Professional Documents
Culture Documents
Note :
Pembahasan
Kesimpulan
Dosen Pengampu:
Bambang Supriyo, BSEE,MEngSc,PhD
Disusun Oleh:
Deni Ramadhani
Khaerul Umam
1. Tujuan
2. Dasar Teori
2.1. Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap.
Nilai Resistansi atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna
ataupun kode Angka.
Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar
diantara 1Ω sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya
kepekaan terhadap suhu, Carbon Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar
dari -55°C hingga 155°C.
2.2. Kapasitor
2.3. LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju.
LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor.
Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan
semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar
inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote
Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya. Bentuk LED
mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan
mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED
tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam
menghasilkan cahaya.
Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub yaitu
kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya
apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan
junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor
adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor
yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika
LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda
(K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang
kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material).
Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan
cahaya monokromatik (satu warna). LED atau Light Emitting Diode yang
memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai
Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.
Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED.
Kita dapat melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas.
Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting
yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field
winding (kumparan medan magnet), Armature Winding (Kumparan
Jangkar), Commutator (Komutator) dan Brushes (kuas/sikat arang).
Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet
untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang
bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan
kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini,
karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub
selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik
menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti.
Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan
dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub
utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan
berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub
selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara
kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama,
maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara
kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan
dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan
kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan
berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.
2.8. Generator DC
Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi
perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan menimbulkan
tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor menempati posisi
seperti Gambar 2.12 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi perpotongan medan magnet
secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi jangkar pada Gambar 2.12 (b),
akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini karena tidak adanya perpotongan
medan magnet dengan penghantar pada jangkar atau rotor. Daerah medan ini disebut
daerah netral.
Gambar 2.13 Tegangan Rotor yang Dihasilkan Melalui Cincin Seret & Komutator
Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slipring berupa dua cincin
(disebut juga dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 2. 5 (1), maka
dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan rotor
dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 2. 5 (2) dengan dua belahan,
maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.
Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi bolak-balik.
Sebuah komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.
Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC, sebanding
dengan banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi (arus penguat medan).
Arduino Uno adalah salah satu development kit mikrokontroler yang berbasis
pada ATmega28.
Arduino Uno board memilki 14 pin digital input/output, 6 analog input,
sebuah resonator keramik 16MHz, koneksi USB, colokan power input, ICSP header,
dan sebuah tombol reset.
Berikut spesifikasi teknis dari Arduino Uno R3 board
Mikrokontroler ATmega328
Catu Daya 5V
Teganan Input (rekomendasi) 7-12V
Teganan Input (batasan) 6-20V
Pin I/O Digital 14 (dengan 6 PWM output)
Pin Input Analog 6
Arus DC per Pin I/O 40 mA
Arus DC per Pin I/O untuk PIN 3.3V 50 mA
Flash Memory 32 KB (ATmega328) dimana 0.5 KB digunakan oleh bootloader
SRAM 2 KB (ATmega328), EEPROM 1 KB (ATmega328)
Clock Speed 16 MHz
Sesuai namanya, adjustable power supply merupakan jenis power supply yang
arus atau tegangan listriknya bisa diatur sesuai kebutuhan. Penyesuaian tegangan
bisa menggunakan knob mekanik.
Cara kerja power supply adalah dengan menekan tombol power pada casing terlebih
dahulu. Ketika tombol power ditekan, sebelum membiarkan sistem start (mulai bekerja),
maka power supply akan melakukan cek dan tes terlebih dahulu. Saat tes telah berhasil,
selanjutnya power supply akan mengirim sinyal khusus ke motherboard. Pengiriman sinyal
power supply ke motherboard disebut dengan power good.
3. Alat dan Bahan
1. Resistor 1kΩ 2 buah
2. Resistor 10kΩ 2 buah
3. Kapasitor 220μF 1 buah
4. LED 1 buah
5. Dioda 1N4007 1 buah
6. Trans BD135 1 buah
7. Trans 2N3055 1 buah
8. Motor DC 1 buah
9. Generator DC 1 buah
10. Arduino Uno 1 buah
11. Power Supply 1 bua
12. Kabel USB 1 buah
13. Kabel jumper secukupnya
4. Pelaksanaan Percobaan
R3 + + R1
1k 10k
MOTOR GENERATOR R2 C1
D1 LED 10k 220uF
D2
- -
1N4007
R4 Q1
BD139
1k
Q2 ARD1
2N3055
www.TheEngineeringProjects.com
0 PD0/RXD PC5/ADC5/SCL A5
1 PD1/TXD PC4/ADC4/SDA A4
2 PD2/INT0 PC3/ADC3 A3
3 ~ PD3/INT1/OC2B
PC2/ADC2 A2
4 PD4/T0/XCK
A1
ATMEGA328P-PU
ANALOG IN
PC1/ADC1
5 ~ PD5/T1/OC0B
PC0/ADC0 A0
6 ~ PD7/AIN1
7 PD7/AIN1
1121
8 PB0/ICP1/CLKO
9 ~ PB1/OC1A
10 ~ PB2/OC1B
11 ~ PB3/MOSI/OC2A
12
RESET
PB4/MISO
13 PB5/SCK
AREF
Reset BTN
ON
ARDUINO UNO
e = sp - rpm;
de=e-e0; // delta error
ie=ie+e; // Integral error- akumulasi error
e0 = e;
Op = Kp * e;
Od=Kd*de;
Oi=Ki*ie;
Opid = Op+Od+Oi;
if (Opid > 255)
{
Opid = 255;
}
else if (Opid < 0)
{
Opid = 0;
}
Opwm = Opid;
analogWrite(3, Opwm);
Serial.print(t); Serial.print(" ");
Serial.print(sp); Serial.print(" ");
Serial.print(rpm); Serial.print(" ");
Serial.println(Opwm);
t = t + 0.1;
}
void loop() {
// put your main code here, to run repeatedly:
if (t > 50) // time = 500*0.1 s = 50 s
{ noInterrupts();
analogWrite(3, 0);
}
}
5. Hasil Percobaan
5.1. Tabel Hasil Percobaan
5.1.1. Kendali Motor Proportional Normal
Tabel 5.1 Kendali Motor Proportional dengan SP = 1000 dan Kp = 0,335
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
… …
20 2000 1360,7 70 49,5 2000 1360,7 70
… …
… …
… …
… …
Tabel 5.11 Kendali Motor PID SP=2000 dan Kp=0,10 Kd=0,03 Ki=0,008
… …
… …
…
Tabel 5.12 Kendali Motor PID SP=3000 dan Kp=0,035 Kd=0,06 Ki=0,007
… …
… …
…
5.2. Grafik Hasil Percobaan
5.2.1. Kendali Motor Proportional Normal
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.1 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 1000, Kp = 0,335
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.2 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 2000, Kp = 0,735
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.3 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 3000, Kp = 1,355
5.2.2. Kendali Motor Proportional untuk PID
SP RPM
Gambar 5.4 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 1000, Kp = 0,200
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.5 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 2000, Kp = 0,155
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.6 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 3000, Kp = 0,735
5.2.3. Kendali Motor Proportional Differential
SP RPM
Gambar 5.7 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 1000, Kp = 0,085, Kd=0,05
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.8 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 2000, Kp = 0,11, Kd=0,05
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.9 Grafik waktu (s) terhadap rpm dengan SP = 3000, Kp = 0,45, Kd=0,05
5.2.4. Kendali Motor Proportional Integral Differential
SP RPM
Gambar 5.10 Grafik waktu (s) terhadap rpm SP = 1000, Kp=0,10, Kd=0,01, Ki=0,008
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM SP RPM
Gambar 5.11 Grafik waktu (s) terhadap rpm SP = 2000, Kp=0,10, Kd=0,03, Ki=0,008
1000
500
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (s)
SP RPM
Gambar 5.12 Grafik waktu (s) terhadap rpm SP=3000, Kp=0,035, Kd=0,06, Ki=0,007
6. Pembahasan
6.1. Kendali Pemanas Proportional
Nilai Kp yang diperoleh merupakan Kp untuk mencapai set point dengan cepat dan
terjadi beberapa osilasi kemudian stabil pada nilai Ta tertentu.
Pada grafik SP 50 dengan Kp 12, Kd 0, dan Ki 0. Masih terjadi overshoot namun
sudah tidak terjadi osilasi. Ta belum dapat mencapai set point. Ta akan stabil
dibawah nilai SP yaitu sekitar 50,05. Didapatkan nilai steady state error sebesar 9,95
dengan presentasi sebesar 17%.
6.2. Kendali Pemanas Proportional Derivative
Nilai Kp yang diperoleh merupakan Kp untuk mencapai set point dengan cepat dan
terjadi beberapa osilasi kemudian stabil pada nilai Ta tertentu. . Nilai Kd digunakan
untuk menghilangkan overshoot yang masih ada.
Pada grafik SP 60 dengan Kp 1,7; Kd 50 dan Ki 0. Sudah tidak ada overshoot dan
tidak terjadi osilasi. Namun belum dapat mencapai set point. Ta akan stabil dibawah
nilai SP yaitu sekitar 43,21. Didapatkan nilai steady state error sebesar 16,79 dengan
presentasi sebesar 28%.
6.3. Kendali Pemanas Proportional Integral Derivative
Nilai Kp yang diperoleh merupakan Kp untuk mencapai set point dengan cepat dan
terjadi beberapa osilasi kemudian stabil pada nilai Ta tertentu. . Nilai Kd digunakan
untuk menghilangkan overshoot yang masih ada. Nilai Ki digunakan untuk
menaikkan Ta stabil agar mencapai SP dengan toleransi steady state error sebesar 0-5
%.
Pada grafik SP 60 dengan Kp 1,7; Kd 50 dan Ki 0,003. Sudah tidak ada overshoot,
tidak terjadi osilasi, dan sudah mencapai set point. Ta akan stabil mencapai nilai SP
yaitu sekitar 60,4. Didapatkan nilai steady state error sebesar 0,04 dengan presentasi
sebesar 0,68%.
7. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan kendali pemanas ON/OFF dua posisi memiliki set point yaitu SP.
Apabila nilai suhu aktual Ta berada di bawah SP maka pemanas ON, kemudian jika
nilai suhu aktual sudah mencapai atau di atas SP maka pemanas akan OFF.
2. Cara menentukan parameter PID menggunakan metode penalaan manual yang
pertama yaitu dengan menetapkan nilai Kp untuk mengurangi osilasi pada grafik
sehingga mendekati nilai Set Point walaupun masih terdapat overshoot. Nilai Kd
ditambahkan untuk menghilangkan tegangan berlebih atau overshoot dan nilai Ki
untuk menghilangkan eror keadaan stabil atau Steady State Error.
3. Arduino Uno digunakan sebagai mikrokontroler untuk membaca nilai tegangan
generator, memroses dan menampilkan nilai yang diinginkan. Selain itu mengatur
nilai set point, Kp Kd Ki, mengontrol kerja motor dan generator, dan jangka waktu
pengambilan data.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1. Dokumentasi