You are on page 1of 18

KEBERHASILAN HOTEL BERWAWASAN RAMAH LINGKUNGAN DI

ASIA-PASIFIK: FAKTOR PENDORONG APAKAH YANG DOMINAN?


Cut Irna Setiawati
Fakultas Komunikasi dan Bisnis Universitas Telkom
setiawaticutirna@gmail.com
Palti Sitorus
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom
paltisitorus@telkomuniversity.ac.id
Abstract
Recently, operational in hotel industry is pushed to consider the environment effects
because the damages of environment are increasing and the usage of natural resources are more
than prior term. Nevertheless, in implementing the environmentally friendly hotel operations
depends on driver factors: government, customer demand, level of competition, greenness at the
organizational level and attitude toward change. The aims of this research are: (1) to describe
driver factors pushing the implementation of environmentally friendly hotel operations
comprehensively; and (2) to formulate dominant factors the environmentally friendly hotel
operation in Asia and Pacific. Based on the purpose, this is explorative research. The analysis
technique are by content analysis, analysis-synthesis technique and also particularly model of data
reduction, data display and conclusion drawing/verification. These driver factors influence hotel in
implementing environmentally friendly hotel operations. Besides those findings, this research
shows holistic environmental practices-driven, resort-driven and government-driven in Asia and
Pacific region.
Keywords: Operation, Driver Factors, Environmental Performance.
Abstrak
Saat ini bidang operasional hotel ditekankan untuk lebih memperhatikan isu lingkungan
karena dampak kerusakan yang ditimbulkan dari aktivitas perhotelan meningkat dan penggunaan
jumlah sumber daya alam yang besar. Namun dalam penerapannya tergantung faktor pendorong
antara lain government, customer demand, level of competition, greenness at the organizational
level dan attitude toward change. Tujuan dari penelitian ini: (1) mendeskripsikan faktor pendorong
dalam penerapan operasional hotel berwawasan ramah lingkungan; dan (2) menemukan faktor
dominan penerapan operasional hotel ramah lingkungan pada kawasan Asia dan Pasifik secara
spesifik. Berdasarkan tujuan, jenis penelitian ini adalah eksploratif. Teknik analisis dilakukan
secara analisis isi (content analysis), analisis-sintesis serta model data reduction, data display dan
conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima faktor pendorong
terdapat pada seluruh objek hotel ramah lingkungan dengan tingkat kekuatan mendorong yang
berbeda. Selain itu, diperoleh faktor dominan holistic environmental practices-driven, resort-driven
dan government-driven pada kawasan Asia dan Pasifik.
Kata kunci: Operasional, Faktor Pendorong, Kinerja Lingkungan.
PENDAHULUAN bisnis. Tujuan akhir dari bidang operasional
Bidang operasional/produksi suatu organisasi adalah competitive advantages, yaitu dimensi
adalah suatu kunci utama yang diharuskan ter- kritis yang harus ditetapkan oleh organisasi
integrasi dengan baik bersama bidang lain bisnis untuk memenuhi kepuasan pihak internal
dalam menjalankan serangkaian aktivitas dan eksternal di masa sekarang dan mendatang,
46 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

antara lain dapat berupa cost leadership, quick hasil kalkulasi The U.S. Environmental Protec-
responses (time) dan differentiation (Krajewski tion Agency, selama semalam setiap kamar
et al., 2010). Dalam hal menjadi beda (dif- hotel rata-rata menghasilkan 29,53 kilogram
ferent), saat ini sejumlah perusahaan sedang CO2 secara rata-rata hotel. Untuk hotel ber-
gencar menawarkan sesuatu yang dilekatkan bintang menghasilkan 33,38 kilogram CO2 per
pada produk dan jasa sehingga berpeluang kamar per harinya (Graci and Kuehnel, 2010:2
sebagai karakteristik pembeda dari apa yang dalam Setiawati, 2014). Hasil studi PBB
ditawarkan oleh pesaing, salah satunya meng- menunjukkan bahwa industri hotel berkontri-
angkat isu lingkungan (Setiawati, 2014). Orga- busi lebih dari 5% terhadap emisi gas CO2
nisasi bisnis baik berskala besar maupun kecil, secara global (Aerowisata Hotels & Resorts,
tidak dapat menghindar dari tuntutan dan 2013). Menyadari hal tersebut di atas, maka
desakan untuk memberikan bukti bahwa telah saat ini berkembanglah sebuah penerapan ope-
melaksanakan kinerja berbasis lingkungan rasional pada hotel yang dikenal sebagai hotel
(environmental performance) karena setiap berwawasan ramah lingkungan/eco-friendly
organisasi bisnis memberikan dampak ling- hotel (Webster, 2006). Menurut Sloan et al.
kungan yang kian terasa berupa kerusakan (2013) dampak yang ditimbulkan oleh operasi-
lingkungan sehingga mengancam manusia dan onal hotel seperti polusi, limbah, emisi, efek
keturunannya. Di satu sisi, jumlah sumber daya rumah kaca dan karbon dioksida (CO2).
alam yang dibutuhkan untuk dikelola semakin Penerapan operasional hotel ber-
terbatas jumlahnya. Isu lingkungan menjadi wawasan ramah lingkungan sebenarnya tidak
penting dalam perkembangan ekonomi global mudah. Menurut Ruiz et al. (2010), hotel yang
(Kirkwood and Walton, 2010). Tidak dapat dikatakan berbasis ramah lingkungan adalah
dipungkiri bahwa kerusakan lingkungan hotel yang mensinergikan operasional sehari-
sebagian besar disebabkan oleh aktivitas menu- harinya dengan upaya mengurangi dampak
sia, salah satunya adalah aktivtas ekonomi. lingkungan melalui penyusunan toilet, sistem
Menyadari isu lingkungan yang semakin pent- efisiensi energi, program daur ulang, peman-
ing tersebut, perusahaan kini menganggap isu faatan sistem energi terbarukan, sistem peng-
lingkungan sebagai bagian dari proses peng- airan, pemanfaatan produk daur ulang, peng-
ambilan keputusan termasuk dalam bidang gunaan produk organik pada makanan dan
operasional, salah satunya pada industri program yang bertujuan mereduksi penggunaan
pariwisata. air. Selain itu, keberhasilan operasional hotel
Rata-rata hotel menghasilkan 160-200 berwawasan ramah lingkungan juga tergantung
kilogram CO2 per meter per kamar di setiap pada faktor pendorongnya, seperti yang diung-
lantainya setiap tahun. Selain itu, penggunaan kapkan oleh Shairullizan et al. (2013) bahwa
air per tamu per malam rata-rata 170-440 liter faktor pendorong (driver factors) meliputi
(pada hotel berbintang lima). Limbah padat government, customer demand, level of compe-
yang dihasilkan pun cukup banyak, yaitu rata- tition, greenness at the organizational level,
rata 1 kilogram per tamu per malam. Menurut dan attitude toward change.
Lain-lain Pool
12% 1% Restrooms/
Domestic
Cooling/ 29%
heating
12%
Kitchen
14% Laundry
16%
Landscape
16%
Gambar 1. Tipikal Komposisi Pengunaan Air di Hotel
Sumber: www.epa.gov (Setiawati, 2014)
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 47

Namun sayangnya, penelitian yang nergikan operasional sehari-harinya dengan


mengeksplor bagaimana kelima faktor pen- upaya mengurangi dampak lingkungan melalui
dorong tersebut bersinggungan langsung penyusunan toilet, sistem efisiensi energi,
dengan operasional pada ketiga hotel berwa- program daur ulang, pemanfaatan sistem energi
wasan ramah lingkungan masih kurang. Selain terbarukan, sistem pengairan, pemanfaatan
itu, dikarenakan latar belakang bahwa setiap prodduk daur ulang, penggunaan produk orga-
hotel pada kawasan pariwisata Asia Pasifik nik pada makanan dan program yang bertujuan
juga memiliki faktor pendorong yang dominan mereduksi penggunaan air. Adapun manfaat
secara makro dan mikro, maka perlu juga yang dapat diperoleh sebuah hotel dari pene-
kajian terhadap hal tersebut. Adapun tujuan rapan operasional berwawasan ramah ling-
dari penelitian ini adalah menemukan faktor kungan, antara lain:
apa yang menjadi pendorong utama pelak-
sanaan operasional hotel berwawasan ramah Cost saving. Menurut Buer (2013) peng-
lingkungan pada Hotel Orchid, Hotel Crowne hematan atas berbagai biaya adalah benefit
Palaza dan Hotel Dusit Thani Pattaya. Kemu- yang paling utama bagi sebuah hotel. Pihak
dian, hasil kajian terhadap ketiga hotel tersebut hotel dapat memaksimalkan upaya-upaya
sebagai pendukung untuk menemukan faktor efisiensi dan mengurangi limbah sehingga
dominan dalam penerapan operasional hotel menjadi more cost-effective dibandingkan
berwawasan ramah lingkungan pada kawasan pesaingnya. Misalnya hotel dapat mengurangi
Asia Pasifik sehingga memberikan referensi konsumsi energi sebesar 20% - 40% tanpa
bagi industri perhotelan di Indonesia agar ter- mengurangi performance.
cipta operasional hotel yang berbasis ramah
lingkungan dalam arti dan pelaksanaan yang Competitive advantage. Green hotel memberi-
sebenarnya. kan daya saing sebagai pemimpin di dalam
industri. Selama ini, operasional hotel ber-
KAJIAN PUSTAKA wawasan ramah lingkungan menjadi persya-
Operasional Hotel Berwawasan Ramah ratan utama khususnya seiring dengan biaya
Lingkungan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
semakin meningkat, peraturan yang semakin
Operasional hotel berwawasan ramah ling- ketat dan peningkatan permintaan dari konsu-
kungan dipicu oleh timbulnya dampak-dampak men yang telah sadar akan lingkungan. Oleh
negatif terhadap lingkungan yang berasal dari sebab itu, hotel yang melaksanakan operasional
operasional hotel sehari-hari (Graci et al., hotel berwawasan ramah lingkungan akan
2009; Setiawati, 2014). Dahulu, tidak banyak memiliki peluang besar untuk mencapai
yang tertarik terhadap praktik bisnis hijau di competitive advantage dengan menjadi “ter-
industri perhotelan hingga pada akhirnya mun- depan” dalam siklus sustaibanility yang muncul
cullah The Interanational Hotels Environment secara global.
Initiatives (IHEI) pada tahun 1992 (Orioczki,
2012). IHEI adalah 11 jaringan hotel inter- Employee performance. Dapat mendorong
nasional yang setuju untuk bekerjasama melak- munculnya antusias dan memotivasi karyawan
sanakan progam “Green Globe” yang diarah- untuk mendukung tujuan pertumbuhan yang
kan agar hotel berkomitmen untuk ikut berkelanjutan. Selain itu, menurut hasil studi
meningkatkan perlindungan terhadap ling- Cathy Enz dan Judy Siguaw yang berjudul
kungan berdasarkan pedoman secara inter- “Best Hotel Environmental Practices,” mene-
nasional sekaligus menjadi ahli dalam operasi- mukan bahwa operasional hotel berwawasan
onal ramah lingkungan melalui komitmen logo ramah lingkungan berdampak positif pada
tersebut secara terbuka. Berkat desakan dari kepuasan kerja, moral, kebanggan dan loyalitas
jaringan hotel tersebut akhirnya operasional karyawan.
hotel ramah lingkungan semakin berkembang
dan menjadi aktivitas wajib bagi hotel. Customer satisfaction, motivation and loyalty.
Menurut Ruiz et al. (2010) dalam Hal ini dapat dicapai karena konsumen yang
Setiawati (2014), hotel yang dikatakan berbasis memiliki nilai-nilai kepedulian terhadap
ramah lingkungan adalah hotel yang mensi- lingkungan dapat terpenuhi permintaannya oleh
48 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

operasional hotel yang berwawasan ramah Jauhari, 2007). Di dalam penelitian ini faktor-
lingkungan. Selama 25 tahun permintaan faktor pendorong yang dianalisa yaitu govern-
konsumen akan hal ini telah menunjukkan ment, customer demand, level of competition,
peningkatan. Konsumen semakin perhatian greenness at the firm level dan attitude toward
terhadap program daur ulang, efisiensi bahan change. Faktor-faktor inilah yang menjadi pen-
bakar transportasi dan makanan organik. dorong penerapan penerapan operasional hotel
berwawasan ramah lingkungan.
Regulatory compliance. Banyak sekali per-
aturan negara yang mengatur penggunaan Government
limbah, air, emisi gas rumah kaca dan peng- Menurut Darnall et al. (Shairullizan et al.,
gunaan energi. Hotel harus bisa mengantisipasi 2013), regulasi dan instansi pemerintah meru-
peraturan-peraturan yang akan muncul di masa pakan pihak pemangku kepentingan yang
mendatang dan termasuk biaya. Dengan pelak- paling jelas terlihat dalam mempengaruhi dan
sanaan green hotel konsisten dapat memudah- mengendalikan operasional berwawasan ramah
kan perusahaan untuk beradaptasi dengan per- lingkungan. Hal tersebut merupakan kekuatan
aturan dan menghindari potensi biaya-biaya yang dapat dipaksakan. Di dalam penelitian ini,
yang muncul. regulasi yang dimaksud adalah seperangkat
aturan dan hukum yang didesakkan oleh
Risk management. Graci and Doods (2009) instansi pemerintah suatu daerah tertentu
mengungkapkan bahwa perusahaan yang kepada masyarakat publik (termasuk organisasi
mengintegrasikan isu lingkungan dalam setiap bisnis) mengenai praktek-praktek bisnis yang
keputusan bisnis dan mengurangi dampak berwawasan lingkungan. Menurut Rivera et al.
lingkungannya dapat meningkatkan “posisi” (2009), regulasi antara lain peraturan perlin-
menjadi lebih baik, sehingga mengamankan dungan lingkungan, peraturan untuk mengon-
investasinya dan reputasi perusahaan. trol, peraturan dalam pelaksanaan suspensi dan
denda/hukuman bagi pelanggar. Regulasi
Faktor-faktor Pendorong (Driver Factors) terdiri dari struktur intensif yang telah di-
Menurut Shairullizan et al. (2010:108), drivers canangkan oleh institusi pembuat peraturan
diartikan sebagai motivasi dan indusamen untuk memotivasi organisasi bisnis untuk
(bujukan) yang dapat memotivasi organisasi mengadopsi operasional berwawasan ramah
bisnis untuk mau mengadopsi segala bentuk lingkungan (Freedman et al., 2010).
aktivitas bisnis yang berwawasan ramah ling- Regulasi dari institusi merupakan
kungan. Le et al. (2006) menemukan faktor- desakan yang berasal dari luar perusahaan yang
faktor pendorong terdiri atas tiga kategori, yaitu menjadi poin awal dan paling mempengaruhi
perceived innovation characteristics (com- untuk melaksanakan perubahan proses bisnis
plexity, compatibility, observability dan relative menjadi bisnis ramah lingkungan (Persic,
advantages), perceived environmental charac- 2005). Menurut Tzschenthe et al. (Calvache
teristics (level of competition, customer and Evra, 2008) mengungkapkan bahwa
demand dan government/regulation) dan regulasi harus dapat diimbangi dengan insentif
organizational characteristics (firm size, loca- dan penghargaan atau pengakuan bagi per-
tion, “greenness” at the firm level dan attitude usahaan yang telah menerapkan bisnis yang
toward change. Delmas and Toffel (2004) berwawasan lingkungan
mengungkapkan faktor-faktor pendorong pada Customer Demand
perusahaan di Inggris terdiri atas beberapa Di dalam banyak kasus, tuntutan dari konsu-
kategori yaitu parent company characteristics, menlah yang memberikan pengaruh besar pada
facility characteristics, historical environ-
mental performance, firm level dan facility keputusan-keputusan untuk berbasis ling-
level. Pressure antara lain: consumer demand, kungan bagi perusahaan. Di dalam penelitian
increasing environmental regulations, mana- Digalwar et al. (2013), diuraikan bahwa,
gerial concern with ethics, customer satisfac- “social environmental responsibility is a vital
tion, maintenance issues related to the physical management function and appears to be overall
plant dan the need for aesthetic (Manaktola and cost leadership without ignoring quality and
service”. Post and Altman (1994) menyebutnya
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 49

sebagai value-driven environmentalism. tindakan proaktif dengan tujuan untuk belajar


Sebenarnya ini merupakan peluang yang bagus dan bereksplorasi untuk mematahkan perang
untuk perusahaan apalagi ketika berhasil harga dan promosi. Menurut Sigala (2006)
memenuhi keinginan konsumen untuk mem- yang berkaitan dengan faktor lingkungan, pada
berikan pelayanan yang berwawasan ramah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
lingkungan (Kirchoff et al., 2011). Sloan et al. bahwa persaingan dapat meningkatkan inovasi
(2009) mengartikan permintaan konsumen dan adaptasi. Persaingan yang ketat mendorong
sebagai faktor pendorong yang paling kuat dan organisasi bisnis untuk meningkatkan ino-
mempengaruhi perusahaan. Hal yang sama juga vasinya.
dikemukakan oleh Foster, Sampson and Dunn Oleh sebab itu, para manajer yang
(Mensah and Mensah, 2013), yaitu: “customer sangat sadar bahwa persaingan harus dihadapi
demand as one of the force exerting pressure maka kebutuhan mereka besar pula terutama
on service sector firms to be environmentallt keinginan untuk melakukan bisnis yang ber-
friendly” wawasan lingkungan guna mencapai compe-
Menurut Eltayeb et al. (Shairullizan, titive advantage. Sebaliknya, para manajer
2013:109) bahwa permintaan konsumen di- yang kurang menyadari persaingan tidak akan
definisikan sebagai desakan atau keharusan terdorong untuk inovatif (Sigala, 2006). Jadi
yang didesak oleh konsumen organisasi atau intinya, bahwa tingkat kompetisi pada industri
konsumen individu mengenai kebutuhan hijau menunjukkan tingkat persaingan yang dihadapi
yang spesifik dalam bentuk barang dan jasa. perusahaan dimana kemudian akan mengen-
Permintaan konsumen adalah green demands, dalikan apakah perusahaan dapat menjadi ino-
yaitu kebutuhan dan spesifikasi khusus yang vatif atau tidak. Quazy (Calvache and Evra,
ditentukan oleh konsumen yang justru sangat 2008) mengungkapkan bahwa sebuah perusa-
terdekat dari perusahaan, untuk kemudian haan harus cepat dalam melakukan rencana
diwujudkan oleh perusahaan dalam bentuk stategis yang mengikutsertakan pertimbangan
barang dan jasa (Blimberg, 1999; Christmann lingkungan sebelum dilakukan oleh pesaing.
& Taylor, 2001). Menurut Julie Baylor pada the Jika tidak, maka peluang mendapatkan pasar
J.D Powers (2009) di dalam Hotel Business “hijau” akan hilang begitu saja.
Review diungkapkan bahwa kesadaran kon-
sumen pada operasional hotel ramah ling- Greenness at the Organizational Level
kungan telah memberikan dampak besar bagi Sejumlah peneliti menyatakan bahwa dengan
kepuasan konsumen. Tidak hanya kepuasan, mengimplementasikan “greenness” pada ting-
justru dengan adanya permintaan konsumen kat organisasi, dapat meningkatkan kinerja
dapat menjadi panduan bagi hotel untuk men- lingkungan meskipun akan mengikutsertakan
definisikan apa gagasan ramah lingkungannya, beberapa jenis biaya (Darnall et al., 2008).
bagaimana upaya peningkatannya serta apa Greenness at the organizational level sebagai
strateginya (Calvache and Evra, 2008). Pene- kesadaran dan perhatian perusahaan untuk
litian sebelumnya menunjukkan customer melindungi lingkungan dan bertingkah laku
demand merupakan faktor yang mengendalikan untuk mewujudkan pertumbuhan yang ber-
dan mempengaruhi operasional hotel ber- kelajutan (Houdre, 2008). Peneliti menyatakan
wawasan ramah lingkungan. bahwa faktor pendorong ini mereduksi biaya
untuk penghematan energi, pengurangan
Level of Competition limbah, daur ulang dan pengurangan packaging
Level of competition dapat diartikan sebagai dan biaya transportasi.
kekuatan dari pesaing pada keadaan dimana Sejak tahun 1994 greenness at the
persaingan memang sangat ganas ataupun organizational level menjadi komitmen perusa-
sebaliknya yang disebabkan oleh jumlah haan dan keterlibatan perusahaan terhadap
pesaing di dalam pasar dan kekurangan atau bisnis berwawasan ramah lingkungan yang
kemunculan peluang-peluang yang potensial menargetkan tujuan dengan cara melahirkan
demi pertumbuhan di masa mendatang (Chan, ide-ide dan nilai-nilai pada seluruh bagian
2008). Bahkan perusahaan harus bisa beradap- organisasi (Finch, 2003). Menurut sejumlah
tasi yang sesuai ketika persaingan sedang kuat, peneliti dan praktisi, greenness at the organi-
harus bisa sadar akan resiko dan melakukan zational level mendorong langsung pada kinerja
50 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

sehinggga: (1) meningkatkan loyalitas karya- para pekerja dan nilai-nilai profil perusahaan
wan; (2) mengurangi turnover karyawan; (3) (Quazy dalam Calvache and Evra, 2008).
meningkatkan kemampuan karyawan untuk
mempertahankan kualitas staf khususnya kar- Kinerja Lingkungan
yawan yang masih muda; dan (4) memotivasi Kinerja terhadap lingkungan mencerminkan
karyawan untuk lebih peduli terhadap kinerja perusahaan dalam mewujudkan tujuan
lingkungan (Le et al., 2006 ). ekonomi dan lingkungan. Kinerja lingkungan
Attitute Toward Change merupakan outcomes yang positif sebagai
Suatu organisasi dengan kapasitas besar untuk perwujudan pelestarian lingkungan dan alam
terus melakukan inovasi akan meraih (Freedman and Jaggi, 2010). Pemahaman
kesuksesan lebih dibandingkan yang lain, yaitu kinerja tidak dapat dilepaskan dari proses bisnis
keberhasilan untuk merespon lingkungannya (Johnstone, 2007 ). Di dalam penelitian (Zailani
dan mengembangkan kapabilitas yang dimilki- et al., 2012:728) dijabarkan pengertian kinerja:
Environmental performance implies positive
nya sehingga menjadi organisasi dengan kinerja results for the natural environment, such as the
yang superlatif. reduction of solid/liquid wastes, reduction of
Sejak tahun 1998, Hurley and Hult emissions, resource reductions, decrease of
(Shairullizan, 2013) berargumen bahwa model consumption of hazardous/harmful/toxic mate-
kinerja yang berbasis pasar diyakini oleh suatu rials, decrease of frequency of environmental
organisasi bisnis/perusahaan haruslah lebih accidents, and increase in compliance with
mengutamakan dan fokus pada kebiasaan yang environmental standards.
mengarah adanya perubahan misalnya meng- Kinerja lingkungan dapat berupa
implementasikan ide-ide baru, menawarkan produk atau jasa itu sendiri ataupun aspek yang
jasa dan proses operasional yang tidak biasa terkait, misalnya pemanfaatan air sisa operasi-
daripada hanya proses belajar misalnya onal dan solusi untuk energi alternatif sehingga
pengembangan ilmu yang sudah dipahami dan menjadi pembeda dan membuka peluang yang
pandangan yang telah biasa. Seperti inilah per- lebih besar (Manaktola and Jauhari, 2007).
usahaan semustinya merespon pasar. Hurley Menurut konsultan De Silva dalam National
and Hult (Shairullizan, 2013) mendefiniskan Green Jobs Conference (2011) di Sri Lanka,
attitude toward change yaitu, terdapat 7 indikator kinerja lingkungan, sama
“Attitude towards change as the organization seperti yang juga diungkapkan oleh Garce-
being able to enternew or establish markets Ayerbe (2012), yaitu: efisiensi energi, konser-
with new of existing goods, in which the vasi dan manajemen, minimalisir jumlah peng-
organization can implement new ideas, services gunaan air bersih, manajemen limbah air ter-
or practices”. pakai, minimalisir limbah, pencegahan polusi
Le et al. (2006) pun menguraikan udara dan suara, konservasi ekosistem dan
pengertian faktor pendorong ini yang setara manajemen emisi gas rumah kaca.
antara inovasi yang terdiri dari ide, praktik ope-
rasional dan konsep-konsep dengan apa yang Analisis Lingkungan Makro
dirasakan sebagai peniru potensial. Artinya,
perusahaan yang menekankan budaya inovasi Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
ketika sumber daya terbatas jumlahnya akan dangat diperhitungkan dalam pengelolaan
lebih cenderung mampu mengimplementasikan kegiatan bisnis. Lingkungan sangat berpenga-
sesuatu yang inovatif dan mengembangkannya ruh dalam perencanaan strategi bisnis. Griffin
menjadi competitive advantage. and Ebert (2005) mengemukaan bahwa
Pemanfaatan teknologi informasi dan lingkungan eksternal adalah segala sesuatu di
komunikasi dalam aktivitas operasional hotel luar batas-batas organisasi yang mungkin
dapat pula menjadi inovasi yang dapat mem- mempengaruhi organisasi. Lingkungan makro
berikan nilai tambah sekaligus mengurangi (analisis PEST) terdiri dari:
dampak terhadap lingkungan (Ruiz-Molina et
al. (2010). Namun hal tersebut harus didukung Faktor politik
oleh tingkat pengetahuan para manajer yang Perubahan-perubahan kebijakan pemerintah
mumpuni. Selain itu juga didukung dedikasi dapat berupa peraturan yang dapat menjadi
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 51

ancaman atau peluang perusahaan. Situasi kan penelitian ini mencoba menggali informasi
politik yang tidak kondusif akan berdampak atau permasalahan yang relatif masih baru.
negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebalik- Selain itu, penelitian eksploratif juga bertujuan
nya. Yang harus diperhatikan dari faktor politik untuk menghasilkan ide dan mengembangkan
adalah undang-undang revelan dengan industri. teori-teori tentatif yang mampu memprediksi
Dalam hal ini, khususnya adalah peraturan terjadinya gejala sosial. Berdasarkan tempat,
mengenai hotel ramah lingkungan, peraturan penelitian ini adalah penelitian kepustakaan
emission footprint, aturan pencegahan polusi, (library research). Library research menjadi
perpajakan dan insentif bagi bisnis berwawasan bagian dari penelitian deskriptif (Nazir, 2005).
ramah lingkunan dan aturan penggunaan Menurut Zed (2008) penelitian kepustakaan
sumber daya energi dan air pada tingkat pusat lebih daripada sekedar fungsi sebagai pem-
maupun daerah. bentuk kerangka penelitian, kajian teoritis atau
mempertajam metodologi pada jenis penelitian
Faktor ekonomi lainnya.
Faktor ekonomi yang dianalisis dalam peneli- Melalui penelitian ini, peneliti melaku-
tian ini adalah terkait jumlah kunjungan wisa- kan eksplorasi faktor pendorong yang dilaku-
tawan berdasarkan kawasan wisata. Selain itu kan oleh objek hotel-hotel ramah lingkungan
pertumbuhan industri pariwisata menurut pada cakupan global. Penelitian ini pun untuk
laporan terkini UNWTO pada masing-masing memahami makna dibalik data yang bersing-
kawasan karena hal ini dapat menjadi peluang gungan langsung antara faktor pendorong
atau ancaman bagi perkembangan hotel ber- dengan operasional hotel berwawasan ramah
wawasan ramah lingkungan. lingkungan serta kinerja lingkungan. Untuk
mewujudkan tujuan tersebut, maka pendekatan
Faktor sosial penelitian ini adalah metode kualitatif dikare-
Faktor sosial yang dianalisis dalam penelitian nakan penelitian kepustakaan (library
ini adalah terkait kesadaran wisatawan akan isu research) merupakan jenis penelitian kualitatif
lingkungan dan lifestyle dalam memilih hotel yang pada umumnya tidak terjun ke lapangan
untuk menginap. Selain itu, nilai-nilai ramah dalam pencarian sumber datanya.
lingkungan yang dimiliki oleh konsumen Populasi didalam penelitian ini adalah
terhadap jasa penginapan yang berwawasan hotel- hotel ramah lingkungan yang menjadi
ramah lingkungan sekaligus upaya dukungan anggota ITP. Hingga tahun 2013, jumlah ang-
untuk keberhasilan hotel berwawasan ramah gota ITP adalah 18 perusahaan hotel ber-
lingkungan. jaringan internasional dan 20 hotel independent
yang berlokasi di kawasan Asia dan Pasifik,
Faktor Teknologi kawasan Amerika, kawasan Eropa dan kawasan
Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar Afrika dan Timur Tengah.
baru, perkembangan produk, merubah biaya Sampel merupakan bagian yang di-
kompetitif yang relatif serta membuat barang ambil dari populasi dan diharapkan sampel
dan jasa menjadi cepat dalam penggunaannya. yang digunakan dapat mewakili keseluruhan
Faktor teknologi dalam penelitian ini adalah populasi yang ada (Wibisno, 2013). Teknik
terkait akses terhadap perkembangan teknologi sampling pada penelitian ini adalah purposive
terbaru, infrastruktur internet, pembiayaan ter- sampling. Purposive sampling adalah teknik
hadap penelitian dan pengembangan serta pengambilan sampel sumber data dengan
legislasi terhadap teknologi untuk penerapan pertimbangan dan tujuan tertentu (Sugiyono,
operasional hotel berwawasan ramah ling- 2013:216). Untuk mendapatkan sampel,
kungan. peneliti mengajukan karakteristik tertentu
sebagai pertimbangan, yaitu lokasi hotel, bin-
METODE PENELITIAN tang 4, kepemilikan hotel baik jaringan hotel
Berdasarkan tujuannya, penelitian ini adalah internasional dan hotel independent, umur
penelitian eksploratif. Menurut Martono hotel, serta penghargaan di bidang ramah ling-
(2010:16) penelitian eksploratif dapat dikata- kungan yang pernah diperoleh dari pemerintah
kan sebagai penelitian pendahuluan dikarena- dan lembaga pemerhati lingkungan. Dari
seluruh populasi yang terdapat pada ITP, maka
52 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

terdapat 3 hotel di kawasan Asia Pasifik yang triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Tri-
memenuhi karakteristik yang telah dijabarkan angulasi sumber yaitu melakukan wawancara
di atas sehingga dijadikan objek dalam dengan beberapa orang pakar, antara lain pakar
penelitian ini, yaitu Hotel Orchid Mumbai bidang manajemen operasional, pakar industri
(India), Hotel Crowne Plaza (Australia) dan pariwisata dan perhotelan dari Sekolah Tinggi
Hotel Dusit Thani Pattaya (Thailand). Pariwisata Bandung dan perwakilan dari Inter-
Variabel dalam penelitian ini, yaitu national Tourism Partnership (ITP) yang ber-
variabel faktor pendorong dan kinerja ling- kantor di Inggris. Triangulasi teknik yaitu
kungan yang menjadi dasar dalam analisa baik mengecek data kepada sumber yang sama
secara makro maupun mikro pada tingkat orga- dengan teknik wawancara, dokumentasi kasus
nisasi bisnis. Di dalam penelitian ini data yang pada Green Hotelier dan observasi pada pre-
diperlukan adalah data yang berkaitan dengan sentasi yang disediakan, seperti video resmi.
operasional hotel, program-program sebagai Metode analisis yang digunakan
wujud mengatasi dampak lingkungan yang didalam penelitian ini adalah analisis isi
dilakukan oleh setiap hotel serta data kinerja (content analysis). Data deskriptif sering hanya
lingkungan. Penelitian ini memperoleh data dianalisis menurut isinya (analisis isi) yaitu
primer dari wawancara dengan para ahli suatu teknik analisis data penelitian untuk
manajemen operasional, pakar industri per- membuat kesimpulan-kesimpulan yang dapat
hotelan dan perwakilan dari International ditiru dan dengan data yang valid, dengan
Tourism Partnership (ITP) untuk menegaskan memperhatikan konteksnya (Suryabrata, 2003).
proses operasional hotel berwawasan ramah Di dalam library research, peneliti
lingkungan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis-sintesis. Menurut Zed
mengumpulkan data sekunder melalui jurnal- (2008) analisis adalah upaya sistematik untuk
jurnal ilmiah internasional, Makalah/Prosiding mempelajari pokok persoalan penelitian dengan
Konferensi/Seminar, Working paper, publikasi memilah-milah atau menguraikan komponen
pemerintah atau lembaga NGOs yang perhatian informasi yang telah dikumpulkan ke dalam
terhadap industri perhotelan, Thesis dan Diser- bagian-bagian. Sintesis adalah upaya mengga-
tasi, referensi buku-buku, dokumen-dokumen bung-gabungkan kembali hasil analisis ke
dari organisasi pariwisata dunia, website dari dalam struktur konstruksi yang dimengerti
organisasi yang mengkaji industri pariwisata secara utuh, keseluruhan. Untuk memperkuat
dan industri perhotelan, website universitas- analisis isi, analisis data juga dilakukan dengan
universitas yang fokus pada jurusan perhotelan model Miler & Huberman (1984) yaitu data
dan artikel-artikel yang dianggap revelan reduction, data display dan conclution
dengan topik penelitian. drawing/verification (Sugiyono, 2013:246).
Teknik pengumpulan data yang di- Analisis tersebut dilakukan secara simulatan
gunakan di dalam penelitian ini antara lain: sejak awal penelitian hingga akhir serta
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. interpretasinya (Creswell, 1994).
Wawacara terstruktur dilakukan secara men-
dalam terhadap pakar manajemen operasional, HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
pakar industri perhotelan dan perwakilan ITP Analisis Faktor Pendorong Hotel Ramah
yang berkantor di Inggris secara korespondensi Lingkungan
melalui pesan elektronik. Selain itu, wawancara
juga bertujuan untuk memperoleh rekomendasi Setiap program ramah lingkungan yang telah
dari ITP mengenai standar penerapan operasi- disusun untuk kemudian diterapkan didalam
onal hotel berwawasan ramah lingkungan operasional jasa oleh hotel-hotel, tentu
secara holistik. dimotivasi oleh faktor-faktor pendorong.
Uji validitas dan reliabilitas di dalam Berdasarkan hasil reduksi data mengenai
penelitian ini adalah dengan melakukan tri- penerapan operasional hotel berwawasan ramah
angulasi. Menurut Sugiyono (2013) triangulasi lingkungan, diperoleh sajian (display) faktor
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan se- pendorong pada masing-masing hotel.
bagai pengecekan data dari berbagai sumber Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa objek
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. hotel ramah lingkungan memiliki seluruh faktor
Triangulasi di dalam penelitian ini adalah pendorong. Pada Hotel The Orchid Mumbai,
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 53

faktor government didorong oleh adanya kebi- Pada Hotel Crowne Plaza Melbourne,
jakan pemerintah bidang pariwisata untuk faktor government didorong oleh adanya
mensyaratkan sertifikasi sebagai hotel ramah tekanan dari pemerintah Melbourne agar
lingkungan jika ingin dipromosikan secara terwujud kota yang “Saving in the City”. Pihak
resmi. Dalam persaingan, hotel ini telah men- Melbourne Convention and Visitors Bureau
jadi leader di India karena didorong partisipasi selalu membuat laporan kepada publik setiap
tinggi dari Green Eyes yaitu seluruh karyawan. tahunnya yaitu Melbourne’s Green Credentials
Selain itu pemilik hotel, yaitu Vithal Kamat, Report untuk melaporkan praktek-praktek
menjadi green champion dan menyebarkannya berwawasan lingkungan dan pertumbuhan yang
kepada seluruh stakeholder. Ini menunjukkan berkelanjutan oleh sejumlah industri, termasuk
kepemimpinan yang mengutamakan ramah industri perhotelan. Dengan kontrol pemerintah
lingkungan sehingga misi lingkungan dirasakan yang ketat justru meningkatkan persaingan
seluruh stakeholder. Training disertai insentif antar hotel ramah lingkungan sehingga Hotel
mendorong karyawan lebih mengedepankan Crowne Plaza harus meningkatkan inovasi
kebiasaan-kebiasaan menjaga lingkungan teknologi untuk efisiensi serta program my
dalam bekerja. Smart Engange untuk pihak eksternal.

Tabel 1. Faktor Pendorong pada Hotel The Orchid Mumbai


No. Faktor Pendorong Deskripsi
(Driver Factors)
1. Telah ada peraturan pemerintah setempat.
2. Banyak organisasi yang bergerak di bidang pariwisata memberikan
1. Government sertifikasi terhadap hotel.
3. Terdapat prasayarat untuk pencapaian sebagai hotel dengan standar
ECOTEL.
1. Wisatawan domestik belum memikirkan lingkungan, namun
wisatawan mancanegara yang membutuhkan fasilitas green room
2. Adanya respon positif dari konsumen untuk mau berpartisipasi
2. Customer Demand sebagai pelaku dalam menciptakan hotel ramah lingkungan.
3. Adanya keinginan konsumen untuk menjadi Green Account bagi
green consumer.
1. Adanya persainganketat hotel untuk menghadirkan konsep ramah
lingkungan di Mumbaiterutama ITC Hotels Group yang seluruh
3. Level of Competition
brand hotelnya berwasan ramah lingkungan dan terkenal.
2. Adanya perang promosi antar hotel sebagai leader hotel ramah
lingkungan.
1. Adanya pernyataan misi untuk menjadi hotel ramah lingkungan.
2. Pemilik memiliki leadership dan green champion.
Greenness at the 3. Hadirnya pemilik menjadi pelaku utama ECOTEL
4. Organizational Level 4. Terdapat green team (disebut Green Eyes, diwakili 2 orang dari
setiap departemen) yang mau berpartisipasi aktif dalam projek
5. Adanya insentif yang material dan non material.
1. Tingginya kreatifitas dan inovasi peralatan kamar ramah lingkungan
2. Adanya supplier yang juga menerapkan bisnis ramah lingkungan
(supplier kayu)
5. Attitude toward Change 3. Hotel memiliki kemampuan adaptasi tinggi terhadap operasional
ramah lingkungan.

Sumber: Diolah oleh penulis.


54 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

Tabel 2. Faktor Pendorong pada Hotel Crowne Plaza


No. Faktor Pendorong Deskripsi
(Driver Factors)
1. Ada tekanan dari pemerintah Melbourne “Saving in the City”
2. Adanya peluang antara pihak hotel dan pemerintah untuk saling
1. Government bekerjasama menyusun pengembangan lahan perhotelan
3. Adanya standarisasi operasional ramah lingkungan disebut Engage
Principles.
1. Adanya respon positif terhadap penerapan “mySmart EnGauge”
2. Customer Demand untuk mengajak konsumen berhemat listrik
2. Tamu memiliki nilai-nilai lingkungan yang spesifik.
1. Adanya persaingan ketat sejumlah hotel di Melbourne yang telah
menerapkan operasional ramah lingkungan.
3. Level of Competition 2. Jumlah hotel ramah lingkungan terus bertambah.
3. Adanya persaingan sehat sesama brand hotel di bawah naungan IHG
untuk menjalankan operasional hotel ramah lingkungan secara
konsisten.
1. Terdapat green team
2. Misi terhadap lingkungan jelas sesuai pilar the tripe bottom line
4. Greenness at the 3. Adanya monitoring dari pihak eksternal (Asosiasi Perhotelan
Organizational Level Australia).
4. Projek-projek yang dilaksanakan mengikuti arahan dari grand-
project pemerintah Council.
1. Menerapkan teknologi the enGauge Screen yang menampilkan
5. Attitude toward Change penggunaan energydan emisi yang dihasilakn secara real time
2. Perlunya training daur ulang untuk karyawam baru
3. Adanya tuntutan untuk melakukan sustainability audit.
Sumber: Diolah oleh penulis.

Tabel 3. Faktor Pendorong pada Hotel Dusit Thani Pattaya


No. Faktor Pendorong Deskripsi
(Driver Factors)
1. Pemerintah Thailand memberikan pressure terhadap industri
1. Government pariwisata dengan persyaratan sertifikasi Green Leaf.
2. Terdapat 10 prinsip “green hotels” yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Thailand bidang Pariwisata.
2. Customer Demand 1. Adanya tuntutan nilai-nilai lingkungan konsumen, disertai dengan
penyesuaian terhadap kondisi alam Thailand yang masih natural.
1. Persaingan pada industri hotel ketat karena terdapat 17 hotel dan 10
3. Level of Competition resorts terbaik di Thailand yang telah menjadi hotel ramah
lingkungan.
1. Pemilik dan stakeholder menjadi pemimpin Green Team Committee
4. Greenness at the 2. Misi gagasan hijau jelas dengan pengalaman 10 tahun
Organizational Level 3. Adanya partisipasi dari seluruh departemen dalam setiap program
yang bertujuan ramah lingkungan
1. Adanya kebutuhan pasar pariwisata Thailand
2. Inovasi dan kreativitas diiringi penggunaan teknologi (contohnya
5. Attitude toward Change Adam Peak Load Demand Controller untuk mengatur suhu pada jam
sibuk)
3. Training dan transfer pengetahuan bagi karyawan
4. Adaptasi cepat.
Sumber: Diolah oleh penulis.
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 55

Pada Hotel Dusit Thani Pattaya, faktor rintah sebagai kamar ramah lingkungan terbaik.
government didorong oleh adanya persyaratan Berbagai inovasi produk yang disediakan ber-
Green Leaf Certification dan kewajiban 10 asal dari bahan-bahan dasar yang mudah didaur
prinsip hotel ramah lingkungan yang ditetapkan ulang seperti gantungan baju dari serbuk ger-
oleh pemerintah Thailand bidang pariwisata. gaji dan sandal dari anyaman rumput kering.
Hal ini dilakukan untuk mewujudkan program Tidak berarti penggunaan peralatan berbahan
pemerintah Thailand yaitu sebagai Green daur ulang ini mengorbankan kepuasan tamu
Travel Destination. Hal ini mendorong pula tetapi justru lebih ekonomis. Bahkan untuk
persaingan yang ketat, terutama hotel-hotel penataaan landscape, Hotel The Orchid Mum-
terkenal yang merajai industri untuk menerap- bai menggunakan 15% semen dan 60% beton
kan operasional ramah lingkungan. Bagi Hotel dan kayu dicampur material yang mengandung
Dusit Thani Pattaya proses adaptasi berlang- Autoclaved Aerated Concrete (AAC) yaitu
sung cepat terhadap permintaan pasar dan pengganti batu bata yang lebih halus yang
dorongan dari pimpinan tertinggi agar mem- dapat menyerap suara lebih baik dibandingkan
bantu Green Team Committee juga memiliki batu bata. Sebagai benefit, Hotel The Orchid
kepemimpinan yang baik. Hotel ini juga Mumbai berhasil mencapai cost saving ter-
banyak menyelenggarakan proyek lingkungan utama biaya-biaya untuk perlengkapan, tagihan
seperti penataan taman dan pembuatan biopori. listrik, biaya perawatan gedung dan taman.
Hotel ini juga memiliki competitive advantage
Analisis Kinerja Lingkungan Hotel Ramah yang menawarkan green room sebaik-baiknya
Lingkungan di India sehingga menjadi satu-satunya hotel di
Operasional hotel berwawasan ramah ling- Asia, bahkan sedunia, yang berhasil meraih 84
kungan menghasilkan kinerja lingkungan. perhargaan di bidang lingkungan. Ini adalah
Berikut ini outcomes positif yang diperoleh dari modal besar bagi manajemen untuk berkem-
operasional hotel berwawasan ramah ling- bang yang lebih besar kedepannya. Untuk
kungan pada masing-masing objek penelitian, karyawan, Hotel The Orchid Mumbai telah
meliputi water management, energi efficiency, memperoleh benefit antara lain adanya kesa-
waste & resource recovery, purchasing policies daran dampak lingkungan (37%), prakek di
and ecological aspects dan juga noise, air rumah (98%), menjadi relawan satu jam per
quality & landscape integration. Berdasarkan minggu (65%), ikut serta terlibat dalam projek
hasil reduksi data mengenai pencapaian- lingkungan (94%) seperti konservasi alam dan
pencapaian kinerja lingkungan yang ber- keinginan kuat menjaga lingkungan hotel di
kelanjutan, diperoleh sajin (display) seperti masa mendatang (99%) (orchidhotel.com). Dari
pada tabel 4. segi kepatuhan, dapat dikatakan bahwa Hotel
Pada Hotel The Orchid Mumbai, The Orchid Mumbai juga mematuhi peraturan-
kinerja yang paling tampak adalah menyedia- peraturan pemerintah bidang pariwisata dan
kan green room yang telah diakui oleh kon- mengatisipasi resiko di masa datang seperti
sumen dan pihak lembaga sertifikasi dan peme- resiko biaya tambahan maupun program CSR.
Tabel 4. Kinerja Lingkungan pada Hotel The Orchid Mumbai
No. Faktor Pendorong Deskripsi
(Driver Factors)
1. Water Management 1. Berhasil menghemat 50% air dari total keseluruhan operasional.
2. Energy Efficiency 1. Berhasil mengurangi rata-rata 99,344 unit elektrik per bulan, setara dengan
mencegah emisi CO2 212.596 pounds ke atmosfir bumi per bulan
3. Waste and Resource 1. Menguraikan 40.000 kg sisa bahan makanan menjadi kompos untuk
Recovery taman.
Purchasing Policies 1. Penggunaan kertas berasal dari 25% bahan daur ulang.
4. & Ecological Aspects 2. Peralatan di dalam kamar adalah 100% biodegrable products (contoh:
gantungan baju berasal dari serbuk gergaji)
Noise, Air Quality & 1. Dinding panel yang berasal dari semen ramah lingkungan (dari pupuk
5. Landscape limbah) yang disebut Portland Pozzolana Cement untuk mengurangi
Integration penggunaan bebatuan dan tanah.
Sumber: Dari berbagai sumber dan diolah oleh penulis.
56 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

Tabel 5. Kinerja Lingkungan pada Hotel Crowne Plaza


No. Faktor Pendorong Deskripsi
(Driver Factors)
1. Dengan Flow Restrictors, berhasil menghemt air dari 12 liter per
1. Water Management kamar menjadi 9 liter.
2. Dengan Waterless Urinals, mengendalikan pemakaian dari untuk
menyiram toilet hanya 6 liter dibandingkan sebelumnya 12 liter.
1. Dengan Inncom Guest Room Control, berhasil menghemat listrik
30%.
2. Berhasil menghemat penggunaan energy dari 267,29 mJ per tamu per
2. Energy Efficiency malam menjadi 178,4 mJ sehingga biaya 25% lebih rendah dari
sebelumnya.
3. Dengan lampu hemat energy, berhasil menghemat US$50.000 biaya
lampu dan US$17.500 biaya maintenance setiap tahun.
1. Limbah yang dihasilkan tamu menurun dari 14 liter, menjadi hanya 3
3. Waste and Resource liter per tamu per malam.
Recovery 2. Berhasil melakukan 87% daur ulang kertas
3. Biaya pengolaan limbah hemat $17.000 per tahun.
1. Berhasil mendaur ulang 87% kertas sehingga sampah kertas menurun
4. Purchasing Policies & dari 93% menjadi 13% dari seluruh total sampah.
Ecological Aspects 2. Karena program daur ulang, berhasil mengurangi jumlah sampah
yang dihasilkan hanya sebanyak 4,7 liter per tamu.
Noise, Air Quality & 1. Menggunakan produk ramah lingkungan
5. Landscape Integration 2. Menggunakan 40% minyak sisa dapur untuk kebutuhan dapur
lainnya.
Sumber: Dari berbagai sumber dan diolah oleh penulis.
Tabel 6. Kinerja Lingkungan pada Hotel Dusit Thani Pattaya
No. Faktor Pendorong Deskripsi
(Driver Factors)
1. Berhasil mengurangi penggunaan air sebesar 14% menjadi 623,59
liter per kamar.
1. Water Management 2. Konservasi air dapat dimanfaatkan sebanyak 220.000 liter per hari
untuk menyiram taman.
3. Berhasil menghemat pengeluaran sebesar 63.950 Bath per bulan
1. Berhasil mengurangi penggunaan energy sebesar 12,40% yaitu
2. Energy Efficiency menjadi 192,69 mJ.
2. Dengan Screw penghangat air di kamar mandi, mengurangi
penggunaan energy sebesar 45% per kamar.
3. Waste and Resource 1. Berhasil mengurangi jumlah limbah sebesar 12,9% yaitu menjadi
Recovery 2,55 liter per kamar.
1. 80% melakukan daur ulang pada material hotel.
4. Purchasing Policies & 2. Mengurangi penggunaan produk-produk berbahan kimia untuk
Ecological Aspects housekeeping.
3. Membuat pupuk kompos.
1. Terdapat 75% ruang bebas asap rokok dan tidak lebih dari 25%
5. Noise, Air Quality & ruang merokok.
Landscape Integration 2. Berhasil menghadirkan tat ataman yang menyelaraskan dengan gray
water system dengan kapasitas air penyiraman sebanyak 700 kubik.
Sumber: Dari berbagai sumber dan diolah oleh penulis.
Pada Hotel Crowne Plaza Melbourne, hemat sumber daya energi dan air melalui apli-
kinerja yang paling tampak adalah efisiensi kasi teknologi seperti Waterless Urinals, The
energi dan air serta pengurangan emisi ke INNcontrol central management system yang
atmosfir bumi. Keberhasilan ini sejalan dengan menjaga kestabilan temperatur di kamar tamu.
tekanan dari pemerintah setempat untuk meng- Program pengurangan emisi juga sejalan
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 57

dengan misi Green Engange dari InternConti- Di Kawasan Asia, hotel-hotel mulai
nental Hotels Group (IHG) yang disesuaikan memperhatikan operasional berwawasan ramah
dengan peraturan Australia, yaitu The National lingkungan (atau mengadopsi praktek green
Greenhouse and Energi Reporting Act 2007 hotel) sejak tahun 1994. Pada permulaan
(NGERS). Kepatuhan terhadap peraturan dan dibentuk the Asia-Pasific Hotels Environmental
ketetapan pemerintah Melbourne ini dapat Initiatives (HEI) oleh 16 jaringan hotel
menghindari Hotel Crowne Plaza dari resiko- internasional. Penerapannya tidak mudah
resiko dan biaya-biaya ekstra yang akan begitu saja karena diperlukan pressure dan
dikeluarkan di masa mendatang untuk dapat paksaan dari pemerintah yang berwenang (baik
terus beroperasi pada industri perhotelan di pusat maupun daerah tujuan wisata) untuk
Melbourne. Namun pada sub variabel terakhir merealisasikan hotel ramah lingkungan secara
yang berkaitan dengan polusi suara, kualitas bersama-sama dengan pelaku industri ini. Saat
udara dan integrasi landskap (noise, air quality ini pemerintah pada sejumlah negara-negara di
& landscape integration), kinerjanya masih Asia mulai menetapkan regulasi untuk
harus ditingkatkan. Namun, manfaat terhadap menciptakan pariwisata yang berkelanjutan
cost saving ikut tercapai dengan adanya per- untuk jangka panjang atau hanya berfokus pada
aturan efisiensi air dan energi ini karena dapat dampak lingkungan yang ditimbulkan pelaku
mengurangi tagihan-tagihan dan biaya opera- perhotelan secara khusus untuk jangka pendek
sional. Untuk loyalitas karyawan dapat tercipta dan menengah.
karena saat ini perusahaan yang mengedepan- Dengan mempertimbangkan dampak
kan ramah lingkungan sedang menjadi impian kerusakaan dan pelestarian alam, pemerintah
bagi para pekerja, termasuk hotel-hotel di Thailand sejak dekade sebelumnya semakin
bahwa manajemen jaringan internasional gencar menetapkan peraturan untuk industri
InterContinental Hotels Group (IHG). pariwisata. Pemerintah Thailand mengeluarkan
Pada Hotel Dusit Thani Pattaya, semua Undang-undang yaitu Tourism Act tahun 1979.
kinerja lingkungan dapat dicapai secara seim- Kemudian diperbaharui sesuai dengan reko-
bang. Keberhasilan mengurangi penggunaan mendasi dari Kementerian Sains, Teknologi
energi sebesar sebesar 192,69 mJ didukung dan Lingkungan Thailand dibawah the
oleh teknologi antara lain Power Energi Moni- Enhancement and Conservation of National
toring & Control System yang telah digunakan Environmental Quality Act tahun 1992 menge-
sejak tahun 1995 berguna untuk mengontrol nai standar limbah dan polusi untuk perhotelan.
permintaan listrik pada saat puncak keramaian Selain itu, hotel-hotel yang beroperasi pun kini
hotel. Selain itu terdapat pula Ozone System diharuskan bersertifikasi resmi antara lain
dan Chillers Operation Control yang dapat Green Leaf, Tourism Authority of Thailand
menyimpan energi sebesar 21,900 kWh/tahun. (TAT) Certification, Travelife ataupun serti-
Teknologi dan partisipasi karyawan mendorong fikasi nasional dan global lainnya sebagai sya-
terwujudnya green hotel hingga brand Hotel rat untuk pemasaran. Dengan tekanan dan
Dusit Thani Pattaya dinobatkan oleh peme- kewajiban sertifikasi seperti itu justru hotel-
rintah sebagai hotel dengan penerapan ramah hotel menjadi terdorong untuk menerapkan
lingkungan terbaik di Thailand. Sebagai operasional berwawasan ramah lingkungan
imbalannya, Hotel Dusit Thani Pattaya men- demi bersaing dan menarik wisatawan lebih
dapat rekomendasi dari pemerintah untuk di- banyak.
promosikan kepada wisatawan dan percontohan Di Australia, peraturan mengenai
di industri perhotelan karena kepatuhannya penghematan konsumsi air untuk industri
pada peraturan. Pada akhirnya manfaat tersebut perhotelan sangat ketat dan diawasi oleh
akan memberikan perolehan revenue yang lebih pemerintah setempat dimana hotel berada.
besar lagi. Dengan stabilitas ekonomi yang terjaga dan
didukung dewan council terpilih yang memiliki
Analisis Spesifikasi Hotel Ramah Ling- keahlian (pakar), regulasi berkaitan polusi
kungan Kawasan Asia dan Pasifik justru bersinergi dengan perkembangan bisnis
Analisis politik secara simultan. Selain peraturan, pemerintah
juga mengadakan gagasan-gagasan dengan
partisipasi dari hotelier misalnya Saving in the
58 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

City di Melbourne dan Earth Hour. Kerjasama bunga di atas 7% (2012) sehingga iklim
antara pemerintah dan pelaku bisnis ini dapat investasi mengalami sedikit penurunan (power
semakin mempercepat terwujudnya bidang shift). Thailand menjadi salah satu negara yang
pariwisata yang berkelanjutan. mengalami peningkatan dan dilirik sebagai spot
Meskipun pemerintah India agak lam- invetasi, dengan kebijakan tingkat bunga 3%
ban untuk merespon isu lingkungan, namun diserta Thai REIT Law yang telah diperbaharui
kini justru sebaliknya dan menerapkan Energi sehingga meningkatkan likuiditas. Namun
Conservation Building Code sejak tahun 2007 sebenarnya bagi investor, pertimbangan iklim
untuk mengukur kinerja energi pada per- investasi ini harus dibarengi dengan pertim-
hotelan. Peraturan mengenai penerapan ope- bangan stabilitas politik yang saat ini justru
rasional hotel berwawasan ramah lingkungan sedang bergejolak.
tidak hanya ditetapkan secara individu oleh
pemerintah setiap negara, tetapi juga secara Analisis sosial
regional. Salah satunya adalah ASEAN Green Hotel yang menerapkan operasional
Hotel Standards oleh negara-negara di Asia berwawasan lingkungan tidak hanya hotel
Tenggara. mewah anggota jaringan hotel internasional,
tetapi juga hotel-hotel independent. Meskipun
Analisis ekonomi di India, justru hotel yang berjaringan-lah yang
Jumlah wisatawan berdasarkan laporan menjadi pionir dalam hotel yang berkelanjutan.
UNWTO tahun 2013 (UNWTO Tourism High- Dahulu isu lingkungan hanya merupakan
lights, 2013 Edition), kawasan Asia dan Pasifik program didalam Corporate Social Respon-
mendapatkan kunjungan sebanyak 15 juta sibility (CSR) namun kini telah menjadi core
wisatawan mancanegara dengan pertumbuhan kompetensi di dalam pengambilan keputusan
sebesar 7% dibandingkan tahun 2011. Secara bisnis sehingga memberikan kepuasan baru
total, jumlah kedatangan wisatawan adalah bagi konsumen yaitu “semua kembali ke alam”
sebanyak 234 juta kedatangan. Jumlah ini (natural values).
memberikan pendapatan skala regional sebesar Di India, wisatawan domestik masih
US$ 324 milyar atau setara dengan kontribusi kurang mempertimbangkan nilai-nilai ramah
30% pada total pariwisata dunia. lingkungan, namun wisatawan mancanegara
Region Asia Tenggara mendapatkan yang datang berkunjung sangat selektif dan
kunjungan wisatawan terbanyak sebesar 9% meningkatkan standar eco-friendly yang lebih
dari total kawasan Asia. Negara tertinggi ada- komprehensif. Hotel di Australia didorong
lah Thailand yang memperoleh peningkatan oleh gagasan ramah lingkungan dan strategi
kunjungan sebesar 16% tahun 2012 dibanding- pemasaran sehingga kebutuhan informasi hotel
kan tahun 2011. Region Asia Timur adalah ramah lingkungan meningkat. Partisipasi
Jepang dengan peningkatan sebesar 6%, kemu- konsumen juga tinggi salah satunya dalam
dian Taiwan sebesar 20%, Korea sebesar 14%, merepson kampanye 100% Pure Melbourne.
China (Hong Kong) sebesar 7%. Untuk region Konsumen yang mau membayar ekstra untuk
Asia Selatan adalah Sri Lanka dan Bhutan hotel ramah lingkungan sebenarnya meningkat
dengan peningkatan sebesar 17%. Pasifik namun sayangnya sejumlah hotel masih ada
(Ocenia) adalah Australia dengan peningkatan yang enggan menunjukkan nilai-nilai ramah
sebesar 5% dan New Zealand yang justru lingkungannya kepada konsumen sehingga
mengalami penurunan sebesar 1%. adaptasi industri masih agak rendah. Di
Data peningkatan jumlah wisatawan Thailand, permintaan terhadap Green Activi-
tersebut menjadi bukti bahwa kawasan Asia ties, Green Destination dan Green Plus+
Pasifik sangat menarik untuk berinvetasi pada meningkat sebagai akibat dari penawaran
industri perhotelan sebagai akomodasi industri pariwisata Thailand “Enjoy Travel and Care
pariwisata. Dari segi invetasi, proporsi investasi for the Environment.”
berdasarkan sumber modal untuk kawasan Asia
sebesar 51% (domestik) dan 49% (intra- Analisis teknologi
regional). Australia mengalami iklim investasi Kemajuan teknologi memudahkan penerapan
yang moderat dengan kebijakan tingkat bunga operasional hotel ramah lingkungan. Investasi
di atas 4% (2012). Di India, kebijakan tingkat teknologi di kawasan Asia sebesar 48% tahun
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 59

2013 dan diprediksi akan meningkat sebesar menjadi target bagi hotelier di sejumlah negara
28%-64% pada tahun 2015 (McGraw Hill di Asia yang diwujudkan melalui kerjasama
Financial, 2013). Di India, penggunaan LED dengan petani-petani lokal dan produk-produk
Lighting menunjukkan adanya efek penurunan perabotan rumah tangga. 80% resort di Asia
biaya listrik sebesar 3.3% tahun 2012 sehingga menggunakan bahan-bahan organik dari petani
diidentifikasi adanya efisiensi yang lebih baik lokal yang menerapkan pertanian yang
dibandingkan tahun sebelumnya. Inilah berkelanjutan (sustainable farming). Pertanian
manfaat langsung yang semakin diperhatikan berkelanjutan ini menggunakan pupuk kompos
oleh hotel-hotel sehingga investasi untuk dan penataan ladang secara tradisional sehingga
penelitian dan pengembangan mulai meningkat. mengurangi konsumsi air. Hasilnya, dapat
Di Australia, teknologi dan sistem meningkatkan jumlah panen sebanyak 20%
informasi dikembangkan untuk mengurangi sekaligus berhasil mengurangi biaya produksi
penggunaan energi, air dan menjaga stabilitas sebanyak 90% secara bersamaan.
temperatur. Aksesnyapun mudah dan cepat. Dari segi motivasi, regulasi pemerin-
Namun tantangan yang dihadapi adalah tenaga tah sangat memotivasi hotel-hotel untuk
kerja (the labor-intensive certification) untuk meningkatkan operasional berwawasan ramah
mengimbangi kemajuan teknologi. Hal ini lingkungan. Namun, motivasi ini tidak hanya
karena kecanggihan teknologi menuntut berasal dari pemerintah pusat bidang pariwisata
keterampilan karyawan yang lebih tinggi saja tetapi juga pada tingkat pemerintah lokal
sehingga sertifikasi keahlian menjadi kewa- dimana hotel berada. Salah satunya di Australia
jiban yang tidak dapat dihindari. Namun sisi dan New Zealand yang giat mengeluarkan
positifnya, legislasi berkaitan kemajuan projek-projek dan kampanye agar industri per-
teknologi mendapat kemudahaan jadi masih hotelan menghemat sumber daya sekaligus
ada peluang untuk bidang ini. terus melakukan evaluasi pada setiap peraturan
yang menyangkut pariwisata berkelanjutan.
Analisis Driven Hotel Ramah Lingkungan Dari segi afiliasi hotel, penerapan ope-
Berdasarkan Kawasan rasional hotel berwawasan ramah lingkungan
Untuk melengkapi analisis PEST sebelumnya, banyak dipengaruhi oleh hotel jenis resort dan
kemudian dilanjutkan dengan driven analisis boutique. Hal ini ditandai dengan upaya sinergi
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara isu lingkungan dan program tanggung-
spesifikasi operasional hotel ramah lingkungan jawab perusahaan yang lebih holistik dan
pada masing-masing kawasan yang berdasar- mengajak pihak eksternal perusahaan. Resort-
kan pada faktor-faktor yaitu incentive, moti- resort yang tersebar di sejumlah negara Asia
vation dan chain affiliation yaitu apakah hotel banyak melakukan penghijauan, penanaman
berjaringan internasional atau hotel indepen- pohon manggrove di tepi pantai yang ber-
dent yang paling aggresif dan berpengaruh dekatan dengan objek wisata, konservasi
dalam mengembangkan operasional hotel ber- kelautan hingga program-progam untuk ber-
wawasan ramah lingkungan di kawasan kelangsungan hewan yang terancam punah.
tersebut (Johnson & Ebrahimpour, 2010). Tujuannya adalah menjaga kelstarian ekosistem
Pada kawasan Asia dan Pasifik, misalnya perlindungan terhadap gajah di
analisis dari segi insentif yang menjadi target Thailand. Partisipasi karyawan pada operasi-
utama para pelaku hotel di sejumlah negara onal ramah lingkungan dimulai dari level resort
Asia adalah sebagai upaya untuk mengurangi yaitu line-level resort staff dengan pendekatan-
limbah, mengurangi penggunaan energi dan air. pendekatan yang tradisional.
Selain itu, mengangkat budaya lokal juga
Tabel 7. Faktor Dominan dalam Operasional Berwawasan Ramah Lingkungan
Driven Analysis
Kawasan
Aspek Insentif Aspek Motivasi Aspek Afiliasi Hotel
Asia dan Pasifik Holistic environmental Government-driven Resort-driven
practices-driven
60 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

PENUTUP hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi


Deskripsi faktor pendorong yang bersing- juga menghemat biaya operasional dan efisiensi
gungan dengan operasional hotel berwawasan proses operasional itu sendiri. 2) Untuk men-
ramah lingkungan sebagai berikut: 1) Pada dukung langkah strategis, perusahaan/hotel
Hotel The Orchid Mumbai, faktor govern- disarankan sangat giat untuk menceritakan ser-
ment didorong oleh kebijakan pemerintah tifikasi ramah lingkungan yang dimiliki pada
mensyaratkan sertifikasi sebagai hotel ramah setiap kesempatan termasuk pada promosi
lingkungan jika ingin dipromosikan secara virtual antara lain blog pariwisata dan travel
resmi. Selain itu pemilik hotel, yaitu Vithal website. Pendekatan promosi dengan media
Kamat, menjadi green champion dan menye- sosial ini dapat menjadi sarana untuk meng-
barkannya kepada seluruh stakeholder. 2) Pada uraikan perjalanan sustainability dan meminta
Hotel Crowne Plaza Melbourne, faktor pihak pemberi sertifikasi untuk menjadikan
government didorong oleh tekanan pemerintah hotel yang bersangkutan sebagai studi kasus
Melbourne agar terwujud kota yang “Saving in atas keberhasilan program ramah lingkungan
the City”. Dengan kontrol pemerintah yang yang diterapkan. Hal ini dilakukan untuk
ketat justru meningkatkan persaingan antar mematahkan pendapat bahwa setiap pencapaian
hotel ramah lingkungan sehingga Hotel Crowne kinerja lingkungan pada hotel ramah ling-
Plaza harus meningkatkan inovasi teknologi kungan tidak pernah dilaporkan secara jelas
untuk efisiensi serta program My Smart (underreporting).
Engange. 3) Pada Hotel Dusit Thani Pattaya, Untuk penelitian jenis library research
faktor government didorong oleh persyaratan selajutnya, dapat diuraikan perbedaan dan per-
Green Leaf Certification dan kewajiban 10 samaan driven analysis pada 9 kawasan agar
prinsip hotel ramah lingkungan yang ditetapkan lebih spesifik, yang terbagi atas: kawasan Asia,
oleh pemerintah Thailand bidang pariwisata. Caribbean, Eropa, India, Amerika Latin, Timur
Bagi Hotel Dusit Thani Pattaya proses adaptasi Tengah, Pasifik, Amerika Serikat dan Afrika.
berlangsungung cepat terhadap permintaan Pembagian kawasan saat ini lebih tersegmen
pasar dan dorongan dari pimpinan tertinggi berdasarkan tujuan wisatawan dan pelayanan
agar membantu Green Team Committee. yang ditawarkan dengan mempertimbangkan
Namun sayangnya customer demand masih potensi alam dan budaya yang ada. Untuk
sedang dalam tahap motivasi yang lebih tinggi. penelitian selanjutnya juga dapat dilakukan
4) Faktor dominan dalam penerapan operasi- penelitian mengenai faktor pendorong opera-
onal hotel berwawasan ramah lingkungan yang sional hotel berwawasan ramah lingkungan
dapat dideskripsikan berdasarkan kawasan dengan teknik penyebaran kuisioner untuk level
secara spesifik berdasarkan driven analysis manajer hotel pada suatu kota atau tingkat
yaitu didominasi oleh faktor holistic environ- negara. Tujuannya adalah agar diperoleh data-
mental practices-driven, Resort-driven, data kuantitatif sehingga diketahui secara pasti
government-driven. seberapa kuat setiap faktor mendorong kesuk-
Penelitian ini memiliki beberapa keter- sesan operasional berwawasan ramah ling-
batasan, saran dan rekomendasi yang penulis kungan dan seberapa baik pencapaian kinerja
berikan untuk objek penelitian dan penelitian lingkungan yang berhasil dicapai.
selajutnya adalah sebagai berikut: 1) Untuk DAFTAR PUSTAKA
hotel yang telah memiliki program demi ter-
wujudnya lingkungan yang berkelanjutan Al- Shourah, AA. 2007. The Relationship
(envionmental sustainability programs) yang between Environmental Management
diterapkan pada masing-masing hotel dapat Practices (EMP) and Hotel Perfor-
dijadikan sebagai core competency utama per- mance: EMP Driversand the Mode-
usahaan. Hal ini berarti menaikkan konsentrasi rating Role of Perceived Benefits.
upaya-upaya dan gagasan-gagasan setingkat Disertasi Doktor pada Universiti Sains
lebih tinggi (one level up) dari sekedar program Malaysia: diterbitkan.
pada operasional saja menjadi langkah strategis Buer, C. 2013. Sustainable and Intercultural
perusahaan terutama meningkatkan posisi di Hotel Management. Makalah pada
pasar (marketability) karena terbukti tidak
Keberhasilan Hotel Berwawasan … (Cut Irna Setiawati & Palti Sitorus) 61

Hochschule Heilbronn, Heilbronn Hospitality Research, vol. 19(2), 250-


University. 270.
Calvache, B. and E. Marion. 2008. Green Houdre, H. 2008. Sustainable Hospitality:
Hotels in Sweden, What Factors Sustainable Development in the Hotel
Pushed Them, Which Steps did They Industry. Industry Perspectives: A
Follow and What Barriers Impede White Paper Series from Cornell
Them to Become Green? Master Thesis University. Ithaca: Cornell University.
pada Umea School of Business and Johstone, N. 2007. Environmental Policy and
Economics: diterbitkan. Tersedia: Corporate Behavior (1st Edition).
http://www.divaportal.org/smash/get/di Massachusetts, USA: Elgar Publishing
va2:142204/FULLTEXT01.pdf Inc.
Chan, W. 2008. Environmental Measures for Kirkwood, J. and W, Scoutt. 2010. How
Hotels’ Environmental Management Ecopreneurs’ Green Values
Systems ISO 14001. International AffectTheir InternationalEngagement
Journal of Contemporary Hospitality in Supply Chain Management. Journal
Management, vol 21(5). 542-560. of International Entrepreneurship,8(6),
Creswell, J. 1994. Research Design: Qualita- 200–217.[Online].
tive & Quantitative Approaches. Tersedia:http://econpapers.repec.org/article/kap
California: SAGE Publications. jinten/v_3a8_3ay_3a2010_3a_3a2_3ap
Delmas, M and T. Michael. 2004. Stakeholders _3a200-217.htm
and Environmental Management Kirchoff F., Koch, C., dan Nichols, B. (2011).
Practices: An Institutional Framework. Stakeholder Perceptions ofGreen
Business Strategy and the Environ- Marketing: The Effect of Demand and
ment, vol 13, 209-222. Supply Integration. International
Finch, B. 2003. OperationsNow.com: Process, Journal of Physical Distribution and
Value and Profitability. New York, Logistics Management, vol. 41(7), 684-
USA: the McGraw-Hill Companies, 696.
Inc. Klepsch, S. & S. Julia. 2012. Sustainable Hotel
Freedman, Martin & Jaggi, Bikki. (2010). Sus- Practices and Its Influence on
tainability Environmental Performance Consumer Buying Behavior: A
and Disclosure (1st Edition). Wagon Comparison Between Vienna and Hong
Lane: Emerald Group Publishing Ltd. Kong. Tesis Master pada Modul
Garce-Ayerbe, C, RT. Pilar and ML. Josefina. University, Vienna: diterbitkan.
2012. Stakeholder Pressure and Le, H., H. Shook and McLaughlin.
Environmental Proactivity: Moderating Environmental Management: A Study
Effect of Competitive Advantage of Vietnamese Hotels. Annals of
Expectation. Journal of Management Tourism Research, vol 33(2), 545-567.
Decision, vol. 50(2), 189-206. Manaktola, K. and J. Vinnie. 2007. Exploring
Graci, S. and K. Jaqueline. 2010. How to Consumer Attitude and Behavior
Increase Your Botton Line by Doing towards Green Practices in the Lodging
Green. Toronto: Accommodating Industry in India. International Journal
Green. of Contemporary Hospitality
Graci, S. and D, Rueizs. (2009). Why Go Management, vol 19(5), 364-377.
Green? The Business Case for Masuki. 2013. Aerowisata Investasi Miliaran
Environmental Commitment in the Rupiah untuk Eco Hotel.
Canadian Hotel Industry Anatolia. [Online].Tersedia:http://www.antarabal
International Journal of Tourism and i.com/berita/16128/aerowisata-
investasi- miliaran-rupiah-untuk-eco-
62 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 42-62

hotel. Diaksesn tanggal 25 September Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif,


2013. Kualitatif dan R&D (cetakan ke-19).
Mensah, I. and M. Rebecca Dei. 2013. Bandung, Indonesia: CV. Alfabeta.
International Tourist’sEnvironmental Triono, S. 2012. Meneg KLH: Kerusakan
Attitude towards Hotels in Accra. Lingkungan Meningkat. [Online].
InternationalJournal of Academic Tersedia:
Research in Business and Social http://news.liputan6.com/read/435758/
Science, vol. 3(5), 444 -455. meneg-klhkerusakan-lingkungan-
Orioczki, M. 2012. Eco-Labelling for meningkat Diakses tanggal 18 Oktober
Environmental Friendly Hotel Industry. 2013. UNWTO Tourism Highlight.
Journal of Organization Change (2013). UNWTO Tourism Highlight
Management, 1-8. Retrieved from 2013 Edition. Spanyol:UNWTO.
Emerald International Journals Webster, K. 2006. Environmental Management
Database. in the Hospital Industry: A Guide for
Persic, M. 2005. Eco Hotels – Philosophy of Students and Managers. London, UK:
the 21st Century”. Proceedings of the Thomson Learning.
6th International Conference of the Wibisono, D. 2013. Penduan Penyusunan
Faculty of Management Koper Skripsi, Tesis & Disertasi (cetakan
Congress Centre Bernardin: Slovenia pertama). Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Ruiz-Molina, ME., GS. Irene and MV. Beatriz. William, P. 2009. Top 10 Eco-Friendly Hotel
2010. Good Environmental Practices Chains Going Green. [Online].
for Hospitality and Tourism: The Role Tersedia:http://voices.yahoo.com/top-
of Information and Communication 10-eco-friendly hotel chains-going-
Technologies. Management of Envi- green-4808714.html?cat=25 Diakses
ronmental Quality: An International tanggal 18 Oktober 2013.
Journal, vol. 21(4), 464-476.
Zailani, S., H., Eltayeb, Tarig K., and Tan,
Samdin, Z., Bakori, Kasimu A. and H. Keah C. 2012. The Impact of External
Hamimah. 2012. Factors Influencing Institutional Drivers and Internal Stra-
Environmental Management Practices tegy on Environmental Performance.
Among Hotels in Malaysia. Inter- International Journal of Operation &
national Journal of Economics and Production, 32(6), Management,
Management Sciences, vol 6, 84-87. vol. 20(2), 721-745.
Setiawati, CI. 2014. Model Hotel Berwawasan Zed, M. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan,
Ramah Lingkungan. Banking and Edisi kedua. Jakarta: Yayasan Obor
Management Review. Vol.3 (20). 378- Indonesia.
391.
Zein, K. 2008. Best Environmental Practices
Shairullizan, N., Nabiha, Siti and Nabsiah. for the Hotel Industry. The Guide for
2013. The Barriers to the Adoption of Hotel Industry. Switzerland: Sustain-
Environmental Management Practices able Business Associates (sba).
in the Hotel Industry: A Study of
Malaysian Hotels. Business Strategy
Series, vol. 14(4), 106-117.
Sloan, P. Legrand, Willy and Chen, Joseph S.
2013. Sustainability in the Hospitality
Industry: Principles Sustainable
Operations, (2nd Edition). New York:
Routledge.

You might also like