You are on page 1of 8

ANALISIS HUBUNGAN DUKUNGAN PENGAWAS MINUM OBAT TB-PARU

DENGAN KESEMBUHAN MELALUI STUDI EPIDEMIOLOGI


BERSIFAT ANALITIK

Maharso, Zulfikar, Imam Santoso


Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan kesehatan Lingkungan Banjarbaru
Email : maharsom@gmail.com

Abstract : Analysis Of Relationship Between Supporting The Observer Of Pulmonary Tb


Treatment With Cured By Analitycal Epidemiological Studies. Pulmonary Tuberculosis is a
communicable disease which are virulent and lethal. One of ten latent infections (hidden) will
develop into active disease, which if not treated properly will be fatal for the patient. Most of TB
patients can be recovered, if they meet the applicable provisions of the treatment.
Epidemiological studies about relationship between supporting the observer of pulmonary tb
treatment with cured in Puskesmas Purwodadi I Kabupaten Grobogan, prove not associated
statistically. While in Puskesmas Mangkang Semarang Barat, shows there is significantly
association between supporting the observer of pulmonary tb treatment with cured. The
problem is which one of the finding be able to be the base of decision making in management of
pulmonary TB program nationally. The purpose of this study was getting explanation and base
of decision making, whether the finding in 2 puskesmas which produce different finding be able
to be base of general decision making (inferensial). The epidemiological study used systematic
review methods. Source of research data was from the literature, obtained through the Internet,
relevant research, especially research in Puskesmas Purwodadi I Kabupaten Grobogan dan di
Puskesmas Mangkang Semarang Barat. The result showed that epidemiological study in both
Puskesmas Purwodadi I and Puskesmas Mangkang had some similiarity that were analytical,
used chi–square test, and in the method of sampling (Non Probability). While in other study
method was different, both in study design, number of sample, and the respondent's age
criteria. Finding of epidemiological study in both Puskesmas Purwodadi I and Puskesmas
Mangkang is inferential, so that only are specific site and does not apply to other population.

Keywords : analitycal epidemiology, pulmonary-tb

Abstrak : Analisis Hubungan Dukungan Pengawas Minum Obat TB-Paru dengan


Kesembuhan melalui Studi Epidemiologi Bersifat Analitik. Tuberkulosis paru adalah
penyakit menular yang ganas dan mematikan. Satu dari sepuluh infeksi laten (tersembunyi)
akan berkembang menjadi penyakit aktif, yang jika tidak diobati dengan benar akan berakibat
fatal bagi penderita. Sebagian besar pasien TB dapat disembuhkan, dengan syarat apabila
mereka mematuhi ketentuan yang diberlakukan dalam pengobatan. Studi epidemiologi tentang
hubungan Pengawas Minum Obat dengan kesembuhan Penderita TB paru di Puskesmas
Purwodadi I Kabupaten Grobogan, terbukti secara statistik tidak berhubungan. Sedangkan di
Puskesmas Mangkang Semarang Barat secara statistik justru menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antar dukungan Pengawas Minum Obat dengan kesembuhan pada penderita tb-paru.
Masalahnya adalah menentukan temuan manakah yang dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan dalam pengelolaan program pengobatan tb-paru secara nasional. Tujuan dari studi
ini adalah mendapatkan kejelasan dan dasar pengambilan keputusan apakah temuan studi di 2
puskesmas yang menghasilkan temuan yang berbeda dapat dijadikan dasar pengambilan
keputusan secara general (inferensial). Metode studi epidemiologi ini menggunakan metode
systematic review. Sumber data penelitian ini berasal dari literatur yang diperoleh melalui
internet, penelitian yang relevan, terutama penelitian di Puskesmas Purwodadi I Kabupaten
Grobogan dan di Puskesmas Mangkang Semarang Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
studi epidemiologi baik di Puskesmas Purwodadi I maupun di Puskesmas Mangkang
mempunyai persamaan yaitu sama-sama bersifat analitik, sama-sama menggunakan uji statistik

242
243 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

Chi square, dan dalam hal cara pengambilan sampel (Non Probability). Sedangkan metode sudi
lainnya berbeda, baik dalam hal rancangan studi, besarnya sampel, maupun kriteria umur
responden. Temuan studi epidemiologi di Puskesmas Purwodadi I maupun di Puskesmas
Mangkang bersifat inferensial, sehingga hanya bersifat spesific site dan tidak berlaku pada
populasi lainnya.

Kata Kunci : epidemiologi analitik, tb-paru

PENDAHULUAN akan berkembang menjadi penyakit aktif,


A. Latar Belakang yang jika tidak diobati dengan benar akan
Pada tahun 2000 di seluruh dunia berakibat fatal bagi penderita. Sebagian
diperkirakan muncul lebih dari 10,2 juta besar pasien TB dapat disembuhkan,
penderita baru tb-paru, dan Indonesia dengan syarat apabila mereka mematuhi
menempati peringkat 3 terbesar setelah ketentuan yang diberlakukan dalam
Cina dan India untuk kasus tb-paru. Pada pengobatan.
tahun 2003 WHO melaporkan, bahwa di Pola hubungan exposure faktor risiko
negara maju diperkirakan setiap tahunnya (Dukungan Pengawas Minum Obat) dengan
ditemukan hanya 10–20 kasus baru outcome (kesembuhan) dalam pengobatan
diantara 100.000 penduduk.1) Pada tahun tb-paru memberikan hasil yang berbeda
2011 dalam “Global Tuberculosis Report antara Puskesmas Purwodadi I Kabupaten
2012” WHO memperkirakan bahwa ada 8,7 Grobogan dan Puskesmas Mangkang
juta kasus baru tuberkulosis, 13% Semarang Barat. Dengan demikian
diantaranya merupakan koinfeksi dengan masalahnya dapat dirumuskan dalam suatu
HIV.2). pertanyaan apakah pola hubungan antara
Studi tentang hubungan dukungan faktor risiko dengan outcome terjadi secara
Pengawas Minum Obat dengan kesembuhan kebetulan atau memang berpola tertentu
Penderita TB paru di Puskesmas Purwodadi seperti itu? Temuan penelitian yang
I Kabupaten Grobogan, dengan uji manakah yang dapat dipergunakan sebagai
hubungan mempergunakan chi square, dasar pemberantasan tb-paru secara
diperoleh nilai p lebih besar dari 0,05, yaitu nasional? Bagaimanakah menilai pola
0,773, berarti terbukti secara statistik hubungan tersebut melalui studi
bahwa tidak ada hubungan antara epidemiologi yang bersifat analitik?
dukungan PMO dengan kesembuhan
Penderita TB paru di Puskesmas Purwodadi
I Kabupaten Grobogan 3). Sedangkan METODE PENELITIAN
Puskesmas Mangkang secara statistik justru Studi epidemiologi ini menggunakan
menunjukkan ada hubungan yang signifikan metode systematic review. Sumber data
Pengawas Minum Obat terhadap penelitian ini berasal dari literatur yang
kesembuhan pada penderita TBC di wilayah diperoleh melalui internet, penelitian yang
kerja Puskesmas Mangkang Semarang relevan, terutama penelitian di Puskesmas
Barat, dengan p value 0,002 (p < 0,05),4) Purwodadi I Kabupaten Grobogan dan di
Apabila pembuktian determinan tb- Puskesmas Mangkang Semarang Barat.
paru secara analitik menunjukkan hasil A. Penelitian di Puskesmas Purwodadi I
yang tidak konsisten, maka akan timbul Kabupaten Grobogan 3).
pertanyaan apakah studi epidemiologi a. Jenis penelitian adalah
analitik tidak dapat dipergunakan untuk observasional dengan design atau
menguji determinan terjadinya kasus tb- rancangan kasus-kontrol
paru. Bagaimanakah studi epidemiologi b. Populasi kasus adalah penderita
analitik sebaiknya dilakukan. tuberkulosis paru BTA positif yang
dinyatakan tidak sembuh pada
B. Rumusan Masalah periode Januari 2006–Desember
Tuberkulosis paru adalah penyakit 2007 (27 orang). Sedangkan
menular yang ganas dan mematikan. Satu populasi kendali adalah seluruh
dari sepuluh infeksi laten (tersembunyi) penderita tuberkulosis paru BTA
244 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

positif yang dinyatakan sembuh Penalaran terhadap hubungan faktor-


pada periode Januari 2006– faktor penyebab kejadian ataupun
Desember 2007 di Puskesmas pengaruh tehadap kejadian pada populasi
Purwodadi I sebanyak 34 orang. tertentu dapat mempergunakan suatu studi
c. Sampel kasus adalah penderita yang bersifat deskriptif maupun studi yang
tuberkulosis paru BTA positif yang bersifat analitik. Studi yang bersifat
dinyatakan tidak sembuh yaitu deskriptif menekankan analisis
penderita berusia > 18 tahun, dan ketertarikan pada angka-angka ekstrem
sampel kontrol adalah penderita tetapi tidak melakukan uji statistik,
tuberkulosis paru berusia > 18 sehingga tidak dapat dipastikan apakah
tahun, BTA positif yang dinyatakan pola kejadian tersebut terjadi secara
sembuh. kebetulan atau memang berpola tertentu.
B. Penelitian di Puskesmas Mangkang Sedangkan studi analitik diartikan sebagai
Semarang Barat 4) rancangan studi untuk menguji hubungan,
a. Jenis penelitian adalah umumnya yang diduga atau yang
observasional dengan design atau dihipotesakan mempunyai hubungan sebab
rancangan cross-sectional akibat (Analytic study is a study designd to
b. Populasi dalam penelitian ini adalah exemine association, commonly putative or
penderita TBC yang sudah hypothesized causal relationships) . 5)
menjalani pengobatan TB selama 6 Instrumen untuk menilai hubungan risk
bulan yaitu berjumlah 30 orang di factors dengan outcome dalam studi
wilayah Puskesmas Mangkang. epidemiologi umumnya mempergunakan
c. Teknik sampling dalam penelitian analisis Odds Ratio. Analisis tersebut
ini adalah menggunakan total menggunakan tabel 2 x 2 dengan informasi
sampling yakni sebanyak 30 orang yang dibutuhkan dalam uji statistik
disajikan pada tabel pada gambar 1 berikut
KERANGKA TEORI ini. 6)
C. Epidemiologi analitik

Interprating the Odds Ratio


Do Not Cases Controls
Develop Develop (With (Without
Disease Disease Disease) Disease)
History of
Exposed a b Exposure a b
A B
Not No History
Exposed c d of Exposure c d

Odds that an exposed Odds that a case


Person develops disease was exposed
Odds Ratio = Odds Ratio =
Odds that a non exposed Odds that a control
person develops disease was wexposed
a/b ad a/c ad
Gambar
Odds Ratio =
1. Kriteria dataOdds
c/d
=
bc (sel a, b, c, d) pada
Ratio =
b/d
=
bc

Figur A : OddsStudi Epidemiologi


ratio in a cohort Analitik
study Figur B : Odds ratio in a case-control study
(Gordis, 2, p.147) (Gordis, 2, p.147)

Sesuai dengan konsep pengertian tentang obyek secara utuh dikenal dengan
analitik, yaitu tindakan menjabarkan suatu istilah sintesis. Pada gambar 1 yang
obyek kajian menjadi komponen atau dimaksud bagian-bagian itu adalah data dan
bagian per bagian. Kemudian masing- informasi tentang isi sel ”a”, sel “b”, sel “c”,
masing bagian tersebut dipelajari secara sel “d”. Dengan demikian suatu studi
khusus. Jika informasi yang diperoleh dari epidemiologi dikatakan bersifat analitik,
kajian bagian per bagian tersebut jika memuat informasi tentang “a”, “b”, “c”,
disatukan, maka akan diperoleh informasi dan “d”. Jika studi epidemiologi hanya
yang utuh (menyeluruh) dari obyek kajian mengumpulkan data tentang populasi
tersebut. Tindakan menyatukan informasi (a+b+c+d), atau data sub populasi pajanan
tentang bagian-bagian menjadi informasi (a+b) dan sub populasi bukan pajanan
245 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

(c+d), atau sub populasi kasus (a+c) dan Penyakit tb-paru merupakan salah satu
sub populasi bukan kasus (b+d) dan tidak penyakit berbasis lingkungan, dapat
memiliki data untuk mengisi ke-4 sel ”a”, sel dikelompokkan ke dalam “airborne disease´
“b”, sel “c”, sel “d”, maka studi tersebut tidak karena penularan penyakit ini dapat
termasuk studi yang bersifat analitik. Studi disebarkan melalui unsur lingkungan
yang demikian adalah studi populasi atmosfer melalui mekanisme ðroplet
(karena unit analisisnya populasi) dan studi infection. Simpul pengamatan penyakit
kasus (case series), karena unit analisisnya dalam kajian Epidemiologi Lingkungan
yang mendapat outcome (+) saja. Studi yang dapat dilihat pada gambar 2, sedangkan
demikian termasuk bersifat studi deskriptif, kerangka konsep hubungan keteraturan
meskipun jika mempergunakan instrumen atau kepatuhan minum obat anti
uji statistik. tuberkulosa dengan kesembuhan pasien tb-
paru dapat dilihat pada gambar 3 berikut
D. Faktor Kesembuhan Pengobatan tb- ini.
paru

SIMPUL–B SIMPUL–C
ENVIRONMENT
THE TARGET
(SEBAGAI UMUR, dan FAKTOR
(POPULATION
TRANSMITTER) AT RISK) INTERNAL LAINNYA
Wadah Sumber
Penukaran 9) : SIMPUL–D SIMPUL–D
 Permukiman KASUS/CASES
 Tempat Kerja PASIEN KETERATURAN
 Suspect KONVERSI/
 Tempat rekreasi TB-PARU /KEPATUHAN
 Probable SEMBUH
 Temp d fasil umum KONFIRMASI MINUM OAT
 Cofirmation
AGENT KAUSAL
 Mikro-
SIMPUL–A DUKUNGAN PMO,
organisme
RESOURCE  Bahan kimia dan FAKTOR
(SUMBER  Faktor fisik EKSTERNAL LAINNYA
PENULARAN)
GAMBAR 3. KERANGKA KONSEP HUBUNGAN KETERATURAN MINUM
GAMBAR 2. SIKLUS PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN
OAT DENGAN TINGKAT KONVERSI/KESEMBUHAN TB-PARU

Beberapa faktor yang mempengaruhi ekonomi, tinggal serumah dengan


tingkat kesembuhan pengobatan tb-paru penderita tb, kondisi rumah,
antara lain adalah : keteraturan minum OAT, PMO, dan
1) Faktor internal, antara lain : umur, seterusnya.
jenis kelamin, tingkat pendidikan,
status gizi, kebiasaan merokok, II. HASIL DAN PEMBAHASAN
penyakit penyerta, pengetahuan, A. Hubungan dukungan PMO dengan
dan seterusnya. kesembuhan.
2) Faktor eksternal, antara lain : A. Puskesmas Purwodadi I Kabupaten
lingkungan pekerjaan, status sosial Grobogan

Tabel 3. Tabel Silang Faktor Dukungan PMO Dengan


Kesembuhan TB-paru di Puskesmas Purwodadi I Tahun 2010
DUKUNGAN TIDAK SEMBUH NILAI p=
PMO SEMBUH
Tidak ada 16 14 0,773
Ada 9 11

Hasil uji Chi Square menghasilkan dengan kesembuhan Penderita TB paru


nilai p value = 0,773, dengan demikian di Puskesmas Purwodadi Tahun 2010.
secara statistik terbukti tidak ada Studi epidemiologi di Puskesmas
hubungan antara dukungan PMO Purwodadi diatas merupakan studi
246 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

yang bersifat analitik. Hal itu mengingat sebesar 16 responden, 14 responden, 9


kriteria ketersediaan data sel “a”, sel responden, dan 11 responden.
“b”, sel “c”, dan sel “d” tersedia, yaitu Puskesmas Mangkang Semarang Barat

Tabel 4. Tabel Silang Faktor Dukungan PMO Dengan


Kesembuhan TB-paru di Puskesmas Mangkang Tahun 2012
DUKUNGAN SEMBUH TIDAK SEMBUH NILAI p=
PMO
Aktif 15 3 0,002
Tidak aktif 3 9

Hasil uji Chi Square menghasilkan a. Rancangan studi di Puskesmas


nilai p value = 0,002, dengan demikian Purwodadi 1 (kasus kontrol)
secara statistik terbukti ada hubungan dengan penelitian di Puskesmas
antara dukungan PMO dengan Mangkang (potong lintang).
kesembuhan Penderita TB paru di Analisis hubungan faktor risiko
Puskesmas Purwodadi Tahun 2013. (satu faktor risiko) dengan outcome, atau
Studi epidemiologi di Puskesmas analisis pengaruh variabel bebas terhadap
Mangkang diatas juga merupakan studi veriabel terikat paling ideal jika dilakukan
yang bersifat analitik. Hal itu mengingat dengan rancangan kohort. Sebab kohort
kriteria ketersediaan data sel “a”, sel merupakan suatu metode studi prospektif
“b”, sel “c”, dan sel “d” tersedia, yaitu yang dimulai dari suatu populasi yang
sebesar 15 responden, 3 responden, 3 mungkin terpajan atau tidak terpajan faktor
responden, dan 9 responden. risiko, atau terpajan dengan derajat yang
berbeda dengan faktor yang dihipotesakan
B. Pembahasan mempengaruhi probabilitas kejadian.
A. Komparasi Aspek Penelitian Implikasi dari studi ini memerlukan
Penelitian hubungan keteraturan populasi yang besar, atau waktu yang lama,
minum OAT dengan kesembuhan pasien tb- atau keduanya yaitu populasi besar dan
paru yang dilakukan pada tempat, waktu, lama.10)
metode yang berbeda sangat mungkin akan Sedangkan rancangan potong
menghasilkan temuan yang berbeda pula. lintang seringkali tidak dapat menjelaskan
Komparasi dari penelitian hubungan urutan pajanan (atau tingkat pajanan)
dukungan PMO dengan tingkat kesembuhan faktor risiko terhadap outcome. Diskripsi
tb-paru dari dua studi yang berbeda dapat tentang rancangan kohort digambarkan
dilihat dari beberapa aspek. dengan jelas pada gambar 4 berikut.

D : detection disesase or death

C, D : non case or survivors


cases
ED
C exposed non cases
EC
N
population
ED
C
non cases ED
EC
non exposed non cases
ED

Gambar 4. Bagan alir studi kohort


247 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

b. Sampel di Puskesmas Purwodadi 1 (skala ordinal) yaitu dewasa muda (15-24


(responden berusia > 18 tahun, tahun), menengah (25-49 tahun), dan
kasus 25 orang, dan kontrol 25 dewasa tua (> 50 tahun), ternyata tidak
orang) dengan penelitian di mempunyai hubungan dengan kepatuhan
Puskesmas Mangkang (saturated minum OAT (p = 0,337). 9) Sedangkan
sample 30 orang). kepatuhan minum OAT mempunyai
Analisis dukungan PMO terhadap hubungan yang bermakna dengan
tingkat kesembuhan di Puskesmas kesembuhan tb-paru dengan nilai p = 0,005.
Purwodadi dilakukan terhadap sampel yang Jadi umur responden tidak mempunyai
dicuplik secara purposive atau quota sample, hubungan dengan tingkat kesembuhan tb-
yaitu responden (pasien tb-paru) yang paru. 3)
berrumur > 18 tahun baik sebagai kasus
maupun sebagai kontrol. Sedangkan di B. Metode pembuktian determinan
Puskesmas Mangkang analisis dilakukan (verifikasi)
terhadap seluruh pasen tb-paru (saturated Setiap aktivitas pengukuran akan
sample). Seluruh responden adalah pasien mempunyai 4 peluang hasil, yaitu : 1)
tb-paru yang telah menjalani pengobatan benar dikatakan benar; 2) benar dikatakan
selama 6 bulan. salah; salah dikatakan salah; dan 4) salah
Berdasarkan alasan efisiensi, maka dikatakan benar. Peluang kesalahan selalu
pemilihan sampel kedua jenis penelitian ada, karena secara kodrati tidak mungkin
tersebut diatas tidak dicuplik secara manusia benar 100%. Parameter yang
probability sampling. Oleh sebab itu hasil berkaitan dengan kesalahan pengukuran
temuan kedua penelitian tersebut tidak dikenal dengan akurasi dan presisi. Akurasi
dapat diberlakukan untuk menilai menunjukkan kedekatan nilai hasil
hubungan dukungan PMO dengan pengukuran dengan nilai sebenarnya, dan
kesembuhan tb-paru di Indonesia Presisi menunjukkan tingkat reliabilitas
umumnya dan wilayah puskesmas lainnya. dari data yang diperoleh. 10)
Temuan tersebut hanya berlaku spesifik di Selain hal itu metode pembuktian
tempat dimana dilakukan penelitian, yaitu hubungan atau pengaruh faktor “A”
pasien tb-paru di puskesmas masing- terhadap kejadian “B” menggunakan uji
masing. statistik. Apabila ditemukan adanya hasil uji
Perbedaan temuan penelitian statistik yang tidak sesuai dengan teori
tersebut adalah bahwa penelitian di yang sudah dipercaya secara umum, maka
Puskesmas Purwodadi 1, variabel umur perlu dilakukan verifikasi dan penelusuran
sebagai variabel pengganggu telah metodelogi penelitian untuk menjawab
dikendalikan pada fase perencanaan (yaitu keraguan tentang fenomena tersebut. Hal-
dengan menentukan batas usia > 18 tahun hal yang perlu diperhatikan dalam uji
sebagai anggota responden. Penelitian di statistik, antara lain adalah besar sampel
Puskesmas Mangkang pengaruh atau dan cara pengambilan sampel.
hubungan umur responden (penderita) a. Besar sampel
terhadap tingkat kesembuhan tidak Representasi sampel untuk sebuah
dikendalikan pada tahap rencana, tidak pula populasi merupakan syarat mutlak apabila
dilakukan penilaian tingkat pengaruhnya hasilnya akan diberlakukan secara general
pada tahap uji statistik, dengan demikian (inferensial). Pada dasarnya semakin
tidak dapat dibuktikan ada tidaknya homogen nilai variabel yang diteliti,
hubungan antara umur penderita dengan semakin kecil sampel yang dibutuhkan,
tingkat kesembuhan tb-paru dalam sebaliknya semakin heterogen nilai variabel
pengobatan. Namun demikian ternyata yang diteliti, semakin besar sampel yang
pada penelitian lain terbukti secara statistik dibutuhkan. Di samping keterwakilan
bahwa tidak ada hubungan antara umur populasi (kerepresentatifan), hal lain yang
penderita dengan ketaatan meminum OAT perlu dipertimbangkan dalam menentukan
dan tingkat kesembuhan tb-paru. Penelitian besar sampel adalah keperluan analisis.
di Kota Manado menunjukkan bahwa umur Beberapa analisis atau uji statistik
responden yang dibagi menjadi 3 tingkat
248 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

memerlukan persyaratan besar sampel Mengingat studi yang dilakukan di


minimal tertentu dalam penggunaannya. Puskesmas Purwodadi 1 dan Puskesmas
Banyaknya atau besarnya sampel Mangkang, dilakukan dengan cara
yang diambil menjadi menjadi lebih penting purposive sampling dan cara saturated
jika penelitian menggunakan analisis sampling, maka cara pengambilan sampel
parametrik (kuantitatif), akan tetapi pada kedua studi ini termasuk Non Probability
penelitian yang menggunakan analisis Sampling.
nonparametrik (kualitatif), ukuran sampel
bukan menjadi nomor satu, karena yang KESIMPULAN DAN SARAN
dipentingkan adalah kekayaan informasi. a. Kesimpulan.
Sampel menjadi lebih bermanfaat jika 1. Pola hubungan faktor risiko
bersamanya dilakukan pengumpulan data (=dukungan PMO) dengan outcome
sebanyak-banyaknya variabel atau (=kesembuhan tb-paru) di
informasi. Puskesmas Purwodadi I dan
Ketentuan tentang besarnya sampel Puskesmas Mangkang tidak terjadi
dalam suatu penelitian inferensial secara kebetulan, akan tetapi
bergantung kepada penelitinya dan tujuan berpola secara menetap.
serta rancangan penelitian. Ada yang 2. Temuan studi pada Puskesmas
menyatakan besar sampel cukup 10% saja, Purwodadi I hanya berlaku
ada pula yang menyatakan cukup 30% saja. dilingkungan Puskesmas Purwodadi
Namun demikian apabila peneliti ingin I, dan temuan di Puskesmas
mengetahui besarnya sampel dengan Mangkang hanya berlaku untuk
derajat kepercayaan, presisi, tertentu maka Puskesmas Mangkang saja.
perlu mempergunakan bantuan rumus yang 3. Metodelogi dalam studi tidak
disesuaikan dengan rancangan studinya. mempergunakan kaidah metodelogi
Berbeda rancangan studinya (Cross- inferensial, maka hasilnya tidak
sectional, case control dan Chohort) dapat diberlakukan secara
mempunyai konsekwensi penggunaan inferensial untuk kasus tb-paru
rumus yang berbeda pula.11) Penentuan secara general.
besar sampel yang tidak memperhitungkan 4. Kedua studi tersebut merupakan
nilai alpha ( α ) dan Z, seperti besar sampel studi analitik, akan tetapi
yang ditetapkan dalam kedua penelitian ini mempergunakan metode yang
nampaknya tidak dapat dinilai sebagai berbeda sehingga hasilnyapun
representasi kasus pengobatan tb-paru berbedda.
secara universal, akan tetapi hanya
diberlakukan secara spesifik untuk subyek b. Saran.
penelitian di Puskesmas Purwodadi 1 dan 1. Dengan alasan keyakinan bahwa
Puskesmas Mangkang saja. ”exposure” harus terjadi sebelum
b. Cara pengambilan sampel “outcome”, maka studi yang
Secara umum cara pengambilan mempelajari hubungan faktor-
sampel dibagi menjadi dua, yaitu : 1) faktor risiko (banyak faktor) dengan
Probability/Random Sampling, terdiri dari outcome sebaiknya
Simple Random Sampling, Stratifieed mempergunakan rancangan kasus-
Random Sampling, Cluster Sampling, kontrol. Cohor study menjadi lebih
Systematic Sampling, dan Area Sampling; baik apabila faktor risiko yang
dan 2) Nonprobability/Nonrandom dipelajari tunggal atau satu jenis
Sampling (convenience sampling, purposive saja.
sampling atau judgement dan quota 2. Agar temuan studi epidemiologi
sampling, snowball sampling). Apabila dapat dipergunakan untuk dasar
seluruh anggota populasi dijadikan sampel, pengambilan keputusan secara lebih
misalnya pada Total Sampling atau luas (generalisasi atau inferensial),
Saturated Sampling, maka cara ini termasuk maka metode penelitian sebaiknya
kelompok Non Probability Sampling. mempergunakan kaidah-kaidah
inferensial.
249 Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 12 No. 1 Januari 2015

Jurnal Kedokteran Komunitas dan


Daftar Pustaka : Tropik, Vol.II Nomor 1 Februari 2014,
1) Helda Nurmalasari, Hubungan hal.1-8; 4038-8928-1-PB.pdf
Pelaksanaan Strategi DOTS Dengan 10) Suyatno, Menghitung Akurasi dan
Angka Kesembuhan pada penderita TB- Presisi;
paru di Puskesmas Se Kabupaten http://suyatno.blog.undip.ac.id/catego
Tanah Laut Tahun 2010, Skripsi D-4 ry/mata-kuliah-materi-kuliah/
Epidemiologi Lingkungan, JKL, 11) Ir. Suyatno, MKes,Menghitung Besar
Poltekkes Banjarmasin, 2012, hal.1 Sampel Penelitian Kesehatan
2) Anonim. Available from : http://unud- Masyarakat,
789-830426399-tesis tb, study www.suyatno.blog.undip.ac.id;
casecontrol, pdf.author : IBM, Title : hp.08122815730
Penelitian Epidemiologi Analitik,
diakses 29 September 2014, h.
3) Murtantiningsih, Bambang Wahyono,
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kesembuhan Penderita
Tuberkulosis Paru, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, KEMAS 6 (1) (2010) 44-
50, ISSN 1858-1196,
http://journal.unnes.ac.id/index.php/k
emas , Email:
bambangwahyono@yahoo.com
4) Nuha Muniroh¹, Siti Aisah²,
Mifbakhuddin³, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kesembuhan
Penyakit Tuberculosis (Tbc) Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mangkang
Semarang Barat, ipi98549, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, KEMAS 6 (1)
(2011) 44-50
5) John M.Last, A Dictionary of
Epidemiology, 2nd Ed, Oxford
University Press, 1988
6) Leon Gordis, Epidemiology,
W.B.Saunders Company, Philadelphia,
Pennsylvania, 1996
7) Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan, www.hukumonline.com
8) David G. Kleinbaum, Lawrence L.
Kupper, Epidemiologic Research
Principles And Quantitative Methods,
Hal Morgenstern Van Nostrand
Reinhold Company; New York; 1982,
Chapter 5, p.62-.
9) Priska P. H Kondoy,* Dina V Rombot,†
Henry M.F Palandeng,† Trevino A
Pakasi, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan
Berobat Pasien Tuberkulosis Paru di
Lima Puskesmas di Kota Manado,

You might also like