You are on page 1of 13

JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana

Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 24

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER


MELALUI GERAKAN LITERASI AGAMA HINDU
DI SMK NEGERI 2 SINGARAJA
KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG
Komang Wiwik Supartini1), Sukadi2), Ni Luh Gede Hadriani3)
(1)(2)(3)
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
e-mail: wiwiksupartini@gmail.com1, adhys_pkn@yahoo.com2,
luhgedehadriani@gmail.com3

ABSTRACT

The phenomenon of understanding and knowledge of Hindu religious literacy is


still low. Many educators and students do not understand the stories and names of figures
in Hinduism who should be used as role models in speaking, doing and working as in the
stories of Ramayana and Mahabharata. Student behavior is seen in students' lifestyles,
consumptive lifestyles, seeking sensations, following fashion trends and there is a tendency
to violate rules, both school, community and government regulations. decrease in the level
of student discipline.
The results of the research are (1) The character education system through Hindu
religious literacy begins by building Hindu religious literacy in every subject that is
connected in every subject that can be delivered by the teacher through lectures, questions
and answers, discussions, in the form of assignments. Transferred in activities by inviting
students to dialogue and discuss about Hindu religious teachings and Hindu holy places so
that they can insert literacy about the temple. Inviting students to always focus their minds,
invites students to always give and apologize to others. All of these things can be done
either face-to-face or online. (2) The factors that encourage and inhibit are
dharmawacana techniques, namely sometimes teachers are less creative and
communicative so that students find it difficult to accept and quickly feel bored both face to
face and online. The dharmagita technique is to introduce and love culture but student
interest is very low in this activity. The dharmatula technique builds a critical attitude and
student learning but during a pandemic the intensity and benefits are reduced.
Dharmasedana technique students learn to focus and make peace with themselves but
students quickly feel bored and uninterested. The dharmsanti technique or mutual
forgiveness is actually good for teaching respect and understanding the faults of oneself
and others but because it is still not recognized as a Hindu habit. (3) The implication is
that students' obedience to the Tri sandya puja has been built because school literacy has
been built from the start and the emphasis on Hindu religious literacy regarding the
virtues of Tri sandya puja is carried out every day. The formation of the noble character of
students is to always speak softly, politely, and ethically according to the teachings of Tri
Kaya Parisudha. Increased understanding of students' rights and obligations even during a
pandemic, students always complete all their obligations.

Keywords: Implementation of Character Education, Hindu Religious Literacy

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 25

I. PENDAHULUAN menjadi perilaku dewasa tidak semuanya


Berbicara masalah karakter atau dapat dengan mudah dicapai oleh remaja.
watak siswa ada kaitannya dengan asas- Hal ini berakibat pada remaja menjadi
asas pokok pendidikan, khususnya yang keras, agresif, bersikap tidak percaya diri,
berkembang di Indonesia. Ada tiga asas pendiam atau harga diri kurang; (2)
pendidikan yang di kembangkan oleh Remaja mengalami kesulitan untuk
pelopor pendidikan kita yaitu Ki Hajar menerima perubahan fisiknya; (3)
Dewantara. Ketiga asas tersebut adalah Perkembangan fungsi seks pada masa
Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya ini dapat menimbulkan kebingungan
Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. untuk memahaminya, sehingga sering
(Tirtaraharja, 2000:118). Pada dasarnya terjadi salah tingkah dan perilaku yang
pendidikan watak atau pendidikan menentang norma; (4) Dalam kehidupan
humaniora seyogyanya mengutamakan bermasyarakat ketidakselarasan antara
metode “Tut Wuri Handayani”, pola hidup masyarakat dan pola perilaku
mengantarkan sang anak didik melalui remaja sering terjadi, remaja merasa
berbagai kegiatannya sendiri. Namun selalu “disalahkan” dan akibatnya mereka
demikian hendaknya sesuai dengan frustasi dengan tingkah lakunya sendiri;
tingkatan-tingkatan umur seorang anak, (5) Harapan untuk berdiri sendiri secara
dan sesuai pula dengan perkembangan sosial, ekonomis akan berkaitan dengan
situasi. berbagai masalah untuk menetapkan jenis
Pendidikan sebagai upaya pekerjaan dan jenis pendidikan; (6)
sistematis dan berprogram serta Norma dan nilai yang berlaku dalam
terinstitusi adalah sangat ideal sebagai masyarakat merupakan masalah tersendiri
wahana edukasi di bidang religiusitas bagi remaja, sedang dipihak lain remaja
moral sesuai dengan kebutuhan lokal dan merasa memiliki nilai dan norma
juga nasional serta masyarakat global. kehidupannya yang dirasa lebih sesuai
Untuk itu nilai dan norma Hindu menjadi (Sunarto, 1994:57).
sangat strategis dijadikan sebagai Peningkatan mutu belajar akan
pedoman siswa sehingga bacaan dan dapat dilakukan melalui perluasan
sarana lain yang menunjang literasi program pembelajaran dengan melakukan
Hindu menjadi keniscayaan dalam perbaikan dan penambahan kurikulum
lingkungan sekolah di Bali. Pada jenjang dengan standar berbasis kompetensi.
pendidikan SMA/SMK, kondisi siswa Mengingat dimensi pendidikan ke depan
sangat labil, disatu sisi dituntut adalah menekankan pada bobot
berperilaku mengikuti tata tertib sekolah, pendidikan moral bangsa, maka satuan
menyelesaikan pendidikan dengan mata pelajaran Pendidikan Karakter
prestasi dengan baik, sedangkan disisi menjadi hal yang sangat penting.
lain para siswa lebih banyak berperilaku Pendidikan Karakter bertujuan untuk
dan bertatakrama sesuai dengan meningkatkan kualitas hidup. Hal ini
kecendrungan lingkungannya. Selama sejalan ajaran Veda, yang memberikan
masa remaja banyak masalah yang tuntunan kepada umat manusia untuk
dihadapi siswa, karena masa remaja ini mencapai tujuan hidup yaitu moksartham
mereka berupaya menemukan jati jagadhita ya ca itih dharma (sejahtra di
dirinya. dunia dan bahagia di akhirat). Nilai-nilai
Beberapa masalah yang dihadapi Karakter yang terkandung di dalam Veda
siswa SMA/SMK sebagai masa remaja sangat relevan sepanjang jaman. Nilai-
antara lain: (1) Upaya untuk mengubah nilai pendidikan Karakter yang terdapat
sikap dan perilaku kekanak-kanakan dalam Veda kemudian dikembangkan

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 26

dan dijelaskan contoh-contoh kebiasaan yang sehat, sikap yang


implementasinya dalam berbagai Kitab demokratis, terbaik dan sebagainya
Susastra Hindu, seperti Itihasa Ramayana (Sobry, 2007:130).
dan Mahabharata (Titib, 2003:28). Pentingnya pembelajaran
Materi pelajaran Karakter Karakter tak lepas dari kekhawatiran
diberikan sebagai mata pelajaran masyarakat akan kelangsungan
“Mulok”. Penerapan pelaksanaan materi kehidupan berbangsa dan bernegara
Karakter berdasarkan surat keputusan dengan adanya krisis multidimensi yang
Dinas Pendidikan Provinsi Bali, berkepanjangan dan memperihatinkan.
kemudian ditindak lanjuti dengan Surat Hal ini pada dasarnya sudah menurunkan
Edaran Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan bertentangan terhadap citra
Nomor: 423.5/2672/Dispendik, masyarakat yang selama in dikenal oleh
menyatakan bahwa pelaksanaan dunia internasional sebagai masyarakat
kurikulum 2004 secara serentak di Kelas yang berbudaya, santun dan memiliki
I sampai VI SD/MI, Kelas I SMP/MA kehalusan budhi. Selama ini Pendidikan
dan Kelas I SMA/SMK, dipandang perlu Karakter terkesan diabaikan atau kurang
menerbitkan petunjuk pelaksanaan diperhatikan, padahal sesungguhnya
Kurikulum Muatan Lokal Daerah Bali Pendidikan Karakter merupakan landasan
dan Petunjuk tentang Laporan Penilaian atau pedoman bagi siswa berpikir,
Hasil Belajar Siswa sebagai acuan berkata dan berperilaku yang baik dan
pelaksanaan pembelajaran Muatan Lokal benar. Dunia pendidikan tidak hanya
Daerah Bali dan Laporan Penilaian Hasil dituntut untuk melahirkan sumber daya
Belajar Siswa. manusia yang berkualitas dalam
Seorang guru yang memiliki sikap keilmuan, tetapi juga berkualitas dalam
dan pengetahuan dalam pembelajaran hal akhlak.
pendidikan Karakter harus menyadari Pendidikkan Karakter di Sekolah
bahwa dirinya adalah figur yang Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2
diteladani oleh semua pihak terutama Singaraja yang tidak jauh berbeda dengan
oleh anak didiknya. Seperti dijelaskan sekolah-sekolah lainnya tetapi mengingat
dalan Veda, guru memberikan pendidikan lokasi sekolah yang transisi, ada di antara
dan pengetahuan kepada yang bodoh, perkotaan yakni antara ibukota
memajukan pengetahuan dan Kabupaten dan ibukota Propinsi yang
ketrampilan, memiliki pengetahuan untuk kena imbas pariwisata dan perkembangan
membedakan mana yang baik dan mana kota sudah jelas ada perbedaan dalam
yang buruk bagi anak didiknya. Seorang perilaku siswa seperti gejala semakin
guru hendaknya menjadi contoh dalam terlihat dalam gaya hidup para siswa,
kemuliaaan moralitas, keras dan adil pola hidup konsumtif, mencari sensasi,
seperti Dewa Yama dan Dewa Waruna mengikuti trend mode dan ada
(Titib, 1998:429). Dengan karakteristik kecendrungan untuk melanggar tata
tersebut maka seorang guru akan tertib, baik tata tertib sekolah, masyarakat
dijadikan model untuk dicontoh dan maupun aturan-aturan yang dikeluarkan
dijadikan teladan. Oleh karena itu maka dari pemerintah.
seorang guru harus betul-betul memiliki Sekolah Menengah Kejuruan
kelebihan, baik pengetahuan, Negeri (SMKN) 2 Singaraja sudah
keterampilan, maupun kepribadian. barang tentu tidak menginginkan
Kelebihan ini nampak dalam disiplin siswanya berperilaku menyimpang akibat
pribadi yang tinggi dalam bidang lokasi sekolah dan asal siswa yang
intelektual, emosional, kebiasaan- sebagian besar berasal dari wilayah

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 27

antara kota besar dan kota kabupaten atau baik buruknya perilaku peserta didik.
antara wilayah desa dan wilayah kota Pelaksanakan pembelajaran karakter
yang juga sedang berkembang menjadi tidak hanya dalam bentuk mata pelajaran
kota besar. Jika diperhatikan dengan sendiri. Ada juga konsep-konsep karakter
seksama maka sudah terdapat yang diintegrasikan ke dalam mata
kesenjangan antara harapan dan pelajaran lain. Tentunya pelaksanaan
kenyataan, yaitu menurunnya tingkat pemilihan sumber-sumber literasi agama
kedisiplinan siswa. Hal ini merupakan Hindu baik dalam bentuk cerita maupun
suatu keprihatinan dimana pada sekolah dalam bentuk nilai-nilai ajaran agama
yang banyak memiliki prestasi baik di yang dikemas dalam bentuk literasi
tingkat kota, provinsi, bahkan di tingkat agama Hindu dengan pendekatan
nasional, ternyata ada juga perilaku- pendidikan karakter.
perilaku yang melanggar aturan. Bertitik Pendekatan pendidikan karakter
tolak dari permasalahan tersebut di atas, melalui gerakan literasi agama Hindu
maka penulis melakukan penelitian menjadi sebuah alternatif dalam
mengenai “Implementasi Pendidikan pembentukkan pribadi siswa di SMK N 2
Karakter Melalui Gerakan iterasi Agama Singaraja agar dapat tercapai tujuan
Hindu di SMK Negeri 2 Singaraja pembelajaran yaitu menjadikan siswa
Kecamatan Buleleng, Kabupaten yang berprestasi dan bermoral. Sehingga
Buleleng”. penelitian ini memfokuskan pada tiga
Berdasarkan latar belakang yang kajian masalah yaitu mengenai bentuk
telah diuraikan di atas, maka dalam pendidikan karakter dengan gerakan
penelitian ini dapat dirumuskan beberapa literasi agama Hindu, kedua
masalah yaitu: 1) Bagaimanakah sistem implementasi atau penerapannya
pendidikan karakter melalui literasi bagaimana di sekolah sehingga
agama Hindu di SMK Negeri 2 Singaraja memunculkan masalah mengenai dampak
Kecamatan Buleleng, Kabupaten atau implikasi yang ditimbulkan dari
Buleleng? 2) Faktor-faktor apakah yang penerapan atau implementasi pendidikan
mendorong dan menghambat tersebut bagi, sekolah, guru dan siswa.
implementasi pembelajaran pendidikan Penyusunan literasi agama Hindu dalam
Karakter melalui gerakan literasi agama bentuk pendidikan karakter tentunya
Hindu di SMK Negeri 2 Singaraja, berdasarkan pada Tri Krangka Dasar
Kecamatan Buleleng, Kabupaten agama Hindu yang sebelumnya menjadi
Buleleng? 3) Bagaimanakah implikasi dasar menyusun literasi agama Hindu
terhadap implementasi pendidikan dalam sebuah pembelajaran. Penyusunan
karakter melalui gerakan literasi agama literasi agama Hindu dalam bentuk
Hindu di SMK Negeri 2 Singaraja? pendidikan karakter adalah bertujuan
meningkatkan moral dan prilaku luhur
II. MODEL PENELITIAN anak agar tumbuh dan berkembang
Peranan guru sangat strategis menjadi anak yang berpestasi dan berjiwa
dalam penanaman nilai-nilai karakter besar atau berkarakter mulai membangun
siswa Sekolah Menengah Kejuruan bangsa indonesia yang maju dan damai.
Negeri 2 Singaraja. Motivasi guru,
keteladan guru dalam kehidupan sehari- III. PEMBAHASAN
hari, terutama pada jam-jam sekolah akan Lokasi penelitian berada di
menjadi tauladan bagi siswa dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menumbuhkan prilaku etika siswa yang Negeri 2 Singaraja, yang beralamat di
nantinya akan berpengaruh juga terhadap desa Sambangan, Kecamatan Buleleng,

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 28

Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, berpendapat bahwa pendidikan


dengan pertimbangan: (1) Sekolah ini cenderung keranah kognitif atau
memiliki siswa yang sangat heterogen, pengetahuan saja dan mengabaikan
(2) Sekolah ini berada di perkotaan pendidikan budi pekertinya atau karakter
singaraja yang telah mengalami siswanya. Sehingga peneliti ingin
kemajuan dan bersentuhan dengan mengkaji secara mendalam bagaimana
kemajuan dunia pariwisata. implementasi pendidikan Karakter di
SMK Negeri 2 Singaraja berdiri SMK Negeri 2 Singaraja sebagai sekolah
pada bulan Januari 1960. Pada awalnya, yang ikut meningkatkan moral generasi
sekolah ini bernama SGKP (Sekolah bangsa Indonesia.
Guru Kepandaian Putri), Dua tahun
kemudian, sekolah ini berubah menjadi 1. Sistem Pendidikan Karakter Melalui
SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Literasi Agama Hindu Di SMK
Atas), tepatnya pada tanggal 1 Agustus Negeri 2 Singaraja Kecamatan
1962. Pendiri SKKA ini bertujuan agar Buleleng, Kabupaten Buleleng
para siswa yang tamat dari sekolah ini Sistem pendidikan karakter tidak
dapat melanjutkan karier di pemerintahan akan dapat dirancang dan diterapkan
ataupun swasta, dan juga dapat dalam dunia pendidikan apabila belum
melanjutkan pendidikan ke perguruan memiliki bangunan materi apa yang
tinggi. Kemudian, pada tanggal 9 dijadikan sebuah sistem pendidikan
Desember 1976, SKKA berubah nama dalam upaya membentuk karakter siswa.
lagi menjadi SMKK Negeri Singaraja Seperti halnya dalam penelitian ini
dengan fokus pendidikannya agar para membangun literasi agama Hindu
siswa dapat terjun ke dunia usaha. Pada menjadi hal yang utama dan penting
bulan April 1998, SMKK Negeri sebagai dasar dan modal dalam
Singaraja berubah menjadi Sekolah menjalankan sistem pendidikan di
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 sekolah dalam membentuk karakter
Singaraja. Seringnya terjadi perubahan- siswa. Literasi agama Hindu yang
perubahan pada sekolah ini disebabkan dibangun adalah berupa materi ajaran
karena adanya perubahan tujuan yang agama Hindu baik bersumber dari kitab
ingin dicapai oleh sekolah dalam suci Weda Sruti, Smerti, wiracarita,
penyesuaiannya dengan kebijakan purana dan cerita tokoh dalam agama
pembangunan bangsa Indonesia. Hindu yang dikemas dalam berbagai
Berdasarkan proses pemaparan metode dan cara tertentu.
gambaran umum objek penelitian yang Salah satu sistem yang dibangun
sudah peneliti paparkan dari awal sekolah dalam menerapkan literasi agama
penjelasan sudah dapat mewakili dan Hindu guna membentuk karakter siswa
mengambarkan keadaan objek dan subjek adalah dengan melakukan penyampaian
penelitian yaitu di SMK Negeri 2 literasi agama Hindu atau nilai-nilai
Singaraja. Dengan demikian berangkat ajaran agama Hindu berupa ajaran
dari gambaran umum objek penelitian ini, moralitas dan budhi pekerti melalui
peneliti melangkah dan menganalisis teknik ceramah atau Dharmawacana.
bagaimana implementasi pendidikan Cara ceramah atau Dharma Wacana
Karakter di SMK Negeri 2 Singaraja dapat diperguanakn dalam
yang mana keberadaan pendidikan ini menyampaikan literasi agama Hindu
sangat penting membantu degradasi kepada siswa baik di kelas maupun di
moral generasi bangsa Indonesia. Karena, luar kelas dengan berbagai cara dan
asumsi sebagian besar masyarakat kemampuan guru. Sistem ceramah

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 29

dipercaya sangat efektif dan mudah individu dan kelompok. Sebab setiap
diterapkan bagi setiap guru karena tidak pelajaran ada sistem penugasan baik
memerlukan sarana, tenaga dan waktu tugas individu dan tugas kelompok.
yang banyak melainkan hanya Khusus pada pokok pelajaran teori di
membutuhkan kesiapan materi yang akan dalam kelas sistem penugasan tetap
disampaikan. dilaksanakan.
Sistem yang diterapkan sekolah Sistem pembentukkan karakter
dan guru adalah sistem Dharmagita atau melalui literasi agama Hindu yang
mengkidungkan kidung suci agama selanjutnya adalah dengan cara
Hindu pada saat perayaan hari suci melakukan literasi agama Hindu dalam
agama HIndu dan khusus kegiatan teknik Dharmayatra atau mengunjungi
ekstrakulikuler. Pembentukkan karakter tempat suci agama Hindu. mengunjungi
siswa melalui banyak cara salah satunya tempat suci sebenarnya sudah sejak lama
adalah melalui literasi agama Hindu yang diterapkan oleh lembaga sekolah dan
dilakukankan dalam bentuk Dhamragita, secara khusus oleh guru mata pelajaran
yaitu guru mencontohkan terlebih dahulu untuk memperkenalkan tempat suci
melakukan nyayian kidung saat di kelas agama Hindu dan juga nilai-nilai ajaran
maupun saat ada kegiatan yang ada di dalamnya. Metode tirtayatra
persembahyangan di sekolah. Kemudian atau dharmayatra sebagai bagian sistem
dengan ditunjuk atau tidak ditunjuk siswa pembentukkan karakter siswa melalui
secara bergiliran menyayikan kidung suci literasi agama Hindu di dalam prosesnya
dan setiap ada waktu guru menyampaikan sudah sejak dahulu sampai sekarang.
makna dan tujuan kidung yang Sudah menjadi kewajiban dan keharusan
dinyayikan. Gita artinya nyanyian. Jadi siswa mengikuti dharmayatra atau
dharmagita adalah nyanyian tentang tirtayatra baik dahulu secara langsung
dharma. Nyanyian tentang dharma maupun sekarang dengan cara daring.
artinya konsep ajaran agama Hindu yang Jika sekarang siswa tirtayatra dengan
dikemas dalam bentuk nyanyian spiritual daring yaitu siswa diajak menyaksikan
yang bernilai ritus, sehingga yang dan menyimak vidio presentasi salah satu
menyanyikan dan yang guru tentang tempat suci.
mendengarkannya sama-sama dapat Sistem pendidikan dan
belajar, menghayati serta memperdalam pembentukkan karakter siswa melalui
sradha dan bhakti umat Hindu. Nyanyian literasi agama Hindu selanjutnya melalui
sebagai dharma maksudnya adalah literasi agama Hindu dengan cara
nyanyian yang dilantunkan dalam rangka Dharmasadhana. Teknik adalah teknik
mengiringi upacara keagamaan. pembiasaan dimana siswa diajak
Pembentukkan karakter siswa membiasakan diri untuk disiplin,
melalui literasi agama Hindu dapat juga bersembahyang, membaca kitab suci,
diimplemntasikan dengan cara Dharma melantunkan kidung suci dan sebagainya
Tula atau berdiskusi tentang ajaran-ajaran pada saat di kelas, di luar kelas dan di
agama Hindu. Diskusi dapat dimulai dari rumah. Namun dalam keadan pandemi
guru pelajaran di kelas dan di luar kelas sekarang ini semua pelajaran dilakukan
yang mata pokok mata pelajaran tidak dengan sistem daring maka pembiasaan
harus dari mata pelajaran agama Hindu. harus dikemas menyesuaikan dengan
Setiap pelajaran tentu ada tahapan diskusi keadaan. Dharmasadhana adalah
baik mendiskusikan materi yang realisasi ajaran agama Hindu yang harus
disampaikan oleh guru maupun materi ditanamkan kepada seluruh siswa dari
yang disampaikan oleh siswa dalam tugas tingkat manapun juga, yang disesuaikan

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 30

dengan tingkatan umur. Hal ini oleh guru. Pemahaman yang


dimaksudkan agar siswa sebagai generasi dimaksudkan adalah bahwa materi
muda Hindu akan semakin bertambah dharmawacana yang disampaikan oleh
kualitas beragama, dengan selalu taat guru kadang-kadang tidak dihiraukan
serta mantap di dalam menjalankan oleh para siswa apalagi dengan sistem
ajaran agama Hindu. Sadhana sendiri daring, karena jumlah siswa yang
artinya latihan-latihan secara sistematis diberikan dharmawacana biasanya
dalam rangka pengamalan ajaran agama jumlahnya banyak sehingga pusat
Hindu, serta upaya mempertebal perhatian siswa terhadap materi
keyakinan terhadap ajaran agama Hindu. dharmawacana yang diberikan tidak
Sistem pembentukkan karakter melalui fokus kepada materi dharmawacana. para
literasi agama Hindu selanjutnya adalah siswa tidak serius mendengarkan
dengan cara literasi agama Hindu dharmawacana yang diberikan oleh guru,
melalui teknik Dharmasanthi. Tehnik ini tampak siswa banyak yang ngobrol, lain-
sejak dahulu sudah diterapkan oleh lain dan yang paling tampak adalah
sekolah dan para guru demikian juga saat bahwa para siswa tampaknya tidak
pembelajaran daring dimasa pandemi ini, tertarik mendengarkan dharmawacana
tehnik ini tetap menjadi salah satu sistem yang diberikan oleh guru. Hal ini
literasi agama Hindu untuk membentuk disebabkan karena guru kurang
karakter siswa menjadi lebih baik. memperhatikan materi dharmawacana
yang disampaikan kepada para siswa.
2. Faktor-Faktor yang Mendorong dan Apalagi dengan sistem daring
Menghambat Implementasi menggunakan aplikasi siswa tidak secara
Pembelajaran Pendidikan Karakter langsung dilihat sehingga esensi materi
Melalui Gerakan Literasi Agama kurang diterima. Belum lagi karena
Hindu di SMK Negeri 2 Singaraja ganguan sinyal yang kurang.
Teknik Dharmawacara atau Dalam tehnik dharmatula
ceramah merupakan teknik yang paling diharapkan selalu terjadi dialog secara
efesien dan sangat murah cukup hanya multi arah. Dialog bisa berupa tanggapan,
menyiapkan materi dalam bentuk buku, pertanyaan, sanggahan ataupun bisa
slaid kemudian guru meceritakan materi berupa deskripsi atau argumen yang
tersebut dalam bentuk ceramah di depan berkaitan dengan pengalaman dan
siswa baik secara langsung maupun berkaitan dengan topik permasalahan
secara daring. Kemudian guru dapat yang di-dharmatulakan. Agar
sesekali dan dengan mudah membangun dharmatula bisa berjalan dengan baik
situasi interaktif dengan siswa baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
dengan mengajak berbicara, memberikan dirumuskan maka dibutuhkan beberapa
pertanyaan atau dengan secara bersama persyaratan pokok seperti : (a) Peserta
megingat tokoh dalam cerita dharmatula harus dibatasi antara 10 s/d
kepahlawanan dalam agama Hindu.. 30 orang. Namun jika keadaan menuntut
Siswa mudah memahami maksudnya dan ada misi lain yang di harapkan dari
tentu semua itu didukung dengan intonasi aktivitas dharmatula maka jumlah
suara, gerak badan dan media yang peserta dharmatula bisa lebih banyak
mendukung sesuai pokok bahasan. serta disesuaikan dengan situasi dan
Hambatan yang dialami dalam kondisi. (b) Materi yang dikaji
penerapan teknik Dharmawacana adalah disesuaikan dengan materi pembelajaran
tentang pemahaman siswa terhadap yang tertuang dalam kurikulum
materi dharmawacana yang disampaikan pembelajaran agama Hindu, serta sasaran

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 31

dan tujuan yang jelas yang ingin dicapai mempelajari nyanyian spiritual dalam
harus selalu diupayakan (c) Suasana bentuk nyanyian dharmagita. Hal ini
dharmatula diharapkan selalu kondusif. terbukti dari jumlah siswa yang ada di
Artinya dengan kemampuan berbicara SMK N 2 singaraja hanya 0.8% atau
dan moderator agar diciptakan suasana sekitar 7 orang yang mengikuti kegiatan
yang responsif, tidak ada rasa takut, pesantian. Hal ini membuktikan bahwa
berani mengemukakan pendapat, serta minat dan motivasi siswa untuk
terjadi suasana yang hidup dan mempelajari lagu-lagu kerohanian
demokratis. (dharmagita) sangat rendah. Mereka
Hambatan yang dialami dalam kurang berminat untuk belajar
penerapan teknik dharmatula adalah dharmagita, karena dharmagita sulit
kurangnya motivasi siswa terhadap dipelajari dengan aturan-aturan yang
materi yang di-dharmatulakan. Hal ini ketat, serta dharmagita juga dikatakan
disebabkan karena para siswa kurang kurang populer. Menurut para siswa lebih
terlatih dan kurang berani untuk baik belajar nyanyian populer atau pop
mengemukakan pendapat, serta kurang dibandingkan dengan mempelajari
mampunya siswa berbicara serta belum dharmagita.
terbentuknya rasa demokrasi pada diri Penerapan teknik Dharmasedana
siswa di dalam hal mengemukakan dalam sistem pendidikan di SMKN 2
pendapat. Apalagi dengan sistem daring Singaraja yaitu melatih anak untuk
banyak siswa justru enggan melakukan melakukan pembiasan untuk memusatkan
diskusi karena berbagai alasan. pikiran dan perhatian. teknik
Teknik ketiga yang sangat baik Dharmasedana merupakan teknik yang
diterapkan dalam mendorong literasi paling sering juga digunakan oleh para
agama Hindu adalah Teknik Dharmagita. pendidik dalam hal pembelajaran.
Ada banyak keunggulan pelaksanan Kemudian dalam implementasi teknik
teknik Dharmagita tersebut seperti Dharmasedana sering kali para guru
memperkenalkan budaya Bali, menyelipkan literasi agama Hindu
memperkenalkan ajaran agam Hindu dan sebagai media melatih konsentrasi anak.
juga melatih kreativitas anak melalui Hal ini sudah sering dilakukan sebelum
lagu. Pelaksaaan Dharmagita telah penelitian ini dilaksanakan dan menurut
banyak membantu sekolah dan guru informan hal ini berhasil dalam
dalam membentuk karakter siswa meningkatkan pengetahuan, kemampuan
menjadi lebih baik, sebab dalam lagu dan siswa karena daya fokus anak menjadi
syair yang dikidungkan penuh dengan lebih baik dan juga dapat meningkatkan
syarat moral, budhi pekerti dan karakter anak menjadi lebih baik. Tentu
kesusilaan. Sehingga penerapan teknik hal inilah yang menjadi faktor pendorong
Dharmagita dalam pendidikan sangatlah mengapa teknik Dharmasedana tetap
penting, demikian juga dalam pelajaran diterapkan di SMKN 2 Singaraja walau
selain pelajaran agama HIndu dan bahasa saat ini dalam kondisi daring tetap
Bali sering sekali juga mengutip beberapa sebelum pembelajaran dimulai dengan
kalimat dalam susastra dalam kidung berkonsentrasi atau hening, pembacaan
panca yajna. sloka dan menceritakan salah satu kisah
Hambatan yang dialami dalam tertentu dalam literasi agama Hindu
literasi agama Hindu dengan teknik sebagai pemicu konsentrasi anak serta
dharmagita dalam pembentukkan sekaligus membantu pembentukkan
karakter siswa masih tergolong karakter anak.
rendahnya minat para siswa di dalam

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 32

Hambatan penerapan teknik Hambatan dalam pelaksanaan


dharmasadhana atau pemusatan pada Dharmayatra kurang efektif mengingat
saat dulu pembelajaran tatap muka belum dalam proses pembelajaran di kelas
begitu efektip dilaksanakan, mengingat sangat diikat oleh alokasi waktu
alokasi waktu kurikulum yang tersedia kurikulum. Padahal untuk melaksanakan
untuk mata pelajaran pendidikan agama teknik dharmayatra dan tirta yatra
Hindu sangat terbatas, yaitu sekitar 2 X memerlukan banyak waktu, terutama
45 menit dalam satu minggu. Hal ini dalam mengajak para siswa untuk
tidak memungkinkan bagi para guru berkunjung ke tempat-tempat suci dalam
untuk memberikan pendalaman dalam hal memberikan pemahaman kepada para
pembinaan mental spiritual dengan jalan siswa tentang hakikat Tuhan melalui
pemusatan pikiran secara sistematis dan melihat objek secara langsung.
metodis kepada para siswa. Sedangkan Sedangkan pada saat pembelajaran daring
saat pembelajaran daring para siswa tidak guru kurang mampu mengkemas vidio
dapat diketahui langsung apakah rutinitas yang menarik, penuh materi dan efektif.
pembiasaan baik itu senantiasa dilakukan. Teknik yang terakhir yang
Pada saat pelaksanaan persembahyangan diterapkan adalah teknik Dharmasanthi
baik purnama tilem maupun hari dimana teknik ini sebenarnya juga sejak
Saraswati, para siswa tidak dilatih untuk dahulu sudah diterapkan. Pembiasaan
memusatkan pikiran yang sesuai dengan untuk saling memafkan sangat baik
teknik dharmasadhana, mengingat waktu dibiasakan dan ditamkan kepada siswa
yang tersedia sangat terbatas, di mana agar tidak muncul saling membenci dan
para siswa setelah melaksanakan tidak menghormati sesama manusia.
persembahyangan harus melanjutkan Hambatan literasi agama Hindu
untuk mengikuti pelajaran di kelas. dalam membentuk karakter siswa dengan
Penerapan teknik Dharmayatra teknik Dharma Shanti agak sulit untuk
yaitu teknik pendidikan agama Hindu dilaksanakan mengingat umat Hindu
dengan mengajak anak bertemu langsung secara umum tidak kental dengan tradisi
dengan objek yang dipelajari. Faktor saling maaf-memaafkan diantara sesama
pendorong penerapan teknik umat Hindu. Berbeda halnya dengan
Dharmayatra dalam pelajaran di SMKN tradisi masyarakat Jawa, di mana pada
2 Singaraja adalah sebagai penguat setiap pelaksanaan hari raya Idul Fitri,
karakter anak melalui pendalaman masyarakat atau suku Jawa selalu
pemahaman mengenai agamanya dan melaksanakan tradisi sungkem kepada
keyakinanya dengan cara mengenal dan orang tua mereka, serta melaksanakan
mencintai tempat sucinya terlebih dahulu. halal bihalal terhadap sesama umat
Dengan mengajak anak-anak muslim. Dikalangan umat Hindu itu
bertirtayatra ke pura-pura yang ada di belum memasyarakat, karena walaupun
Bali bahkan ke luar Bali dengan tujuan toh dilaksanakan di sekolah pada saat
anak lebih tahu dan mengenal tempat selesai melaksanakan hari raya Nyepi,
suci. Hal ini tentunya untuk namun hal itu hanya sebatas dilaksanakan
menumbuhkan dan mengembangkan di sekolah dan tidak diimplementasikan
keyakinannya dan kecintaannya terhadap oleh para siswa di lingkungan keluarga
agama Hindu. Selain itu juga dan masyarakat.
meningkatkan karater anak menjadi lebih
baik sebab saat melakukan tirtayatra guru 3. Implikasi Implementasi
menjelaskan keberadaan atau eksistensi Pendidikan Karakter Melalui
pura tersebut.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 33

Gerakan Literasi Agama Hindu Di sekelompok orang. Karakter merupakan


SMK Negeri 2 Singaraja. nilai-nilai prilaku manusia yang
Berdasarkan hasil temuan di atas, berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
maka dapat dikatakan bahwa tranformasi sesama, lingkungan, dan bangsa, yang
literasi agama Hindu dalam terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
pembentukkan karakter siswa yang perkataan, perbuatan berdasarkan
dilaksanakan di SMKN 2 Singaraja sudah normanorma agama. tata karma, hukum,
berjalan dengan baik hal ini terbukti budaya, dan adat-istiadat. Karakter dapat
bahwa para siswa semakin hari semakin juga diartikan akhlak dan budhi pekerti
baik perilakunya, hal ini tercermin dari sehingga karakter bangsa sama dengan
cara siswa berbicara, sikap, perilaku cara akhlak bangsa atau budhi pekerti bangsa
bergaul baik terhadap teman-temannya di (Fitri, 2012:20). Pendidikan karakter
sekolah, terhadap guru terlebih lagi merupakan suatu proses penuntun peserta
terhadap peneliti yang bukan merupakan didik menjadi manusia seutuhnya yang
guru yang bertugas di sekolah berkarakter mulia dalam hati. jiwa, raga,
bersangkutan. Hal ini terlihat dari sejak rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat
awal pengamatan dilakukan yang pada dimaknai sebagai pendidikan nilai,
mulanya para siswa terkesan kurang pendidikan budi pekerti, pendidikan
beretika baik dari segi berbicara dan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
berperilaku selama peneliti mengadakan untuk mengembangkan kemampuan
pengamatan melalui daring dan langsung peserta didik untuk memberikan
tampak banyak perubahan yang terjadi keputusan baik-buruk, memelihara yang
pada diri para siswa, terutama terhadap baik dan mewujudkannya dalam
para siswa yang sedikit bermasalah. Pada kehidupan sehari-hari. Pendidikan
awal dilaksanakan pengamatan terhadap karakter mempersyaratkan adanya
siswa yang ada di SMKN 2 Singaraja pendidikan moral dan pendidikan nilai.
yang pada mulanya tampak para siswa Pemahaman siswa tentang hak
kurang antusias mengikuti dan kewajiban seorang anak hendaknya
persembahyangan purnama dan tilem, diketahui melalui pendidikan di sekolah,
maka secara perlahan-lahan tampak para dimana guru berkewajiban
siswa ada peningkatan dalam mengikuti memberitahukannya. Maka guru harus
persembahyangan purnama tilem. Di mampu melakukan literasi gama HIndu
samping itu pada awal observasi atau khusus kewajiban anak dalam keluarga
pengamatan dilaksanakan pada awalnya tersebut. Anak adalah siswa yang belajar
para siswa pada saat melaksanakan puja di sekolah maka sudah menjadi tugas
tri sandhya di kelas maupun secara guru menjabarkan hal tersebut dengan
daring terkesan agak kurang disiplin memberikan contoh sikap dan cara
maka lama kelamaan sikap paraa siswa berbicara kepada anak-anaknya,
di dalam melaksanakan puja tri sandhya memberikan hukuman dan sanksi kepada
terutama pada saat jam-jam pelajaran anak-anaknya bila melakukan kesalahan.
akan berakhir atau para siswa mau pulang Selain itu, secara terus-menerus kedua
sekolah. orang tua dalam keluarga memberikan
Karakter adalah berasal dari arahan, pengetahuan, pendidikan kepada
bahasa latin character yang artinya watak, anak tentang adat istiadat, upacara
tabiat. Sifat-sifat kejiwaan, budhi pekerti, keagamaan, kehidupan sosial masyarakat,
kepribadian dan akhlak. Karakter adalah memperkenalkan keluarga lainnya, dan
sifat kejiwaan akhlak atau budhi pekerti memperkenalkan lingkungan sekitar.
yang menjadi ciri khas seseorang atau

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 34

IV. SIMPULAN bernyanyi atau dharmagita yang


Berdasarkan pada penjabaran panjang menjadi pendorongnya adalah
dalam pembahasan sebelumnya peneliti mengenalkan dan mencitai budaya
dapat mengambil beberapa simpulan tetapi justru ada hambatannya yaitu
sebagai berikut: peminat siswa sangat rendah pada
1) Sistem pendidikan karakter melalui kegiatan ini. Dengan teknik diskusi
literasi agama Hindu dimulai dengan atau dharmatula pendorongnya adalah
membangun literasi agama Hindu membangun sikap kritis dan belajar
dalam setiap mata pelajaran yang ada siswa tetapi saat pandemi diskusi atau
yang dihubungkan dalam setiap mata dharmatula ini intensitas dan
pelajaran yang dapat disampaikan manfaatnya menjadi berkurang.
oleh guru melalui ceramah, tanya Kemudian dengan teknik pemusatan
jawab, diskusi, dapat juga dilakukan pikiran juga sebenarnya pendorongnya
oleh siswa dengan bentuk tugas, adalah siswa belajar fokus dan
diskusi dengan sesama teman, di kelas berdamai dengan diri sendiri tetapi
maupun di luar kelas. Kemudian kendalanya adalah siswa cepat merasa
literasi yang dibangun dapat dilakukan bosan dan tidak tertarik. Pelaksanaan
dengan metode cermah atau dengan dharmsanti atau saling
dharmawacana baik penyampaian para memaafkan sebenarnya bagus untuk
guru atau siswa digilir memberikan mengajarkan menghargai dan
ceramahan dihadapan teman- memahami kesalahan diri sendiri dan
temannya. Dalam kegiatan orang lain tetapi karena masih belum
dharmagita dengan mengajak siswa diakui sebagai kebiasan orang Hindu.
menyayikan kidung agama Hindu 3) Implikasi dari pelaksanan
dalam setiap kegiatan keagaman. implementasi pendidikan karakter
Senantiasa mengajak siswa berdialog melalui literasi agama Hindu adalah
dan berdiskusi mengenai segala hal ketaatan siswa melaksanakan puja Tri
dan dikaitkan dengan ajaran agama sandya karena sejak awal sudah
Hindu. Mengajak siswa mengenal dan dibagun literasi sekolah dan
mencitai tempat suci agama Hindu penekanan literasi agama Hindu
sehingga dapat menyelipkan literasi tentang keutaman puja Tri sandya
tentang pura tersebut. Mengajak siswa dilakukan setiap hari. Terbentuknya
senantiasa memusatkan pikiran dalam karakter mulia siswa yaitu senantiasa
metode dharmasedana dan terakhir berbicara halus, sopan, beretika sesuai
mengajak siswa senantiasa ajaran Tri Kaya Parisudha.
memberikan dan meminta maaf Meningkatnya pemahaman tentang
kepada orang lain. Semua hal tersebut hak dan kewajiban siswa walau dalam
dapat dilakukan baik dengan tatap masa pandemi siswa senantiasa
muka maupun dengan sistem daring. menuntaskan segala kewajibannya.
2) Faktor-faktor yang mendorong dan Sehingga muncul kreativitas dan
menghambat implementasi pendidikan potensi siswa walau belajar dari
karakter melalui literasi agama Hindu rumah karena penanaman literasi
yaitu dengan cara ceramah atau agama Hindu sudah terus dilakukan.
dharmawacana yaitu terkadang guru
kurang kreatif dan komunikatif
sehingga siswa sulit menerima dan SARAN
cepat merasa bosan baik secara tatap Berdasarkan pada penjelasan
muka maupun daring. Dengan metode simpulan dalam penelitian ini peneliti

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 35

dapat memberikan beberapa saran dan Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan


rekomentasi kepada beberapa pihak Karakter membangun Peradaban
melalui penelitian ini pertama kepada Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka.
pemerintah agar senantiasa setiap sekolah Juandanilsyah. 2016. Panduan Gerakan
mengupayakan pelaksaan literasi sekolah Literasi Sekolah di Sekolah Dasar.
sebagai pinir atau pemicu pelaksaan Direktorat Direktorat Jenderal
literasi agama Hindu dalam setiap Pendidikan Dasar dan Menengah
pelajaran sebagai dasar membangun etika Kementerian Pendidikan dan
dan kesusilaan siswa. Kedua kepada Kebudayaan Lefrancois
pengelola sekolah agar diberikan Doni Koesoema A. dkk. 2017. Modul
kewenangan dan kekuasan penuh kepada Pelatihan Penguatan Pendidikan
guru agama Hindu untuk membangun Karakter. Pusat Analisis dan
literasi agama Hindu dan dapat Sinkronisasi Kebijakan, Sekretariat
diaplikasikan kepada semua mata Jenderal Kementerian Pendidikan
pelajaran. Kepada guru dan siswa agar dan Kebudayaan RI. Cetakan
senantiasa menyusun dan menerima kedua.
literasi agama Hindu sebagai bagian Latifah, Fauzi. 2017. Implementasi
dalam upaya membentuk karakter siswa Pendidikan Karakter Di Sekolah
menjadi lebih baik Dasar Nahdlatul Ulama Slema.
Hasil Penelitian tidak diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA Maunah, Binti. 2015. Implementasi
Amri, Sofan, dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Pendidikan Karakter dalam Pembentukkan Kepribadian
pembelajaran Strategi Analisis dan Holistik Siswa di MTS Jabung dan
pengembangan Karakter Siswa SMP 1 Belitar. Hasil penelitian
dalam Proses Pembelajaran. tidak diterbitkan.
Jakarta: Prestasi Pustaka. Moleong, Z. Lexy J., 2002. Metodologi
Arikunto Suharsini, 2002. Prosedur Pendidikan Kuantitatif. Bandung :
Penelitian Sutau Pendekatan Remaja.
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Manik, 2007. Aplikasi Pendidikan Etika
Asril, 2016. Pendampingan Hindu Pada Anak Di lingkungan
Pembelajaran Berbasis Keluarga di Desa Sampalan Klod,
Komunikasi Empatik dan Kearifan Kecamatan Dawan, Kabupaten
Lokal dalam Mengembangkan Nilai Klungkung. (tesis) Denpasar :
Karakter Anak Usia Dini Pada IHDN.
Guru-Guru TK Gugus VI Margono, S., 2000. Metodologi
Singaraja. Hasil penelitian tidak Penelitian Pendidikan. Jakarta:
diterbitkan. Reneka Cipta.
Brannen, Julia. (1997). Memadu Metode Narsa, Nengah, 2006. Hubungan
Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Persepsi Sikap dan Pengetahuan
Terjemahan, Nuktaf Arfawie Guru Dengan Pembelajaran
Kurde, Imam Safe’I dan Noorhaidi. Pendidikan Karakter Pada Sekolah
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Menengah Atas Swasta kota
Diatmika,I Dewa Gde Denpasar. (tesis) Denpasar : IHDN.
Ngurah,2001.”Pola Pembelajaran Nawawi, Hadari.1994. Jasmani dan
Pendidikan Agama Hindu” (Tesis) Rohani Dalam Pendidikan Pra
Denpasar;Univ. Udayana. Sekolah. Jakarta: Gadjah Mada
University Press.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com
JURDIKSCA: Jurnal Pendidikan Agama Hindu Mahasiswa Pascasarjana
Volume 2, No.1, Tahun 2023, hlm. 24 - 36 e-ISSN: 2828-9323 36

Nasution. 1988. Berbagai Pendekatan Agama. Bandung: Remaja


dalam Proses Belajar dan Rosdakarya.
Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Tabrani Rusyan, dkk. 2004. Pendidikan
Parmajaya. I Putu Gede. 2017. Ajaran Tri Budi Pekerti. Jakarta Timur: PT
Kaya Parisudha Sebagai Landasan Intimedia Ciptanusantara.
Pendidikan Nilai Moral dan Etika Titib I Made. 2003, Menumbuh
dalam Membentuk Karakter Anak. Kembangkan Pendidikan Karakter
Hasil penelitian tidak diterbitkan. Pada Anak. Jakarta: Parisada Hindu
Pranoto, S.SP. (1983) Pendidikan Dharma Indonesia Pusat.
Berpikir dan Humaniora, Analisis Wardani, Kusuma. 2008. “Pendidikan
Pendidikan, tahun IV-Nomor 4- Agama Hindu Lewat Jalur
1983. Departemen Pendidikan dan Pasraman (Studi Kasus di
Kebudayaan, Jakarta. Pasraman Gurukula Kelurahan
Purwadarminta W.J.S, 1985, Kamus Kubu Kecamatan Bangli
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kabupaten Bangli).Institut Hindu
Balai Pustaka. Dharma Negeri Denpasar.
Riduwan. 2004. Metode & Teknik Winata, 2007. Pola Pembinaan Karakter
Menyusun Tesis. Pengantar : Terhadap Peserta didik di SMP
Buchari Alma. Bandung: Cv. Negeri 2 Semarapura Kabupaten
Alfabet. Klungkung. (tesis) Denpasar :
Suarjana, I Wayan. 2008. “Pembelajaran IHDN.
Karakter Di Pasraman Gurukula Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan
Bangli”. Institut Hindu Dharma Karakter Strategi Membangun
Negeri Denpasar. Karakter bangsa
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian berpreadaban.Yogyakarta: Pustaka
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. pelajar.
Bandung: Alfabeta Zuriah, Nurul, 2006. Metodelogi
Sugita, I Wayan. 2017. Membentuk Penelitian Sosial Dan
Karakter Anak Usia Dini Melalui Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Tri Kaya Parisudha Hasil Zubaendi. 2011. Desain pendidikan
penelitian tidak diterbitkan. Karakter Konsepsi dan Aplikasinya
Surya, Mohamad. 2000. Bina Kaluarga. Dalam Lembaga Pendidikan.
Semarang: CV Aneka Ilmu. Jakarta: Kencana Predana Media
Suprayogo Imam dan Tobroni. 2001. Grup.
Metodologi Penelitian Sosial-

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/jurdiksca jurdiksca@gmail.com

You might also like