You are on page 1of 33

CENTRAL BANK POLICY MIX @Next Level

MEMPERKUAT STRATEGI KEBIJAKAN PEMULIHAN EKONOMI,


MENGAWAL ERA KENORMALAN BARU

Dr. Solikin M. Juhro


Direktur Eksekutif,
Kepala Bank Indonesia Institute

BI INSTITUTE OPEN LECTURE SERIES 29


Jakarta, September 2020
What history tells us about macro-policy strategy? 2

1. Lingkungan strategis berubah semakin cepat, hyper-connected & tantangan berkarakteristik


‘TUNA’ memerlukan strategi kebijakan yang semakin terintegrasi. (STRENGTHENING
COORDINATION).
2. Pengalaman krisis mengajarkan perlunya memperkuat konstruksi kelembagaan & strategi
kebijakan. Penguatan kelembagaan yang inklusif. (RETAINING CREDIBILITY).
3. Di era transformasi digital, untuk mendorong sustainabilitas ekonomi diperlukan penciptaan
sumber-sumber pertumbuhan baru melalui pengembangan inovasi & pemberdayaan ekonomi
berbasis digital. (ENGAGING DIGITALIZATION) ?
2020- …. :
(‘Diminishing globalization-rising
digitalization’, pandemic crisis)
2009-2019: Goal orientation: growth-stability-
inclusive econ recovery, PLUS ……
(Post GFC recovery, global landscape PLUS integrated policy strategy ++
shift)
Balancing act: health & economy,
1990-2008: Goal orientation: growth-stability, Policy Mix 4.0, stronger policy
(Krisis keuangan Asia, ‘Great PLUS strengthening “governance”, coordination & communication,
Moderation’, GFC) building policy credibility, PLUS innovation-creativity based
Macro-risk management economy (digitalization).
1960-1980s: Goal orientation: growth-stability,
PLUS strengthening “governance”, Integrated approach (macro-financial
(Stabilization post war period, building policy credibility linkages), policy mix, crisis Law, policy
financial liberalization) (independence, accountability, coordination & communication
Goal orientation: growth-stability, transparency).
quantity-based approach, Price-based approach, rule-
discretionary policy response constrained discretion policy
response, ITF, policy coordination
institutionalization.
3

Outline

Konsepsi Dasar Kebijakan Ekonomi Makro

Paradigma Baru Kebijakan Bank Sentral


Pasca Krisis

Tantangan Ekonomi Terkini & Bauran


Kebijakan BI – Nasional
Kebijakan Ekonomi Makro
4

Pertumb. output,
pengangguran, inflasi

(Macro Welfare)

PREFERENSI KEBIJAKAN (Bank Sentral)

Fungsi Kerugian “deviasi Inflasi” “deviasi Output”


(Loss Function):
Loss = (inflasi aktual – target inflasi) + (output aktual – kapasitas Output)

Secara matematis:
1

L   p ( t   *) 2   y ( y  y*) 2
2

Pengelolaan Sisi D-S & 5

Koordinasi Kebijakan Ekonomi Makro

AS0
Harga AS1 Kebijakan Ekonomi Makro
(P) Pengelolaan Sisi Penawaran
(Supply Side Management)
- Kebijakan Ekonomi Sektoral
- Kebijakan Struktural (TK, Iptek)
p2
- Pengendalian Inflasi
p1 KOORDINASI (VF, AP)
KEBIJAKAN - Reformasi Struktural
p0 - SSK

Kebijakan Ekonomi Makro


AD2 Pengelolan Sisi Permintaan
AD1 (Demand Side Management)
AD0 - Kebijakan Moneter (suku bunga,
pengendalian JUB/Likuiditas, NT)
- Kebijakan Makroprudensial
y0 y1 y2 Output (Y) - Kebijakan Fiskal
Koordinasi Kebijakan Moneter &Fiskal di Berbagai Negara 6

Sumber: Demid, 2018


Koordinasi Kebijakan Ekonomi Makro vs. Siklus 7

Kegiatan Ekonomi Jk Pendek & Panjang


Medium-Long Term Perspective:
Cyclical Demand Management + Structural Policy/Reform

State of the economy


Structural reform to minimize potential shocks and
enhance economic capacity for sustainable growth
Short Term Perspective:
Cyclical Demand Management Economic capacity
“Innovation-based sources of growth”
Counter-cyclical policy
to manage cyclicality
Bauran Kebijakan (Policy Mix) Bank Indonesia 8

Untuk mencapai tujuan Stabilitas Nilai Rupiah, BI melaksanakan tugas pokok, yakni (i) Menetapkan dan melaksanakan
kebijakan Moneter, (ii) Mengatur dan menjaga kelancaran Sistem Pembayaran, dan (iii) Stabilitas Sistem Keuangan
Ketiga bidang tugas tersebut diintegrasikan dalam suatu strategi “bauran kebijakan” (Policy Mix), agar
pencapaian tujuanBI dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang sustainable.

Keterbukaan & Integrasi Ekonomi

SEKTOR MENJAGA
KEUANGAN STABILITAS
(TERMASUK UMKM) mendukung pertumbuhan
ekonomi yang sustainabel
9

Paradigma Baru Kebijakan Bank Sentral


Pasca Krisis Keuangan Global 2008

9
10
10
Tantangan Perekonomian Periode Krisis:
Macro-Financial Linkages

Stabilitas Makroekonomi Dinamika


(Pertumbuhan dan Inflasi) Lingkungan Global
Keterbukaan
dan Integrasi
Pertumbuhan
Output Dunia
Procyclicality Trade Channel
Sektor Riil
Perilaku Akselerator Inflasi Dunia
Mengambil Keuangan (Harga Komoditas)
Risiko
Sektor Keuangan
Tingkat Suku
Financial Channel Bunga Dunia

Stabilitas Keuangan
(Pertumbuhan Kredit, Harga Aset, Risiko Gagal) Geopolitik
11
11

Mapping Tantangan Kebijakan

2014 – 2015 2012 – 2013


 Pemulihan ekonomi global yang berbeda  Pembalikan modal (krisis Eropa 2012 dan Taper
 Arus modal masuk 2014, arus modal keluar 2015 Tantrum 2013)
 Penurunan harga komoditas  Penurunan harga komoditas
 Perlambatan pertumbuhan PDB  Pertumbuhan PDB tinggi
 Perlambatan pertumbuhan kredit  Pertumbuhan kredit tinggi
 Inflasi tinggi 2014  Inflasi tinggi
 Inflasi Rendah 2015  Defisit transaksi berjalan

2008 – 2009 2010 – 2011


 Resesi global  Pemulihan ekonomi global
 Pembalikan modal  Arus modal masuk
 Penurunan harga komoditas  Peningkatan harga komoditas
 Perlambatan pertumbuhan PDB  Peningkatan pertumbuhan PDB
 Perlambatan pertumbuhan kredit  Pertumbuhan tingkat kredit
 Inflasi rendah  Inflasi rendah
 Surplus transaksi berjalan  Surplus transaksi berjalan
12

Pelajaran dari Krisis Keuangan Global (GFC) 2008/09

• Stabilitas makro tidak akan tercapai tanpa stabilitas sistem keuangan


Sementara stabilitas harga tetap menjadi target utama (primary goal) bank-bank sentral,
krisis global memperlihatkan bahwa menjaga inflasi yang rendah saja, tanpa menjaga
stabilitas sistem keuangan, tidaklah cukup untuk mencapai stabilitas makroekonomi.
• Tantangan yang beragam vs. bauran instrumen kebijakan
Dalam small-open economy, beragam tantangan (eksternal dan internal) dalam pengambilan
kebijakan moneter, sebagai akibat dari dinamika aliran modal asing mengimplikasikan bahwa
otoritas moneter harus menggunakan beragam instrumen secara optimal.
• Kebijakan nilai tukar memainkan peran penting
Dalam small-open economy, dinamika nilai tukar sebagian besar dipengaruhi oleh persepsi risiko
investor. Diperlukan suatu cara pengelolaan nilai tukar dan aliran modal asing, untuk
menghindari volatilitas nilai tukar yang berlebihan.
13
Linkages Stabilitas Moneter & SSK “semakin kuat”

Pascakrisis global kebijakan bank sentral perlu memperhitungkan keterkaitanyang semakin kuat
antara stabilitas moneter, SSK, dan sistem pembayaran. Perlunya koordinasi/bauran kebijakan,
termasuk koordinasi dengan otoritas kebijakan lainnya.

BANK INDONESIA
Pre Global Crisis

Monetary Payment System Banking


– Pre OJK

Policy Policy Policy

Monetary Payment System Systemic Individual Bank


Macro Risk Soundness
Stability Stability Risk (Idiosyncratic Risk)

BANK INDONESIA OJK


Post Global Crisis

Monetary Payment System Macroprudential Microprudential


– Post OJK

Policy Policy Policy Policy

Monetary Payment System Financial Stability Financial Institution


Stability Stability (Systemic Risk) Soundness
”Nothing wrong with ITF. But, it needs enhancement...” 14

Tantangan Paradigma Baru


Struktural Pasca Krisis Global
Kedepan GFC 2008/09 Penguatan Kerangka Kerja
Kebijakan Moneter Baru:
ITF – “Flexible” ITF –
Kerangka kebijakan Bauran Kebijakan Bank Sentral
moneter ITF Pre-GFC (CENTRAL BANK POLICY MIX)
Prinsip dasar: (i) pencapaian sasaran inflasi sbg
overriding objective; (ii) antisipatif; (iii) merujuk pd
Prinsip Dasar:
Kaidah kebijakan (rule) dg ruang diskresi;
(iv) dilaksanakan sec independen, transparan, & akuntabel 1. Pencapaian target inflasi sebagai tujuan
utama (overriding) kebijakan moneter
2. Pengelolaan nilai tukar & dinamika aliran
modal asing
Prinsip-prinsip 3. Integrasi kebijakan moneter &
Evaluasi makroprudensial.
Dasar Kebijakan Kinerja ITF
Moneter 4. Penguatan strategi komunikasi kebijakan
5. Penguatan koordinasi kebijakan BI &
Pemerintah
Trilema Kebijakan Moneter dalam Perekonomian Terbuka
15

Bauran instrumen kebijakan merupakan bagian dari strategi penting untuk mengoptimalkan
pengelolaan “trilema” kebijakan moneter dalam “small open economy” ….

Integrasi Kebijakan Moneter & Makroprudensial

Menjaga otonomi kebijakan moneter dalam mencapai


kestabilan harga
• Menetapkan suku bunga kebijakan untuk memberikan sinyal
dan mengelola ekspektasi inflasi;
• Mengoptimalkan instrumen makroprudensial untuk mengelola
likuiditas, mencegah risiko sektor keuangan.

Manajemen Nilai Tukar Manajemen Arus Modal


Menstabilisasi pergerakan nilai tukar sejalan Mengelola dinamika arus modal dalam
dengan fundamentalnya mendukung stabilitas makroekonomi
• Konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi; • Mengutilisasi instrumen makroprudensial untuk
• Intervensi nilai tukar untuk mengurangi volatilitas mengelola pergerakan arus modal dan mencegah
jangka pendek; risiko sektor eksternal;
• Mencari keseimbangan optimal antara menyediakan • Mempromosikan pendalaman keuangan pasar valuta
ruang u/ apresiasi/ depresiasi & mengelola asing;
kecukupan cadev. • Mendukung manajemen cadangan devisa sebagai
bentuk self-insurance
16
Integrasi Kerangka Kerja Kebijakan Moneter & Makroprudensial
Instrumen makroprudensial sebagai pendukung instrumen moneter (complementary) dalam
mencapai stabilitas moneter dan sistem keuangan, bukan sebagai pengganti (substitute).

Mengatasi risiko yg berkaitan Stabilitas Moneter Stabilitas Sistem Keuangan Mengatasi risiko sistem
dengan: keuangan yg disebabkan oleh:
Kebijakan Moneter Kebijakan Makroprudensial (risiko sistemik)
• Pertumbuhan ekonomi (stabilitas harga) • Melemahnya kondisi keuangan
• Inflasi • Ketidakseimbangan keuangan dan
• Current Account Deficit Suku bunga Loan to Value (LTV)
sektoral
• Nilai tukar GWM, etc Countercyclical Capital Buffer etc • Perilaku tidak berhati-hati,dll.

Upswing
Monetary Policy
Macroprudential Policy

Desired economic cycle


Downswing
17
17
Skenario Bauran Kebijakan Bank Sentral

Inflasi
Tinggi
2014 - 2015 2012-2013

Monetary Policy Monetary Policy


STABILITAS MONETER

Macroprudential Policy Macroprudential Policy

2008-2009 2010 - 2011

Monetary Policy Monetary Policy

Infasi Macroprudential Policy Macroprudential Policy


Rendah
Pertumbuhan Pertumbuhan
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
Kredit Rendah Kredit Tinggi
Integrasi Kerangka Kerja Kebijakan Moneter, Makroprudensial, & SP 18

Source: Warjiyo dan Juhro (2012),


Bank Indonesia BSPI 2025
Bauran Kebijakan Bank Sentral
POLICY MIX – “Integrated Policy Framework”
Bauran Kebijakan Bank Sentral diarahkan untuk terus memperkuat stabilitas ekonomi
dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi

KOORDINASI KEBIJAKAN bank sentral dengan kebijakan fiskal dan


reformasi struktural Pemerintah adalah SUFFICIENT untuk mendorong
Kebijakan Bank Sentral pertumbuhan yang tinggi dan inklusif, sambil menjaga stabilitas Kebijakan Fiskal
makroekonomi dan sistem keuangan.
• Menjaga stabilitas harga • Menjaga stabilitas
dan mendukung stabilitas makroekonomi melalui
sistem keuangan Central Bank
Kebijakan Bank Kebijakan Fiskal
defisit fiskal dan utang
Fiscal Policy
Policy publik yang kredibel.
• Bauran suku bunga, nilai Sentral
tukar, pengelolaan aliran • Kebijakan perpajakan
modal, dan kebijakan dan alokasi
Structural
Reformasi pengeluaran produktif
makroprudensial
Reform
Struktural
untuk stimulus
pertumbuhan yang
tinggi dan inklusif.
Reformasi Struktural

• Mencapai pertumbuhan tinggi melalui peningkatan


produktivitas modal, tenaga kerja, dan teknologi.
• Reformasi di bidang infrastruktur, iklim investasi,
perdagangan dan sektor tenaga kerja. Sumber: Warjiyo & Juhro, 2016
Beberapa Format Koordinasi Kebijakan Ekonomi di Indonesia
Koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia (BI), Pemerintah dan otoritas terkait akan terus ditingkatkan
untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong pertumbuhan ...

1 PENGENDALIAN INFLASI
3 STABILITAS SISTEM KEUANGAN 5 EKONOMI & KEUANGAN
DIGITAL

TPI & TPID. Program untuk mengatasi • KSSK. Pencegahan dan penanganan krisis
ketersediaan pasokan, harga  Koordinasi antara BI-OJK
keuangan.
terjangkau, kelancaran distribusi, dan tentang kebijakan
• Harmonisasi kebijakan makroprudensial-
koordinasi yang efektif. keuangan digital dalam
mikroprudensial BI-OJK.
sistem pembayaran dengan
• Koordinasi BI-LPS.
kebijakan keuangan digital
untuk mendorong
intermediasi keuangan.
2 PENINGKATAN STRUKTUR
EKONOMI
4 PENDALAMAN PASAR
 Koordinasi lintas
kementerian dan lembaga
KEUANGAN untuk membangun
Rapat Koordinasi Triwulanan antara ekosistem ekonomi &
Pemerintah Pusat-Daerah dan BI FK-PPK (Forum Koordinasi Pendalaman keuangan digital.
(Rakorpusda) berfokus pada Pasar Keuangan) berfokus pada inovasi
 Pembentukan Komite
peningkatan defisit transaksi berjalan, instrumen pembiayaan ekonomi melalui
Nasional untuk
pembiayaan investasi, terutama pasar keuangan, pengembangan
pengembangan keuangan
infrastruktur, dan pengembangan infrastruktur dan perluasan basis investor,
digital.
ekonomi & keuangan digital. dan harmonisasi peraturan

20
21

Technical Aspect of Implementation


Several aspects that need to be considered to make instrument mix work optimally: (Juhro, 2014):

signals (source of risks) Origin, trigger, built-in period,


necessary to elicit a impact, indicator (prompt, EW).
response
Clear signals, facilitating
public accountability, info
sharing, “balancing act”.

policy Macroprudential policy rule:


response cyclical & cross sectional
communication characteristic risks. Mix policy rule?

Developing theoretical effectiveness and timing of Different lag/frequency


framework. Policy calibration of policy implementation & Timing to activate/end policy
modeling & simulation. measures (pro)cyclicality responses
22

Tantangan Ekonomi Terkini


& Bauran Kebijakan BI dan Nasional
Outlook Pertumbuhan Ekonomi …
Kontraksi Q2-2020, ancaman resesi ekonomi ke depan …

Deepest global recession since World War II

Sumber: Bloomberg Economic Growth Forecast, June 2020

Global recessions compared.


Image: World Bank
How Can It Be ….?
Shocks besar pd ekonomi riil (sisi suplai) yang berpotensi mendistruksi surplus ekonomi …

Awalnya “Suppy shocks”: Feedback loop on demand


- Disrupsi “supply chains” scr global Ÿ- Pekerja yang kehilangan
- Karantina dan social distancing, “The race between S-D shocks” pekerjaan tdk memiliki
menurunkan suplai TK penghasilan yang cukup,
menurunkan konsumsi.
- Permintaan agregat
semakin tertekan.

Materialisasi “demand effects”:


- Ketidakpastian perkembangan
penyakit & kebijakan ekonomi utk Feedback loop on supply
mengatasi dampak. - ŸPerusahaan (terutama
- Pekerja kehilangan penghasilan, yang bergantung cash
khususnya di industri terdampak flow) kekurangan likuiditas
- Tabungan RT utk jaga-jaga naik untuk memenuhi
- Perusahaan berhati-hati dalam komitmen (krn
berinvestasi hingga situasi aman menghadapi permintaan
(juga karrna isu likuiditas) yang lebih rendah).
- Ancaman kebangkrutan.
Sources: Surico & Galeotti (2020)
Some Salient Lessons… “The more decisive and faster a government's distancing policy, the lower the 2525
degree of infection and the smaller the final economic loss. If an economy misses
Short-run trade-off between flattening the the initial policy reaction period, it often faces difficult tradeoffs between
epidemic curve & the size of the recession. pandemic control and economic losses. The speed of policies is more important
than the intensity/policy strength.” (Chen & Spence, July 2020)

Richard Baldwin 26 March 2020 “Stimulating aggregate demand or


providing liquidity to businesses may
“Economic policymakers need to act fast have diminished capacity to restore
and do whatever it takes”. Governments employment when consumer spending
should deploy policies that ‘flatten the is constrained by health concerns. …., it
recession curve’ while avoiding long-lasting may be more fruitful to mitigate
damage to our economies. But it’s not that economic hardship through social
simple. (Baldwin, 2020). insurance”(Chetty et.al, 2020)
Ekspansi fisakal dan pelonggaran moneter terus ditempuh
Beberapa bank sentral menjaga suku bunga rendah & menambah stimulus likuiditas …
Ekspansi fisakal dan pelonggaran moneter terus ditempuh
Perilaku global Q2-2020 menunjukkan peran kuat mobilitas & besaran stimulus fiskal dalam pengaruhi PDB dlm jk pendek…
Koordinasi Kebijakan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional 28
28

UU No. 2 Tahun 2020


Bank Indonesia Pemerintah
Pelonggaran Kebijakan Moneter, Pembelian SBN dari pasar perdana Kebijakan Fiskal: Stimulus Pajak
Makroprudensial, dan Sistem dan Belanja Negara, Investasi
Pembayaran
OJK
• Stabilisasi nilai tukar Rupiah. Pengawasan Mikroprudensial • Belanja Negara: bantuan
Perbankan dan IKNB sosial/subsidi, insentif pajak,
• Penurunan suku bunga.
subsidi bunga, kompensasi
• Penyediaan dana likuiditas, al m/ • Pengawasan dan kesehatan PP 23/ BUMN.
repo SBN, Penurunan GWM. perbankan dan IKNB. 2020
• Pembiayaan: PMN, penempatan
• Pelonggaran kebijakan direvisi
• Kebijakan restrukturisasi kredit dana perbankan, investasi.
makroprudensial. PP
perbankan dan IKNB. • Belanja K/L, pariwisata,
43/2020
• SP Tunai dan Non-Tunai. perumahan, aggregate demand.
POJK Restru Kredit APBN 2020

PP 33/2020 Perbankan Sektor Riil


Fungsi intermediasi dan jasa Pertumbuhan Ekonomi dan
keuangan ke sektor riil Lapangan Kerja
LPS Kredit
Fungsi Penjaminan SImpanan • Intermediasi: mobilisasi dana dan • Permintaan: konsumsi, investasi,
penyaluran kredit ke sektor riil. ekspor, dan impor.
• Penjaminan simpanan perbankan. • Pelaksanaan program • Pengeluaran: produksi dan
• Penyelesaian bank bermasalah. restrukturisasi kredit dunia usaha investasi sektor-sektor ekonomi.
• Repo/penjualan SBN ke BI. (UMKM, Korporasi, Komersial). • Penciptaan lapangan kerja.
• Penempatan dana di bank umum.
Stimulus Kebijakan Bank Indonesia untuk Pemulihan Ekonomi Nasional
Seluruh instrumen kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, yang
terkoordinasi erat dengan Pemerintah dan KSSK, di samping menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan. Bank Indonesia berkomitmen untuk pendanaan APBN melalui pembelian SBN dari pasar perdana
maupun secara langsung. Penyediaan dana likuiditas juga terus dilakukan bagi perbankan untuk kelancaran
program restrukturisasi kredit dan dunia usaha.

Penurunan suku bunga kebijakan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 4 (empat) kali dalam 2020 sebesar
1 100 bps menjadi 4,00%. Keputusan ini sejalan dengan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi, serta dengan
mempertimbangkan rendahnya tekanan inflasi dan relatif stabilnya nilai tukar Rupiah.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar spot, DNDF, dan pembelian SBN dari pasar
2 sekunder, di tengah masih berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Pelonggaran moneter (Quantitative Easing) sebesar Rp662,1 triliun dengan injeksi likuiditas ke perbankan untuk
3 mendukung program pemulihan ekonomi nasional. Perlu percepatan realisasi APBN dan program restrukturisasi kredit.
Penyediaan pendanaan dan berbagi beban untuk pembiayaan APBN guna mendukung program pemulihan ekonomi
4 nasional melalui pembelian SBN dari pasar perdana (SKB 16 April 2020) dan secara langsung (SKB 7 Juli 2020).
Penyediaan pendanaan bagi LPS untuk antisipasi maupun penanganan bank bermasalah melalui mekanisme repo
5 dan/atau pembelian SBN (PP No. 33 Tahun 2020)
Mempercepat digitalisasi sistem pembayaran berdasarkan untuk percepatan implementasi ekonomi dan keuangan
6 digital sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi melalui kolaborasi antara bank dan fintech untuk melebarkan akses
UMKM dan masyarakat kepada layanan ekonomi dan keuangan.

29
Strategi Pemulihan Ekonomi Mengawal Era New Normal… 30
30

Setelah kontraksi Q2-2020, aktivitas ekonomi global terindikasi mulai membaik, Perpres Nomor 82 Tahun 2020:
seiring dengan meningkatkan mobilitas manusia dan dampak stimulus fiskal dan Komite Penanganan Covid-19 dan PEN (Juli
moneter. Pola pemulihan ekonomi diperkirakan berjalan lambat hingga 2021… 2020). INDONESIA Aman, Sehat, Berdaya,
Tumbuh, Bekerja
Penguatan sinergi kebijakan pemulihan ekonomi nasional diperlukan untuk:
(i) pembukaan sektor produktif dan aman, (ii) percepatan realisasi APBN dan
Ratas 24 Agustus 2020:
APBD, (iii) program restrukturisasi kredit & dunia usaha, (iv) stimulus • Strategi menyeimbangkan antara gas dan
moneter & makroprudensial, serta (v) digitalisasi UMKM, ekonomi keuangan rem untuk penanganan COVID-19 &
ekonomi dengan takaran yg tepat.
• Penguatan komunikasi untuk menjaaga
confidence market.
• Untuk mengungkit pemulihan ekonomi,
skema cash transfer, bantuan langsung ke
masyarakat dipercepat. Mendorong
konsumsi domestik plus investasi.

Sidang Kabinet 7 September 2020:


Restart Ekonomi Tergantung Penanganan
Virus Corona
"Jangan sampai urusan kesehatan atau
penanganan Covid ini belum tertangani dengan
baik, kita sudah me-restart di bidang ekonomi.
Ini sangat berbahaya,"
REFLEKSI: Strategi Pengembangan Ekonomi Inklusif di Era New Normal 31

STRATEGI IMPLEMENTASI:
Pandemi
Click tomemperlebar inequality.
edit Master title style Dari aspek 1. “Dynamic optimization” with multiple constraints.
ekonomi (unemployment, income degeneration,
• Penanganan krisis kesehatan dan krisis ekonomi harus
poverty) & sosial (kesehatan, pendidikan, malnutrisi).
berjalan “beriringan” secara optimal. Perlu prioritasisasi
Keterbatasan akses digital juga berpotensi
relatif penanganan kesehatan vs ekonomi. Speed matters.
memperbesar disparitas tersebut.
• Menjaga keseimbangan respons kebijakan, akuntabilitas &
tranparansi, serta efektivitas implementasi. Efektivitas
FOKUS: implementasi suatu kebijakan dipengaruhi oleh kebijakan lain,
1. Pendidikan dan pengembangan modal SDM kecepatan, prosedur dan “mindset” penegakan tata-takelola.
2. Infrastruktur dasar dan pelayanan publik
2. Timing mengatasi “supply- 3. Penguatan kolaborasi dan
(modal kesehatan)
demand racing” penciptaan breakthrough
3. Pemberdayaan ekonomi rakyat (ie. UMKM,
• Merepons tekanan sisi • Mengedepankan cara-cara
start-ups, syaria)
demand dalam jangka pendek, pemulihan yg inovatif guna
4. Faktor teknologi (Inovasi) dan digitalisasi
dengan harapan akan diikuti menciptakan terobosans
5. Aspek kelembagaan & kolaborasi
peningkatan sisi penawaran. • Krisis yang multidimensi yang
• Stimulus fiskal memegang melanda semua daerah, so
New sources of growth: potensi kekayaan Alam peranan penting, next perlu penanganan
(SDA), budaya/values (cultural capital) nusantara, diharapkan stimulus moneter menggunakan pendekatan
penduduk (TK & mkt.size), & bonus demografi dan keuangan akan bekerja yang lebih komprehensif dan
(millennials focus). Basis pemberdayaan ekonomi untuk mengakselerasi kegiatan terkoordinasi (pusat-daerah)
umat (moslem dominance) sektor riil lebih lanjut. dengan optimal.
We’ve Done A Lot …. 32

What’s Next?
Click to edit Master ……
title style

1. Stronger coordination: to continue the right national policy mix (integrated policy
framework) with an appropriate implementation strategy in the field.
Retaining prudent economic policy, credibility is not taken for granted. Is the central
bank the only ‘game in town’? Countercyclical fiscal role?
2. Focus on generating and habituating new sources of growth (‘endowment-based’ –
‘Berdikari’):
- Economic empowerment (SMEs, sharia-based economy), The show must go on ….
- Innovative & creative economy (frugal innovation),
3. Navigating “the 2nd new normal”:
- Higher “expectation” vs. new forms of leadership
and governance; communication in time of crisis
- “Knowledge is King”, accelerating digitalization is a must!
“… sukses suatu bangsa bukan ditentukan oleh kebudayaan, iklim, geografi, tingkat kepatuhan pada kebijakan yang benar,
atau agama…. Namun, ditentukan oleh (baiknya) pengelolaan KELEMBAGAAN ekonomi dan politik…, secara INKLUSIF”
(Acemoglu & Robinson, 2011)

THANK YOU …..

33

You might also like