You are on page 1of 18

Jurnal Al-Fikrah: Jurnal Manajemen Pendidikan

http://ecampus.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/alfikrah

2339-0131 (Print ISSN)


2549-9106 (Online ISSN)

Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Religi di SD


Kita Najmi Hayati Lubuk Basung

Hengki Saputra1, Suswati Hendriani2


Manajemen Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Batusangkar
Jl. Sudirman No.137 Kuburajo, Limakaum, Batusangkar, Sumataera Barat
Hengkialminangkabawi@gmail.com

Abstract: The school's religious culture illustrates how schools can reflect
Islamic nuances based on the Qur'an and Sunnah. This article discusses the
pattern of principals' leadership in implementing roles, functions and
strategies in developing a religious culture in educational institutions. The
purpose of this research is to review the principal's strategy in realizing and
developing a religious culture at SD Kita Najmi Hayati Lubuk Basung. This
study uses a qualitative approach with a case study method. Data collection
techniques used are observation and in-depth interviews. The data analysis
technique used is descriptive argumentative. The results of the study indicate
that there are several main strategies for principals in developing religious
cultural values in schools. Efforts made by school principals to develop a
religious culture are through superior programs owned by schools such as
tahfiz and memorization of hadith, strategies for developing work programs for
deputy heads of fields (curriculum, infrastructure, student affairs) as well as
quality development and quality of resources. human (teachers, staff, and
students). The impact of the realization and development of religious culture in
schools is the increase in positive values both from the morals, words and
behavior of students, educators, education staff and all school components.
Keywords: Online Learning, Mixed-methods, Descriptive Analysis
Abstrak: Budaya Religi sekolah menggambarkan bagaimana sekolah dapat
mencerminkan nuansa Islami yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.
Artikel ini membahas pola kepemimpinan kepala sekolah
mengimplementasikan peran, fungsi serta startegi dalam mengembangkan
budaya religi di lembaga pendidikan. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengulas tentang strategi kepala sekolah dalam mewujudkan
dan mengembangkan budaya religi di SD Kita Najmi Hayati Lubuk Basung.
Penelitian ini menggunakan pendekan kualitatif dengan metode tudi kasus.
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan wawancara
mendalam. Teknik analisis data yang digunakan bersifat deskriptif
argumentatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa strategi
utama kepala sekolah dalam mengembangkan nilai-nilai budaya religius di
sekolah. Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengembangkan
budaya religi adalah melalui program-program unggulan yang dimiliki
sekolah seperti tahfiz dan hafalan hadits, strategi pengembangan program
kerja wakil kepala perbidang (kurikulum, sarana prasarana, kesiswaan dan
lain sebagainya) serta pengembangan mutu dan kualitas sumber daya
manusianya (guru, staff, orang tua dan siswa). Dampak dari terwujud serta
berkembangnya budaya religi di sekolah yaitu bertambahnya nilai-nilai
positif baik dari akhlak, perkataan dan prilaku peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan serta seluruh komponen sekolah.

Kata Kunci: Strategi, Kepala Sekolah, Budaya Religi

PENDAHULUAN juga dirinya sendiri. Bahkan tak

Menyikapi fenomena-fenomena mustahil guru pun terjatuh dalam

pendikikan yang terjadi saat ini, kasus yang sama. Dalam era global

terlebih pendidikan di masa pandemi saat ini, persoalan pokok yang sama-

ini, banyak telah kita saksikan sama kita hadapi ialah bagaimana cara

bagaimana moral, perilaku serta akhlak menyediakan, menyiapkan dan

siswa bobrok secara psikologi dan mengembangkan SDM (sumber daya

mental. Baik itu akhlak terhadap guru manusia) yang moderat serta religius

sebagai pendidik, orang tua, teman dalam berbagai hal. Selain pandai
dalam menguasai teklonogi alangkah
lebih baiknya moral yang dibingkai hanya mencamtumkan pada aspek
dengan budaya religi dapat diamalkan pengtahuan saja.
dan diaplikasikan dalam kehidupan.
Sehingga ilmu, pendidikan dan akhlak Aspek akhlak (perilaku keagamaan)
bisa terealisasi dalam satu kesatuan sangatpenting sekaligus membedakan
yang di istilahkan dengan Islam Kaffah madrasah/Sekolah Dasar Islam dengan
(menyeluruh/utuh). Sebagaimana lembaga pendidikan lainnya, sehingga
Firman Allah SWT dalam Surah Al- warga sekolah/madrasah
Baqarah ayat 208: mengamalkan perilaku norma-norma
keagamaan yang menjadi landasan
‫ﻳٰٓﺎَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺍٰﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮْﺍ ﻓِﻰ ﺍﻟﺴِّﻠْﻢِ ﻛَﺎۤﻓَّ ًﺔ‬ acuan budaya religi. Disamping itu,
ٌّ‫ۖﻭَّﻻَ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮْﺍ ﺧُﻄُﻮٰﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄٰﻦِۗ ﺍِﻧَّﻪٗ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭ‬ budaya religi di sekolah hendaknya
ٌ‫ﻣُّﺒِﻴْﻦ‬ bisa menarik minat masyarakat untuk

“ Wahai orang-orang yang beriman, menyekolahkan anaknya di sekolah

Masuklah ke dalam Islam secara Islam/madrasah, karena sekolah

keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti Islam/madrasah tumbuh dan

langkah-langkah setan. Sungguh, ia berkembang ditengah-tengah

musuh yang nyata bagimu “ (QS. Al- masyarakat dan sebagai salah satu

Baqarah:208) usaha mengawasi perilaku anak


terhadap perkembangan dunia modern
Pengembangan budaya religi di
ini khususnya kemajuan kecanggihan
sekolah hendaknya menjadi
teknologi komunikasi dan informasi,
karakteristik sekolah sebagai lembaga
apabila tidak mampu mengendalikan
yang berbasis agama terlebih seperti
maka alamat anak akan terjerumus
madrasah, pesantren, atau IT. Akan
kepada keburukan serta kegagalan
tetapi terdapat beberapa
dalam mendidik. Akan tetapi
sekolah/madrasah yang mengabaikan
bagaimanakah strategi pengembangan
label tersebut, sehingga basis agama
budaya religidi sekolah bisa menjadi
hanya menjadi semboyan dan tidak
ciri dan karakteristik lembaga
ada bedanya dengan sekolah lain yang
pendidikan berbasis agama yang
sesungguhnya, hingga semua Yaitu, budaya menghafal Alquran bagi
komponen sekolah/madrasah siswa yang terlambat, pemanfaatan
mengiplementasikan dan waktu luang dan jam istirahat untuk
mengembangkan norma-norma agama persiapan menghafal, pemberian target
di lingkungan sekolah. kelulusan hafalan siswa dan kegiatan
Dalam mengembangkan budaya banjari setiap dua minggu sekali. Ada
religi, ada beberapa strategi yang strategi pembiasaan yang diwujudkan
dilakukan oleh kepala sekolah. Strategi dengan menggunakan metode gratis
tersebut meliputi pengoptimalan fungsi waktu dan jam istirahat untuk
dan tugas pokok kepala sekolah mempersiapkan hafalan Al-Qur'an. Ada
sebagai pemimpin, pembimbing, juga strategi penggunaan punishment
motivator, supervisor, manajer, dan lain yaitu bagi siswa yang terlambat
sebagainya. Seperti yang di ungkapkan dikenakan sanksi membaca Al-Qur'an
Edi Mulyadi (2018:7) Strategi yang bisa dan untuk siswa yang berbakat akan
dilakukan oleh para praktisi pendidikan diadakan perlombaan antar kelas dan
untuk membentuk budaya religi sekolah. Penelitian dari Zulhendri
diantaranya yaitu melalui aktivitas dan (2018), menjelaskan bahwa
kegiatan-kegiatan: 1) tauladan atau manajemen kepala sekolah dalam
pemberian contoh, 2) membiasakan menerapkan budaya religius yaitu
sesuatu yang baik, 3) menegakkan melalui keteladanan, pembiasaan,
kedisiplinan, 4) memotivasi dan pemberian nasehat. Program-program
dorongan, 5) memberikan penghargaan keagamaan yang diterapkan seperti
ataupun hadiah psikologis, 6) sholat dzuhur berjamaah, dzikir dan
hukumanatau sanksi dan 7) penciptaan do’a, tadarus Al-Qur'an, budaya 5S,
suasanan dan lingkungan religius bagi serta infaq, dalam pelaksanaan budaya
peserta didik. Berikutnya Khoirun Nisa, religius kepala sekolah selalu
dkk (2021:11) dalam penelitiannya juga melibatkan seluruh warga sekolah
menyampaikan beberapa strategi yang sehingga program kegiatan budaya
di terapkan kepala sekolah dalam religius di sekolah dapat berjalan
mengembangkan budaya religi sekolah. dengan baik.
Penelitian kali ini berbeda Muhammad
dengan penelitian yang telah ada atau Fathurrohman(2015:51) menerangkan
terdahulu. Pertama dari hasil bahwa, budaya religi merupakan suatu
penelitian Aghna Mahirotul Ilmi dkk usaha terwujudnya norma-norma
(2021) dengan judul “Manajemen ajaran agama sebagai tradisi dalam
Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan berperilaku dan budaya organisasi
Budaya Religusdi Sekolah Islam” pada yang dituruti oleh seluruh komponen di
penelitian terdahulu ini dibahas lembaga pendidikan yang ada.
mengenai upaya untuk kepala sekolah Supriyanto (2018:6) menyatakan
menciptakan terwujudnya nilai-nilai budaya religius merupakan sebuah
agama sebagai kebiasaan berperilaku gagasan atau fikiran manusia yang
seluruh warga di sekolah. Sedangkan bersifat abstrak selanjutnya
penelitian ini berfokus pada strategi diaplikasikan melalui tindak-tanduk
kepala sekolah dalam mengembangkan atau perilaku manusia yang
budaya religi. berdasarkan norma-norma keagamaan.
Adapun alasan penulis memilih budaya religius sekolah yaitu
judul “Strategi Kepala Sekolah Dalam terealisasinya norma-norma ajaran
Mengembangkan Budaya Religi di SD agama sebagai suatu kebiasaan
Kita Najmi hayati” bermaksud untuk untukbertindak serta sebagai budaya
memberikan informasi tambahan didalam organisasi yang di
terkait proses pengelolaan yang dapat implementasikan oleh semua warga di
dilakukan kepala sekolah dalam sekolah. Dengan dilandaskannya
mengembangkan budaya religi di norma-norma agamasebagai sebuah
sekolah islam yang dipimpinnya. Selain kebiasaan dalam bertindak disekolah,
itu dapat memberikan informasi agar sehingga apabila seluruh warga
sekolah islam dapat melaksanakan sekolah sudah menjalankan adat
tujuan pendidikan dengan kebiasaan yang tertanam maka baik
menanamkan nilai-nilai religius di secara sadar ataupun tidak sudah
sekolahan. melaksanakan tuntutan agama. Sahlan
1. Budaya Religi (2010).
budaya religius sekolah adalah 2. Strategi Pengembangan Budaya
sekumpulan nilai-nilai agama yang Religi
dijadikan sebagai kebiasaan dalam Pengembangan budaya agama
berperilaku oleh semua warga di (religi) di sekolah merupakan suatu
sekolah mulai kepala sekolah, yang teramat urgen untuk
pendidik, tenaga administrasi, siswa- dilaksanakan. Urgensi pengembangan
siswi, dan masyarakat lainnya yang budaya agama di sekolah ialah supaya
yang berada di lingkungan sekolah. seluruh warga sekolah mendapat
Sehingga diperlukan proses kesempatan untuk bisa memiliki
manajemen untuk dapat mewujudkan bahkan mengembangkan seluruh
budaya religius yang dijadikan sebagai aspek keberagamaannya baik dalam
kebiasaan di sekolahan.Aghna aspek keyakinan (keimanan),
Mahirotul Ilmi, dkk (2021). pengamalan agama serta pengetahuan
Dari berbagai macam keagamaan. Semua itu bisa
penyampaian para pakar dan ahli diwujudkan melalui berbagai aktivitas
mengenai defenisi budaya religi, kita keagamaan sebagai sarana dalam
tarik kesimpulan bahwa budaya usaha mengembangkan budaya religi
religius yaitu suasana dan kondisi di sekolah Ermis Suryana
sekolah yang bernuansa serta dkk,(2013:172)
berlandaskan tuntutan agama dalam Strategi membudayakan norma-
bertindak baik dari perkataan norma religi di lembaga pendidikan
perbuatan. bisa dilaksanakan melalui: 1) power
Kesimpulan tersebut senada strategi, yaitu strategi pembudayaan
dengan defenisi budaya religi menurut religi di lembaga pendidikan dengan
Supriyanto yaitu terwujudnya nilai-nilai metode memakai kekuasaan atau
ajaran agama sebagai tradisi dalam melalui people’s power, perihal ini
berperilaku dan budaya organisasi peran kepala lembaga pendidikan
yang diikuti oleh seluruh warga dengan semua kekuasaannya begitu
sekolah. dominan saat melakukan perubahan;
2) persuasive strategy, yang dilakukan
lewat pengarahan opini dan pandangan agama dapa tdilakukan diluar proses
warga lembaga pendidikan; dan 3) pembelajaran, tidak terpaku
normative reeducative. Dalam strategi disampaikan secara formal pada
pertama itadi, dikembangkan melalui pembelajaran dengan materi pelajaran
pendekatan perintah dan larangan atau agama. Guru dapat memberikan
reward and punish-ment. Lain hal pada pendidikan agama secara spontan
pada strategi kedua dan ketiga, ketika mengahadapi sikap atau akhlak
dikembangkan melalui pembiasaan, peserta didik yang tidak sesuai dengan
keteladanan serta pendekatan tuntutan agama. Keempat,
persuasive atau mengajak kepada menciptakan kondisi religius.
warganya dengan cara yang lembut Tujuannya yaitu supaya peserta didik
dan halus, dengan memberikan alasan paham tentang pengertian dan tata
baik yang bisa meyakinkan mereka cara pelaksanaan agama dalam
Muhammad Fathurrohman, (2015: 116- kehidupan sehari-hari. Olah karena itu,
117) di sekolah/madrasah, budaya religi
Ngainun Naim, (2012;126-129) dapat dikembangkan dengan cara
menerangkan bahwa di sekolah begitu menyiapkan peralatan ibadah, seperti
banyak metode untuk menanamkan tempat shalat (masjid atau mushola),
dan mengembangkan norma-norma perlengkapan shalat (mukena, kain
religius ini. Pertama, yaitu sarung, peci, sajadah serta Al-Quran.)
pengembangan budaya religi sekolah Di ruangan kelas boleh ditempel
yang rutin dilaksanakan setiap hari kaligrafi/asmaul husna, sehingga
dalam pembelajaran. Kegiatan ini peserta didik dibiasakan selalu melihat
diprogram secara baik, sehingga sesuatu yang baik. Adapun metode
peserta didik mampu menerima yang lain, seorang guru selalu menjadi
dengan baik. Kedua, yaitu menciptakan tauladan terbaik bagi muridnya,
kondisi lembaga pendidikan yang misalnya membiasakan mengucapkan
mendukung dan bisa menjadi salam ketika hendak memulai atau
laboratorium bagi penyampaian mengakhiri pelajaran dan ketika
pendidikan agama. Ketiga, pendidikan bertemu, baik dengan guru maupun
temannya. Kelima, memberikan contoh (teladan)

kesempatan bagi murid untuk


mengekspresikan diri, 2. Membiasakan

mengembangkan bakat, minat, dan


hal-hal baik
kreativitas pendidikan agama dalam Strategi

keterampilan dan seni contohnya


Membentuk 3. Menegakkan
membaca Al Qur’an dengan lagu atau
irama, melantunkan asmaul husna, Budaya Religius disiplin
adzan, tilawah, dan lainnya. Keenam,
mengadakan perlombaan, seperti
4. Memberikan
cerdas cermat untuk membiasakan dan
melatih keberanian, kecepatan, dan motivasi dan

ketepatan menyampaikan
dorongan
pengetahuan dan mempraktikkan
materi pendidikan Islam. Nilai-nilai
5. Menghukum
yang terkandung pada perlombaan
ialah nilai akhlak yaitu membedakan (dalam rangka
baik dan buruk, adil, amanah, jujur ,
kedisiplinan)
berjiwa positif, dan mandiri. Ketujuh,
diselenggarakannya kegiatan seni,
6. Memberikan
seperti seni suara, seni musik atau
seni tari. Seni adalah sesuatu yang
hadiah terutama
berarti dan relevan dalam kehidupan.
motivasi
Tabel 1: Strategi membentu budaya
religi
7. Penciptaan
Standar Indikator

suasana religius
1. Memberikan
yang berpengaruh
bagi pertumbuhan 2. Tilawah Al-Qur’an dipercayai
dapat mendekatkan diri
anak.
kepada Allah SWT. Juga bisa
meningkatkan dan
bertambahnya keimanan dan
3. Bentukk-bentuk Kegiatan Budaya
ketaqwaan yang berdampak
Religi di Sekolah
pada sikap dan akhlak positif,
Dalam karya nya (Asmaun
mengawasi diri, hati senang
Sahlan: 2010) menyatakan Terdapat
dan tenang, lisan terpelihara
beberapa indikator budaya religi di
dari maksiat, dan semoga
sekolah yaitu:
istiqomah saat beribadah.
1. Salam, Sapa, dan Senyum
Begitu mulianya orang yang
(3S)
tilawah Al-qur’an, saat tiba
Islam mengajarkan salam,
hari kiamat nanti kelak
sapa dan senyum, selain
mendapat syafaat dari apa
amalan itu memberikan do’a
yang tilawahkan.
pada orang lain dan bisa juga
3. Ibadah Dhuha
membahagiakan sesama
Ibadah di waktu dhuha ialah
makhluk. Sebagaimana
ibadah sholat yang
mestinya jika kita bertemu
dikerjakan pada waktu pagi
dengan teman, kita
dimana waktu itu seorang
mengucapkan salam secara
sedang sibuk bekerja. Akan
tidak langsung kita
tetapi di sinalah kenikmatan
memberikan salam senyuman
ibadah di waktu dhuha
dan sekaligus juga sapa.
terasa, karena semakin kita
Ungkapan salam selain
disibukkan dengan kegiatan,
sebagai do’a bagi orang lain
maka semakin
juga sebagai bentuk
menyenangkan dan nikmat
keharmonisan antara sesama
terasa apabila kita mampu
manusia.
meninggalkan dan waktu terbenamnya
melepaskan hambatan itu. matahari.
4. Ibadah Sholat Berjama’ah 6. Do’a Berjamaah atau
Seorang muslim memiliki beristighosah
kewajiban untuk menjalakan Do’a berjamaah idalah
ibadah sholat fardhu, yaitu berdo’a bersama dengan
sholat yang dilaksanakan tujuan meminta perlindugan
lima kali dalam sehari serta pertolongan Allah SWT.
semalam. Sholat Menurut Inti dari ibadah ini adalah
istilah merupakan suatu mengingat Allah dalam
ibadah wajib yang terdiri dari rangka mendekatkan diri
perkataan dan perbuatan kepada Allah. berdo’a
yang dibuka dengan takbiraul merupakan ibadah mulia
ihram dan ditutup dengan serta amalan sholeh yang
salam dengan rukun dan berpahala.
syarat yang telah ditetapkan. 7. Berinfaq dan bersedekah
5. Shaum (Puasa) Sunnah Bersinfaq dan bersedekah
Shaum (Puasa) adalah ialah mendermakan separuh
bentuk ibadah yang harta yang kita punya
mempunyai nilai yang mulia terhadap orang lain yang
terutama dalam membangun berhak mendapatkan dan
spritualitas dan ruh. menurut menerimanya. Berinfaq
bahasa shaum (puasa) ialah merupakan ibadah yang
menahan diri terhadap berimbas sedikitnya tiga
sesuatu. Adapun secara ganjaran yang dapat
syariat ialah menahan jiwa dirasakan oleh pelaku
dari semua yang shadaqah yaitu, limpahan
membatalkan puasa yang pahala ketnyamanan hati
diikuti dengan niat dimulai dan ketentraman bersosial.
terbitnya fajar shadiq sampai
Tabel 2: Bentuk Budaya Religi
Bentuk-bentuk Indikator deskriptif dan lebih sering
menggunakan analisis dengan
Budaya Religi
pendekatan induktif. Proses penelitian

1. 3S (Senyum, dan pemanfaatan kajian teori lebih


ditunjukkan supaya fokus penelitian
Salam, Sapa) relevan dengan fakta di lapangan.
Landasan teori juga berguna untuk
Wujud Kegiatan 2. Membaca Al- mengemukakan gambaran umum
mengenai latar belakang penelitian
Budaya Religius Qur’an
juga sebagai dasar pembahasan hasil
Di Sekolah penelitian. Jenis penelitian deskriptif
3.Sholat Dhuha
kualitatif ini merupakan bentuk studi
kasus (case studi) yaitu penelitian
4. Sholat
guna mengungkapkan sebuah kasus

Berjamaah yang terjadi di suatu lokasi dalam


waktu tertentu. Fitrahdan Luthfiyah

5. Puasa Senin (2017: 37) menerangkan bahwa


penelitian studi kasus menyertakan
Kamis
investigasi khusus yang diartikan
sebagai suatu objek studi yang diberi
6. Istighosah dan
renggang untuk penelitian sesuai
waktu , lokasi atau batasan-batasan
Do’a
fisik. Kasus disinibisa berupa
individual, sistem, aktivitas,sekolah,

METODE ruang kelas atau kelompok. Sumber


Metode yang peneliti pakai data pada penelitian ini yaitu ketua
dalam penelitian ini yaitu metode atau yayasan, kepala sekolah, wakil kepala
pendekatan kualitatif. Rukin (2019: 6) bidang kurikulum, kepala tata usaha
menjelaskan bahwasannya penelitian dan siswa SD Kita Najmi Hayati Lubuk
kualitatif ialah riset yang bersifat Basung serta orang tua/wali murid.
Teknik pengumpulan data yang sembarang sesuka hati.
peneliti gunakan agar meperoleh hasil e. Observasi memiliki tujuan
yang dibutuhkan sebagai bahan khusus
penjelasan penelitian. Diantaranya Pada penelitian kali ini,
melalui observasi dan wawancara. peneliti melakukan observasi di
1. Observasi: Observasi lokasi dan sasaran penelitian
merupakan teknik pengumpulan yaitu di SD Kita Najmi Hayati.
data dengan cara pengamatan Observasi dilakukan kepada
langsung atas objek penelitian informan penelitian, yaitu ketua
ke lapangan. Ariani, dkk (2020: yayasan dan kepala SD kita
33) menjelaskan observasi yaitu Najmi Hayati Lubuk Basung.
seragam aktivitas dikerjakan 2. Wawancara: Wawancara
oleh peneliti pada saat merupakan teknik pengumpulan
mengumpulkan data-data yang data dengan metode bertemu
dibutuhkan dalam penelitian. langsung dengan narasumber
Beberapa bentuk obeservasi guna menggali dan memperoleh
yang harus diperhatikan, yaitu: informasi yang dibutuhkan.
a. Observasi dilaksanakan Fadhallah (2020: 2) menyatakan
dengan mencatat cepat tidak wawancara yaitu komunikasi
hanya mengandalkan ingatan antara kedua pihak atau lebih
saja. yang dapat dikerjakan secara
b. Observasi membutuhkan bertemu langsung dimana salah
keahlian dari observer dalam hal satu pihak bertugas sebagai
menulis hal-hal yang diperlukan. interviewer (penanya) dan satu
c. Observasi bermaksud menulis pihak lagi berperan sebagai
kejadian-kejadian berkenaan yang ditanya dengan tujuan
tingkah laku tertentu. tertentu.
d. Observasi ilmiah mengenai Pada penelitian ini,
perilaku dikerjakan dengan cara peneliti melaksanakan
sistematis, tidak dilakukan wawancara secara informal
kepada informan penelitian. orang tua murid SD Kita Najmi
Wawancara infolmal ini Hayati Lubuk Basung.
merupakan tipe wawancara
yang menggunakan daftar
HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanyaan yang tidak
Hasil wawancara dengan kepala
terstruktur dan bebas serta
sekolah menyatakan bahwa dalam
tidak disusun dan direncanakan
mengembangkan budaya religi di SD
sebelumnya, tepatnya secara
Kita Najmi Hayati, kepala sekolah
spontan agar informasi yang
menerapkan strategi unggulan yang
diperoleh mengalir dengan
dimiliki sekolah, strategi
natural sehingga diperoleh data
pengembangan program kerja wakil
yang mendalam. Haryono
kepala sekolah masing-masing bidang
berpendapat (2020: 84)
(kurikulum, kesiswaan, humas, dan
wawancara informal yaitu
sarana prasarana), dan strategi
wawancara yang tidak
pengembangan kualitas sumber daya
terstruktur atau percakapan
manusia pada sekolah tersebut,
informal. Pada wawancara tipe
termasuk siswanya. Hal ini senada
ini tidak ada serangkaian
dengan pendapat Ringgawati (2016:
pertanyaan yang dirancang
119) menerangkan bahwa strategi
sebelumnya oleh peneliti.
kepala sekolah dalam meningkatkan
Pertanyaan-pertanyaan
mutu sekolah yaitu dengan strategi
dibiarkan mengalir dan diajukan
program unggulan seperti pendidikan
secara spontan dalam interaksi
karakter. Selain itu,strategi program
atau kontak langsung.
kurikulum seperti program kerja guru,
Wawancara pada
program kegiatan belajar mengajar dan
penelitian ini dilakukan dengan
laporan pendidikan. Selanjutnya,
ketua yayasan, kepala sekolah,
strategi program kesiswaan, seperti
wakil kepala, dan beberapa
pembinaan siswa khusus dan berbakat
orang guru serta siswa dan
di bidang tertentu dan pengembangan
diri. Juga strategi program sarana dan
prasarana dan program hubungan SD kita Najmi Hayati selain
masyarakat serta program peningkatan lokasinya yang jauh dari keramaian
profesionalisme sumber daya manusia. dan jalan, memiliki suasana yang
Berdasarkan hasil observasi begitu asri dan nyaman, terlebih dalam
peneliti, dijumpai bahwa dalam mempariasikan kegiatan belajar
mengembangkan strategi budaya religi, mengajar, salah satu nya yaitu
dilakukan perencanaan dan dan disediakan saung-saung yang nyaman
pengamalan yang istiqomah. bagi seluruh warga sekolah. Selain itu
Pengamalan ini meliputi rupa budaya program unggulan yang dimiliki yaitu
religi di sekolah, seperti salam, senyum Tahfidz Al-Qur’an dan hafalan hadits
dan sapa, sholat dhuha, sholat untuk semua siswa.
berjamaah, puasa senin kamis serta Perihal ini sejalan dengan
berbuka bersama, serta tadarus Al- asumsi yang disimpulkan Sari dan
Qur’an. Asmaun Sahlan (2010) Rosyidi (2021: 27) yang menyatakan
menyatakan hal yang sama dalam bahwa dalam usaha peningkatan mutu
menggambarkan macam-macam sekolah, maka kepala sekolah bisa
budaya regi di sekolah. membuat program unggulan yang
Dari hasil observasi, wawancara dapat mengembangkan potensi
serta dokumentasi peneliti dengan peserta didik, mengembangkan sumber
responden penelitian, maka dapat kita daya guru, mengembangkan kurikulum
simpulkan beberapa strategi kepala pembelajaran dan memenuhi sarana
sekolah SD Kita Najmi Hayati Lubuk dan prasarana yang diperlukan.
Basung dalam mengembangkan 2. Strategi pengembangan program
budaya religi di sekolah, sebagai wakil kepala sekolah
berikut: Dalam hal ini wakil kepala ikut
andil mengembangkan budaya religi
1. Strategi penciptaan suasana belajar
dengan menyumbangkan gagasan-
yang berpariasi dan nyaman dengan
gagasannya mengenai kegiatan yang
program unggulan
dapat memicu candu serta kesenagan
anak-anak dalam kegiatan agama.
Seperti melakukan ice breaking Kepala 3. Menegakkan 3. Menyediakan
Sekolah
sebelum belajar, hal ini dilakukan agar disiplin Kolam renang

siswa tidak jenuh dan sengan dengan


4. Memberikan ikhwan &
pelajaran yang akan mereka dapati.
motivasi dan Akhwat untuk
3. Strategi pengembangan bentuk
budaya religi dan kualitas SDM di dorongan Siswa

sekolah
5. Menghukum 4. Penyediaan
Selain bentuk budaya religi
(dalam rangka saung untuk
sekolah yang telah di terangkan oleh
sahlan (2010), SD kita Najmi Hayati kedisiplinan) belajar dan

melakukan variasi-variasi dalam


6. Memberikan bersantai agar
mengembangkan budaya religi sekolah,
hadiah tercipta
seperti membudayakan berpakaian
syar’i di sekolah, menghafal Al-Qur’an, terutama suasana

menyediakan sarapan dan snack (susu motivasi belajar yang


dan makanan) untuk siswa di kelas
7. Penciptaan nyaman.
dan lain sebagainya.
suasana
5. Ice Breking
religius yang
berpengaruh
sebelum
bagi
Tabel 3: Temuan Penelitian
pertumbuhan belajar
Standar Indikator Temuan Baru anak.
6. Penyediaan
1. Memberikan 1. Menyediakan Buku
mutaba’ah
contoh Snack Untuk
amalan
yaumiyyah
(teladan) siswa di kelas
(harian)

2. 2. Penyediaan Bentuk 1. 3S (Senyum, 1. Hafalan


Budaya Religi Hadits
Membiasakan Angkutan/bus Salam, Sapa)
di SD Kita
Najmi Hayati 2. Lingkungan
hal-hal baik Sekolah 2. Membaca Al-
Berpakaian
Strategi
Syar’i
Qur’an pengembangan kualitas sumber daya
3. Tahfidz
3.Sholat Dhuha manusia yang dimiliki, termasuk siswa.
Berikut beberapa saran serta
4. Sholat
rekomendasi yang kami cantumkan ke
Berjamaah
berbagai pihak dalam rangka

5. Puasa Senin meningkatkan berkembangnya budaya


religi di sekolah untuk masa yang akan
Kamis
datang, antara lain:
6. Istighosah
1.Mengamalkan strategi yang telah
dan Do’a
dirancang serta diterapkan oleh kepala
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SD Kita Najmi Hayati Lubuk Basung
Berdasarkan hasil uraian dan beserta seluruh warga sekolah agar
penelitian di atas, maka disimpulkan kualitas serta kuantitas sekolah terus
strategi kepala sekolah dalam terjaga dan meningkat.
mengembangkan budaya religi di SD 2. Mengaplikasikan strategi lain yang
Kita Najmi Hayati Lubuk Basung sudah diuji cobakan oleh sekolah-
sangat baik secara kualitas maupun sekolah lain dan terbukti efektif dan
kuantitas. Ada tiga strategi utama yang efisien serta berpengaruh baik
dilakukan oleh kepala SD Kita Najmi terhadap pengembangan budaya religi
Hayati Lubuk Basung dalam sekolah.
meningkatkan mengembangkan 3. Mencoba merancang strategi-
budaya religi, yaitu melalui strategi strategi baru sesuai dengan
program dan kegiatan unggulan yang perkembangan zaman dan situasi
dimiliki sekolah, strategi pendidikan modern saat ini agar
pengembangan program kerja wakil adanya variasi baru di sekolah.
kepala masing-masing bidang 4. Strategi dalam mengembangkan
(kurikulum, kesiswaan, humas, dan budaya religi sekolah tidak hanya
sarana prasarana di ikut sertakan bersumber dari kepala sekolah,
pengawasan orang tua), dan strategi hendaknya juga diharapkan konstribusi
guru serta pihak-pihak sekolah lainnya.
5. Diharapkan kerja sama yang kuat Peningkatan Mutu Pendidikan
dan kolaborasi antar yayasan dan Islam; Peningkatan Lembaga
pihak sekolah dalam mengembangkan Pendidikan Islam Secara Holistik;
budaya religi, seperti wakil kepala Praktik dan Teoritik. Yogyakarta:
sekolah, guru, tenaga kependidikan, Teras.
siswa, wali murid serta masyarakat di Fathurrohman, Muhammad. (2015) Budaya
Religius dalam Peningkatan Mutu
lingkungan sekitar sekolah. Pendidikan, (Yogyakarta: Kalimedia,), h.51
Penelitian ini tentunya memiliki Fadhallah. (2020). Wawancara.

kekurangan dan keterbatasan baik Jakarta: UNJ Press.

waktu maupun kondisi dilapangan, Haryono, Cosmas Gatot. (2020).

oleh karena itu, peneliti mohon maaf Ragam Metode Penelitian

atas segala kekurangan serta Kualitatif Komunikasi.

kesalahan dalam penulisan penelitian. Sukabumi:CV. Jejak.

Dan ucapan terima kasih kepada Ilmi, Aghna Mahirotul & Sholeh,

seluruh pihak terkait yang membantu Muhamad . (2021). MANAJEMEN

dalam penelitian ini. KEPALA SEKOLAH DALAM


MEWUJUDKAN BUDAYA RELIGIUS
KEPUSTAKAAN ACUAN DI SEKOLAH ISLAM. Jurnal

Ariani, Yetti, Helsa, Yullys, Ahmad, Inspirasi Manajemen Pendidikan

Syafri dan Kenedi, Ary Kiswanto. Volume 09 Nomor 02 Tahun 2021,

(2020). Model Penilaian Kelas 389-402.

Online pada Pembelajaran Sahlan, A. (2010). Mewujudkan

Matematika. Yogyakarta: CV. Budi Budaya Religius di Sekolah.

Utama Malang: UIN-MalikiPress.

Fitrah, Muh. dan Luthfiyah. (2017). Mulyadi, Edi (2018). Strategi

Metodologi Penelitian: Penelitian Pengembangan Budaya Religius di

Kualitatif, Tindakan Kelas dan Madrasah. JURNAL

Studi Kasus. Sukabumi: CV. Jejak. KEPENDIDIKAN6(1),http://jurnalkepe


ndidikan.iainpurwokerto.ac.id
Fathurrohman, Muhammad. (2012).
Implementasi Manajemen
Naim, Ngainun, 2012. Character Sugihwaras Kecamatan Kalitengah
Building Optimalisasi Peran Kabupaten Lamongan. Mudir:
Pendidikan DalamPengembangan (Jurnal Manajemen Pendidikan),
Ilmu dan Karakter Bangsa, Volume 3, Nomor 1, Januari 2021.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media. Suryana, Ermis dkk. Pembinaan
Nisa, Khoirun, & Masrudin, Imam Keberagamaan Siswa melalui
Ma’ruf (2021). IMPLEMENTASI Pengembangan BudayaAgama di
MANAJEMEN MUTU DALAM SMA Negeri 16 Palembang,
MENGEMBANGKAN BUDAYA Palembang, IAIN Raden Patah,
RELIGIUS DI MTS MADRASATUL Ta’dib,Vol. XVIII, No. 02, Edisi
QUR’AN JOMBANG. Journal of Nopember 2013.
Education and Management Suwendra, I Wayan. (2018).
Studies Vol. 4, No. 3, Metodologi Penelitian Kualitatif.
https://creativecommons.org/licenses/by- Bandung: Nilacakra.
nc/4.0/
Supriyanto, (2018).STRATEGI
Ringgawati, Vera Mei. (2016). Strategi
MENCIPTAKAN BUDAYA
Kepala Sekolah dalam
RELIGIUSDI SEKOLAH. Jurnal
Meningkatkan MutuLulusan (Studi
Tawadhu  Vol. 2 no. 1.
Multisitus di SMAN 1Blitar dan
Zulhendri, Z. (2018). Manajemen
SMAN 1 Sutojayan). Malang:
KepalaSekolah Dalam Menerapkan
Universitas Islam Negeri Maulana
BudayaReligius Di Sma Negeri 2
MalikIbrahim.s
Sijunjung. Al-Fikrah: Jurnal
Rukin. (2019). Metodologi Penelitian
Manajemen
Kualitatif. Sulawesi Selatan:
Pendidikan,6(1),https://doi.org/10.
Yayasan Ahmar Cendekia
31958/jaf.v6i1.1376
Indonesia.
Sari, Indah Eka dan Rosyidi, Muh.
Hasyim.(2021). Strategi Kepala
Sekolah dalamUpaya
Meningkatkan Mutu Lulusan
diSMK Idhotun Nasyi'in Desa

You might also like