi Bali juga tinggi baik sebagai
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), bibit, penggemukan, pengembangbiakan
sebenarnya merupakan solusi efektif, maupun untuk ternak potong. Hal ini
akan tetapi belum ditunjang oleh dapat dilihat dengan banyaknya populasi
fasilitas yang memadai, baik sarana ternak sapi Bali hampir di seluruh
kapal angkut maupun sarana yang ada di propinsi di Indonesia. Namun ternak
pelabuhan. sapi Bali yang berada di Pulau Bali
Oleh karena itu, pemerintah memiliki kelebihan secara genetik,
setelah melakukan investasi kapal yakni belum mengalami persilangan
khusus angkutan ternak yang pertama di dengan jenis sapi lainnya. Hal ini karena
Indonesia yakni KM CN I, kemudian Propinsi Bali tidak melakukan
melakukan penambahan investasi 5 pemasukan ternak sapi potong dari
kapal khusus angkutan ternak baru, yang wilayah lainnya untuk melindungi
satu diantaranya direncanakan untuk keaslian genetik sapi Bali sebagai
membantu distribusi ternak sapi dari plasma nutfah Indonesia.
Provinsi Bali melalui Pelabuhan Mengingat investasi kapal khusus
Celukan Bawang menuju Provinsi DKI angkutan ternak memerlukan biaya yang
Jakarta melalui Pelabuhan Tanjung besar mencapai Rp 58 milyar per unit.
Priok. Hal ini mengingat kapal KM CN Disamping itu operasional kapal KM
I baru mengangkut sebagian kecil dari CN I masih disubsidi pemerintah.
pengeluaran ternak sapi potong oleh Berdasarkan hal itu maka penelitian ini
Provinsi NTT, yakni baru sebesar 10 bertujuan menganalisis kelayakan
785 ekor pada tahun 2016 atau 19.17% investasi kapal khusus angkutan ternak
dari total jumlah pengeluaran ternak sapi dengan skenario rute Celukan Bawang-
Provinsi NTT yang mencapai 56.25 ribu Tanjung Priok-Cirebon pada aspek
ekor pada tahun yang sama. nonfinansial, analisis finansial, ekonomi
Selain itu distribusi ternak sapi dan sensitivitas.
potong antar pulau di Indonesia tidak

120
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

METODE PENELITIAN

Penelitian mulai April hingga tingkat pengembalian internal (Internal


September 2017 untuk mengumpulkan Rate of Return) dan Payback Period.
data primer dan sekunder di Provinsi Penghitungan manfaat dan biaya-biaya
DKI Jakarta dan NTT. Data sekunder untuk setiap tahun didiskonto dengan
diperoleh dari literatur dan instansi discount factor (DF) melalui rumus:
terkait yakni Kementerian Pertanian,
Kementerian Perhubungan, dan PT 1
𝐷𝐷𝐷𝐷 =
Pelayaran Nasional Indonesia (PT (1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡
PELNI). Data primer diperoleh dari
wawancara secara mendalam dengan Dimana:
sampel responden yang telah menerima i = tingkat discount rate/DR atau
manfaat investasi kapal khusus angkutan tingkat diskonto
ternak yakni KM CN I, dengan yang ditentukan (%)
penentuan sampel melalui purposive t = tahun saat biaya dikeluarkan atau
sampling. Responden perusahaan manfaat
pengguna kapal khusus angkutan ternak diterima.
dipilih berdasarkan pengiriman ternak
sapi selama tahun 2016 mencapai lebih Nurmalina et al. (2014)
dari atau sama dengan 500 ekor. menjelaskan bahwa penggunaan
Responden perusahaan penerima ternak discount factor erat kaitannya dengan
dipilih perwakilan dari BUMN, BUMD, preferensi waktu atas uang (time
swasta dengan penerimaan ternak preference of money). Sejumlah uang
tertinggi, dan perusahaan milik asosiasi sekarang lebih disukai, daripada
peternak. sejumlah uang yang sama pada tahun
(sekian waktu) mendatang. Jadi agar
Metode Analisis Data seluruh manfaat dan biaya dapat
dibandingkan, kedua komponen tersebut
Analisis Aspek Nonfinansial harus dinilai dengan nilai kini (present
Analisis aspek nonfinansial value).
menggunakan metode deskriptif dengan
menganalisis aspek pasar, teknis, 1. Net Present Value (NPV)
managemen dan hukum, sosial ekonomi NPV atau nilai kini manfaat
dan budaya, serta lingkungan. bersih adalah selisih antara total
present value manfaat dengan total
Analisis Finansial present value biaya atau jumlah
Analisis finansial dilakukan present value dari manfaat bersih
selama umur ekonomis kapal yakni 25 tambahan selama umur bisnis.
tahun. Kriteria kelayakan yang Apabila NPV > 0 menunjukkan,
digunakan untuk analisis finansial yaitu bahwa suatu bisnis layak dilakukan
dengan penghitungan nilai sekarang karena dapat memberikan
bersih (Net Present Value atau NPV), keuntungan atau manfaat. Nilai
rasio kotor manfaat biaya (Gross Benefit perhitungan NPV adalah dalam
Cost Ratio atau Gross B/C Ratio), satuan mata uang (Rp), yang

121
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

dirumuskan secara matematis


sebagai berikut: 3. Internal Rate of Return (IRR)
Besaran perhitungan IRR adalah
𝑛𝑛 𝑛𝑛
𝐵𝐵𝐵𝐵 𝐶𝐶𝐵𝐵 dalam satuan persentase (%). IRR
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = � − �
(1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡 (1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡 adalah tingkat discount rate (DR)
𝑡𝑡=0/1 𝑡𝑡=0/1
𝑛𝑛
𝐵𝐵𝐵𝐵 − 𝐶𝐶𝐵𝐵 yang menghasilkan NPV=0. Apabila
= � nilai IRR>discount rate (DR) atau
(1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡
𝑡𝑡=0/1
opportunity cost of capital,
mengindikasikan bahwa sebuah
Dimana: bisnis dikatakan layak.
Bt = manfaat pada tahun ke t Penghitungan IRR secara matematik
Ct = biaya pada tahun ke t sebagai berikut :
t = tahun kegiatan bisnis, tahun
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁
1
awal 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑖𝑖1 + 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 −𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 × (𝑖𝑖2 −
1 2
bisa tahun 0 atau tahun 1
tergantung
𝑖𝑖1 )
karakteristik bisnisnya
Dimana :
i = tingkat discount rate/DR (%)
1 i1 = discount rate yang
𝑡𝑡 = discount factor (DF) pada menghasilkan
(1+𝑖𝑖)
tahun ke t NPV positif
i2 = discount rate yang
2. Gross Benefit-Cost (B/C) Ratio menghasilkan
Gross B/C Ratio menggambarkan NPV negatif
pengaruh tambahan biaya terhadap NPV 1 = NPV positif
tambahan manfaat yang diterima, NPV 2 = NPV negatif
dengan penghitungan secara
matematis sebagai berikut : 4. Payback Period
Kriteria kelayakan Payback Period
𝑛𝑛 𝐵𝐵𝐵𝐵 digunakan untuk menganalisis
𝐵𝐵 ∑𝑡𝑡=1 (1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡 waktu pengembalian modal
𝐺𝐺𝑃𝑃𝑃𝑃𝐺𝐺𝐺𝐺 =
𝐶𝐶 ∑𝑛𝑛 𝐶𝐶𝐵𝐵 investasi yang diperlukan untuk
𝑡𝑡=1 (1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡
suatu bisnis, dengan penghitungan
Dimana : menggunakan rumus sebagai berikut
Bt = manfaat pada tahun ke t :
Ct = biaya pada tahun ke t
t = tahun kegiatan bisnis, tahun I
awal bisa 𝑁𝑁𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑁𝑁𝑃𝑃𝑃𝑃𝑖𝑖𝑃𝑃𝑃𝑃 =
Ab
tahun 0 atau tahun 1
tergantung karakteristik Dimana:
bisnisnya I = besarnya investasi
n = umur bisnis Ab = manfaat bersih yang diperoleh
i = tingkat DR (%) setiap tahunnya

122
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

Tabel 1 Penghitungan harga bayangan analisis ekonomi


Keterangan Harga private Harga bayangan
(Shadow price)
Harga kapal Harga pengadaan Harga bayangannya sama dengan harga
kapal oleh pasar dengan pertimbangan pengadaan
Kementerian kapal dilakukan melalui tender terbuka,
Perhubungan sehingga harga kapal pada kondisi pasar
persaingan sempurna tanpa intervensi
pemerintah.
Harga upah Harga upah yang 1. Harga bayangan tenaga kerja terdidik
tenaga kerja dibayarkan oleh didekati dengan harga pasar. Biaya
pemerintah kepada tenaga kerja terdidik atau yang
tenaga kerja kapal dianggap memiliki keahlian di negara
khusus angkutan berkembang dianggap dipekerjakan
ternak secara penuh tanpa adanya proyek,
sehingga upah pasaran mereka
dianggap merupakan nilai produksi
marjinalnya dan menjadi nilai
ekonominya (Gittinger 1986).
2. Harga bayangan gaji tenaga kerja tidak
terdidik berdasarkan tingkat
pengangguran di Indonesia.
Harga bahan Harga bahan bakar Harga bayangan bahan bakar menggunakan
bakar yang dibayar oleh harga dasar solar yang tanpa pajak dan
pemerintah untuk subsidi.
pengoperasian kapal
khusus angkutan
ternak.
Harga tiket Harga tiket yang Harga bayangannya adalah harga tiket yang
dibayarkan oleh tidak dipengaruhi oleh kebijakan subsidi
pengguna kapal khusus tiket angkut, karena hal ini dinilai lebih
angkutan ternak mendekati nilai ekonominya.

Analisis Ekonomi dilakukan penyesuaian harga finansial


dengan nilai ekonomi. Penyesuaian
Analisis ekonomi kelayakan kapal harga ini akan tetap menjadi harga pasar
khusus angkutan ternak dilakukan apabila harga pasar merupakan suatu
melalui kriteria kelayakan nilai sekarang perkiraan terbaik dari nilai ekonomi,
bersih (Net Present Value atau NPV), atau menjadi harga bayangan (shadow
rasio kotor manfaat biaya (Gross Benefit price) apabila harga pasar yang tidak
Cost Ratio atau Gross B/C Ratio), mencerminkan nilai ekonomi misalnya
tingkat pengembalian internal (Internal karena adanya kebijaksanaan
Rate of Return atau IRR) dan Payback perdagangan (Gittinger, 1986). Harga
Period. Pada analisis ekonomi bayangan untuk penghitungan kelayakan
123
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

ekonomi investasi sebagaimana pada Asumsi dasar


Tabel 1.
Pada analisis ekonomi dilakukan Pada penelitian ini dilakukan
penyesuaian harga finansial dengan nilai dengan asumsi dasar sebagai berikut :
ekonomi. Penyesuaian harga ini akan 1 Analisis kelayakan dilihat dari sisi
tetap menjadi harga pasar apabila harga investor kapal.
pasar merupakan suatu perkiraan terbaik 2 Perhitungan outflow
dari nilai ekonomi, atau menjadi harga diestimasikan berdasarkan daftar
bayangan (shadow price) apabila harga kuantitas dan harga tahun 2016
pasar yang tidak mencerminkan nilai pada dokumen pemenang tender
ekonomi misalnya karena adanya dan semester 2 tahun 2017 untuk
kebijaksanaan perdagangan (Gittinger, operasionalisasi KM CN I dari PT
1986). Harga bayangan untuk Pelayaran Nasional Indonesia
penghitungan kelayakan ekonomi sebagaimana dapat dilihat pada
investasi sebagaimana pada Tabel 1. Lampiran 1 dan 2, serta
Keputusan Direktur Jenderal
Analisis sensitivitas dengan metode Perhubungan Laut Nomor
nilai pengganti (switching value) UM.008/93/10/DJPL-16 tahun
2016.
Setelah dilakukan analisis 3 Biaya pemeliharaan kapal
finansial dan ekonomi, selanjutnya dihitung berdasarkan biaya
dilakukan analisis sensitivitas dengan pemeliharaan rutin sebesar Rp 1
metode nilai pengganti terhadap harga juta per DWT per tahun.
tiket angkut kapal khusus angkutan 4 Tingkat suku bunga yang
ternak, baik tiket terrnak maupun tiket digunakan merupakan rata-rata
pakan pada skenario kapal balik ke tingkat suku bunga deposito Bank
Pelabuhan Celukan Bawang membawa Indonesia yang berlaku pada
muatan pakan. Menurut Gittinger (1986) tahun 2016 yakni 4.5%. Hal ini
bahwa adalah nilai pengganti (switching karena penghitungan analisis
value) adalah suatu variasi pada analisa kelayakan berdasarkan
sensitivitas. Hal yang sama dijelaskan operasionalisasi kapal KM CN I
oleh Nurmalina et al (2014) bahwa nilai pada tahun 2016.
pengganti atau switching value adalah 5 Nilai sisa pada akhir umur proyek
suatu variasi pada analisis sensitivitas diasumsikan bernilai nol.
untuk mengukur perubahan maksimum 6 Umur investasi ialah 25 tahun,
dari perubahan suatu komponen inflow diambil dari umur ekonomis kapal
atau outflow, yang masih dapat yaitu 25 tahun berdasarkan
ditoleransi agar suatu bisnis masih tetap Peraturan Menteri Perhubungan
layak, dengan penghitungannya No KM 57 Tahun 2006 tentang
mengacu pada berapa besar perubahan Mekanisme penetapan dan
terjadi sampai dengan NPV = 0. formulasi perhitungan tarif
angkutan laut dalam negeri.

124
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial lokal pada tahun yang sama sebanyak
353 ekor yang hanya berasal dari
Analisis aspek nonfinansial dilihat Provinsi NTT. Pada tahun 2016 dengan
dari aspek pasar untuk ternak sapi adanya investasi kapal khusus angkutan
potong di Provinsi DKI Jakarta ternak pertama di Indonesia oleh
menunjukkan potensi yang besar. Hal pemerintah yakni kapal KM CN I,
ini dilihat dari jumlah pemasukan sapi terjadi peningkatan jumlah pemasukan
potong di Provinsi DKI Jakarta yang ternak sapi potong lokal di pasar
terus mengalami peningkatan seperti Provinsi DKI Jakarta melalui Pelabuhan
yang dapat dilihat pada Gambar 2. Tanjung Priok menjadi 10 785 ekor
yang semuanya berasal dari Provinsi
140000 NTT, sedangkan pemasukan ternak sapi
125 365 potong impor dari Australia di
120000 Pelabuhan Tanjung Priok mengalami
98 466
93 232 penurunan menjadi 318 233 ekor.
100000 87 233 Berdasarkan data tersebut masih
terdapat peluang pemasukan ternak sapi
80000 64 422
potong di pasar Provinsi DKI Jakarta
(Ekor) dari wilayah sentra produksi ternak sapi
60000
lainnya disamping dari Provinsi NTT,
yakni Provinsi Bali. Pemasukan ternak
40000
sapi potong dari Provinsi Bali ke pasar
20000
Provinsi DKI Jakarta selama ini masih
menggunakan kapal barang yang masuk
00000 melalui Pelabuhan di Provinsi Jawa
2012 2013 2014 2015 2016 Timur, kemudian dilanjutkan dengan
(Tahun) perjalan menggunakan truk hingga di
kandang pembeli di Provinsi DKI
Gambar 2 Jumlah pemasukan ternak Jakarta dan Jawa Barat.
sapi potong Provinsi Bali merupakan salah
ke Propinsi DKI Jakarta satu wilayah sentra produksi ternak sapi
Sumber: Ditjen PKH (2017) diolah
di Indonesia yang memasok ternak sapi
Disamping itu berdasarkan data
ke beberapa propinsi di Indonesia baik
yang diperoleh dari Badan Karantina
untuk kebutuhan ternak potong di
Pertanian (2017) menunjukkan, bahwa
Rumah Potong Hewan (RPH),
sebagian besar pemasukan ternak sapi
penggemukan, pengembangan budidaya,
potong ke Provinsi DKI Jakarta melalui
maupun ternak bibit. Populasi ternak
Pelabuhan Tanjung Priok sebagian besar
sapi potong di Provinsi Bali terus
masih berasal dari impor, yakni pada
mengalami peningkatan dari tahun 2013
tahun 2015 sebanyak 372 718 ekor
sebanyak 478 146 ekor hingga menjadi
ternak sapi potong impor yang masuk di
546 370 ekor pada tahun 2016 (Ditjen
Pelabuhan Tanjung Priok berasal dari
PKH, 2017). Potensi pasokan ternak
Australia, jauh lebih besar dibandingkan
sapi dari Provinsi Bali untuk propinsi
dengan pemasukan ternak sapi potong
125
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

lainnya juga dapat dilihat dari jumlah terhadap abses yang dialami oleh ternak
pengeluaran ternak sapi potong pada akibat handling ternak yang
tahun 2016 yang mencapai 44 855 ekor. kemungkinan dialami ternak selama
Jumlah pengeluaran ternak sapi potong proses pengangkutan dari tingkat
tersebut merupakan produksi lokal dari peternak ke pengumpul hingga ke
Provinsi Bali sendiri. Hal ini karena pengusaha pengguna kapal. Petugas
Provinsi Bali merupakan salah satu dokter hewan juga memberikan
Provinsi di Indonesia selain Provinsi penambah nafsu makan bagi ternak sapi
NTT dan NTB, yang tidak melakukan potong yang mengalami penurunan
pemasukan ternak sapi dari provinsi nafsu makan akibat stress selama proses
lainnya. Oleh karena itu investasi kapal handling dan pemberian obat kembung
khusus angkutan ternak baru dengan yang juga sering dialami ternak baik
skenario rute Celukan Bawang-Tanjung sebelum proses pemuatan ternak di
Priok-Cirebon layak dilakukan kapal maupun selama perjalanan
berdasarkan potensi pasar. menggunakan kapal khusus angkutan
Aspek teknis untuk kelayakan ternak. Oleh karena itu kelayakan
investasi kapal khusus angkutan ternak investasi kapal khusus angkutan ternak
baru dengan skenario rute Celukan baru dengan skenario rute Celukan
Bawang-Tanjung Priok-Cirebon, Bawang-Tanjung Priok-Cirebon layak
dianalisis berdasarkan kapal khusus dilakukan.
angkutan ternak KM CN I, yang Analisis aspek nonfinansial untuk
merupakan investasi pertama di aspek manajemen dan hukum bagi
Indonesia oleh pemerintah yang telah kelayakan investasi kapal khusus
beroperasional sejak tahun 2016. angkutan ternak baru dengan skenario
Analisis aspek teknis tersebut rute Celukan Bawang-Tanjung Priok-
menunjukkan, bahwa fasilitas kapal Cirebon, dilihat dari aspek manajemen
yang didesain khusus untuk angkutan dan hukum yang telah berjalan bagi
ternak antar pulau dapat memberikan pengoperasian investasi kapal khusus
kenyamanan dan keselamatan ternak di angkutan ternak sebelumnya yakni kapal
kapal selama proses bongkar muat di KM CN I. Berdasarkan analisis aspek
pelabuhan dan selama dalam perjalanan. manajemen dan hukum pada
Disamping itu ternak juga dapat makan pengoperasian kapal KM CN I tersebut
dan minum dengan baik. didapatkan, bahwa instansi yang sangat
Hal tersebut selain didukung oleh berperan adalah Kementerian
fasilitas kapal seperti paddock atau Perhubungan selaku investor kapal
kandang, ventilasi, penutup dek, kamera khusus angkutan ternak, Kementerian
pemantau, gangway, pintu loading dan Pertanian selaku instansi pemerintah
tangga bongkar muat ternak, juga yang mengemban tugas dalam
didukung dengan adanya petugas dokter penyediaan pasokan ternak sapotong
hewan yang bertugas di kapal khusus bagi kebutuhan konsumsi daging sapi di
angkutan ternak. Petugas dokter hewan Indonesia, dan instansi operator kapal
melakukan pengecekan kondisi ternak yang mengoperasikan kapal khusus
yang diangkut dengan kapal khusus angkutan ternak.
angkutan ternak sejak ternak dimuat, Dalam rangka pengoperasian
dengan memberikan penanganan kapal tersebut, maka Kementerian

126
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

Perhubungan selaku investor kapal penerima ternak, mereka senang dengan


menunjuk instansi operator kapal khusus adanya kapal tersebut karena dapat
angkutan ternak, yakni PT PELNI untuk memberikan kepastian jadwal
kapal KM CN I. Instansi operator kapal keberangkatan dan mempercepat lama
bagi kapal khusus angkutan ternak yang perjalanan menuju Provinsi DKI Jakarta
baru juga akan ditunjuk oleh dan Jawa Barat dibandingkan dengan
Kementerian Perhubungan sebagai menggunakan kapal barang.
pemilik kapal. Disamping itu Disamping itu perawat ternak atau
Kementerian Perhubungan juga kleder yang ikut selama perjalanan
menerbitkan penetapan rute pelabuhan distribusi ternak sapi potong dari
yang disinggahi oleh kapal khusus wilayah sentra produksi ternak sapi
angkutan ternak, dan peraturan potong hingga kandang pembeli di
penetapan tarif angkut ternak dan pakan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
untuk setiap trayek dari pelabuhan muat juga merasa lebih senang, jika ternak
menuju pelabuhan bongkar pada rute sapi potong yang dijaganya diangkut
kapal khusus angkutan ternak, serta dengan kapal khusus angkutan ternak.
peraturan subsidi kapal. Hal ini karena fasilitas kapal khusus
Selanjutnya Kementerian angkutan ternak telah memiliki fasilitas
Pertanian cq Direktorat Jenderal kandang yang disesuaikan dengan
Peternakan dan Kesehatan Hewan kapasitas maksimal ternak sapi potong
menerbitkan pedoman pelaksanaan tata yang diangkut, sehingga ternak tidak
niaga ternak melalui moda transportasi berdesakan untuk menghindari
laut untuk membantu kelancaran perkelahian selama dalam perjalanan.
pengoperasian kapal khusus angkutan Selain itu fasilitas gangway yang lebar
ternak, yang mengatur secara detail tata memudahkan para kleder dalam
cara dan persyaratan yang harus memberi pakan dan minum ternak, serta
dipenuhi dalam pemanfaatan kapal oleh berjalan untuk melakukan pemantauan
perusahaan pengguna kapal yang ternak selama perjalanan di setiap
mengirimkan ternak dengan kapal kandang.
khusus angkutan ternak dan perusahaan Kementerian Perhubungan dan
penerima ternak. Berdasarkan Kementerian Pertanian juga menilai
managemen dan penetapan peraturan positif investasi kapal khusus angkutan
tersebut, kapal khusus angkutan ternak ternak baru untuk membantu distribusi
tersebut layak untuk dioperasionalkan. ternak sapi potong dari daerah sentra
Analisis aspek nonfinansial dilihat produksi ternak sapi potong ke sentra
dari aspek sosial kapal khusus angkutan konsumsi daging sapi. Hal ini juga
ternak di Indonesia mendapat tanggapan didukung dengan rata-rata muatan kapal
positif dari masyarakat terutama yang khusus angkutan ternak sebelumnya
menerima manfaat langsung adanya yakni KM CN I yang merupakan
kapal tersebut, yakni perusahaan investasi yang pertama mencapai 98.7%
pengguna kapal, penerima ternak dari kapasitas angkutnya pada tahun
maupun perawat ternak atau kleder. 2016 dan dianggap mencapai muatan
Berdasarkan wawancara dengan maksimal kapal.
responden pengguna kapal khusus Analisis nonfinansial dari aspek
angkutan ternak dan perusahaan ekonomi dilihat berdasarkan

127
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

pengurangan jumlah kerugian pengguna baru dengan skenario rute Celukan


kapal khusus angkutan ternak Bawang-Tanjung Priok-Cirebon
sebelumnya yakni kapal KM CN I, yang dilakukan selama umur ekonomis kapal
menunjukkan adanya penurunan 25 tahun. Penghitungan arus manfaat
kerugian dari penurunan bobot badan dan biaya kapal dihitung berdasarkan
dan jumlah kematian ternak selama berdasarkan daftar kuantitas dan harga
perjalanan. Analisis dari aspek budaya tahun 2016 pada dokumen pemenang
pedagang ternak sapi antar propinsi di tender dan semester 2 tahun 2017 untuk
Propinsi Bali, menunjukkan bahwa operasionalisasi KM CN I dari PT
mereka telah terbiasa melakukan PELNI, serta Keputusan Direktur
pengiriman ternak sapi antar pulau baik Jenderal Perhubungan Laut Nomor
untuk Pulau Jawa maupun pulau lainnya UM.008/93/10/DJPL-16 tahun 2016.
di Indonesia seperti Pulau Sulawesi dan Penghitungan juga mempertimbangkan
Kalimantan untuk tujuan perbedaan jarak tempuh rute kapal KM
pengembangbiakan ternak. Oleh karena CN I untuk Tenau-Waingapu-Tanjung
itu berdasarkan analisis nonfinansial Priok-Cirebon dan skenario rute kapal
dari aspek sosial ekonomi dan budaya, khusus angkutan ternak baru Celukan
investasi kapal khusus angkutan ternak Bawang-Tanjung Priok-Cirebon.
baru dengan skenario rute Celukan Analisis dilakukan terhadap 2
Bawang-Tanjung Priok-Cirebon layak kondisi balik dari Pelabuhan Tanjung
untuk dilakukan. Priok menuju Pelabuhan Celukan
Kelayakan investasi kapal khusus Bawang tanpa muatan dan dengan
angkutan ternak baru dengan skenario membawa muatan pakan. Hal ini
rute Celukan Bawang-Tanjung Priok- mempertimbangkan bahwa pada
Cirebon juga dianalisis dari aspek Peraturan Menteri Perhubungan
lingkungan. Analisis aspek lingkungan Republik Indonesia nomor PM 26
dilihat dari desain kapal yang khusus Tahun 2016 tentang perubahan atas
untuk distribusi ternak antar pulau peraturan Menteri Perhubungan nomor
dengan mempertimbangkan persyaratan PM 182 tahun 2015 tentang tariff
kesejahteraan hewan. Hal ini untuk muatan untuk kegiatan subsidi
mengurangi ternak stres selama pengoperasian kapal ternak, selain
perjalanan. Berdasarkan analisis aspek ditetapkan tariff angkut ternak juga
nonfinansial yang meliputi aspek pasar, ditentukan tariff angkut pakan dari
teknis, menajemen dan hukum, sosial Pelabuhan Tanjung Priok menuju
ekonomi dan budaya, serta lingkungan Pelabuhan di wilayah sentra produksi
menunjukkan, bahwa investasi kapal ternak sapi potong.
khusus angkutan ternak baru dengan Arus manfaat kapal khusus
skenario rute Celukan Bawang-Tanjung angkutan ternak dipengaruhi oleh
Priok-Cirebon layak dilakukan. jumlah muatan, harga tiket angkut dan
jumlah voyage. Kapasitas muatan kapal
menggunakan kapasitas maksimal
Analisis Finansial muatan kapal khusus angkutan ternak
KM CN I yakni 500 ekor. Kapasitas
Analisis kelayakan finansial maksimal kapal untuk muatan pakan
investasi kapal khusus angkutan ternak dihitung berdasarkan estimasi rata-rata

128
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

bobot badan ternak sapi potong yang 58 990 800 000 dan 2 unit masing-
diangkut dari Provinsi Bali 275 kg/ekor, masing bernilai Rp 58 959 959 000.
sehingga total bobot muatan untuk 500 Investasi kapal khusus angkutan ternak
ekor sebesar 137.5 ton. baru dengan skenario rute Celukan
Harga tiket angkut ternak dan Bawang-Tanjung Priok-Cirebon
pakan dihitung berdasarkan estimasi diestimasikan yang sebesar Rp 58 990
harga per Mil Laut terbesar dari harga 800 000.
tiket Tenau-Tanjung Priok dan Biaya tetap kapal khusus
Waingapu-Tanjung Priok yang telah angkutan ternak meliputi biaya gaji,
tercantum pada Peraturan Menteri tunjangan, makanan, air tawar, cucian,
Perhubungan Republik Indonesia air minum ternak, air pembersih kotoran
Nomor PM 26 Tahun 2016. Berdasarkan ternak, obat-obatan ternak, asuransi
penghitungan tersebut didapatkan ternak, asuransi kapal, fumigasi, dan
estimasi harga tiket ternak untuk trayek biaya pemeliharaan kapal. Biaya tetap
Celukan Bawang-Tanjung Priok sebesar untuk kapal balik tanpa muatan dan
Rp 204 000 per ekor dan harga tiket dengan muatan pakan besarnya sama.
pakan trayek Tanjung Priok-Celukan Biaya variabel untuk
Bawang sebesar Rp 184 000 per ton M3. pengoperasian kapal khusus angkutan
Jumlah voyage maksimal untuk ternak meliputi biaya bahan bakar,
kapal khusus angkutan ternak baru minyak pelumas, biaya pemasaran, dan
dengan skenario rute Celukan Bawang- biaya pelabuhan yang terdiri dari biaya
Tanjung Priok-Cirebon yang dapat labuh, biaya tambat, biaya rambu, biaya
dilakukan selama setahun sebanyak 36. pandu serta biaya bongkar muat ternak.
Jumlah voyage tersebut dihitung Pada pengoperasian kapal khusus
berdasarkan estimasi jarak tempuh angkutan ternak berdasarkan Keputusan
kapal, dari Pelabuhan Celukan Bawang Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menuju Pelabuhan Tanjung Priok dan Nomor UM. 008/93/10/DJPL.16 juga
Cirebon hingga kembali sampai ke terdapat komponen biaya operator yang
Pelabuhan Celukan Bawang dan merupakan profit margin bagi instansi
kecepatan rata-rata berdasarkan operator kapal khusus angkutan ternak.
wawancara dengan nakhoda kapal KM
CN I. Berdasarkan hasil analisis
Arus manfaat kapal khusus finansial investasi kapal khusus
angkutan ternak baru dengan skenario angkutan ternak baru dengan skenario
rute Celukan Bawang-Tanjung Priok- rute Celukan Bawang-Tanjung Priok-
Cirebon apabila saat balik dari Cirebon, menunjukkan, bahwa investasi
Pelabuhan Tanjung Priok menuju kapal tidak layak dilihat dari nilai
pelabuhan Pelabuhan Celukan Bawang NPV<0 baik pada saat balik menuju
tanpa muatan sebesar Rp 3.67 milyar per Pelabuhan Celukan Bawang tanpa
tahun, dan meningkat 24.78% apabila muatan maupun dengan membawa
membawa muatan pakan menjadi muatan pakan seperti pada Tabel 2. Hal
sebesar Rp 4.58 milyar per tahun. ini disebabkan oleh biaya investasi kapal
Biaya investasi pengadaan 5 kapal yang tinggi dan penentuan harga tiket
khusus angkutan ternak yang baru terdiri angkut oleh pemerintah rendah
dari 3 unit masing-masing bernilai Rp dibandingkan dengan biaya yang harus

129
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

dikeluarkan untuk operasional kapal. Bali, juga mendapatkan bahwa investasi


Wirasutama et al. (2015) dalam infrastruktur memerlukan biaya yang
penelitiannya terhadap kelayakan besar dan sering tidak memberikan
investasi finansial angkutan di Provinsi tambahan manfaat secara finansial.

Tabel 2 Kelayakan finansial investasi kapal khusus angkutan ternak baru dengan
skenario rute
Celukan Bawang-Tanjung Priok-Cirebon
Pay Back
NPV Rasio IRR
No Muatan kapal Periode
(Rp) B/C (%)
(Tahun)
1 Kapal balik tanpa (291 063 852 394) 0.16 - -
muatan
2 Kapal balik dengan (278 696 829 555) 0.20 - -
muatan pakan

Analisis Ekonomi tersebut, sehingga dapat diketahui


manfaat investasi kapal tersebut
Pada analisis ekonomi kelayakan terhadap masyarakat.
kapal khusus angkutan ternak baru Analisis ekonomi juga dilakukan
dengan skenario rute Celukan Bawang- dalam 2 kondisi muatan kapal balik dari
Tanjung Priok-Cirebon dilakukan Pelabuhan Tanjung Priok menuju
analisis harga private menjadi harga Pelabuhan Celukan Bawang tanpa
bayangan yang menggambarkan nilai muatan dan dengan membawa muatan
ekonomi yang sebenarnya dari barang pakan. Harga bayangan tiket angkut
dan jasa. Hal ini dilakukan untuk lebih ternak dan pakan didekati dari hasil
mencerminkan apa yang sebenarnya analisis nilai harga tiket tanpa pengaruh
diperoleh masyarakat dan kebijakan subsidi tiket seperti dapat
dikorbankannya melalui investasi dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Harga bayangan tiket angkut ternak dan pakan


No Uraian Harga private Harga bayangan
1. Harga tiket angkut ternak
(Rp/ekor) Celukan Bawang- 204 000 1 040 648
Tanjung Priok
2 Harga tiket angkut pakan
(Rp/ ton M3) Tanjung Priok- 184 000 938 623
Celukan Bawang

Harga bayangan untuk biaya Kementerian Perhubungan melalui


investasi kapal didekati dengan harga tender terbuka. Harga bayangan biaya
private. Hal ini dengan tetap pada komponen biaya gaji untuk
mempertimbangkan pengadaan kapal tenaga kerja terdidik didekati dari biaya
khusus angkutan ternak oleh privatenya. Biaya tenaga kerja terdidik

130
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

atau yang dianggap memiliki keahlian di jual eceran jenis BBM tertentu berupa
negara berkembang dianggap minyak solar di titik serah, untuk setiap
dipekerjakan secara penuh tanpa adanya liter ditetapkan dengan formula sesuai
proyek, sehingga upah pasaran mereka dengan harga dasar ditambah Pajak
dianggap merupakan nilai produksi Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
marjinalnya dan menjadi nilai Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
ekonominya (Gittinger 1986). Harga (PBBKB) dikurangi subsidi sebesar Rp
bayangan untuk biaya gaji tenaga kerja 500 yang berlaku sejak tanggal 1 Juli
tidak terdidik didekati berdasarkan 2016. PPN dihitung 10 % dari harga
tingkat pengangguran di Indonesia pada dasar solar dan PBBKB sebesar 5 % dari
tahun 2016 sebesar 5.61 %, sehingga harga dasar solar. Harga private solar
penilaian harga bayangan untuk tenaga yang digunakan dalam penelitian ini
kerja tidak terdidik adalah sebesar 94.39 sebesar Rp 6 500 per liter, sehingga
% dari upah pasarannya. Biaya gaji harga bayangan solar sebesar Rp 6 087
minimal untuk tenaga kerja tidak per liter.
terdidik pada analisis finansial sebesar Investasi kapal khusus angkutan
Rp 3 100 500 per bulan berdasarkan ternak baru dengan skenario rute
UMR DKI Jakarta tahun 2016 sebesar Celukan Bawang-Tanjung Priok-
Rp 3 100 000 per bulan. Oleh karena itu Cirebon berdasarkan hasil analisis
harga bayangan gaji tenaga kerja tidak ekonomi, mengindikasikan tidak layak
terdidik sebesar Rp 2 926 562 per bulan. dilakukan apabila balik dari Pelabuhan
Penghitungan harga bayangan Tanjung Priok menuju Pelabuhan
biaya bahan bakar solar didekati dengan Celukan Bawang tanpa muatan dengan
penghitungan harga solar tanpa subsidi nilai NPV<0. Namun kapal layak secara
serta tanpa Pajak Pertambahan Nilai ekonomi, apabila balik mengangkut
(PPN) dan Pajak Bahan Bakar muatan pakan dengan nilai NPV>0,
Kendaraan Bermotor (PBBKB). Rasio B/C>1, IRR>discount rate.
Berdasarkan Peraturan Menteri Energi Payback Periode 13.84 tahun seperti
dan Sumber Daya Mineral nomor 27 dapat dilihat pada Tabel 4.
tahun 2016, bahwa perhitungan harga

Tabel 4 Kelayakan ekonomi investasi kapal khusus angkutan ternak baru dengan
skenario rute
Celukan Bawang-Tanjung Priok-Cirebon
Pay Back
NPV Rasio IRR
No Muatan kapal Periode
(Rp) B/C (%)
(Tahun)
1 Kapal balik tanpa (56 431 589 781) 0.83 - -
muatan
2 Kapal balik dengan 6 411 741 795 1.02 5.70 13.84
muatan pakan

Berdasarkan hasil analisis muatan pakan, Rasio B/C sebesar 1.02%


ekonomi pada kapal balik membawa yang mengindikasikan bahwa setiap
131
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

biaya satu rupiah yang dikeluarkan transportasi untuk angkutan manusia


dapat memberikan tambahan manfaat maupun angkutan barang. Pangan
secara ekonomi kepada masyarakat merupakan barang kebutuhan manusia
sebesar 1.02%. Investasi kapal khusus yang sangat penting, yang harus
angkutan ternak baru dengan skenario dipenuhi sebagai salah satu aspek dalam
rute Celukan Bawang-Tanjung Priok- hak asasi manusia. Dalam rangka
Cirebon dapat memberikan tambahan pemenuhan pangan tersebut, diperlukan
manfaat ekonomi bagi masyarakat alat transportasi sebagai alat distribusi
hingga discount rate 5.70% bila balik bagi masyarakat. Investasi transportasi
membawa muatan pakan, berdasarkan di berbagai negara berkembang
nilai IRR sebesar 5.70% lebih besar termasuk Indonesia menjadi hal yang
dibandingkan dengan discount rate yang sangat penting. Distribusi ternak sapi
sebesar 4.5%. Jangka waktu antar pulau di Indonesia merupakan
pengembalian modal investasi kapal bila salah satu bentuk distribusi pangan
balik membawa muatan pakan, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi
berdasarkan nilai Pay back Periode daging sapi di wilayah konsumen daging
yakni 13.84 tahun. sapi.
Investasi oleh pemerintah Investasi pelayanan transportasi
terutama pembangunan infrastruktur tersebut juga sejalan dengan Somuyiwa
dengan biaya yang besar, biasanya lebih et al. (2011) yang menyatakan, bahwa
bertujuan untuk dapat memberikan pelayanan transportasi di negara
manfaat bagi kepentingan masyarakat berkembang adalah komponen penting
dibandingkan bagi pemerintah selaku untuk mendukung pembangunan sosial
investor. Hal ini sama dengan dan ekonomi masyarakat, karena akan
Hermawati (2011) dalam analisis mendorong investasi di sektor lainnya
kelayakan pengembangan infrastruktur seperti kesehatan, pendidikan dan
pelabuhan Sumba Tengah yang pertanian.
menunjukkan hasil analisis finansial
yang tidak layak, namun layak dari hasil Analisis Sensitivitas dengan Metode
analisis ekonomi. Nilai Pengganti (Switching Value)
Disamping itu Wirabrata dan terhadap Harga Tiket Angkut Ternak
Silalahi (2012) melaporkan, bahwa dan Pakan
buruknya infrastruktur transportasi
sebagai salah satu faktor yang Analisis nilai pengganti kelayakan
menyebabkan peningkatan biaya investasi kapal khusus angkutan ternak
logistik. Seiring dengan pertumbuhan baru dengan skenario rute Celukan
penduduk dunia, maka investasi Bawang-Tanjung Priok-Cirebon dapat
infrastruktur transportasi menjadi hal dilihat pada pada Tabel 5.
yang sangat dibutuhkan baik

132
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

Tabel 5 Analisis nilai pengganti kelayakan Investasi kapal khusus angkutan ternak
baru dengan skenario
rute Celukan Bawang-Tanjung Priok-Cirebon terhadap harga tiket angkut
ternak dan pakan
Minimal kenaikan harga tiket Minimal kenaikan
angkut ternak (Rp/ekor) harga tiket angkut
pakan kapal balik
No. Trayek Tiket Kapal balik Kapal balik
dengan muatan
dengan muatan dengan muatan
pakan
kosong pakan
(Rp/ton M3)
1. Celukan Bawang- 534.56% atau 410.12% atau
Tanjung Priok Rp 1 090 504 Rp 836 648
2. Tanjung Priok- 410.12% atau
Celukan Bawang Rp 754 623

Investasi kapal khusus angkutan ternak minimal kenaikan harga tiket ternak dan
baru dengan skenario rute Celukan pakan 410.12% atau Rp 836 648 per
Bawang-Tanjung Priok-Cirebon dengan ekor untuk tiket ternak dan Rp 754 623
balik tanpa muatan akan layak, jika per ton M3 untuk tike pakan. Harga tiket
harga tiket ternak minimal naik ternak kapal balik membawa muatan
534.56% atau Rp 1 090 504 per ekor pakan yang semula Rp 204 000 per ekor
sehingga yang semula Rp 204 000 per pada analisis finansial menjadi harus
ekor pada analisis finansial berubah lebih besar dari Rp 1 040 648 per ekor,
menjadi lebih besar dari Rp 1 294 504 dan harga tiket pakan yang semula Rp
per ekor. Sedangkan jika kapal balik 184 000 per ton M3 harus naik menjadi
dengan membawa muatan maka lebih besar dari Rp 938 623 per ton M3.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 2. Berdasarkan analisis finansial


pengusahaan kapal khusus
Berdasarkan analisis aspek angkutan ternak baru dengan
nonfinansial, analisis finansial, ekonomi skenario rute Celukan Bawang-
dan sensitivitas maka disimpulkan Tanjung Priok-Cirebon pada
sebagai berikut: skenario balik dari Tanjung Priok
1. Berdasarkan analisis aspek menuju Celukan Bawang baik
nonfinansial pengusahaan kapal tanpa muatan maupun membawa
khusus angkutan ternak baru muatan pakan secara finansial tidak
dengan skenario rute Celukan layak karena NPV<0.
Bawang-Tanjung Priok-Cirebon 3. Berdasarkan analisis ekonomi
dilihat dari aspek pasar, teknis, pengusahaan kapal khusus
manajemen dan hukum, sosial angkutan ternak baru dengan
ekonomi dan budaya serta skenario rute Celukan Bawang-
lingkungan layak dilakukan. Tanjung Priok-Cirebon, jika balik

133
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

dari Tanjung Priok menuju Celukan


Bawang tanpa muatan tidak layak Saran
karena NPV<0. Namun apabila
kapal balik membawa muatan 1. Kapal khusus angkutan ternak baru
pakan secara ekonomi layak dengan skenario rute Celukan
dilakukan dengan NPV>0, Rasio Bawang-Tanjung Priok-Cirebon,
B/C>1, IRR>discount rate, dan perlu dioptimalkan operasionalnya
Payback Period 13.84 tahun. untuk mengangkut barang
4. Berdasarkan analisis sensitivitas keperluan Provinsi Bali terutama
pengusahaan kapal khusus pakan olahan, yang dapat dipasok
angkutan ternak baru dengan Provinsi DKI Jakarta dan Jawa
skenario rute Celukan Bawang- Barat melalui Pelabuhan Tanjung
Tanjung Priok-Cirebon akan layak Priok.
dengan minimal kenaikan harga 2. Pemerintah perlu
tiket angkut naik 534.56% jika mempertimbangkan kembali
balik menuju Pelabuhan Celukan penetapan besarnya subsidi tarif
Bawang tanpa muatan dan 410.12% angkut kapal agar mengurangi
jika membawa muatan pakan. beban finansial pengoperasian
kapal.

DAFTAR PUSTAKA

Arthington JD, Eicher SD, Kunkle WE, Martin FG. 2003. Effect of transportation and
commingling on the acute-phase protein response, growth, and feed intake of
newly weaned beef calves. Journal of Animal Science. 81:1120–1125.
Arthington JD, Qiu X, Cooke RF, Vendramini JMB, Araujo DB, Chase CC Jr.,
Coleman SW. 2008. Effects of preshipping management on measures of stress
and performance of beef steers during feedlot receiving. Journal of Animal
Science. 86:2016-2023.
Adenkola AY, Ayo JO, Sackey AKB, Adelaiye AB. 2011. Eight hours road
transportation and ascorbic acid administration effects on haematological
parameters of pigs during the harmattan season. Agriculture and Biology Journal
of North America. 2(8): 1143-1150.
Badan Karantina Pertanian. 2017. Rekapitulasi Data Jumlah Ternak Sapi Lokal dan
Impor Masuk ke BBKP Tanjung Priok (Jakarta), BBKP Soekarno Hatta
(Jakarta/Banten), SKP Kelas I Bandung (Jawa Barat) dan BKP Kelas II Cilegon
(Banten) Tahun 2015-2016. Jakarta (ID): Badan Karantina Pertanian.
Borjesson M, Eliasson J, and Lundberg M. 2014. Is CBA ranking of transport
investments robust?. Journal of Transport Economics and Policy. 48(2):189–
204.
Cernicchiaro N, White BJ, Renter DG, Babcock AH, Kelly L, Slattery R. 2012.
Associations between the distance traveled from sale barns to commercial
feedlots in the United States and overall performance, risk of respiratory disease,

134
Analisis Kelayakan Investasi Kapal Khusus Angkutan Ternak di Indonesia …

and cumulative mortality in feeder cattle during 1997 to 2009. Journal of Animal
Science. 90:1929–1939. doi:10.2527/jaS4011-4599.
[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Statistik
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan.
[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Pedoman
pelaksanaan tata niaga ternak melalui moda transportasi laut tahun 2016. Jakarta
(ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. 2016. Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor UM.008/93/10/DJPL.16 Tahun 2016. Jakarta (ID):
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Engen NKV, Stock ML, Engelken T, Vann RC, Wulf LW, Karriker LA, Busby WD,
Lakritz J, Carpenter AJ, Bradford BJ et al. 2014. Impact of oral meloxicam on
circulating physiological biomarkers of stress and inflammation in beef steers
after long-distance transportation. Journal of Animal Science. 92:498–510.
Gittinger J P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI
Press.
Grandin T, Shivley C. 2015. How farm animals react and perceive stressful situations
such as handling, restraint, and transport. Animals. 5:1233-1251.
doi:10.3390/ani5040409.
Grigor PN, Cockram MS, Steele WB, Le Sueur CJ. 2016. Effects of space allowance
during transport and duration of mid-journey lairage period on the physiological,
behavioural and immunological responses of young calves during and after
transport. Journal of Animal Science. 73(2):341-360.
Hermawati. 2011. Analisis kelayakan finansial dan ekonomi terhadap pelabuhan
Sumba Tengah. Jurnal Konstruksia. 3(1).
Ilham N, Yusdja Y. 2004. Sistem transportasi perdagangan ternak sapi dan implikasi
kebijakan di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. 2(1):37-53.
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 26 Tahun 2016. Jakarta (ID): Kementerian
Perhubungan Republik Indonesia.
Knowles TG, Warriss PD, Brown SN, Edwards JE. 1999. Effects on cattle of transport
by road for up to 31 hours. The Veterinary Record. 145(20): 575-582.
Naess P, Nocolaisen MS, Strand A. 2012. Traffic forecasts ignoring induced demand:
a shaky fundament for Cost-Benefit Analyses. European Journal of Transport
and Infrastructure Research. 12(3):291-309.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): IPB
Press.
Somuyiwa AO, Oyesiku OO, Dosunmu VA. 2011. Transport and logistics research
and its impact on capacity building of local institutions in Nigeria. American
Journal of Scientific and Industrial Reasearch. 2(4): 559-566.
Sporer KRB, Weber PSD, Burton JL, Earley B, Crowe MA. 2008. Transportation of
young beef bulls alters circulating physiological parameters that may be effective
biomarkers of stress. Journal of Animal Science. 86:1325–1334.
doi:10.2527/jas.2007-0762.

135
Titik Triary Wijaksani, Rita Nurmalina, Burhanuddin

Stanger KJ, Ketheesan N, Parker AJ, Coleman CJ, Lazzaroni SM, Fitzpatrick LA.
2005. The effect of transportation on the immune status of Bos Indicus steers.
Journal of Animal Science. 83(11): 2632-2636.
Tsimplokoukou K, Sfakianaki E, Metaxas G. 2012. A feasibility study approach for
underground railways - a case study: line 4 of Athens metro. Global Journal of
Engineering Education. 14(1).
Warriss PD, Brown SN, Knowles TG, Kestin SC, Edwards JE, Dolan SK, Phillips AJ.
1995. Effects on cattle of transport by road for up to 15 hours. Journal of The
Veterinary Record. 136(13):319-313.
Winarso B. 2014. Peran angkutan laut dalam meningkatkan distribusi ternak sapi
potong dari daerah produksi ke wilayah konsumen. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan. 14 (2): 83-96.
Wirabrata A, Silalahi SAF. 2012. Hubungan infrastruktur transportasi dan biaya
logistik. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik. 3(1):79 - 90.
Wirasutama CP, Suthanaya PA, Wedagama DMP. 2015. Analisis kelayakan investasi
angkutan pariwisata di Provinsi Bali. Jurnal Spektran. 3(1).

136

You might also like