You are on page 1of 11

Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)

e-ISSN : 2549-0567 (Online)

GAMBARAN SANITASI STASIUN KERETA API KELAS I DAN KELAS II


DI KABUPATEN BANYUWANGI
Overview Of Class I And Class II Train Station Sanitation In Banyuwangi District
Devi Safira Damayanti1, Vidia Nuria Rahman2, Khuliyah Candraning Diyanah3
12
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, PSDKU Universitas
Airlangga Banyuwangi
3
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
*)devisafira2408@gmail.com

ABSTRACT
The train station is the public places that has a high risk of disease transmission, so it is necessary to carry out health
efforts at the train station. This study aims to determine the description of sanitation at class I and class II train stations in
Banyuwangi. This study uses an observational method, namely direct data collection through observation and using
inspection questionnaire sheets that have been made based on regulations related. The inspection questionnaire sheet
consists of 8 variables with each variable having a different weight and score. Data analysis was carried out descriptively
through the frequency distribution. The final score is obtained from the multiplication of weights and scores. After obtaining
the final score, it will be adjusted to the predetermined final score criteria. The total score for the condition of the sanitation
facilities and facilities at the Temuguruh station and the city Banyuwangi station are 4085 and 4250, respectively, meaning
that the Temuguruh station and the city Banyuwangi station are in the good category (76% – 100% of the total score).
Temuguruh Station and Banyuwangi Kota Station, both are in the category of good entertainment. Even though they are
included in the category of good and proper station sanitation, both stations still have components that do not meet the
requirements and improvements are needed

Keywords : Railway station, sanitation, public places

ABSTRAK
Stasiun kereta api adalah salah satu tempat umum yang mempunyai risiko tinggi penularan penyakit sehingga perlu
diadakannya upaya penyehatan pada stasiun kereta api. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sanitasi
pada stasiun kereta api kelas I dan kelas II di Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode obervasional yaitu
pengambian data langsung melalui observasi dan menggunakan lembar kuesioner inspeksi yang telah dibuat
berdasarkan peraturan terkait sanitasi stasiun kereta api. Lembar kuisioner inspeksi terdiri dari 8 variabel dengan setiap
variabel memiliki bobot dan skor yang berbeda. Analisis data dilakukan secara deskriptif melaui distribusi frekuensi. Skor
akhir didapat dari perkalian bobot dan nilai. Setelah didapatkan skor akhir akan disesuian dengan kriteria skor akhir yang
telah ditentukan. Total skor kondisi komponen sarana dan fasilitas sanitasi di stasiun Temuguruh serta stasiun
Banyuwangi kota masing-masing yaitu 4085 dan 4250, artinya bahwa stasiun Temuguruh serta stasiun Banyuwangi kota
telah berada pada kategori baik (76% – 100% dari total skor). Stasiun Temuguruh dan stasiun Banyuwangi Kota,
keduanya masuk dalam kategori santasi baik. Meskipun masuk dalam kategori sanitasi stasiun baik dan layak, namun
kedua stasiun tersebut masih memiliki komponen yang belum memenuhi syarat dan diperlukan adannya peningkatan.

Kata kunci : Stasiun kereta api, sanitasi, tempat umum

PENDAHULUAN disentri, hepatitis A, tifus, polio dan


Sanitasi menjadi hal yang sangat memperbanyak kejadian stunting. Sanitasi
penting dalam penularan berbagai penyakit. turut andil dalam kematian pada populasi
Berkembang biaknya berbagai jenis dunia. Berdasarkan WHO (2019)
penyakit terjadi pada sanitasi lingkungan diperkirakan sebanyak 432.000 kematian
yang buruk. Secara global pada menurut utama populasi dunia diakibatkan sanitasi
WHO (2019) sebesar 55 % populasi global yang buruk (WHO, 2019). Berdasarkan
menggunakan layanan sanitasi yang tidak WHO/UNICEF (2020), sanitasi yang dapat
aman (WHO, 2019). Indonesia menduduki dikekola dengan baik menjadi proiritas
peringkat ke-2 sebagai negara dengan utama untuk meningkatkan kesehatan, gizi
sanitasi terburuk setelah India. Cakupan dan produktivitas masyarakat untuk
sanitasi di Indonesia menurut WHO/UNICEF mencapai target pembangungan
(2020) masih dibawah 90% yakni sebesar berkelanjutan (SDGs) (WHO/UNICEF,
86,5% (WHO/UNICEF, 2020). Menurut 2020).
Marinda dan Ardillah (2019), hal ini menjadi Mengupayaan kondisi sanitasi agar
sangat ironis karena kedudukan Indonesia selalu dalam kondisi baik menjadi cara untuk
di Kawasan Asia Tenggara masih dibawah memutuskan rantai penularan penyakit.
Singapura dan Malaysia yang memiliki Berdasarkan Kemenkes (2018) upaya
cakupan layanan sanitasi diatas tersebut perlu dilakukan pada sanitasi dari
90%(Marinda and Ardillah, 2019). Adanya tempat – tempat umum seperti transportasi,
sanitasi yang buruk meneyebabkan pariwisata dan matra (Kemenkes, 2018).
penularan penyakit seperti kolera, diare, Sanitasi di tempat – tempat umum

41
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

merupakan hal penting yang harus METODE


dilakukan dan diperhatikan dalam Desain, tempat dan waktu
pencegahan penularan penyakit utamanya Penelitian ini merupakan penelitian
pada masa pandemic Covid-19 ini. Pada observasional. Lokasi penelitian
tempat – tempat umum memiliki risiko yang dilaksanakan di stasiun kereta api kelas I
tinggi terhadap penularan peyakit yakni Banyuwangi Kota dan stasiun kereta
dikarenakan memungkinkan banyaknya api kelas II yakni stasiun Temuguruh. Waktu
orang bertemu dan berkumpul serta penelitian dilakukan pada bulan November
melakukan aktifitas bersama sehingaa 2021.
kondisi sanitasinya harus dalam kondisi
yang baik. Menurut Marinda dan Ardillah Jumlah dan cara pengambilan subjek
(2019), sanitasi tempat – tempat umum (untuk penelitian survei) atau
merupakan usaha pengawasan dan bahan dan alat (untuk penelitian
pencegahan terhadap tempat – tempat laboratorium)
umum yang bermpotensi dalam penularan Teknik pengumpulan data dilakukan
penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun melalui pengamatan secara langsung
gangguan kesehatan lainnya (Marinda and sebanyak satu kali di stasiun. Data yang
Ardillah, 2019). Berdasarkan Suryadi et al dikumpulkan berupa data primer yang
(2018), upaya penyehatan pada tempat – diambil secara langsung melalui observasi
tempat umum dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner inspeksi.
mengamankan lingkungan melalui Penyusunan instrument disesuaikan
perbaikan dan pengawasan kualitas dengan Pedoman Sanitasi Transportasi
lingkungan, dimana hal tersebut merupakan Pariwisata dan Matra Kemenkes Tahun
contoh upaya dalam peningkatan derajat 2018, Peraturan Menteri Perhubungan 63
kesehatan masyarakat (Suryadi et al, 2018). tahun 2019 Standar Pelayanan Minimum
Salah satu tempat umum yakni Angkutan Orang dengan Kereta Api dan
stasiun. Hygiene dan sanitasi stasiun yang Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2020
baik akan dapat terwujud dengan Tentang Pedoman Dan Petunjuk Teknis
pemeriksaan dan pengawasan secara rutin Pengendalian Transportasi Perkeretaapian
untuk menghindari penularan penyakit. Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah Untuk Mencegah Penyebaran Corona Virus
destinasi wisata yang banyak didatangi oleh Disease 2019 (Covid-19).
masyarakat melalui berbagai jalur
kendaraan, salah satu contohnya melalaui Jenis dan Cara Pengumpulan
jasa kereta api. Stasiun di Banyuwangi ada Terdapat 8 varibel yang dinilai
yang masuk kategori stasiun kelas 1/besar berdasarkan ruangan yakni ruangan terbuka
dan kelas 2/sedang. Berdasarkan Peraturan hijau, halaman/tempat parkir, ruang tunggu
Menteri Perhubungan Republik Indonesi karcis, tempat tunggu penumpang, toilet,
(2019), adanya kelas tersebut didasarkan mushola, Sarana Pembuangan Air Limbah
pada kriteria seperti jumlah penumpang, (SPAL) dan Tempat Penampungan
jumlah jalur, peralatan, layanan, jumlah Sementara (TPS). Pada masing – masing
pertugas dan fasilitas (Menteri Perhubungan varibel terdapat sub variable yang dinilai.
Republik Indonesia, 2019). Stasiun Masing – masing variable dan sub variebla
Banyuwangi Kota merupakan stasiun kelas memiliki bobot dan skor yang berbeda.
I/besar yang terletak di Kelurahan
Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten Pengolahan dan analisis data
Banyuwangi dan merupakan stasiun Analisis data dilakukan secara
terdekat dengan pusat Banyuwangi dengan deskriptif melaui distribusi frekuensi. Skor
aktifitas teramai. Stasiun Temuguruh akhir pada lembar inspeksi sanitasi didapat
tergolong stasiun kelas II/sedang yang dari perkalian bobot dan nilai. Setelah
terletak di Desa Gendoh, Kecamatan didapatkan skor akhir akan disesuian
Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dengan kriteria skor akhir yang telah
dari penelitian ini yakni untuk mengetahui ditentukan. Terdapat 3 kriteria skor yakni
sanitasi stasiun di stasiun Banyuwagi Kota baik 76% – 100% (skor 3800 – 5000), cukup
yag merupakan stasiun kelas I/besar dan 55% - 75 % (skor 2751 – 3791)dan kurang
stasiun Temuguruh yang merupakan baik < 55% (<2751).
stasiun kelas II/sedang tahun 2021.

42
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

HASIL tempat sampah dan penutupnya yang


Stasiun Temuguruh (TGR) tidak rusak dan kedap air, pengecekan
merupakan sebuah stasiun kereta api yang keberadaan tikus, kecoa, lalat, dan
berada di Desa Gendoh, Kecamatan nyamuk, kondisi lantai yang kedap air,
Sempu, Kabupaten Banyuwangi. Stasiun bersih, rata dan tidak licin, kondisi langit
yang terletak pada ketinggian +196 m. – langit yang tertutup, mudah
Stasiun ini memiliki tiga jalur kereta api dibersihkan, memiliki warna terang dan
dengan jalur 2 merupakan sepur lurus, jalur tidak rawan kecelakaan, kondisi dinding
1 yang saat ini tidak bisa digunakan, serta yang kedap air, memiliki warna yang
jalur 3 untuk persilangan dan persusulan terang, bersih, tidak terdapat retakan dan
antarkereta api. Stasiun Temuguruh mudah dibersihkan, kesesuaian
melayani dua layanan kereta api yakni intensitas cahaya, kesesuaian tinggi
antarkota dan lokal dan merupakan stasiun langit – langit dengan lantai, adanya
kereta api kelas II. Sedangkan Stasiun lubang angin, kondisi ventilasi/lubang
Banyuwangi Kota (BWI) terletak di angin yang bersih, kesesuaian luas
Bakungan, Kecamatan Glagah, Kabupaten ventilasi, keseuaian jarak tempat duduk
Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Kota sesuai dengan protocol kesehatan serta
merupakan stasiun kereta api kelas I. tersedianya handsanitizer.
Stasiun ini terletak pada ketinggian +82 4. Tempat Tunggu Penumpang
meter serta memiliki 1 jalur lurus. Stasiun Tempat tunggu penumpang
Temuguruh dan Banyuwangi Kota termasuk memiliki skor maksimal 975. Sanitasi
dalam Daerah Operasi IX Jember. tempat tunggu penumpang di stasiun
1. Halaman/Tempat Parkir Temuguruh mendapatkan skor 795 dan
Halaman/tempat parkir mempunyai di stasiun Banyuwangi Kota
skor maksimal 220. Sanitasi halaman mendapatkan skor 870. Komponen yang
atau tempat parkir di stasiun Temuguruh diperiksa sama dengan ruang tunggu
mendapatkan skor 195 dan di stasiun karcis seperti kondisi tempat duduk,
Banyuwangi Kota mendapatkan skor kondisi tempat sampah dan penutupnya,
220. Komponen yang diperiksa seperti pengecekan keberadaan tikus, kecoa,
kebersihan, kondisi halaman yang tidak lalat, dan nyamuk, kondisi lantai, kondisi
berdebu atau becek, kondisi tempat langit – langit, kondisi dinding,
sampah dan peutupnya yang tidak rusak kesesuaian intensitas cahaya, luas
dan kedap air, pengecekan keberadaan ventilasi dan tinggi langit – langit dengan
tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk, lantai serta kesesuaian jarak tempat
tersedianya sabun dan air mengalir duduk sesuai dengan protocol kesehatan
ditempat cuci tangan serta terdapat dan tersedianya handsanitizer.
papan pengumuman/leaflet prokes. 5. Toilet
2. Ruang Terbuka Hijau Toilet memiliki skor maksimal 1350.
Ruang terbuka hijau memiliki skor Sanitasi toilet di stasiun Temuguruh
maksimal 35. Sanitasi ruang terbuka mendapatkan skor 1305 dan di stasiun
hijau di stasiun Temuguruh Banyuwangi Kota mendapatkan skor
mendapatkan skor 35 dan di stasiun 1305. Komponen yang diperiksa pada
Banyuwangi Kota juga mendapatkan toilet yakni kondisi WC yang kuat, tidak
skor 35. Komponen yang diperiksa pada berlumut dan berfungsi dengan baik,
ruang terbuka hijau yakni luas kondisi lantai tidak licin, memiliki
penghijauan pada lokasi stasiun dan permukaan yang rata dan bersih, kondisi
pengecekan keberadaan tikus, kecoa, dinding yang kedap air, memiliki warna
lalat, dan nyamuk yang terang, bersih, tidak memiliki
3. Ruang Tunggu Karcis retakan dan dinding mudah dibersihkan,
Ruang tunggu Karcis memiliki skor kesesuaian tingkat cahaya dan ventilasi
maksimal 1520. Sanitasi ruang tunggu udara, terdapatnya sabun dan air
karcis di stasiun Temuguruh mengalir, kondisi tempat sampah dan
mendapatkan skor 1200 dan di stasiun penutup tidak rusak dan kedap air, serta
Banyuwangi Kota mendapatkan skor pengecekan keberadaan tikus, kecoa,
1460. Komponen yang diperiksa pada lalat, dan nyamuk.
ruang tunggu karcis yakni kondisi tempat 6. Mushola
duduk yang kuat dan bersih, kondisi

43
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

Mushola memiliki skor maksimal mengalir dan terdapat sabun serta


270. Sanitasi mushola di stasiun terdapat leaflet untuk penerapan
Temuguruh mendapatkan skor 255 dan promkes. Akan tetapi kondisi
di stasiun Banyuwangi Kota halam/tempat parkir pada stasiun
mendapatkan skor 220. Komponen yang Temuguruh belum di paving yakni masih
diperiksa pada mushola yakni kondisi dalam kondisi bebatuan dan tanah
lantai tidak licin, memiliki permukaan sehingga halaman berdebu serta tidak
yang rata dan bersih, kondisi langit – rata.
langit tertutup, mudah dibersihkan, kuat, Menurut Almatsir (2021), orang
tidak rawan dan memiliki warna yang yang terpajan debu mayoritas
terang, kondisi dinding yang kedap air, menampilkan hasil yang signifikan baik
memiliki warna yang terang, bersih, tidak secara obstruktif maupun restriktif
memiliki retakan dan dinding mudah mengalami penurunan aliran udara dan
dibersihkan, kesesuaian tingkat cahaya gejala respirasi (Almatsir, 2021). Menurut
dan ventilasi, pengecekan keberadaan Naura Sepridha et al (2018), adanya
tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk serta pencemaran udara oleh debu dapat
ketersediaan air mengalir. mengakibatkan terjadinya gangguan
7. SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah) kesehatan seperti radang saluran nafas,
SPAL (Sarana Pembuangan Air alergi, nyeri dada atau sesak nafas serta
Limbah) memiliki skor maksimal 360. adanya penumpukan debu dalam
Sanitasi SPAL (Sarana Pembuangan Air saluran pernapasan dapat
Limbah) di stasiun Temuguruh mengakibatkan terjadinya peradangan
mendapatkan skor 300 dan di stasiun jalan napas yang dapat menimbulkan
Banyuwangi Kota mendapatkan skor penyumbatan jalan napas, sehingga
140. Komponen yang diperiksa yakni dapat menurunkan kapasitas paru
kesesuaian jarak sumber air dengan (Naura Sepridha et al, 2018). Adanya
saluran pembuangan limbah, kondisi permukaan halaman yang tidak rata
selokan yang tertutup, kondisi perpipaan dapat membahayakan sereperti
yang tidak mengalami kebocoran, limbah mengakibatkan terpleset dan terjatuh
yang diolah lebih lanjut serta akibat permukaan yang bebatuan tidak
pengecekan keberadaan tikus, kecoa, rata tersebut.
lalat, dan nyamuk. 2. Ruang Terbuka Hijau
8. TPS (Tempat Penampungan Sementara) Pada kedua stasiun terdapat ruang
TPS (Tempat Penampungan terbuka hijau yang terletak di halaman
Sementara) memiliki skor maksimal 270. depan dan di sebelah peron. Dimana
Sanitasi TPS (Tempat Penampungan banyak tanaman yang tertata rapi,
Sementara) di stasiun Temuguruh tanaman berupa rumput, bunga, pohon
mendapatkan skor 0 dan di stasiun perdu, pohon palem dan pohon yang
Banyuwangi Kota mendapatkan skor 0. tinggi seperti pohon mangga sebagai
Komponen yang diperiksa yakni kondisi peneduh. Ruang terbuka hijau yang
tempat penampungan terbuat dari bahan terdapat di kedua stasiun memiliki
yang kuat, kedap air, tertutup serta kondisi terawat, bersih, tidak ditemukan
pengecekan keberadaan tikus, kecoa, vector dan rodent serta memenuhi
lalat, dan nyamuk penghijauan ¾ lokasi.
Menurut Sendy (2019), Ruang
PEMBAHASAN Terbua Hijau (RTH) memiliki berbagai
1. Halaman/Tempat Parkir fungsi seperti fungsi ekologis sebagai
Pada kedua stasiun Kondisi pengatur sistem sirkulasi udara dan
halaman bersih atau tidak ada sampah daerah resapan air dan fungsi estetika
yang berserakan, didepan stasiun yaitu memperindah pemandangan dan
terdapat selokan yang berfungsi dengan mempercantiknya (Longaris Sendy,
baik dan tidak tersumbat, terdapat 2019). Menurut Imas et al (2021),
tempat sampah yang utuh atau tidak kurangnya ruang terbuka hijau
rusak, tidak ditemukan keberadaan akan dapat memberikan dampak buruk
vector dan rodent dihalaman stasiun, bagi kualitas lingkungan dan kesehatan
terdapat tempat cuci tangan, kran air (Imas et al, 2021). Menurut Hermawan et
berfungsi dengan baik dan air dapat al (2017), adanya Ruang Terbuka Hijau

44
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

(RTH) memberikan kontribusi, khusunya Menurut Diana (2020), paparan


fasilitas-fasilitas umum yang memiliki asbes melalui udara yang mengandung
potensi, seperti kawasan perkantoran, serat asbes dapat masuk ke sistem
perumahan, pendidikan dan fasilitas respirasi dan berkembang menjadi
umum lainnya (Hermawan et al, 2017) karsinogenesis, paparan tersebut dapat
3. Ruang Tunggu Karcis mengakibatkan penyakit asbestosis,
Kondisi ruang tunggu karcis pada mesothelioma, dan kanker paru
kedua stasiun yakni tempat duduk sehingga penggunaan asbes harus
diruang tunggu terbuat dari besi panjang diminimalkan (Diana et al., 2020).
untuk beberapa orang dan tersedia Menurut Sari (2020), selain kondisi atap
dalam keadaan bersih dan kuat, terdapat stasiun yang tidak memenuhi syarat juga
tempat sampah yang berfungsi dengan masih ditemukannya keberadaan lalat,
baik. kondisi lantai tidak licin dan rata, nyamuk, kutu, kecoa, pinjal dan tikus
dinding tidak ada retakan dan memiliki dapat menimbulkan gangguan
warna terang, terdapat hansanitizer yang kesehatan seperti sakit diare, Demam
dapat digunakan oleh penumpang serta Berdarah Dengue (DBD), kulit, dan ISPA
jarak tempat duduk telah disesuaikan (Sari, 2020).
dengan protocol kesehatan. 4. Ruang Tunggu Penumpang
Namun ada beberapa kondisi yang Kondisi ruang tunggu penumpang
tidak memenuhi syarat seperti pada pada kedua stasiun memiliki tempat
stasiun Temuguruh dimana kondisi lantai duduk kuat, kondisi tempat sampah utuh
tidak bersih atau terdapat noda serta dan dapat digunakan, kondisi lantai
berdebu dan ditemukan keberadaan lalat kedap air, rata, bersih serta tidak licin,
di ruang tunggu, kondisi langit – langit dinding tidak terdapat retakan, jarak
tidak tertutup dengan plafon melainkan tempat duduk telah disesuaikan dengan
langsung atap yang terbuat dari asbes protocol kesehatan akan tetapi didalam
sehingga langit – langit tidak mudah ruang tunggu penumpang pada kedua
dibersihkan karena kondisi asbes yang stasiun tidak terdapat handsanitizer.
berstruktruk dan letaknya tinggi dan Kondis lain yang tidak memenuhi
kondisi langit – langit yang terbuat dari syarat pada stasiun Temuguruh yakni
asbes tersebut terdapat retakan, kondisi langit – langit tidak dilengkapi
berkarat dan tidak memiliki warna yang dengan plafon tetapi hanya terbuat dari
terang karena warna asbes abu – abu. asbes seperti yang terdapat dalam ruang
Pada stasiun Banyuwangi kota kondisi tunggu penumpang dan kondisi langit –
yang tidak memenuhi syarat yakni pada langit tersebut juga terdapat retakan.
kondisi dinding yang kurang bersih atau Pada stasiun Banyuwangi Kota kondisi
terdapat noda di dinding. yang tidak memenuhi syarat yakni
Partikel debu masuk ke tubuh dinding yang kurang bersih.
manusia paling sering melalui rute Keberadaan bahan bangunan
pajanan inhalasi sehingga hubungannya asbes mempengaruhi kualitas udara
dengan dampak partikel debu terhadap dalam ruangan sehingga mengakibatkan
kesehatan. Menurut Abidin (2021), adanya pencemaran udara dalam ruang
potensi paparan debu di lingkungan yang dapat menimbulkan dampak
dapat berpotensi terhadap kesehatan kesehatan secara langsung maupun
utamanya gangguan fungsi paru (Abidin, tidak langsung. Berdasarkan penelitian
2021). Menurut Cintya (2020) dalam dari Suraya (2020), paparan asbes
penelitiannya juga menunjukkan bahwa memiliki hubungan yang signifikan
paparan debu terhirup memiliki dengan peningkatan risiko kanker paru-
hubungan yang signifikan dengan paru (Suraya et al., 2020). Keberadaan
gangguan fungsi paru, hal tersebut atap asbes yang memiliki retakan juga
diakibatkan karena adanya pergerakan dapat menimbulkan bahaya dikarenakan
dan penumpukan debu pada saluran rawan untuk jatuh sehingga dapat
napas sehingga menyebabkan membahayakan penumpang yang
peradangan dan penyumbatan jalan berada di stasiun.
napas yang dapat menurunkan fungsi
paru (Cintya, 2020).

45
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

5. Toilet yakni pada kondisi lantai yang kurang


Pada masing – masing stasiun bersih. Penyebab penyakit dapat berada
memiliki 3 ruang toilet yakni 1 ruang toilet di lantai, dimana lantai mempunyai
laki – laki, 1 ruang toilet perempuan dan kemungkinan lebih besar dalam kondisi
1 ruangg toilet untuk difabel. Pada kedua kotor di bandingkan dengan komponen
stasiun tersebut keduanya memiliki ruangan lainnya. Menurut Sudarman et
kondisi toilet degan kondisi WC kuat, al (2019), kondisi lantai yang kotor
tidak berlumut dan berfungsi dengan memungkinkan terdapat kuman atau
baik, kondisi dinding memiliki warna yang mikroorganisme pathogen yang dapat
terang, cahaya didalam toilet tidak silau. menyebabkan penyakit (Sudarman et al,
kondisi dalam toilet tidak berbau, 2019).
terdapat sabun, gayung dan kran 6. Mushola
berfungsi dengan baik serta terdapat Mushola pada kedua stasiun
tempat sampah yang berfungsi dengan memiliki lantai yang bersih, rata dan tidak
baik, tidak ditemukan vector dan rodent licin, kondisi langit – langit tertutup
di toilet serta terdapat ventilasi di toilet dengan plafon, kuat dan memiliki warna
dengan kondisi yang bersih. Kekurangan yang terang serta mushola memiliki
pada toilet di stasiun Temuguruh yakni ventilasi udara dalam kondisi yang
pada kondisi dinding toilet memiliki bersih, dinding memiliki warna yang
retakan sedangkan pada stasiun terang, serta kran air dapat digunakan
Banyuwangi Kota kekurangannya yakni sehingga air mengalir dengan lancar.
kondisi lantai yang kurang bersih Komposisi toilet yang tidak memenuhi
sehingga masih ditemukannya noda di syarat pada kedua stasiun tersebut yakni
lantai. kondisi dinding yang memiliki retakan
Toilet umum yang tidak bersih dan serta pada stasiun Banyuwangi kota juga
tidak higienis dapat mengakibatkan memiliki lantai yang tidak rata dan rusak.
penyebaran penyakit sehingga desain, Adanya kerusakan pada bangunan
ukuran, kebersihan dan kenyamanan seperti timbulnya retakan pada dinding
toilet serta kesehatan dan keselamatan bisa disebabkan karena kelembapan.
pengguna menjadi hal utama untuk Menurut Nuswantoro dan Raya (2018),
pelayanan dan pengoperasian pada temperatur dan kelembaban yang tinggi
toilet umum (Asosiasi Toilet Indonesia, dapat mempercepat proses pelapukan
2016) (Asosiasi Toilet Indonesia, 2016). sehingga dapat membuat retakan
Berdasarkan Asosiasi Toilet Indonesia (Nuswantoro and Raya, 2018). Menurut
(2016), fasilitas yang harus ada pada Mayasari (2020), semakin lembab maka
area toilet seperti wastafel dengan kran, kemungkinan semakin banyak
tersedia sabun cair, tersedianya tempat kandungan mikroba di udara akiat dari
sampah, cermin, ventilasi, tingkat partikel air yang berada di permukaan
pencahayaan ruangan diatas 200 lux dan (Mayasari, 2020). Keberadaan bakteri di
lantai tidak licin. Berdasarkan ketentuan ruangan akan dapat menyebabkan dan
tersebut di toilet umum yang berada di menyebarkan berbagai penyakit. Di
stasiun telah memenuhi. Namun dalam mushola akan banyak orang
komposisi bangunan pada stasiun berdatangan untuk melakukan ibadah
Temuguruh yakni dinding masih terdapat sehingga memungkinkan untuk terjadi
retakan. Retakan di dinding bisa sumber dan penularan penyakit
diakibatkan salah satunya karena udara didalamnya. Adanya retakan pada
yang lembap. Berdasarkan Asosiasi dinding mushola juga dapat
toilet Indonesia (2016), keadaan toilet membahayakan dikarenakan apabila
yang lembab dapat menjadi tempat retakan tersebut memiliki lebar yang luas
berkembangnya kuman maupun jamur maka akan dapat kemungkinan untuk
yang bisa menyebarkan penyakit runtuh dan dapat menimpa manusia.
(Asosiasi Toilet Indonesia, 2016). 7. SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)
Retakan dinding di toilet juga bisa SPAL pada kedua stasiun tidak
membahayakan karena berpotensi untuk mencemari sumber air akan tetapi ada
terjadi runtuh dan akibat retakannya. SPAL kedua stasiun tidak dilakukan
Komposisi toilet yang tidak memenuhi pengolahan lebih lanjut. Pada stasiun
syarat pada stasiun Banyuwangi Kota Bayuwangi Kota air limbah tidak dialirkan

46
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

pada saluran yang tertutup dan sampah yang berserakan banyak


ditemukannya keberadaan vector. ditemukan di tempat – tempat umum
Menurut hasil penelitian dari Sari (Hidayah, 2017). Salah satunya seperti di
dan Palleri (2020) diperoleh 70,1% SPAL TPS yang berada di tempat umum
yang tidak memenuhi syarat, memiliki Stasiun yang juga ditemukan timbulan
risiko terjadinya pertumbuhan vector sampah yang berserakan dikarenakan
(Sari and Paleri, 2020). Kondisi SPAL tidak adanya wadah penampung
yang terbuka dapat memungkinkan sampah. Menurut Emilda (2019),
menjadi sarang atau masuknya vector dampak dari pembuangan sampah yang
ataupun rodent sehingga kondisi SPAL buruk tersebut dapat berdampak buruk
diketahui memiliki hubungan terhadap pula pada masyarakat utamanya pada
keberadaan vector (Sari and Paleri, kesehatan masyarakat dikarenakan
2020). Menurut Yulianto dan Leon belum optimalnya pengelolaan sampah
(2019), kondisi SPAL yang tidak yang dilakukan (Emilda, 2019). Sehingga
memenuhi syarat beresiko 15 kali dampak dari adanya pembuangan
terhadap keberadaan vektor sampah yang buruk tersebut akan
dibandingkan dengan kondisi SPAL yang berdampak pada penumpang serta
memenuhi syarat serta berdasarkan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
hasil observasi 82,1% kondisi SPAL stasiun.
merupakan salah satu jalur masuknya Pada tempat pengumpulan
vector dan rodent, dikarenakan seharusnya sampah memiliki tempat
pembuangan air langsung tersambung penampung dan kondisi sampah tetap
ke saluran pembuangan air limbah dan tertampung pada tempat atau bak
tidak tertutup (Yulianto and Leon, 2019). penampungan sementara, sedangkan
Apabila kondisi SPAL stasiun tidak pada lokasi tempat sampah di stasiun
memenuhi syarat seperti tidak tertutup, Temuguruh tidak memiliki tempat
maka akan mengundang keberadaan penampung sampah. Berdasarkan
vector dan rodent untuk datang. Menurut penelitian Kristanti (2021), adanya
Kemenkes (2018), dengan kondisi timbulan sampah dapat menyebabkan
lingkungan yang mendukung serta tingginya angka kepadatan lalat
tercukupinya kebutuhan makanan, maka (Kristanti, 2021). Tempat sampah
populasi vector dan rodent akan terus merupakan salah satu habitat dari lalat
meningkat sehingga dapat berakibat yang banyak ditemui. Berdasarkan hasil
pada gangguan masalah kesehatan dari observasi dari penelitian Kristanti
pada manusia (Kemenkes, 2018). (2021) untuk TPS yang memiliki tingkat
Keberadaan vector dan rodent tersebut kepadatan lalat yang tinggi penyebabnya
dapat menjadi sumber penularan adalah masih banyaknya timbulan
penyakit. Utamnya di stasiun yang sampah yang berada di luar bak
menjadi tempat umum dengan banyak kontainer sampah (Kristanti, 2021).
orang berkumpul dan bepergian, Keberadaan sampah yang tidak memiliki
sehingga berpotensi untuk menjadikan penampung di stasiun Temuguruh
penularan penyakit lebih luas. mengundang keberadaan vector dan
8. TPS (Tempat Penampungan Sementara) rodent termasuk adanya kepadatan lalat.
Pada kedua stasiuun, kondisi TPS Lalat merupakan serangga yang dapat
tidak memiliki wadah, tidak memiliki menyebabkan masalah kesehatan
penutup hanya diletakkan pada lahan dikarenakan lalat sebagai hewan yang
kosong sehingga ditemukan keberadaan dapat menjadi media penularan penyakit
vector dan rodent disekitarnya. dengan memindahkan kuman, pathogen,
Menurut Emilda (2019), mikroorganisme ataupun bakteri dari
ketidakadaan tempat pembuangan tempat yang lembah atau kotor ke
sampah menyebabkan permasalahan makanan dan minuman manusia,
lingkungan yang parah dikarenakan sehingga jika makanan tersebut dimakan
terjadinya penumpukan sampah secara maka akan menyebabkan penyakit diare
liar tanpa adanya wadah yang layak pada manusia. Menurut Masyhuda
sehingga pembuangan sampah bisa (2017), adanya keberadaan lalat dapat
menjadi tidak terkendali (Emilda, 2019). menimbulkan penyakit yang berdampak
Menurut Hidayah (2017), timbulan pada manusia yang ditunjukkan dari

47
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

tingkat kepadatan lalat dengan menjadi lanjut, dan ditemukannya keberadaan vector
penular penyakit terhadap masyarakat serta kondisi kondisi TPS yang tidak
sekitar (Masyhuda, 2017). memiliki wadah dan ditemukan keberadaan
Menurut Qodriyatun (2018), vector di sekitarnya.
sampah yang tidak terkelola dengan baik
mengakibatkan terjadinya penurunan SARAN
kunjungan wisata asing ke daerah Pengelola stasiun perlu untuk
tersebut, hal tersebut diakibatkan karena memperhatikan kondisi bangunan di stasiun
adanya sampah dapat menganggu yang kurang layak ataupun dalam kondisi
kenyaman para wisatawan (Qodriyatun, yang rusak seperti kondisi langit – langit dan
2018). Banyuwangi banyak memiliki dinding yang perlu diperbaiki sehingga
destinasi wisata sehingga mengundang dapat terlindung dari panas ataupun hujan
banyak wisatawan yang datang. serta tidak membahayakan pengunjung dan
Wisatawan datang salah satunya melalui perlu adanya pembersihan rutin pada lantai.
jalur kereta api dan stasiun menjadi Diperlukan juga untuk memperhatikan
tempat turun para wisatawan yang pengendalian vektor karena pada saat
berdatangan. Keberadaan sampah di inspeksi ditemukan keberadaan lalat di
TPS stasiun yang tidak memiliki wadah stasiun. Diperlukan pembangunan TPS
dan berserakan akan dapat membawa Tempat Sementara (TPS) yang layak yang
gambaran buruk bagi stasiun dan juga disertai dengan wadah sehingga kondisi
bagi wilayah Banyuwangi yang sampah tidak berserakan dan tidak lagi
dikunjungi. ditemukan vector di sekitarnya. Adanya
pembuangan air limbah haruslah tetap
KESIMPULAN tertutup dan lebih sering diperhatian untuk
Dari perhitungan hasil observasi kebersihannya agar tidak menjadi tempat
yang telah dilakukan terhadap Stasiun yang disukai oleh vector.
Temuguruh dan stasiun Banyuwangi Kota,
keduanya masuk dalam kategori santasi UCAPAN TERIMA KASIH
baik dimana stasiun Temuguruh Terimakasih kepada pihak PT. KAI DAOP 9
memperoleh skor akhir 4085 dan stasiun Jember yang telah memberikan izin untuk
Banyuwangi Kota mendapatkan skor 4250. melakukan inspeksi. Terimakasih kepada
Meskipun masuk dalam kategori sanitasi dosen pembimbing yang telah memberikan
stasiun baik dan layak, namun kedua bimbingannya. Terimakasih kepada semua
stasiun tersebut masih memiliki komponen teman – teman peminatan kesehatan
yang belum memenuhi syarat dan lingkungan dan dosen kesehatan
diperlukan adannya peningkatan. Pada lingkungan Universitas Airlangga.
stasiun Temuguruh variabel sanitasi yang
tidak sesuai seperti kondisi langit – langit DAFTAR PUSTAKA
tidak tertutup dengan plafon melainkan Abidin, A. U. (2021) ‘Analisis Risiko
langsung atap yang terbuat dari asbes, Kesehatan Paparan Debu Terhadap
langit – langit tidak mudah dibersihkan Fungsi Paru Pada Pekerja Di Home
karena kondisi asbes yang berstruktruk dan Industry C-Max’, Jurnal Sains
letaknya tinggi, kondisi langit – langit yang &Teknologi Lingkungan, 13(1), pp. 34–
terbuat dari asbes tersebut terdapat retakan, 39. doi: 10.20885/jstl.vol13.iss1.art3.
berkarat dan tidak memiliki warna yang Almatsir, F. (2021) ‘Scoping Review: Efek
terang karena warna asbes abu – abu., Debu terhadap Fungsi Paru Pekerja’,
kondisi halaman parkir yang tidak rata dan Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains,
berdebu, kondisi dinding yang kurang bersih 3(1), pp. 80–85. doi:
dan memiliki retakan, kondisi lantai tidak 10.29313/jiks.v3i1.7358.
bersih atau terdapat noda serta berdebu dan Asosiasi Toilet Indonesia (2016) ‘Pedoman
ditemukan keberadaan lalat, kondisi TPS standar toilet umum Indonesia’,
yang tidak memiliki wadah dan ditemukan Jakarta: Asosiasi Toilet Indonesia, pp.
keberadaan vector disekitarnya. Pada 3–5.
stasiun Banyuwangi Kota variabel sanitasi Cintya, R. E. (2020) ‘Paparan Debu
yang tidak sesuai seperti kondisi dinding dan Terhirup dan Gangguan Fungsi Paru
lantai yang kurang bersih, kondisi dinding pada Pedagang Tetap di Terminal
yang memiliki retakan, kondisi pembuangan Kota Tegal’, pp. 189–194. doi:
limbah yang tidak tertutup, tidak diolah lebih

48
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

10.14710/mkmi.19.3.189-194. Menteri Perhubungan Republik Indonesia


Diana, T. et al. (2020) ‘Mesothelioma akibat (2019) ‘PM 63 tahun 2019 Standar
inhalasi debu asbes’, 3(4), pp. 193– Pelayanan Minimum Angkutan Orang
201. doi: dengan Kereta Api’, Menteri
10.18051/JBiomedKes.2020.v3.193- Perhubungan Republik Indonesia, (3),
201. p. 50.
Emilda, E. (2019) ‘Dampak Pengelolaan Naura Sepridha et al (2018) ‘Hubungan
Sampah Pada Kesehatan Masyarakat Paparan Debu Terhirup Dengan
Di Tpa’, Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Gangguan Fungsi Paru Pada
Wawasan Kesehatan, 5(2), pp. 246– Masyarakat Berisiko Di Jalan Prof.
252. doi: 10.33485/jiik-wk.v5i2.138. Soedarto Semarang’, Jurnal
Hermawan et al (2017) ‘Studi Kecukupan Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
Ruang Terbuka Hijau Ideal di Kampus 6(6), pp. 269–278.
Perguruan Tinggi Untuk Perencanaan Nuswantoro, W. and Raya, U. P. (2018)
Kampus Hijau Kasus Amatan Wilayah ‘Artikel Jurnal Analisis Jenis
Aglomerasi Kota Yogyakarta Utara’, Kerusakan Pada Bangunan
Seminar Nasional XII ‘Rekayasa Perumahan’, Jurnal Teknik Industri
Teknologi Industri dan Informasi’, pp. Terintegrasi (JUTIN), 1(2), pp. 58–68.
399–404. Available at: Qodriyatun, S. N. (2018) ‘Sampah Plastik:
https://journal.sttnas.ac.id/ReTII/article/ Dampaknya Terhadap Pariwisata dan
view/726/628. Solusi’, Info Singkat, Pusat Penelitian
Hidayah, A. (2017) ‘Takakura Home Badan Keahlian DPR RI., 10(23), pp.
Method; Solusi Cerdas Menciptakan 13–18.
Makassar Ta’ Tidak Rantasa’, Jurnal Sari, N. puspita and Paleri, T. S. (2020)
PENA, 4(2), pp. 724–731. Available at: ‘Kondisi Fisik Rumah Dan Perilaku
https://media.neliti.com/media/publicati Masyarakat Terhadap Keberadaan
ons/249421-none-eacb37e4.pdf. Vektor Tikus Di Kelurahan Kampung
Imas et al (2021) ‘Pemanfaatan Ruang Baru Kecamatan Senapelan Kota
Terbuka Kampus Sebagai Potensi Pekanbaru Tahun 2017’, Jurnal
Menjaga Lingkungan’, Jurnal Green Kesehatan Komunitas, 6(2), pp. 154–
Growth dan Manajemen Lingkungan, 158. doi:
9(2), pp. 71–85. doi: 10.25311/keskom.vol6.iss2.395.
10.21009/jgg.092.04. Sari, V. A. (2020) ‘Gambaran Keberadaan
Kemenkes (2018) ‘Sanitasi Transportasi, Vektor Penyakit Dan Binatang
Pariwisata dan Matra’. Pengganggu Di Bagian Instalasi Gizi
Kristanti, I. (2021) ‘Hubungan Pengelolaan Dan Bangsal Rumah Sakit Tipe C Kota
Sampah Dengan Tingkat Kepadatan Surakarta’.
Lalat Di Temat Penampugan Sudarman et al (2019) ‘Analisis Kondisi
Smeentara (TPS)’, 12(1), pp. 9–16. Sanitasi Lantai Ruang Dapur
Longaris Sendy (2019) ‘Identifikasi Dan Terhadap Jumlah Angka Kuman Di
Evaluasi Eksistensi Ruang Terbuka’, RSUD Andi Makkasau Kota Parepare’,
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan,
Kota, 6(3), pp. 758–768. 1(1), pp. 164–175.
Marinda, D. and Ardillah, Y. (2019) Suraya, A. et al. (2020) ‘Asbestos-related
‘Implementasi Penerapan Sanitasi lung cancer: A hospital-based case-
Tempat-tempat Umum Pada Rekreasi control study in Indonesia’,
Benteng Kuto Besak Kota Palembang’, International Journal of Environmental
Jurnal Kesehatan Lingkungan Research and Public Health, 17(2), pp.
Indonesia, 18(2), p. 89. doi: 1–10. doi: 10.3390/ijerph17020591.
10.14710/jkli.18.2.89-97. Suryadi et al (2018) ‘Penerapan Hygiene
Masyhuda (2017) ‘Survei Kepadatan Lalat dan Sanitasi Hotel Kusuma Kartika
Di Tempat Pembuangan’, jurnal Sari di Kota Surakarta’, Journal of
Kesehatan Masyarakat, 5, pp. 560– Industrial and Occupational Health,
569. 2(2), pp. 141–151.
Mayasari (2020) ‘Analisis Lingkungan Fisik WHO/UNICEF (2020) JMP (Joint
Udara Terhadap Angka Kuman Udara Monitoring Programme) Sanitation,
Di Rumah Sakit’, Ilmu Lingkungan. Drinking Water, Hygiene. Available at:

49
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

https://washdata.org/data/household#!/ Fisik Rumah Dan Sisa Makanan


table?geo0=region&geo1=sdg Terhadap Keberadaan Vektor Tikus Di
(Accessed: 7 November 2021). Kelurahan Sukajadi Kecamatan
WHO (2019) Sanitation. Available at: Sukajadi Kota Pekanbaru’, Jurnal Ilmu
https://www.who.int/news-room/fact- Kesehatan Masyarakat, 8(Nomor 1),
sheets/detail/sanitation (Accessed: 7 pp. 41–47. Available at:
November 2021). jurnal.alinsyirah.ac.id.
Yulianto, B. and Leon, C. (2019) ‘Kondisi

50
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar ISSN : 1907-8153 (Print)
e-ISSN : 2549-0567 (Online)

Tabel 01
Kondisi Komponen Sarana Dan Fasilitas Sanitasi di Stasiun Temuguruh, Kecamatan Sempu,
Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

No Komponen Skor Maks Skor Observasi


1 Halaman / tempat parkir 220 195
2 Ruang Terbuka Hijau 35 35
3 Ruang Tunggu Karcis 1520 1200
4 Ruang Tunggu Penumpang 975 795
5 Toilet 1350 1305
6 Mushola 270 255
7 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 360 300
8 Tempat Penampungan Sementara (TPS) 270 0
Total Skor Hasil Inspeksi 4085

Tabel 02
Kategori Hasil Akhir Penilaian Stasiun Temuguruh, Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi
Jawa Timur

Kategori Hasil Akhir Penilaian Hasil Skor


Sanitasi Stasiun Baik 76% – 100% (3800 – 5000) 4085

Table 03
Kondisi Komponen Sarana Dan Fasilitas Sanitasi di Stasiun Banyuwangi Kota, Kecamatan
Glagah, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

No Komponen Skor Maks Skor Observasi


1 Halaman / tempat parkir 220 220
2 Ruang Terbuka Hijau 35 35
3 Ruang Tunggu Karcis 1520 1460
4 Ruang Tunggu Penumpang 975 870
5 Toilet 1350 1305
6 Mushola 270 220
7 Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 360 140
8 Tempat Penampungan Sementara (TPS) 270 0
Total Skor Hasil Inspeksi 4250

Tabel 04
Kategori Hasil Akhir Penilaian Stasiun Banyuwangi Kota, Kecamatan Glagah, Kabupaten
Banyuwangi Jawa Timur

Kategori Hasil Akhir Penilaian Hasil Skor

Sanitasi Stasiun Baik 76% – 100% (3800 – 5000) 4250

51
Vol. XVII No. 1 Juni 2022
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v17i1

You might also like