Professional Documents
Culture Documents
ID Analisis Daya Saing Dan Dampak Kebijakan
ID Analisis Daya Saing Dan Dampak Kebijakan
ABSTRACT
The low productivity of domestic soybeans to be one of the problems why the national soybean
production can not meet the needs of the domestic market. Besides government policy is not
optimal and sometimes contradictory in increasing domestic soybean production contributing
to the competitiveness of domestic soybeans to soybean imports this time. The purpose of this
study was to analyze the level of financial and economic advantages of farming. Analyze the
competitiveness of soybean status. Analyzing the impact of government policy on the
competitiveness of soybean in Lamongan, East Java. Analyzing sensitivity on the
competitiveness of soybean. In this research using policy analysis the matrix ( PAM ) , the results
of the analysis this is used for saw two basic indicators measuring competitiveness , namely
private cost ratio ( PCR ) , domestic resource cost ratio ( DRCR ) is an indicator the comparative
advantages. The sample of the in this research as many as 120 respondents. The analysis showed
that soybean cultivation in Lamongan unprofitable and inefficient financially and economically.
Based competitiveness indicators that PCR and DRCR, showed that soybean systems in
Lamongan not competitive. PCR coefficient values> 1 and DRCR> 1. This means soybean
systems uncompetitive and inefficient. Based on indicators of the impact of government policy
divergence to the input-output soybean showed that existing government policies detrimental
exploitation of soybean farming in Lamongan. Changes in domestic soybean prices by 15 and
20 percent increases the competitiveness of domestic soybean competitive.
Keyword(s): Competitive Advantage, Comparative Advantage, PAM
ABSTRAK
Rendahnya produktivitas kedelai domestik menjadi salah satu masalah mengapa produksi
kedelai nasional tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik. Selain Kebijakan pemerintah
yang belum maksimal dan kontradiktif, berkontribusi pada kondisi daya saing kedelai domestik
terhadap kedelai impor. Tujuan dari studi ini untuk menganalisis tingkat keuntungan ekonomi
dan keuangan usaha tani, menganalisis status daya saing kedelai, menganalisis dampak
kebijakan pemerintah terhadap daya saing kedelai di lamongan, jawa timur, dan menganalisis
sensitivitas pada daya saing kedelai domestik. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
matriks kebijakan atau Policy Analysis Matriks ( PAM ), hasil analisis ini dipakai untuk melihat
dua dasar indikator mengukur daya saing, biaya rasio privat (PCR yakni Private Cost Ratio)
adalah sebuah keunggulan kompetitif, sumber daya domestik biaya rasio (DRCR atau Domestic
Resource Cost Ratio) adalah sebuah keunggulan komparatif. Jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 120 responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan komoditas kedelai
21
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
di Kabupaten Lamongan tidak menguntungkan dan tidak efisien secara finansial dan ekonomi.
Berdasarkan indikator daya saing yaitu PCR dan DRCR, menunjukkan bahwa sistem usahatani
kedelai di Kabupaten Lamongan tidak memiliki daya saing. Nilai koefisien PCR>1dan
DRCR>1. Hal ini berarti sistem usahatani kedelai tidak kompetitif dan tidak efisien.
Berdasarkan indikator transfer input, menunjukkan bahwa pemerintah melakukan kebijakan
subsidi terhadap input pupuk. Berdasarkan indikator dampak divergensi kebijakan pemerintah
terhadap input-output usahatani kedelai menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang ada
merugikan usahatani kedelai di Kabupaten Lamongan. Perubahan di harga kedelai domestik
sebesar 15 dan 20 persen meningkatkan daya saing kompetiti kedelai domestik.
Kata Kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan kompetitif, PAM
22
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
23
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
24
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
25
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
26
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
27
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
28
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
29
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
serta upah yang dibayarkan oleh petani Komoditas kedelai, pupuk SP-36,
berbeda antara pria dan wanita. Untuk pestisida dan NPK merupakan barang
upah tenaga kerja pria sebesar Rp. yang diimpor, harga impor tersebut
78.032,52 per hari dengan jumlah jam menunjukkan opportunity cost untuk
kerja per hari selama delapan jam. menghasilkan tambahan satu unit produk
Sedangkan untuk upah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan dalam
wanita sebesar Rp. 62.686,80 per hari negeri. Sedangkan untuk pupuk urea
dengan jumlah jam kerja selama tujuh merupakan barang yang diekspor,
jam per hari. Harga kedelai di tingkat sehingga harga ekspor barang tersebut
petani adalah sebesar Rp. 6.585,83 per menunjukkan opportunity cost satu unit
kilogram. tambahan produksi domestik untuk
Selanjutnya dalam alur analisis diekspor. Harga sosial untuk kegiatan
PAM, setelah membuat tabel harga privat usahatani kedelai disajikan pada
adalah membuat bujet privat. Pembuatan Lampiran 8.
tabel bujet privat yaitu dengan Harga sosial untuk input tradabel
mengalikan jumlah fisik yang disajikan seperti pupuk urea diperoleh sebesar Rp.
pada input-output dengan nilai-nilai pada 4.744,29, SP-36 sebesar Rp. 4.214,67 dan
tabel harga privat. Lampiran 7 menyaji- pupuk NPK sebesar Rp. 6.764,08 per
kan hasil perkalian antara jumlah fisik kilogram. Harga sosial ouput kedelai
input-output dan harga privat. Berdasar- sebesar Rp. 7.471,40 per kilogram. Untuk
kan tabel bujet privat, usahtani kedelai nilai harga sosial input-input lain
mendapatkan pendapatan sebesar Rp. mengikuti harga aktual pada saat
9.500.615,31 per hektar per musim penelitian. Setelah diketahui nilai harga
tanam. Jika dilihat dari persentase sosial, selanjutnya dibuat bujet sosial
kontribusi biaya input terhadap total dengan mengalikan jumlah fisik input-
biaya usahatani kedelai, dapat dilihat output usahatani dengan harga-harga
bahwa komponen biaya faktor domestik sosial. Berdasarkan hasil bujet sosial
sangat dominan terhadap total biaya diperoleh pendapatan usahatani kedelai
usahatani kedelai yaitu sebesar 90,05 sebesar Rp. 10.778.112,59 per hektar per
persen. musim tanam.
30
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
Tabel 2. Hasil Analisis Keuntungan Finansial dan Ekonomi, PCR dan DRCR
Usahatani Kedelai (MK 2013)
Parameter Nilai
1. Keuntungan Finansial (Rp/ha) -1.305.019,54
2. Keuntungan Ekonomi (Rp/ha) -1.110.972,95
3. PCR 1,15
4. DRCR 1,13
31
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
32
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
mempunyai keunggulan komparatif yang Faktor (TF). Bentuk kebijakan pada input
tinggi. tradable faktor dapat berupa kebijakan
Sementara itu, analisis biaya dan perdagangan serta subsidi dan pajak,
keuntungan secara sosial atau ekonomi sedangkan bentuk divergensi lainnya
menunjukkan bahwa pengusahaan usaha- dapat disebabkan adanya distorsi pasar.
tani kedelai di Kabupaten Lamongan Transfer input menunjukkan selisih
secara ekonomi tidak menguntungkan. antara biaya input yang dapat diper-
Besarnya kerugian usahatani kedelai dagangkan pada harga privat dengan
secara sosial di Lamongan sebesar Rp biaya input yang dapat diperdagangkan
1.110.972,95/ha/musim. Dari Tabel 2 pada harga sosial. Nilai Transfer Input
terlihat bahwa besarnya kerugian pada yang positif menunjukan adanya
keuntungan privat usahatani kedelai di kebijakan subsidi negatif atau pajak pada
desa contoh Lamongan lebih tinggi dari unsur input tradable yang mengurangi
keuntungan ekonominya. Hal ini tingkat keuntungan produsen atau dengan
merupakan indikasi bahwa harga input kata lain produsen tidak mendapat
yang dibayar petani lebih tinggi dan atau insentif. Kerugian yang dialami oleh
harga output yang diterima oleh petani produsen disebabkan adanya distorsi
lebih rendah dari harga sosial. pasar. Sedangkan, transfer input yang
bernilai negatif menunjukkan adanya
Kebijakan Intensif kebijakan subsidi pada input, karena
Ukuran dampak divergensi dan subsidi pada harga input akan
kebijakan pemerintah dalam Matrix PAM mengakibatkan biaya yang dikeluarkan
adalah transfer output, transfer input, untuk input pada tingkat aktual atau
transfer faktor dan transfer bersih. privat lebih rendah daripada tingkat harga
Ukuran relatif ditunjukkan oleh analisis sosial. Hal itu menunjukkan bahwa
koefisien proteksi output nominal atau kebijakan subsidi pada input tradable
nominal protection coefficient on output akan menguntungkan produsen domestik.
(NPCO), koefisien proteksi input nominal Berdasarkan hasil pada Tabel 3
atau nominal protection coefficient on transfer input bernilai negatif menunjuk-
input (NPCI), koefisien proteksi efektif kan adanya kebijakan subsidi pada input.
atau effectif protection coefficient (EPC). Kebijakan subsidi menyebabkan biaya
Koefisien profitabilitas atau profitability input yang dikeluarkan oleh petani lebih
coefficient (PC) dan rasio subsidi bagi rendah daripada tingkat harga sosial.
produsen atau subsidy ratio to producen Petani kedelai di Kabupaten Lamongan
(SRP). membayar input produksi lebih rendah
sebesar Rp. 1.246.696,03 per hektar per
Dampak Kebijakan Pemerintah musim tanam dibandingkan harga sosial-
Terhadap Input nya. Transfer negatif ini berasal dari
Kebijakan insentif yang terdapat biaya pupuk, harga pupuk ditingkat
pada input tradable ditunjukkan oleh nilai petani yang rendah dapat mendukung
transfer input (IT), NPCI dan Transfer
33
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
untuk pengembangan usahatani kedelai di struktur pertanian seperti irigasi dan jalan
Kabupaten Lamongan. Kebijakan subsidi desa yang memiliki dampak yang lebih
pada input tradable ini membantu baik jika dibandingkan dengan kebijakan
mengurangi kerugian yang dialami oleh subsidi pupuk. Pada usahatani kedelai,
petani. Berdasarkan hal tersebut kebijakan subsidi input masih sangat
menunjukkan bahwa dalam kegiatan diperlukan dalam upaya mendorong
usahatani kedelai kebijakan subsidi masih perkembangan usahatani kedelai. Kebi-
diperlukan oleh petani. Apabila kebijakan jakan subsidi input terbukti mengurangi
subsidi terhadap input dihapus atau kerugian petani kedelai jika dibandingkan
dikurangi oleh pemerintah maka kerugian dengan harga sosialnya.
yang dialami oleh petani akan lebih besar. Koefisien proteksi input nominal
Akan tetapi, berdasarkan Firdaus et al, (NPCI) sebagai indikasi transfer input
2011 menunjukkan bahwa kebijakan yang merupakan rasio antara biaya input
subsidi pupuk yang diterapkan oleh tradable yang dihitung berdasar harga
pemerintah Indonesia lebih meng- privat dengan biaya input tradable yang
untungkan petani yang memiliki skala dihitung pada harga sosial. Nilai NPCI
usahatani besar yang tidak membutuhkan menunjukkan tingkat proteksi atau
subsidi dan memicu penggunaan pupuk distorsi yang dibebankan pemerintah
melebihi dosis yang dianjurkan sehingga pada input tradable bila dibandingkan
berdampak pada rusaknya kesuburan tanpa ada kebijakan. Nilai NPCI lebih
tanah. Menurunnya kesuburan tanah besar dari satu (NPCI>1) menunjukkan
berdampak pada berkurangnya hasil adanya kebijakan proteksi terhadap
panen yang diperoleh petani. Berdasarkan produsen input tradable selain terdapat
hal tersebut, sebaiknya subsidi peme- pajak pada input tersebut, sedangkan
rintah untuk pupuk dikurangi atau sektor yang menggunakan input tersebut
dialihkan pada pembangunan infra- dirugikan dengan tingginya biaya
34
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
produksi yang dikeluarkan. Sedangkan harga sosial. Hal ini menunjukkan bahwa
jika nilai NPCI lebih kecil dari satu adanya kebijakan pemerintah yang
(NPCI<1) maka menunjukkan adanya melindungi produsen input domestik,
subsidi atas input tersebut. misalnya melalui subsidi yang diberikan.
Transfer input untuk jenis pupuk Produsen input mendapatkan tambahan
Urea, SP-36, dan NPK petani keuntungan sebesar Rp. 163.245,34 per
memberikan transfer negatif dan nilai hektar per musim tanam dari usahatani
koefisien NPCI < 1, hal ini berarti bahwa kedelai dilakukan oleh petani.
ada kebijakan subsidi yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap pupuk. Untuk Dampak Kebijakan Pemerintah Ter-
semua jenis pupuk yang digunakan, hadap Output
petani memberikan transfer negatif dan Campur tangan pemerintah atau
nilai koefisien NPCI < 1, artinya bahwa adanya kebijakan insentif dalam output
produsen pupuk memberikan transfer dapat dilihat dari besarnya nilai transfer
kepada petani untuk semua jenis pupuk. output (OT) dan NPCO. Bentuk campur
Secara umum, berdasarkan Tabel 3 nilai tangan pemerintah tersebut adalah
koefisien NPCI untuk seluruh input kebijakan perdagangan yang berupa
sistem usahatani kedelai menunjukkan pajak ekspor, tarif impor serta kebijakan
nilai NPCI < 1 atau 0,46, hal ini berarti subsidi dan pajak. Transfer output
pemerintah melakukan kebijakan subsidi merupakan selisih antara penerimaan
terhadap input sistem usahatani kedelai. yang dihitung atas harga privat dengan
Selain penggunaan input tradable, penerimaan yang dihitung berdasar harga
petani juga menggunakan input yang sosial. Koefisien proteksi output nominal
tidak diperdagangkan atau non tradable. (NPCO) merupakan indikasi dari transfer
Untuk mengukur transfer yang diterima output yang ditunjukkan oleh rasio antara
oleh petani untuk membayar faktor-faktor penerimaan yang dihitung berdasar harga
yang tidak diperdagangkan dapat dilihat privat dengan penerimaan yang dihitung
dengan membandingkan perbedaan harga berdasar harga sosial.
privat dengan harga sosialnya atau Berdasarkan hasil analisis pada
disebut dengan Transfer Faktor. Nilai Tabel 3 diperoleh hasil transfer output
transfer faktor lebih besar dari nol (FT>0) (OT) dan NPCO untuk usahatani kedelai
mengandung arti bahwa ada transfer dari di Kabupaten Lamongan. Hasil analisis
petani produsen kepada produsen input menunjukkan untuk usahatani kedelai
non tradable. Nilai transfer faktor nilai OT yang negatif dan nilai koefisien
usahatani kedelai di Kabupaten NPCO < 1. Besarnya nilai koefisien
Lamongan sebesar Rp. 163.245,34. Nilai NPCO untuk kedelai sebesar 0,88, artinya
ini menunjukkan bahwa harga input non petani kedelai menerima harga 22,00
tradable yang dikeluarkan oleh petani persen lebih rendah dari yang seharusnya.
produsen pada tingkat harga privat lebih Kondisi tersebut menjelaskan bahwa
tinggi dibandingkan dengan biaya input dengan adanya kebijakan atau intervensi
non tradable yang dikeluarkan pada pemerintah terhadap output kedelai lebih
35
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
36
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
pemerintah yang diterapkan saat ini dilokasi penelitian adalah positif lebih
bersifat melindungi produksi domestik. besar dari 1. Artinya kebijakan peme-
Semakin besar nilai EPC, maka semakin rintah atau distorsi pasar yang ada pada
tinggi tingkat proteksi pemerintah usahatani kedelai memberikan insentif
terhadap komoditas pertanian domestik. kepada petani, karena petani memperoleh
Besarnya nilai koefisien EPC untuk keuntungan jauh lebih tinggi dari
komoditas kedelai diperoleh nilai seharusnya.
koefisien EPC=1. Nilai koefisien EPC Koefisien nilai SRP merupakan
sistem usahatani kedelai di Kabupaten indicator yang menunjukkan proporsi
Lamongan sebesar 1.00. Nilai koefisien penerimaan pada harga sosial yang
EPC tersebut mengindikasikan tidak diperlukan apabila subsidi atau pajak
adanya perlindungan atau proteksi digunakan sebagai pengganti kebijakan.
pemerintah terhadap produsen atau petani Nilai koefisien SRP juga menunjukkan
kedelai. Bahkan petani harus mensubsidi tingkat penambahan dan pengurangan
produsen input dan konsumen kedelai, penerimaan atas pengusahaan suatu
karena nilai tambah yang dinikmati petani komoditas karena adanya kebijakan
kedelai lebih kecil dari nilai tambah pemerintah. Apabila nilai SRP>0 me-
secara sosial. Kebijakan pemerintah nunjukkan bahwa kebijakan pemerintah
terhadap input-output menghambat petani mendukung atau menguntungkan usaha-
kedelai dalam menghasilkan kedelai tani suatu komoditas karena biaya yang
domestik. Hal ini dikarenakan kurang diivestasikan petani lebih besar daripada
efektifnya kebijakan harga dasar pen- nilai tambah keuntungan yang diterima
jualan yang diterapkan oleh pemerintah petani.
karena tidak adanya badan yang secara Besarnya nilai koefisien SRP pada
khusus membeli kedelai dari petani komoditas kedelai dilokasi penelitian
dengan harga dasar yang telah ditentukan sebesar -0,22, artinya secara umum
oleh pemerintah. kebijakan pemerintah yang ada mem-
Nilai koefisien keuntungan (PC) berikan dampak yang merugikan petani
menunjukkan keuntungan yang diperoleh kedelai. Petani kedelai menerima subsidi
petani dengan adanya intervensi atau negatif atau mereka harus membayar
distorsi yang dilakukan oleh pemerintah. pajak, dibandingkan jika tidak ada
Indikator koefisien keuntungan (PC) kebijakan pemerintah. Kebijakan peme-
merupakan perbandingan antara ke- rintah berpengaruh negatif terhadap
untungan bersih yang benar-benar struktur biaya produksi, biaya yang
diterima produsen dengan keuntungan dikeluarkan oleh petani lebih besar dari
bersih sosialnya. Nilai koefisien pada nilai tambah keuntungan yang
keuntungan lebih besar dari nol (PC>0), diterima oleh petani.
menunjukkan bahwa secara keseluruhan Berdasarkan dampak divergensi
kebijakan pemerintah memberikan kebijakan pemerintah terhadap input-
insentif kepada produsen, demikian juga output usahatani kedelai, menunjukkan
sebaliknya. Besarnya nilai koefisien PC bahwa kebijakan pemerintah saat ini
37
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
38
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
39
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
Berdasarkan hasil pada Lampiran 9 dengan harapan yang ingin dicapai oleh
menunjukkan bahwa perubahan terhadap rencana pemerintah.
harga output kedelai berdampak terhadap Kebijakan lain yang mempengaruhi
daya saing sistem usahatani kedelai. Pada tingkat daya saing sistem usahatani
saat harga kedelai naik sebesar 15,00 kedelai yaitu nilai tukar rupiah. Adanya
persen meningkatkan keunggulan perdagangan bebas antar negara dan
kompetitif sistem usahatani kedelai kebijakan nilai tukar mengambang yang
sebesar 0,99. Berdasarkan hal tersebut diterapkan oleh pemerintah Indonesia
menunjukkan bahwa peningkatan harga membuat mekanisme nilai tukar
output sangat berpengaruh terhadap bergantung pada kondisi pasar uang yang
peningkatan daya saing sistem usahatani dinamis. Perubahan nilai tukar
kedelai. Hal tersebut terlihat dari semakin merupakan perubahan yang dipengaruhi
kecilnya nilai PCR sistem usahatani oleh kondisi eksternal. Pemerintah tidak
kedelai saat dilakukan perubahan harga dapat mengontrol perubahan tersebut
output kedelai domestik. Artinya karena telah diserahkan seluruhnya pada
kenaikan harga output kedelai domestik mekanisme pasar. Persentase perubahan
membantu meningkatkan keunggulan nilai tukar rupiah berdasarkan fluktuasi
kompetitif kedelai domestik terhadap nilai tukar rupiah yang terjadi, kondisi
kedelai impor. pertumbuhan ekonomi dunia yang
Harga kedelai aktual saat ini di melambat juga mempengaruhi nilai tukar
tingkat petani memang menjadi keluhan rupiah. Skenario perubahan nilai tukar
bagi petani kedelai di lokasi penelitian. yang dilakukan yaitu depresiasi nilai
Petani menganggap harga kedelai masih tukar sebesar 20,00 persen, 27,00 persen
sangat murah dan perlu ditingkatkan agar dan 39,00 persen. Kondisi ekonomi
para petani kembali bergairah untuk Indonesia yang mengalami pelambatan
menanam kedelai. Harga kedelai yang pertumbuhan memicu depresiasi nilai
diinginkan oleh petani yaitu sebesar tukar terhadap dolar amerika dan belum
150,00 persen dari harga gabah. Akan adanya tanda-tanda penguatan perekono-
tetapi hal tersebut masih jauh dari mian. Sehingga dilakukan skenario
harapan, dikarenakan kebijakan saat ini kondisi nilai tukar yang terus mengalami
mengenai harga dasar kedelai di tingkat depresiasi.
petani belum berjalan dengan baik karena Pada Lampiran 9 menunjukkan
tidak adanya badan khusus yang secara bahwa depresiasi nilai tukar rupiah
konsisten menampung produksi kedelai sebesar 20,00 persen, 27,00 persen dan
petani dan membeli harga sesuai harga 39,00 persen meningkatkan keunggulan
dasar yang telah direkomendasikan oleh komparatif kedelai domestik, hal tersebut
pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat dilihat dari nilai DRCR<1. Nilai
mengenai harga dasar kedelai hanya koefisien DRCR untuk depresiasi nilai
sebatas rekomendasi bagi para pedagang tukar sebesar 20,00 persen, 27,00 persen
dan tidak terlalu mengikat, sehingga dan 39,00 persen berturut-turut sebesar
pelaksanaan aktual dilapang tidak sesuai 0,96; 0,91 dan 0,84. Depresiasi terhadap
40
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
nilai tukar rupiah membuat harga kedelai sebesar 5,00 persen belum dapat
impor lebih mahal jika dibandingkan meningkatkan keunggulan kompetitif
dengan kedelai domestik. Hal ini maupun komparatif kedelai domestik.
menunjukkan bahwa depresiasi nilai Artinya sistem usahatani kedelai
tukar rupiah terhadap dolar sebesar 20,00 domestik tidak efisien dan belum dapat
persen, 27,00 persen dan 39,00 persen menghemat penggunaan jumlah sumber-
membuat sistem usahatani kedelai daya domestik. Kebijakan penerapan tarif
semakin efisien dan mempunyai terhadap kedelai impor saat ini belum
keunggulan komparatif yang tinggi. membantu petani dalam bersaing dengan
Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah kedelai impor. Kebijakan pengenaan tarif
dapat menghemat jumlah sumberdaya kedelai impor diperlukan untuk me-
domestik yang digunakan untuk meng- lindungi produsen kedelai domestik agar
hasilkan satu unit devisa. dapat bertahan dari persaingan dengan
Kebijakan selanjutnya yang pernah kedelai impor.
dilakukan oleh pemerintah Indonesia Suku bunga merupakan komponen
terhadap komoditas kedelai yaitu kebijakan pemerintah yang mem-
pengenaan tarif terhadap kedelai impor. pengaruhi biaya pengembalian petani
Pengenaan tarif itu sendiri bertujuan terhadap pinjaman yang mereka ajukan.
untuk melindungi produsen kedelai Kondisi responden di lokasi penelitian
domestik. Akan tetapi sejak tahun 2013 umumnya meminjam modal usahatani
tarif yang diberlakukan untuk kedelai dari kelompok tani. Pengelolaan kredit
impor diturunkan menjadi nol persen. usahatani di tingkat petani menerapkan
Sebelum diturunkannya tarif impor suku bunga yang rendah, akan tetapi
menjadi nol persen, tarif yang pernah modal yang di miliki Gapoktan untuk
diberlakukan yaitu sebesar 5,00 persen. menyalurkan kredit usahatani berasal dari
Naiknya tarif kedelai impor sebesar 20,00 Bank BRI. Kondisi suku bunga secara
persen dan 30,00 persen dapat tidak langsung mempengaruhi tingkat
meningkatkan efisiensi sistem usahatani peminjaman modal usahatani. Pening-
kedelai domestik (Kemenaung, 2002; katan suku bunga sebesar 10,00 persen
Handayani, 2007). Naiknya harga kedelai berdampak pada semakin turunnya daya
dunia dan kurangnya pasokan kedelai saing komparatif kedelai domestik
domestik membuat harga kedelai di pasar terhadap kedelai impor yang sebelumnya
tidak terkendali, sehingga untuk nilai koefisien PCR sebesar 1,15 menjadi
menstabilkan harga kedelai pemerintah 1,18.
menurunkan tarif kedelai impor sebesar Kebijakan selanjutnya yaitu
nol persen. Diharapkan pada masa yang mengenai subsidi pupuk, sebelumnya
akan datang, pemerintah akan menaikan pemerintah pernah membuat kebijakan
kembali tarif kedelai impor agar dapat mengurangi subsidi terhadap pupuk. Pada
melindungi produsen kedelai domestik. kondisi saat ini, dengan kebijakan
Hasil analisis sensitivitas menunjuk- pemerintahan yang cenderung me-
kan bahwa penerapan tarif kedelai impor ngurangi kebijakan subsidi terhadap
41
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
42
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
hasilkan satu unit devisa serta mampu kondisi dayasaing sistem usahatani
membayar biaya domestik dan tetap kedelai domestik tidak berubah dan tetap
kompetitif. Kebijakan peningkatan harga tidak berdayasaing dengan kedelai impor.
kedelai domestik memang perlu Kombinasi kebijakan tarif impor
dilakukan, karena pada kondisi saat ini sebesar nol persen, harga kedelai
harga kedelai di tingkat petani masih domestik naik sebesar 10,00 persen, suku
belum dapat memberikan insentif yang bunga naik sebesar 10,00 persen dan
menguntungkan bagi petani. Rendahnya harga pupuk sebesar 20,00 persen dapat
insentif yang diperoleh petani kedelai dikatakan tidak efisien. Peningkatan
menjadi salah satu penyebab mengapa harga kedelai domestik meningkatkan
usahatani kedelai di lokasi penelitian pendapatan yang diterima oleh petani
kurang berkembang. Peningkatan harga kedelai. Akan tetapi, naiknya suku bunga
kedelai domestik sebesar 20,00 persen dan harga pupuk ikut meningkatkan biaya
dan penetapan tarif impor kedelai sebesar input usahatani. Sehingga peningkatan
20,00 persen berdampak pada mening- harga kedelai domestik tidak berdampak
katnya luas panen, produksi kedelai dan signifikan terhadap usahatani kedelai.
harga riil kedelai domestik (Handayani, Kebijakan tarif impor kedelai sebesar nol
2007). persen membuat kedelai domestik tidak
Dampak kebijakan kenaikan harga berdayasaing karena kondisi usahatani
kedelai sebesar 10,00 persen dan suku kedelai domestik yang masih tradisional
bunga sebesar 10,00 persen dapat dan tidak efisien. Adanya penerapan tarif
dikatakan tidak efisien. Hal tersebut impor nol persen membuat harga kedelai
terlihat dari nilai koefisien PCR dan impor lebih murah dibandingkan kedelai
DRCR pada Lampiran 10. Penerapan domestik dan pasokannya dapat
kebijakan peningkatan harga kedelai memenuhi kebutuhan kedelai nasional.
domestik sebesar 10,00 persen dan suku Kombinasi kebijakan ini merugikan
bunga sebesar 10,00 persen menghasilkan petani karena peningkatan harga kedelai
nilai koefisien PCR dan DRCR>1. domestik tidak sebanding dengan biaya
Berdasarkan nilai koefisien PCR dan yang harus ditanggung oleh petani.
DRCR, kebijakan tersebut belum efisien Kondisi kebijakan ini tidak mendukung
karena belum dapat meningkatkan tujuan pemerintah dalam upaya untuk
dayasaing kedelai domestik. Kombinasi meningkatkan produksi kedelai domestik
kebijakan tersebut tidak efisien karena dan menjadikannya sebagai subtitusi
dengan peningkatan harga kedelai kedelai impor.
domestik diharapkan meningkatkan
keuntungan usahatani kedelai, tetapi KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
disisi lain dengan peningkatan suku KEBIJAKAN
bunga justru menurunkan keuntungan. Kesimpulan
Sehingga dampak kebijakan peningkatan 1. Pengusahaan komoditas kedelai di
harga kedelai domestik dibarengi dengan Kabupaten Lamongan tidak meng-
meningkatnya nilai suku bunga, membuat untungkan dan tidak efisien baik
43
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
Terjemahan. Edisi Kedua. UI- Monke, E.A. and S.K. Pearson. 1989. The
Press dan John Hopkins, Jakarta. Policy Analysis Matrix for
Agricultural Development. Cornell
Handayani, Dian. 2007. Simulasi
University Press. Ithaca and
Kebijakan Daya Saing Kedelai
London.Pearson S,C, S. Bahri.
Lokal Pada Pasar Domestik. Tesis
2005. Aplikasi Policy Analysis
Magister Sains. Program
Matrix pada Pertanian Indonesia.
Pascasarjana, Institut Pertanian
Terjemahan. Yayasan Obor
Bogor, Bogor.
Indonesia, Jakarta.
Hermanto, A. Zulham, and S.H.
Rosegrant, M.W., F. Kasryno, L.A.
Suhartini. 1993. Local
Gonzales, C.A. Rasahan, and Y.
Comparative Advantage of
Saefudin. 1987. Price and
Soybean Production: Case from
Invesment in Indonesian Food
East Java, Indonesia. Local
Crops Sector. IFPRI, Washington,
Soybean Economics and
D.C. and CASER, Bogor,
Government Policies in Thailand
Indonesia.
and Indonesia. (Ed. P.
Jierwiriyapant et al.), CGPRT Rusastra, I W. 1995. Keunggulan
Center and CASER, Bogor. Komparatif , Struktur Proteksi dan
Perdagangan Internasional Kedelai
Kemenaung, A.G. 2002. Dampak
Indonesia. Ekonomi Kedelai di
Kebijakan Ekonomi dan
Indonesia (Ed. B. Amang, M.H.
Liberalisasi Perdagangan Terhadap
Sawit, A. Rachman), IPB Press,
Keragaan Industri Komoditas
Bulog, Jakarta.
Kedelai Indonesia. Disertasi.
Program Pascasarjana, Institut Rusastra, I W., B. Rachman dan
Pertanian Bogor, Bogor. S.Friyatno. 2004. Analisis Daya
Saing dan Struktur Proteksi
Khai, H.V. and M. Yabe. 2013. The
Komoditas Palawija. Prosiding
Comparative Advantage of
Efisiensi dan Daya Saing Sistem
Soybean Production in Vietnam: A
Usahatani Beberapa Komoditas
Policy Analysis Matrix Approach.
Pertanian di Lahan Sawah Hal. 28-
A Comprehensive Survey of
49, Pusat Penelitian Sosial
International Soybean Reasearch:
Ekonomi Pertanian, Bogor.
Genetics, Physiology, Agronomy
and Nitrogen Relationship, pp. Saptana, 2010. Tinjauan Konseptual
161-179. Mikro-Makro Daya Saing dan
Strategi Pembangunan Pertanian.
Mutiara, F., Koestiono, D., and
Forum Penelitian Agro Ekonomi
Muhaimin, A.B. 2013.
Vol. 28 No.1 hal 1-18. Bogor.
Keunggulan Komparatif dan
Dampak Kebijakan Subsidi Input Simatupang, P. 1990. Comparative
Output Terhadap Pengembangan Advantage and Government
Komoditas Kedelai di Kabupaten Protection Structure of Soybean
Pasuruan. HABITAT, Vol. XIV Production in Indonesia.
No.2: 92-102. Comparative Advantage and
Protection Structures of the
45
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
46
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
47
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
Ouput
Produksi kg/ha 1.442,58
48
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
49
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
Lampiran 8. Harga dan bujet sosial usahatani kedelai di lokasi penelitian, MK 2013
Input-Output Unit Harga Sosial Bujet Sosial Persentase
Input Tradabel
Pupuk :
a. Pupuk Kimia
- Urea Rp/kg 4.744,29 660.334,30 5,55
- SP-36 Rp/kg 4.214,67 172.909,52 1,45
- NPK Rp/kg 6.764,08 1.273.616,59 10,71
b. Pestisida Cair Rp/unit 212.817,66 212.817,66 1,79
c. Pestisida Padat Rp/unit 2.384,15 2.384,15 0,02
Total Biaya Input Tradabel (Rp/ha) 2.322.062,22 19,53
Faktor Domestik
Benih Rp/kg 7.032,52 596.742,42 5,02
Pupuk Kandang Rp/kg 500,00 33.001,03 0,28
Tenaga Kerja:
a. Tenaga Kerja Rp/HKP 78.032,52 3.292.113,81 27,69
Pria DK
b. Tenaga Kerja Rp/HKW 62.686,80 940.301,97 7,91
Wanita DK
c. Tenaga Kerja Rp/HKP 78.032,52 2.251.505,41 18,94
Pria LK
d. Tenaga Kerja Rp/HKW 62.686,80 626.867,98 5,27
Wanita LK
Modal Usahatani % 0,04 489.736,03 2,75
Sewa Lahan Rp/unit 1.500.000,00 1.500.000,00 12,62
50
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …
51
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana
52