You are on page 1of 32

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN

PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS


KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI
DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

Syahrul Ganda Sukmaya1), Dwi Rachmina2), dan Saptana3)


1)
Program Magister Sains Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor
2)
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
3)
Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
2)
dwirachmina@yahoo.com

ABSTRACT
The low productivity of domestic soybeans to be one of the problems why the national soybean
production can not meet the needs of the domestic market. Besides government policy is not
optimal and sometimes contradictory in increasing domestic soybean production contributing
to the competitiveness of domestic soybeans to soybean imports this time. The purpose of this
study was to analyze the level of financial and economic advantages of farming. Analyze the
competitiveness of soybean status. Analyzing the impact of government policy on the
competitiveness of soybean in Lamongan, East Java. Analyzing sensitivity on the
competitiveness of soybean. In this research using policy analysis the matrix ( PAM ) , the results
of the analysis this is used for saw two basic indicators measuring competitiveness , namely
private cost ratio ( PCR ) , domestic resource cost ratio ( DRCR ) is an indicator the comparative
advantages. The sample of the in this research as many as 120 respondents. The analysis showed
that soybean cultivation in Lamongan unprofitable and inefficient financially and economically.
Based competitiveness indicators that PCR and DRCR, showed that soybean systems in
Lamongan not competitive. PCR coefficient values> 1 and DRCR> 1. This means soybean
systems uncompetitive and inefficient. Based on indicators of the impact of government policy
divergence to the input-output soybean showed that existing government policies detrimental
exploitation of soybean farming in Lamongan. Changes in domestic soybean prices by 15 and
20 percent increases the competitiveness of domestic soybean competitive.
Keyword(s): Competitive Advantage, Comparative Advantage, PAM

ABSTRAK
Rendahnya produktivitas kedelai domestik menjadi salah satu masalah mengapa produksi
kedelai nasional tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik. Selain Kebijakan pemerintah
yang belum maksimal dan kontradiktif, berkontribusi pada kondisi daya saing kedelai domestik
terhadap kedelai impor. Tujuan dari studi ini untuk menganalisis tingkat keuntungan ekonomi
dan keuangan usaha tani, menganalisis status daya saing kedelai, menganalisis dampak
kebijakan pemerintah terhadap daya saing kedelai di lamongan, jawa timur, dan menganalisis
sensitivitas pada daya saing kedelai domestik. Dalam penelitian ini menggunakan analisis
matriks kebijakan atau Policy Analysis Matriks ( PAM ), hasil analisis ini dipakai untuk melihat
dua dasar indikator mengukur daya saing, biaya rasio privat (PCR yakni Private Cost Ratio)
adalah sebuah keunggulan kompetitif, sumber daya domestik biaya rasio (DRCR atau Domestic
Resource Cost Ratio) adalah sebuah keunggulan komparatif. Jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 120 responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan komoditas kedelai
21
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

di Kabupaten Lamongan tidak menguntungkan dan tidak efisien secara finansial dan ekonomi.
Berdasarkan indikator daya saing yaitu PCR dan DRCR, menunjukkan bahwa sistem usahatani
kedelai di Kabupaten Lamongan tidak memiliki daya saing. Nilai koefisien PCR>1dan
DRCR>1. Hal ini berarti sistem usahatani kedelai tidak kompetitif dan tidak efisien.
Berdasarkan indikator transfer input, menunjukkan bahwa pemerintah melakukan kebijakan
subsidi terhadap input pupuk. Berdasarkan indikator dampak divergensi kebijakan pemerintah
terhadap input-output usahatani kedelai menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang ada
merugikan usahatani kedelai di Kabupaten Lamongan. Perubahan di harga kedelai domestik
sebesar 15 dan 20 persen meningkatkan daya saing kompetiti kedelai domestik.
Kata Kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan kompetitif, PAM

PENDAHULUAN berdaya saing adalah kedelai. Kedelai


Daya saing (competitiveness) meru- merupakan salah satu dari lima komoditas
pakan hal yang sangat penting bagi suatu pangan utama disamping padi, jagung,
komoditas atau industri agar dapat gula dan daging sapi, yang menjadi
bertahan di era pasar bebas saat ini. perhatian pemerintah Indonesia. Pe-
Komoditas yang mempunyai peran ngembangan kedelai sangat strategis
strategis bagi suatu bangsa apabila tidak dikarenakan produksi belum mencukupi
memiliki daya saing yang baik, maka kebutuhan nasional. Kebutuhan kedelai
pemenuhannya akan bergantung pada nasional setiap tahun terus meningkat dan
impor dari negara lain yang memiliki sebagian besar dipenuhi melalui impor.
daya saing lebih baik. Meskipun saat ini Jumlah konsumsi kedelai Indonesia
merupakan era pasar bebas dunia, tidak sebanyak 2,2 juta ton per tahun dan 1,6
sedikit pemerintahan suatu negara juta ton (72,72 persen) di impor dari
melakukan campur tangan atau intervensi Amerika Serikat dan China setiap tahun.
dalam mewujudkan daya saing suatu Besarnya pangsa pasar kedelai nasional
komoditas strategis. Campur tangan akan sangat disayangkan apabila
pemerintah dalam mewujudkan daya dipenuhi oleh produsen luar negeri
saing suatu komoditas bertujuan untuk dibandingkan petani produsen dalam
melindungi petani produsen. Suatu negeri. Oleh sebab itu diperlukan suatu
komoditas dapat memiliki daya saing di kebijakan yang tepat agar petani produsen
pasar karena adanya dukungan (campur kedelai dalam negeri dapat bersaing
tangan) kebijakan pemerintah, meskipun dengan produsen luar negeri.
komoditas tersebut tidak memiliki daya Tantangan dalam meningkatkan
saing (Saptana, 2010). Pemerintah daya saing kedelai domestik salah
melalui kebijakannya diharapkan dapat satunya adalah masalah rendahnya
membantu petani produsen dalam produktivitas. Untuk meningkatkan daya
menghadapi lingkungan yang semakin saing kedelai domestik agar dapat
kompetitif. bersaing dengan kedelai impor adalah
Salah satu komoditas strategis bagi meningkatkan produktivitas, karena
Indonesia yang diupayakan agar dapat esensi dari daya saing adalah efisiensi dan

22
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

produktivitas (Saptana, 2010). Upaya akan menyingkirkan komoditas kedelai


untuk meningkatkan produktivitas dapat dari pilihan petani. Sehingga pelaksaan
dilakukan melalui: perubahan teknologi, dilapang program yang dijalankan
efisiensi teknis dan skala usaha (Coelli et pemerintah akan terkendala karena tidak
al., 1998). Sumber peningkatan produk- adanya insentif bagi petani dan luas areal
tivitas kedelai domestik melalui tanam kedelai akan berkurang karena
perubahan teknologi masih terbuka tidak adanya lahan yang secara khusus
secara luas. Banyak tersedia paket dialokasikan untuk menanam kedelai.
teknologi tepat guna yang dapat Berdasarkan pada latar belakang
dimanfaatkan oleh petani untuk tersebut diatas, maka tujuan dari
meningkatkan produktivitas dan kualitas. penelitian ini adalah: (1) Menganalisis
Akan tetapi, berbagai paket teknologi ini daya saing komoditas kedelai di
masih belum sepenuhnya dapat diadopsi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur; (2)
oleh petani karena berbagai keterbatasan Menganalisis dampak kebijakan peme-
yang dihadapi dan dimiliki petani seperti: rintah terhadap daya saing komoditas
skala usaha, proses diseminasi, keteram- kedelai di Kabupaten Lamongan, Jawa
pilan serta tingginya biaya untuk Timur; dan (3) Menganalisis Sensitivitas
menerapkan teknologi. terhadap daya saing komoditas kedelai
Terbatasnya luas lahan, kondisi
petani yang masih tradisional, kurangnya METODE PENELITIAN
insentif dalam menanam kedelai dan Lokasi penelitian dilakukan di
skala usahatani yang relatif kecil menjadi Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
kendala dalam upaya meningkatkan daya Kabupaten Lamongan merupakan salah
saing kedelai domestik. Pelaksanaan satu sentra produksi kedelai terbesar
Program Swasembada Kedelai 2014 ketiga di Jawa Timur. Produksi di daerah
kemungkinan sulit dicapai oleh peme- Lamongan juga relatif stabil dibanding-
rintah karena sulit untuk mengubah pola kan sentra produksi kedelai lainnya.
tanam. Pemerintah akan mengalami Penelitian ini menggunakan data
kesulitan dalam mendorong petani Penelitian Unggulan Departemen (PUD)
menggantikan komoditas pilihan petani Agribisnis. Jumlah sampel sebanyak 120
dengan kedelai, karena tidak adanya petani yang tersebar di tiga kecamatan,
insentif dalam menanam kedelai. yaitu Kecamatan Tikung, Kembangbahu
Persaingan dilahan petani yang dan Mantup.
memberikan keuntungan lebih besar Data usahatani kedelai yaitu data
sangatlah banyak. Pada lahan sawah musim tanam 2013 (MT 2013). Sedang-
komoditas kedelai bersaing dengan kan informasi kualitatif mengenai pasar
jagung, padi dan tebu. Sedangkan pada input-output pertanian di pedesaan
lahan kering kedelai bersaing dengan dilakukan pada MT 2013. Penggalian
jagung, padi gogo, tebu, kacang tanah, informasi kunci lainnya dilakukan secara
dan ubi kayu. Komoditas yang berlapis di tingkat lokal dan pusat,
memberikan keuntungan paling besar diantaranya tokoh formal dan informal,

23
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

pedagang pengumpul, pedagang besar komparatif). Analisis daya saing pada


dan pengecer. dasarnya membutuhkan data pokok dan
Data harga bayangan menggunakan proses sebagai berikut: (1) Data input-
harga CIF dan FOB rata-rata tahun 2013. output usahatani kedelai; (2) harga
Data harga bayangan bersumber dari BPS finansial input-output usahatani kedelai;
tentang statistik perdagangan luar negeri (3) pemisahan komponen domestik dan
Indonesia ekspor dan impor tahun 2013. asing masukan (input) usahatani kedelai.
Penggolongan barang yang digunakan Untuk lebih jelas Matriks PAM dapat
untuk mencari nilai CIF dan FOB dilihat pada Tabel 1.
menggunakan klasifikasi Tarif Indonesia Untuk input dan output yang dapat
2012 yang didasarkan atas Harmonized diperdagangkan secara internasional
System (HS). Disamping menggunakan dapat dihitung berdasarkan harga per-
HS sebagai klasifikasi jenis barang, juga dagangan internasional. Untuk komoditas
digunakan Standar International yang diimpor dipakai harga CIF (Cost
Classification (SITC) Revisi 4. Kode HS Insurance and Freight), sedangkan
untuk Kedelai yaitu 1201900000 (22220), komoditas yang diekspor digunakan
pupuk SP-36 kode HS 3103109000 harga FOB (Free on Board).
(56222), NPK kode HS 3105200000 Beberapa indikator kunci yang dapat
(56291), dan Urea kode HS 3102100000 diperoleh dari PAM diantaranya adalah:
(56216) 1. Analisis Keuntungan
a. Privat profitability (PP): (D) = A –
PENDEKATAN ANALISIS B–C
Untuk menjawab tujuan yang ingin Keuntungan privat menunjuk-
dicapai dalam penelitian ini digunakan kan selisih antara penerimaan
pendekatan analisis yaitu Policy Analysis dengan seluruh biaya yang
Matrix (PAM). PAM digunakan untuk dikeluarkan berdasarkan harga
menganalisis analisis tingkat profita- pasar yang berlaku. Selain itu,
bilitas secara finansial (keunggulan keuntungan privat merupakan
kompetitif) dan ekonomi (keunggulan indikator daya saing dari sistem
Tabel 1. Policy Analysis Matrix
Biaya Usahatani
Pendapatan
Input Faktor Keuntungan
(Revenue)
Tradable Domestik
Privat A B C D1
Sosial E F G H2
Efek Divergensi I3 J4 K5 L6
Sumber: Monke and Pearson, 1989
Keterangan:
1
) Keuntungan privat : D;
2
) Keuntungan sosial : H ;
3
) Transfer Output : I;
4
) Transfer Input : J;
5
) Transfer Faktor : K;
6
) Transfer Bersih : L

24
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

komoditas berdasarkan teknologi, usahatani untuk membayar biaya


nilai output, biaya input, dan domestik dan tetap kompetitif.
transfer kebijaksanaan. Nilai Suatu kegiatan usahatani dikatakan
keuntungan privat yang lebih besar bersifat kompetitif jika nilai
dari nol (D>0), berarti secara PCR<1 pada kondisi terdapat
finansial komoditas tersebut layak intervensi pemerintah. Artinya
untuk diusahakan. Demikian se- untuk menghasilkan nilai tambah
baliknya, jika nilai keuntungan pada harga privat diperlukan
privat kurang dari nol (D<0), tambahan satu-satuan biaya
berarti secara finansial komoditas domestik yang lebih kecil.
tersebut tidak menguntungkan b. Domestic Resource Cost Ratio
pada kondisi adanya intervensi (DRCR) = G/(E – F)
pemerintah. Domestic Resource Cost Ratio
b. Sosial profitability (SP): (H) = E (DRCR) atau biaya sumberdaya
–F–G domestik merupakan indikator
Keuntungan sosial menunjuk- keunggulan komparatif yang
kan selisih antara penerimaan menunjukkan jumlah sumberdaya
dengan seluruh biaya yang domestik yang dapat dihemat
dikeluarkan berdasarkan harga untuk menghasilkan satu unit
bayangan. Keuntungan sosial devisa. Kegiatan usahatani suatu
merupakan indikator keuntungan usahatani dikatakan efisien pada
komparatif (comparative advan- kondisi tanpa ada kebijakan
tage) dari sistem komoditas pada pemerintah atau dikatakan
kondisi tidak ada divergensi harga mempunyai keunggulan kompa-
akibat kebijaksanaan. Apabila ratif, jika nilai DRCR <1 semakin
nilai keuntungan sosial lebih besar kecil nilainya berarti kegiatan
dari nol (H>0), berarti pada kondisi usahatani semakin efisien dan
pasar persaingan sempurna, ke- memiliki keunggulan komparatif
giatan usahatani kedelai meng- yang tinggi. Artinya untuk
untungkan secara ekonomi dan menghasilkan nilai tambah pada
layak dikembangkan. harga sosial diperlukan biaya
2. Analisis Efisiensi sumberdaya domestik yang lebih
a. Private Cost Ratio (PCR)/ Rasio kecil.
Biaya Privat (PCR) = C/(A – B)
Rasio biaya privat merupakan PENENTUAN INPUT-OUTPUT
rasio antara biaya input domestik FISIK
privat dengan selisih antara Input benih kedelai, pupuk yang
penerimaan dengan biaya input digunakan memakai satuan kilogram,
tradable privat. Rasio biaya privat sementara untuk pestisida adalah liter,
merupakan indikator yang me- dan untuk satuan luas lahan adalah hektar.
nunjukkan kemampuan sistem Tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja

25
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

luar keluarga dikonversikan ke hari kerja (tradable). Selanjutnya, biaya penangan-


pria (HKP) yang dalam penelitian an untuk komoditas kedelai terdiri dari
langsung dinilai kedalam upah tenaga biaya bahan dan tenaga kerja/buruh
kerja (Rp/HK). (domestic factor). Secara terperinci
alokasi biaya komponen domestik dan
PENGALOKASIAN KOMPONEN asing disajikan dalam Tabel Lampiran 1
BIAYA DOMESTIK DAN ASING
Dalam penelitian ini, pengalokasian METODE PENENTUAN HARGA
komponen biaya ke dalam komponen BAYANGAN
biaya asing dan domestik memakai Harga bayangan merupakan salah
pendekatan langsung. Hal ini didasarkan input digunakan untuk menganalisis
bahwa untuk input tradable,baik barang keunggulan komparatif dalam konsep
impor maupun produksi dalam negeri jika daya saing. Harga pasar digunakan untuk
terjadi kekurangan permintaan dapat menganalisis keunggulan kompetitif.
dipenuhi dari penawaran di pasar Gittinger (1986), mendefinisikan harga
internasional. Pendekatan langsung bayangan merupakan suatu harga yang
mengasumsikan bahwa seluruh biaya lebih dekat menggambarkan biaya
input tradable, baik diimpor maupun imbangan sosial. Langkah-langkah yang
produksi domestik dinilai sebagai dikemukakan untuk mengubah atau
komponen biaya asing. Pendekatan ini menyesuaikan harga pasar (harga
dipergunakan apabila tambahan finansial) menjadi harga bayangan (nilai
permintaan input tradable baik barang ekonomi) yaitu (1) penyesuaian
yang diimpor maupun produksi domestik pembayaran transfer langsung, karena
dapat dipengaruhi oleh perdagangan ada pajak atau subsidi, (2) penyesuaian
internasional. untuk penyimpangan harga pada barang
Barang-barang yang diasumsikan yang diperdagangkan (tradable) karena
100 persen tradable goods adalah adanya distorsi pasar, baik sebagai akibat
kedelai, benih kedelai, pupuk Urea, TSP, kegagalan pasar (market failure) dan
NPK, pestisida, alat angkut, dan alat struktur pasar yang tidak berjalan
penanganan. Sedangkan input yang sempurna (imperfect market), dan (3)
diasumsikan 100 persen sebagai domestic penyesuaian untuk penyimpangan harga
factors adalah nilai sewa, lahan, tenaga pada barang-barang yang tidak di-
kerja, pupuk kandang, pajak dan iuran air. perdagangkan (non tradable), bisa
Komposisi alokasi biaya domestik dan disebabkan kebijakan pemerintah (UMR)
asing untuk kegiatan transportasi dan struktur pasar yang tidak sempurna.
didasarkan atas hasil kajian terhadap Justifikasi penentuan harga bayang-
pelaku tataniaga, dimana untuk biaya an Input dan Output, sebagai berikut:
tenaga kerja dalam proses pengangkutan 1. Harga kedelai impor di dasarkan atas
sebagai komponen domestik dan biaya harga CIF rata-rata bulanan satu tahun
angkut yang merepresentasikan sewa alat (Januari 2013- Januari 2014),
angkut sebagai komponen asing kemudian dikonversi dengan nilai

26
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

tukar dollar terhadap rupiah rata-rata kemudian dikurangi tarif impor


satu tahun. Tahap selanjutnya di- sebesar lima persen, pajak per-
tambah dengan biaya transport dari tambahan nilai 10,00 persen, sehingga
Pelabuhan ke pedagang besar (PB) diperoleh harga sosial fungisida untuk
provinsi, selanjutnya karena per- setiap lokasi penelitian.
saingan kedelai domestik dan impor 6. Harga sosial lahan didekati dengan
terjadi di pedagang besar provinsi nilai sewa lahan, hal ini dilandasi oleh;
perlu dilakukan penyesuaian, yaitu a) mekanisme pasar lahan di pedesaan
dikurangi biaya transportasi ke berjalan dengan baik, dan b) sulitnya
Pedagang besar kabupaten dan dari PB mencari opportunity cost of land.
kabupaten ke petani, kemudian 7. Harga sosial tenaga kerja dihitung
dikurangi biaya penanganan, sehingga dengan menggunakan nilai upah
diperoleh harga sosial kedelai aktual yang berlaku pada lokasi
(Lampiran 2). penelitian. Hal ini didasari pemikiran
2. Untuk benih kedelai karena bahwa aksesibilitas lokasi sentra
pengadaannya berasal dari dalam produksi kedelai umumnya memadai,
negeri serta tidak adanya distorsi baik sehingga mendorong berjalannya
karena distorsi kebijakan pemerintah pasar tenaga kerja di pedesaan dan
maupun distorsi pasar, maka terintegrasinya pasar tenaga kerja,
penentuan harga sosialnya didekati baik antar wilayah maupun antar
dari harga aktualnya. sektor.
3. Berdasarkan neraca perdagangan, 8. Sebagian besar petani kedelai akses
pupuk (kecuali Urea), NPK, dan TSP terhadap pembiayaan melalui
adalah net import. Oleh karena itu Gapoktan, maka tingkat suku bunga
untuk menghitung harga sosial pupuk aktual ditentukan 1,50 persen per
tersebut digunakan harga paritas CIF bulan atau 18,00 persen per tahun,
pada pelabuhan Indonesia dengan dengan tingkat inflasi tujuh persen.
menambahkan beberapa biaya Harga bayangan bunga modal
(transport dan penanganan) sampai di dihitung dengan mengurangkan
tingkat petani. Sedangkan pupuk Urea tingkat suku bunga aktual 18,00
diturunkan dari harga FOB (Lampiran persen dengan tingkat inflasi tujuh
3, 4 dan 5). persen, sehingga diperoleh harga
4. Harga sosial pestisida dan herbisida, bayangan bunga modal 11,00 persen
bentuk cair maupun padat digunakan atau 3,66 persen per musim tanam
harga privat aktual pada lokasi (empat bulan).
penelitian, kemudian dikurangi tarif 9. Harga bayangan nilai tukar rupiah
impor sebesar 10,00 persen dan pajak terhadap dolar menggunakan actual
pertambahan nilai 10,00 persen. exchange rate, hal ini didasarkan
5. Harga sosial fungisida, baik cair bahwa Indonesia mengikuti rezim
maupun padat didekati dengan harga nilai tukar bebas (floating exchange
rata-rata aktual pada lokasi penelitian, rate). Besarnya harga bayangan nilai

27
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

tukar dihitung berdasarkan rata-rata untuk menanam kedelai, oleh karena


nilai tukar dalam musim tanam. itulah Kabupaten Lamongan menjadi
salah satu daerah sentra produksi kedelai
HASIL DAN PEMBAHASAN terbesar di Jawa Timur. Penggunaan
Analisis Input-output Usahatani pupuk urea untuk usahatani kedelai dapat
Kedelai dikatakan berlebihan dari dosis yang
Dalam menganalisis dengan dianjurkan. Penggunaan pupuk urea per
menggunakan metode PAM diperlukan hektar sebanyak 139,19 kg per hektar,
kompilasi data input-output usahatani. melebihi dosis anjuran seharusnya yaitu
Karena PAM didasarkan pada bujet sebanyak 100,00 kg per hektar untuk
usahatani, input data untuk PAM yaitu tanaman kedelai. Kondisi ini apabila terus
pendapatan, biaya dan keuntungan yang berlanjut dapat membuat kondisi lahan
diperoleh dari lapang. Data pendapatan per tanaman menjadi rusak karena
dan biaya diperlukan untuk aktivitas pada berkurangnya kesuburan tanah akibat
sistem budidaya atau usahatani, terlalu banyak pupuk yang diberikan.
pemasaran dari tingkat petani ke Sedangkan untuk penggunaan pupuk SP-
pengolahan, pengolahan, dan pemasaran 36 dan NPK, dosis penggunaaannya
dari tingkat pengolahan ke pedagang berada dibawah dosis pupuk anjuran.
besar. Data bujet usahatani didasarkan Penggunaan pupuk SP-36 ditingkat
pada data aktual saat penelitian ini petani sebesar 41,03 kg per hektar
dilakukan. Data bujet usahatani dibawah dosis anjuran yaitu sebesar
digambarkan melalui koefisien input- 200,00 kg per hektar. Untuk pupuk NPK
output usahatani kedelai pada musim penggunaan oleh petani sebanyak 188,29
kering disajikan pada Lampiran 6. kg per hektar masih dibawah dosis
Data input-output usahatani kedelai anjuran yaitu sebanyak 300,00 kg per
merupakan kompilasi data yang diperoleh hektar. Penggunaan pupuk yang tidak
dari lapang. Data diperoleh dari hasil berimbang terlalu banyak salah satu unsur
wawancara dengan petani responden. yang dibutuhkan tanaman dapat
Data tersebut merupakan gambaran berdampak pada produktivitas tanaman.
penggunaan input-input yang digunakan Selain itu penggunaan benih di tingkat
oleh petani dalam mengusahakan petani per hektar sebesar 84,85 kg per
usahatani kedelai pada kondisi teknologi hektar, kondisi ini melebihi anjuran
yang ada. Jumlah input-output yang ada penggunaan benih per hektar yaitu
akan digunakan sebagai dasar dalam sebesar 40,00 kg per hektar. Benih yang
penghitungan analisis PAM. digunakan oleh petani merupakan benih
Produktivitas usahatani kedelai di hasil dari musim panen sebelumnya
Kabupaten Lamongan termasuk tinggi sehingga mutunya tidak sebaik benih
jika dilihat dari rata-rata produktivitas unggul. Berdasarkan hal tersebut, dengan
kedelai nasional sebesar yaitu sebesar kondisi produktivitas kedelai yang ada
1,44 ton per hektar. Kondisi iklim dan dan perbaikan budidaya masih terdapat
lahan di Kabupaten Lamongan cocok

28
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

peluang untuk meningkatkan produksi saing kedelai dengan menggunakan Tabel


kedelai domestik. PAM yang didasari oleh inpu-output
Tenaga kerja dalam usahatani usahatani kedelai.
kedelai terbagi menjadi dua yaitu tenaga
kerja dalam keluarga dan tenaga kerja Pendapatan dan Biaya Privat
luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja Pada penjelasan sebelumnya telah
luar keluarga umumnya digunakan pada dibuat hubungan input-output fisik
saat proses pengolahan tanah, penyem- usahatani kedelai. Nilai-nilai yang ada
protan, pemeliharaan dan panen. dalam input-output fisik usahatani
Sedangkan untuk tenaga kerja dalam kedelai merupakan cerminan dari tingkat
keluarga umumnya mengikuti semua teknologi yang digunakan pada usahatani
tahapan dalam proses budidaya terutama kedelai di Kabupaten Lamongan. Jumlah
pemupukan dan pemeliharaan. Tenaga fisik input-output usahatani kedelai per
kerja dibedakan berdasarkan jenis hektar. Setelah pembuatan hubungan
kelamin yaitu tenaga kerja wanita dan input-output fisik usahatani kedelai
pria dikarenakan berbedanya curahan selanjutnya adalah membuat tabel harga
tenaga yang diberikan dan jenis pekerjaan privat (harga aktual) untuk setiap input
yang dilakukan. Untuk tenaga kerja yang digunakan serta output yang
wanita umumnya digunakan pada saat dihasilkan. Harga-harga yang digunakan
musim tanam dan panen karena sesuai dengan waktu penelitian dilaku-
tenaganya yang lebih kecil dibandingkan kan. Harga privat untuk kegiatan
pria. Sedangkan tenaga kerja pria usahatani kedelai disajikan pada
umumnya digunakan pada saat proses Lampiran 7. Harga-harga privat setiap
pengolahan tanah, pemeliharaan, dan input yang digunakan serta output yang
panen. Perbedaan berdasarkan tenaga dihasilkan merupakan harga aktual pada
yang dicurahkan dan jenis pekerjaan yang saat penelitian dan hasil dari wawancara
dilakukan menjadikan upah yang dengan petani serta informasi dari para
diberikan pun berbeda antara pria dan ahli setempat. Harga privat input tradabel
wanita. Upah tenaga kerja wanita lebih seperti pupuk urea sebesar Rp. 1.736,19
rendah dibandingkan upah tenaga kerja per kilogram, SP-36 sebesar Rp. 2.300,00
pria atau jika dikonversikan sebesar 0,70 per kilogram dan NPK sebesar Rp.
dari upah tenaga kerja pria. Tabel input- 2.783,74. Harga privat untuk faktor
output ini akan menjadi dasar dalam domestik seperti benih sebesar Rp.
penghitungan analisis PAM. Berdasarkan 7.032,52 input benih termasuk ke dalam
tabel input-output ini akan dikalikan faktor domestik dikarenakan untuk benih
dengan harga privat dan sosial untuk kedelai di tingkat petani tidak di
mengukur keuntungan finansial dan perdagangkan secara internasional begitu
ekonomi usahatani kedelai. Setelah juga dengan input pupuk kandang. Untuk
mengukur keuntungan finansial dan input tenaga kerja dibagi menjadi tenaga
ekonomi usahatani kedelai, selanjutnya kerja pria dan wanita karena curahan
akan dilakukan pengukuran status daya tenaga dan jenis pekerjaannya berbeda

29
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

serta upah yang dibayarkan oleh petani Komoditas kedelai, pupuk SP-36,
berbeda antara pria dan wanita. Untuk pestisida dan NPK merupakan barang
upah tenaga kerja pria sebesar Rp. yang diimpor, harga impor tersebut
78.032,52 per hari dengan jumlah jam menunjukkan opportunity cost untuk
kerja per hari selama delapan jam. menghasilkan tambahan satu unit produk
Sedangkan untuk upah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan dalam
wanita sebesar Rp. 62.686,80 per hari negeri. Sedangkan untuk pupuk urea
dengan jumlah jam kerja selama tujuh merupakan barang yang diekspor,
jam per hari. Harga kedelai di tingkat sehingga harga ekspor barang tersebut
petani adalah sebesar Rp. 6.585,83 per menunjukkan opportunity cost satu unit
kilogram. tambahan produksi domestik untuk
Selanjutnya dalam alur analisis diekspor. Harga sosial untuk kegiatan
PAM, setelah membuat tabel harga privat usahatani kedelai disajikan pada
adalah membuat bujet privat. Pembuatan Lampiran 8.
tabel bujet privat yaitu dengan Harga sosial untuk input tradabel
mengalikan jumlah fisik yang disajikan seperti pupuk urea diperoleh sebesar Rp.
pada input-output dengan nilai-nilai pada 4.744,29, SP-36 sebesar Rp. 4.214,67 dan
tabel harga privat. Lampiran 7 menyaji- pupuk NPK sebesar Rp. 6.764,08 per
kan hasil perkalian antara jumlah fisik kilogram. Harga sosial ouput kedelai
input-output dan harga privat. Berdasar- sebesar Rp. 7.471,40 per kilogram. Untuk
kan tabel bujet privat, usahtani kedelai nilai harga sosial input-input lain
mendapatkan pendapatan sebesar Rp. mengikuti harga aktual pada saat
9.500.615,31 per hektar per musim penelitian. Setelah diketahui nilai harga
tanam. Jika dilihat dari persentase sosial, selanjutnya dibuat bujet sosial
kontribusi biaya input terhadap total dengan mengalikan jumlah fisik input-
biaya usahatani kedelai, dapat dilihat output usahatani dengan harga-harga
bahwa komponen biaya faktor domestik sosial. Berdasarkan hasil bujet sosial
sangat dominan terhadap total biaya diperoleh pendapatan usahatani kedelai
usahatani kedelai yaitu sebesar 90,05 sebesar Rp. 10.778.112,59 per hektar per
persen. musim tanam.

Pendapatan dan Biaya Sosial Keunggulan Komparatif dan Kompetitif


Penentuan harga sosial dilakukan Keunggulan Kompetitif
dengan cara pendugaan (approximation), Hasil analisis pada Tabel 2
pendugaan harga sosial input-output menunjukkan bahwa untuk komoditas
usahatani kedelai telah dijelaskan pada kedelai di Kabupaten Lamongan
bab sebelumnya. Harga sosial untuk diperoleh nilai koefisien PCR sebesar
barang-barang tradabel adalah harga 1.15. Nilai koefisien PCR untuk
internasional untuk barang sejenis yang komoditas kedelai >1 menunjukkan
merupakan ukuran social opportunity bahwa pengusahaan usahatani kedelai
cost terbaik bagi barang-barang tersebut.

30
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

Tabel 2. Hasil Analisis Keuntungan Finansial dan Ekonomi, PCR dan DRCR
Usahatani Kedelai (MK 2013)
Parameter Nilai
1. Keuntungan Finansial (Rp/ha) -1.305.019,54
2. Keuntungan Ekonomi (Rp/ha) -1.110.972,95
3. PCR 1,15
4. DRCR 1,13

secara privat di pedesaan contoh sistem usahatani yang digunakan di lokasi


Kabupaten Lamongan tidak mempunyai penelitian yang masih dilakukan secara
keunggulan kompetitif. Dari hasil tradisional. Sistem usatani kedelai jika
tersebut dapat dinyatakan bahwa, untuk dilakukan secara intensif dapat mening-
menghasilkan satu-satuan nilai tambah katkan keunggulan kompetitif komoditas
output kedelai pada harga privat kedelai. Pada daerah Pasuruan Jawa
diperlukan lebih dari satu dari satu-satuan Timur, usahatani kedelai memiliki
biaya sumberdaya domestik. Dapat juga keunggulan kompetitif yang tinggi karena
dikatakan bahwa, untuk menghemat satu- didukung oleh sistem usahatani intensif.
satuan devisa pada harga privat Sistem usahatani kedelai secara intensif
diperlukan korbanan lebih besar dari satu- memiliki nilai keunggulan kompetitif
satuan biaya sumberdaya domestik. yang lebih tinggi dibandingkan dengan
Kondisi usahatani yang tidak sistem usahatani konvensional (Mutiara
memiliki keunggulan kompetitif yang et al, 2013). Penggunaan input yang tepat
menjadi salah satu sebab mengapa juga dapat membantu meningkatkan
usahatani kedelai tidak berkembang keunggulan kompetitif usahatani kedelai,
dilapang. Saat ini petani menanam artinya sistem usahatani yang efisien
kedelai dikarenakan harga kedelai saat ini menjadi salah satu kunci untuk
masih lebih baik dibandingkan dengan meningkatkan keunggulan kompetitif.
komoditas lain yang sering ditanam oleh Hal tersebut terbukti dengan tingginya
petani seperti jagung dan kangkung. keunggulan kompetitif usahatani kedelai
Sehingga apabila harga komoditas seperti di negara Vietnam. Penggunaan input
jagung dan kangkung yang sering di yang tepat menjadikan petani kedelai di
jadikan tanaman musim kedua atau negara Vietnam mendapatkan keung-
musim kering memiliki harganya kembali gulan kompetitif dan keuntungan yang
naik, maka petani akan beralih ketanaman tinggi dalam kegiatan usahatani kedelai
tersebut. Hasil penelitian ini menguatkan (Viet Khai and Yabe, 2013).
kembali hasil penelitian-penelitian Berdasarkan analisis biaya dan
sebelumnya mengenai daya saing kedelai keuntungan secara finansial (privat)
yang menyatakan bahwa komoditas menunjukkan bahwa usahatani kedelai di
kedelai tidak memiliki keunggulan Kabupaten Lamongan tidak meng-
kompetitif (Rusastra et al, 2004). Kondisi untungkan. Besarnya kerugian usahatani
ini salah satunya dapat disebabkan oleh

31
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

kedelai secara privat sebesar Rp. dibandingkan dengan di Jawa disebabkan


1.305.019,54/ha/musim. oleh biaya ekonomi per unit output yang
lebih rendah sekitar 45,00 persen.
Keunggulan Komparatif Adapun hal lain yang menjadikan
Berdasarkan hasil pada Tabel 2, komoditas kedelai tidak memiliki
dapat disimpulkan bahwa usahatani keunggulan komparatif adalah kondisi
kedelai di desa contoh Kabupaten tidak lingkungan yang tidak mendukung
mempunyai keunggulan komparatif yang (Hermanto et al.,1993; Zakaria et al.,
ditunjukkan oleh besaran nilai koefisien 2010). Kondisi iklim di Kabupaten
yaitu sebesar 1,13. Dari hasil analisis Lamongan cocok untuk perkembangan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tanaman kedelai, akan tetapi kondisi
bagi Lamongan, Jawa Timur untuk lahan tegalan yang tidak memiliki
menghasilkan satu-satuan output kedelai pengairan yang baik membuat potensi
pada harga sosial diperlukan korbanan tersebut tidak termanfaatkan dengan baik.
biaya sumberdaya domestik pada harga Sebagai contoh, komoditas kedelai di
sosial lebih besar dari satu. Dengan kata daerah Jember memiliki keunggulan
lain, untuk menghemat satu-satuan devisa komparatif karena didukung oleh
harus mengorbankan biaya imbangan lingkungan yang baik seperti kondisi
sumberdaya domestik yang lebih besar. tanah dan iklim yang sesuai serta
Dengan demikian untuk wilayah pengairan yang dikelola dengan baik
Kabupaten Lamongan secara ekonomi (Hermanto et al., 1993). Begitu juga
akan lebih menguntungkan mengimpor dengan pengusahaan usahatani kedelai di
dibandingkan meningkatkan produksi lahan sawah irigasi dan tadah hujan,
domestik. Hasil ini menjadi salah satu hasilnya lebih baik jika dibandingkan
penjelas mengapa usahatani kedelai tidak dengan lahan tegalan (Zakaria et al.,
dapat berkembang, bahkan mengalami 2010). Hasil yang lebih baik ditunjukkan
penurunan secara tajam. dengan tingginya nilai keuntungan yang
Hal ini menguatkan penelitian- diperoleh petani di lahan sawah irigasi
penelitian terdahulu yang menunjukkan dan tadah hujan jika dibandingkan
bahwa komoditas kedelai tidak memiliki dengan lahan tegalan. Selain itu nilai
keunggulan komparatif (Rosegrant et al., DRCR untuk usahatani kedelai nilainya
1987; Simatupang, 1990; dan Rusastra, berturut-turut lebih kecil dari petani
1995). Pengusahaan usahatani kedelai di dengan lahan sawah irigasi, tadah hujan
Jawa sudah mengalami kemunduran, hal dan tegalan, artinya dengan kondisi lahan
itu diperlihatkan dengan tidak efisiennya dan iklim yang sesuai serta dibantu
usahatani kedelai di tiga provinsi di Jawa. dengan tatakelola pengairan yang baik
Selain itu, tidak adanya terobosan baru dapat meningkatkan keunggulan kom-
dalam hal teknologi (varietas unggul) paratif komoditas kedelai, karena
yang mampu meningkatkan produktivitas semakin nilai DRCR<1 berarti sistem
kedelai. Kinerja keunggulan komparatif usahatani kedelai semakin efisien dan
kedelai di luar Jawa lebih baik

32
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

mempunyai keunggulan komparatif yang Faktor (TF). Bentuk kebijakan pada input
tinggi. tradable faktor dapat berupa kebijakan
Sementara itu, analisis biaya dan perdagangan serta subsidi dan pajak,
keuntungan secara sosial atau ekonomi sedangkan bentuk divergensi lainnya
menunjukkan bahwa pengusahaan usaha- dapat disebabkan adanya distorsi pasar.
tani kedelai di Kabupaten Lamongan Transfer input menunjukkan selisih
secara ekonomi tidak menguntungkan. antara biaya input yang dapat diper-
Besarnya kerugian usahatani kedelai dagangkan pada harga privat dengan
secara sosial di Lamongan sebesar Rp biaya input yang dapat diperdagangkan
1.110.972,95/ha/musim. Dari Tabel 2 pada harga sosial. Nilai Transfer Input
terlihat bahwa besarnya kerugian pada yang positif menunjukan adanya
keuntungan privat usahatani kedelai di kebijakan subsidi negatif atau pajak pada
desa contoh Lamongan lebih tinggi dari unsur input tradable yang mengurangi
keuntungan ekonominya. Hal ini tingkat keuntungan produsen atau dengan
merupakan indikasi bahwa harga input kata lain produsen tidak mendapat
yang dibayar petani lebih tinggi dan atau insentif. Kerugian yang dialami oleh
harga output yang diterima oleh petani produsen disebabkan adanya distorsi
lebih rendah dari harga sosial. pasar. Sedangkan, transfer input yang
bernilai negatif menunjukkan adanya
Kebijakan Intensif kebijakan subsidi pada input, karena
Ukuran dampak divergensi dan subsidi pada harga input akan
kebijakan pemerintah dalam Matrix PAM mengakibatkan biaya yang dikeluarkan
adalah transfer output, transfer input, untuk input pada tingkat aktual atau
transfer faktor dan transfer bersih. privat lebih rendah daripada tingkat harga
Ukuran relatif ditunjukkan oleh analisis sosial. Hal itu menunjukkan bahwa
koefisien proteksi output nominal atau kebijakan subsidi pada input tradable
nominal protection coefficient on output akan menguntungkan produsen domestik.
(NPCO), koefisien proteksi input nominal Berdasarkan hasil pada Tabel 3
atau nominal protection coefficient on transfer input bernilai negatif menunjuk-
input (NPCI), koefisien proteksi efektif kan adanya kebijakan subsidi pada input.
atau effectif protection coefficient (EPC). Kebijakan subsidi menyebabkan biaya
Koefisien profitabilitas atau profitability input yang dikeluarkan oleh petani lebih
coefficient (PC) dan rasio subsidi bagi rendah daripada tingkat harga sosial.
produsen atau subsidy ratio to producen Petani kedelai di Kabupaten Lamongan
(SRP). membayar input produksi lebih rendah
sebesar Rp. 1.246.696,03 per hektar per
Dampak Kebijakan Pemerintah musim tanam dibandingkan harga sosial-
Terhadap Input nya. Transfer negatif ini berasal dari
Kebijakan insentif yang terdapat biaya pupuk, harga pupuk ditingkat
pada input tradable ditunjukkan oleh nilai petani yang rendah dapat mendukung
transfer input (IT), NPCI dan Transfer

33
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

Tabel 3. Nilai Koefisien PAM dari Usahatani Kedelai di Lokasi Penelitian, MK


2013
Parameter Koefisien Nilai
1. Output Transfer -1.277.497,28
2. Input Transfer -1.246.696,03
3. Factor Transfer 163.245,34
4. Net Transfer -2.415.992,49
5. Private Cost Ratio (PCR) 1,15
6. Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) 1,13
7. Nominal Protection Coefficient (NPC)
a. On Tradeble Outputs (NPCO) 0,88
b. On Tradeble Inputs (NPCI) 0,46
8. Effective Protection Coefficient (EPC) 1,00
9. Probability Coicient (PC) 1,17
10. Subsidy Ratio to Producers (SRP) -0,22

untuk pengembangan usahatani kedelai di struktur pertanian seperti irigasi dan jalan
Kabupaten Lamongan. Kebijakan subsidi desa yang memiliki dampak yang lebih
pada input tradable ini membantu baik jika dibandingkan dengan kebijakan
mengurangi kerugian yang dialami oleh subsidi pupuk. Pada usahatani kedelai,
petani. Berdasarkan hal tersebut kebijakan subsidi input masih sangat
menunjukkan bahwa dalam kegiatan diperlukan dalam upaya mendorong
usahatani kedelai kebijakan subsidi masih perkembangan usahatani kedelai. Kebi-
diperlukan oleh petani. Apabila kebijakan jakan subsidi input terbukti mengurangi
subsidi terhadap input dihapus atau kerugian petani kedelai jika dibandingkan
dikurangi oleh pemerintah maka kerugian dengan harga sosialnya.
yang dialami oleh petani akan lebih besar. Koefisien proteksi input nominal
Akan tetapi, berdasarkan Firdaus et al, (NPCI) sebagai indikasi transfer input
2011 menunjukkan bahwa kebijakan yang merupakan rasio antara biaya input
subsidi pupuk yang diterapkan oleh tradable yang dihitung berdasar harga
pemerintah Indonesia lebih meng- privat dengan biaya input tradable yang
untungkan petani yang memiliki skala dihitung pada harga sosial. Nilai NPCI
usahatani besar yang tidak membutuhkan menunjukkan tingkat proteksi atau
subsidi dan memicu penggunaan pupuk distorsi yang dibebankan pemerintah
melebihi dosis yang dianjurkan sehingga pada input tradable bila dibandingkan
berdampak pada rusaknya kesuburan tanpa ada kebijakan. Nilai NPCI lebih
tanah. Menurunnya kesuburan tanah besar dari satu (NPCI>1) menunjukkan
berdampak pada berkurangnya hasil adanya kebijakan proteksi terhadap
panen yang diperoleh petani. Berdasarkan produsen input tradable selain terdapat
hal tersebut, sebaiknya subsidi peme- pajak pada input tersebut, sedangkan
rintah untuk pupuk dikurangi atau sektor yang menggunakan input tersebut
dialihkan pada pembangunan infra- dirugikan dengan tingginya biaya

34
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

produksi yang dikeluarkan. Sedangkan harga sosial. Hal ini menunjukkan bahwa
jika nilai NPCI lebih kecil dari satu adanya kebijakan pemerintah yang
(NPCI<1) maka menunjukkan adanya melindungi produsen input domestik,
subsidi atas input tersebut. misalnya melalui subsidi yang diberikan.
Transfer input untuk jenis pupuk Produsen input mendapatkan tambahan
Urea, SP-36, dan NPK petani keuntungan sebesar Rp. 163.245,34 per
memberikan transfer negatif dan nilai hektar per musim tanam dari usahatani
koefisien NPCI < 1, hal ini berarti bahwa kedelai dilakukan oleh petani.
ada kebijakan subsidi yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap pupuk. Untuk Dampak Kebijakan Pemerintah Ter-
semua jenis pupuk yang digunakan, hadap Output
petani memberikan transfer negatif dan Campur tangan pemerintah atau
nilai koefisien NPCI < 1, artinya bahwa adanya kebijakan insentif dalam output
produsen pupuk memberikan transfer dapat dilihat dari besarnya nilai transfer
kepada petani untuk semua jenis pupuk. output (OT) dan NPCO. Bentuk campur
Secara umum, berdasarkan Tabel 3 nilai tangan pemerintah tersebut adalah
koefisien NPCI untuk seluruh input kebijakan perdagangan yang berupa
sistem usahatani kedelai menunjukkan pajak ekspor, tarif impor serta kebijakan
nilai NPCI < 1 atau 0,46, hal ini berarti subsidi dan pajak. Transfer output
pemerintah melakukan kebijakan subsidi merupakan selisih antara penerimaan
terhadap input sistem usahatani kedelai. yang dihitung atas harga privat dengan
Selain penggunaan input tradable, penerimaan yang dihitung berdasar harga
petani juga menggunakan input yang sosial. Koefisien proteksi output nominal
tidak diperdagangkan atau non tradable. (NPCO) merupakan indikasi dari transfer
Untuk mengukur transfer yang diterima output yang ditunjukkan oleh rasio antara
oleh petani untuk membayar faktor-faktor penerimaan yang dihitung berdasar harga
yang tidak diperdagangkan dapat dilihat privat dengan penerimaan yang dihitung
dengan membandingkan perbedaan harga berdasar harga sosial.
privat dengan harga sosialnya atau Berdasarkan hasil analisis pada
disebut dengan Transfer Faktor. Nilai Tabel 3 diperoleh hasil transfer output
transfer faktor lebih besar dari nol (FT>0) (OT) dan NPCO untuk usahatani kedelai
mengandung arti bahwa ada transfer dari di Kabupaten Lamongan. Hasil analisis
petani produsen kepada produsen input menunjukkan untuk usahatani kedelai
non tradable. Nilai transfer faktor nilai OT yang negatif dan nilai koefisien
usahatani kedelai di Kabupaten NPCO < 1. Besarnya nilai koefisien
Lamongan sebesar Rp. 163.245,34. Nilai NPCO untuk kedelai sebesar 0,88, artinya
ini menunjukkan bahwa harga input non petani kedelai menerima harga 22,00
tradable yang dikeluarkan oleh petani persen lebih rendah dari yang seharusnya.
produsen pada tingkat harga privat lebih Kondisi tersebut menjelaskan bahwa
tinggi dibandingkan dengan biaya input dengan adanya kebijakan atau intervensi
non tradable yang dikeluarkan pada pemerintah terhadap output kedelai lebih

35
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

menguntungkan konsumen, karena pada sistem usahatani kedelai di


konsumen membeli output kedelai Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada
dengan harga yang lebih rendah dari Tabel 3.
harga sebenarnya. Artinya, terdapat Transfer bersih (NT) merupakan
pengalihan surplus dari produsen ke selisih antara keuntungan bersih yang
konsumen. benar-benar diterima oleh produsen
Kerugian yang dialami oleh petani dengan keuntungan bersih sosialnya.
kedelai per hektar per musim tanam dapat Nilai transfer bersih lebih dari nol (NT>0)
dilihat dari nilai TO pada Tabel 3. menunjukkan bahwa adanya tambahan
Berdasarkan nilai TO tersebut kerugian surplus produsen yang disebabkan oleh
yang dialami oleh petani sebesar Rp. kebijakan pemerintah yang diterapkan
1.277.497,28/ha/musim. Hal ini terjadi pada input dan output. Transfer bersih
dikarenakan harga sosial kedelai yang (NT) juga menggambarkan apakah
diterima oleh petani lebih tinggi kebijakan yang dilakukan oleh peme-
dibandingkan dengan harga yang rintah menguntungkan atau merugikan
diterima oleh petani. Harga sosial kedelai petani kedelai di Kabupaten Lamongan.
di tingkat petani diperhitungkan Hasil analisis transfer bersih (NT) untuk
berdasarkan harga kedelai impor yang komoditas kedelai di desa contoh
harganya lebih tinggi dibandingkan Kabupaten Lamongan diperoleh nilai NT
dengan kedelai domestik dengan kualitas negatif. Nilai NT negatif dapat diartikan
yang sama. Rendahnya harga kedelai bahwa adanya kebijakan pemerintah atau
yang ditawarkan oleh petani dapat distorsi pasar pada input (tradable input
menjadi suatu keunggulan dalam dan domestic factor) dan output secara
menghadapi masuknya kedelai impor di keseluruhan yang merugikan petani
pasar. Tingginya nilai distorsi penerima- kedelai. Nilai transfer bersih usahatani
an output yang bernilai negatif, dikarena- kedelai di Kabupaten Lamongan sebesar
kan rendahnya kualitas kedelai yang negatif Rp. 2.415.992,49 per hektar per
dihasilkan oleh petani yang diakibatkan musim tanam. Hal ini menunjukkan
oleh kurangnya ketersediaan air untuk bahwa belum terlihatnya insentif
tanaman kedelai dan sistem usahatani ekonomi yang diterima petani, sehingga
yang diterapkan masih konvensional. program pengembangan produksi kedelai
di lokasi penelitian kurang berjalan
Dampak Kebijakan Pemerintah dengan baik.
terhadap Input-Output Nilai EPC merupakan indikator yang
Kebijakan input dan output secara menunjukkan tingkat proteksi simultan
keseluruhan dapat dilihat dari nilai Net terhadap input-output tradable. Nilai ini
Transfer (NT), Effectif Protection menunjukkan sejauh mana kebijakan
Coefficient (EPC), Profitability pemerintah bersifat melindungi atau
Coefficient (PC) dan Subsidy Ratio to menghambat produksi domestik. Nilai
Producer (SRP). Hasil perhitungan EPC lebih besar dari satu (EPC>1),
indicator dampak kebijakan input-output menunjukkan bahwa kebijakan

36
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

pemerintah yang diterapkan saat ini dilokasi penelitian adalah positif lebih
bersifat melindungi produksi domestik. besar dari 1. Artinya kebijakan peme-
Semakin besar nilai EPC, maka semakin rintah atau distorsi pasar yang ada pada
tinggi tingkat proteksi pemerintah usahatani kedelai memberikan insentif
terhadap komoditas pertanian domestik. kepada petani, karena petani memperoleh
Besarnya nilai koefisien EPC untuk keuntungan jauh lebih tinggi dari
komoditas kedelai diperoleh nilai seharusnya.
koefisien EPC=1. Nilai koefisien EPC Koefisien nilai SRP merupakan
sistem usahatani kedelai di Kabupaten indicator yang menunjukkan proporsi
Lamongan sebesar 1.00. Nilai koefisien penerimaan pada harga sosial yang
EPC tersebut mengindikasikan tidak diperlukan apabila subsidi atau pajak
adanya perlindungan atau proteksi digunakan sebagai pengganti kebijakan.
pemerintah terhadap produsen atau petani Nilai koefisien SRP juga menunjukkan
kedelai. Bahkan petani harus mensubsidi tingkat penambahan dan pengurangan
produsen input dan konsumen kedelai, penerimaan atas pengusahaan suatu
karena nilai tambah yang dinikmati petani komoditas karena adanya kebijakan
kedelai lebih kecil dari nilai tambah pemerintah. Apabila nilai SRP>0 me-
secara sosial. Kebijakan pemerintah nunjukkan bahwa kebijakan pemerintah
terhadap input-output menghambat petani mendukung atau menguntungkan usaha-
kedelai dalam menghasilkan kedelai tani suatu komoditas karena biaya yang
domestik. Hal ini dikarenakan kurang diivestasikan petani lebih besar daripada
efektifnya kebijakan harga dasar pen- nilai tambah keuntungan yang diterima
jualan yang diterapkan oleh pemerintah petani.
karena tidak adanya badan yang secara Besarnya nilai koefisien SRP pada
khusus membeli kedelai dari petani komoditas kedelai dilokasi penelitian
dengan harga dasar yang telah ditentukan sebesar -0,22, artinya secara umum
oleh pemerintah. kebijakan pemerintah yang ada mem-
Nilai koefisien keuntungan (PC) berikan dampak yang merugikan petani
menunjukkan keuntungan yang diperoleh kedelai. Petani kedelai menerima subsidi
petani dengan adanya intervensi atau negatif atau mereka harus membayar
distorsi yang dilakukan oleh pemerintah. pajak, dibandingkan jika tidak ada
Indikator koefisien keuntungan (PC) kebijakan pemerintah. Kebijakan peme-
merupakan perbandingan antara ke- rintah berpengaruh negatif terhadap
untungan bersih yang benar-benar struktur biaya produksi, biaya yang
diterima produsen dengan keuntungan dikeluarkan oleh petani lebih besar dari
bersih sosialnya. Nilai koefisien pada nilai tambah keuntungan yang
keuntungan lebih besar dari nol (PC>0), diterima oleh petani.
menunjukkan bahwa secara keseluruhan Berdasarkan dampak divergensi
kebijakan pemerintah memberikan kebijakan pemerintah terhadap input-
insentif kepada produsen, demikian juga output usahatani kedelai, menunjukkan
sebaliknya. Besarnya nilai koefisien PC bahwa kebijakan pemerintah saat ini

37
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

merugikan pengusahaan usahatani keunggulan komparatif dan kompetitif


kedelai di Kabupaten Lamongan. Biaya usahatani kedelai.
yang harus dikeluarkan oleh petani Dalam pengusahaan kedelai terdapat
kedelai lebih besar dibandingkan dengan beberapa indikator yang secara signifikan
keuntungan yang diperoleh. Kondisi ini berpengaruh terhadap struktur biaya dan
menjadi salah satu sebab mengapa penerimaan, yaitu perubahan harga
produksi kedelai domestik tidak pupuk, dan harga kedelai serta gabungan
berkembang, kurangnya insentif yang dari keduanya. Perubahan yang terjadi
diterima petani membuat usahatani pada penurunan harga pupuk, bibit, suku
kedelai kurang diminati. Kebijakan bunga dan peningkatan harga kedelai
subsidi pupuk perlu dicermati kembali, secara langsung berpengaruh terhadap
apakah sudah memberikan hasil yang perubahan keuntungan yang diterima
baik atau tidak terhadap usahatani oleh petani dan daya saing kedelai. Oleh
kedelai. Harga kedelai yang stabil dan karena itu, analisis sensitivitas diperlukan
tepat menjadi pertimbangan petani dalam dengan tujuan untuk melihat seberapa
mengusahakan usahatani kedelai. Kebi- besar persentase perubahan terhadap
jakan tarif impor kedelai sebesar nol indikator-indikator daya saing yang
persen (0 persen) perlu dikaji kembali secara signifikan berpengaruh terhadap
dalam upaya meningkatkan produksi keunggulan komparatif dan kompetitif
kedelai domestik. sistem usahatani kedelai.
Skenario perubahan terhadap input
Sensitivitas Terhadap Produktivitas dan output usahatani yang akan dilakukan
dan Harga berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu
Analisis sensitivitas dilakukan untuk dan aturan pemerintah yang telah
mengamati perubahan terhadap harga ditetapkan. Berdasarkan penelitian
output dan komponen biaya dalam terdahulu mengenai komoditas kedelai
usahatani kedelai. Analisis sensitivitas perubahan terhadap harga output, tarif
perlu dilakukan dikarenakan matriks impor, suku bunga dan subsidi pupuk.
analisis kebijakan (PAM) memiliki Oleh karena itu pada penelitian ini
keterbatasan. Analisis PAM yang bersifat skenario yang akan dipakai terdiri dari
statis tidak dapat menggambarkan situasi skenario perubahan kebijakan tunggal
ekonomi yang dinamis. Oleh karena itu, dan perubahan kebijakan kombinasi,
untuk mengantisipasi setiap perubahan skenario perubahan kebijakan tunggal
ekonomi yang bersifat dinamis diperlu- sebagai berikut:
kan simulasi kebijakan pemerintah. 1. Peningkatan harga kedelai di tingkat
Dengan menggunakan simulasi perubah- petani sebesar 13,00 dan 15,00 persen.
an terhadap harga output dan komponen 2. Peningkatan suku bunga sebesar 10,00
biaya usahatani kedelai, kita dapat persen.
mengetahui persentase perubahan ter- 3. Peningkatan tarif impor sebesar 5,00
sebut yang dapat mempengaruhi persen.

38
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

4. Peningkatan Harga pupuk sebesar pemerintah yang dapat mendorong


40,00 persen. efisiensi dalam usahatani kedelai
5. Peningkatan nilai tukar rupiah sebesar domestik. Dengan meningkatnya efisien-
20,00 persen, 27,00 persen dan 39,00 si dalam sistem usahatani kedelai dapat
persen. berdampak pada peningkatan daya saing
Sedangkan untuk skenario perubah- kedelai domestik.
an kebijakan kombinasi yang akan Pemilihan skenario analisis sensi-
dilakukan, sebagai berikut: tivitas pada Lampiran 9 berdasarkan
1. Peningkatan Harga kedelai sebesar kebijakan pemerintah dan kondisi
20,00 persen dan tarif impor sebesar ekonomi yang ada. Skenario yang dipilih
20,00 persen. yaitu perubahan harga kedelai, depresiasi
2. Peningkatan Harga kedelai sebesar nilai tukar rupiah, tarif impor kedelai,
10,00 persen dan suku bunga 10,00 suku bunga dan harga pupuk subsidi.
persen. Perubahan harga output kedelai
3. Penghapusan tarif impor, peningkatan mempengaruhi daya saing kedelai
harga kedelai 10,00 persen, domestik dengan persentase yang
peningkatan suku bunga 10,00 persen beragam. Peningkatan harga kedelai
dan subsidi pupuk 20,00 persen. domestik sebesar 10,00 persen dan 20,00
persen meningkatkan efisiensi sistem
Dampak Perubahan Kebijakan usahatani kedelai (Kumenaung, 2002).
Terhadap Daya Saing Kedelai Berdasarkan penelitian tersebut kenaikan
Analisis sensitivitas dilakukan harga kedelai sebesar 10,00 persen dan
dengan tujuan untuk melihat kondisi daya 20,00 persen membantu meningkatkan
saing sistem usahatani kedelai di produktivitas kedelai, oleh karena itu
Kabupaten Lamongan jika terjadi pada penelitian ini digunakan skenario
perubahan-perubahan baik tingkat harga, peruabahan kenaikan harga kedelai
maupun kebijakan pemerintah. Pemilihan sebesar 10,00 persen dan 20,00 persen.
skenario perubahan kebijakan dilakukan Skenario kenaikan harga kedelai
berdasarkan literatur penelitian terdahulu domestik sebesar 13,00 persen dilakukan
dan perubahan kondisi kebijakan berdasarkan kebijakan pemerintah yang
pemerintah yang ada. Adanya analisis tertuang dalam Permendag No. 23 Tahun
sensitivitas, diharapkan dapat membantu 2013, yang menyebutkan bahwa harga
memberikan informasi yang tepat untuk dasar kedelai di tingkat petani sebesar
meningkatkan daya saing kedelai Rp. 7.500 sedangkan kondisi aktual
domestik dengan melakukan simulasi dilapang rata-rata harga kedelai di tingkat
perubahan terhadap kebijakan peme- petani sebesar Rp. 6.585,83. Skenario
rintah. Disamping itu, selain untuk kenaikan harga kedelai sebesar 15,00
meningkatkan daya saing komoditas persen dilakukan sebagai alternatif
kedelai domestik, analisis sensitivitas kebijakan apabila kenaikan harga sebesar
juga dapat membantu untuk memberikan 20,00 persen memberikan dampak
informasi mengenai perubahan kebijakan berkurangya suplus konsumen.

39
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

Berdasarkan hasil pada Lampiran 9 dengan harapan yang ingin dicapai oleh
menunjukkan bahwa perubahan terhadap rencana pemerintah.
harga output kedelai berdampak terhadap Kebijakan lain yang mempengaruhi
daya saing sistem usahatani kedelai. Pada tingkat daya saing sistem usahatani
saat harga kedelai naik sebesar 15,00 kedelai yaitu nilai tukar rupiah. Adanya
persen meningkatkan keunggulan perdagangan bebas antar negara dan
kompetitif sistem usahatani kedelai kebijakan nilai tukar mengambang yang
sebesar 0,99. Berdasarkan hal tersebut diterapkan oleh pemerintah Indonesia
menunjukkan bahwa peningkatan harga membuat mekanisme nilai tukar
output sangat berpengaruh terhadap bergantung pada kondisi pasar uang yang
peningkatan daya saing sistem usahatani dinamis. Perubahan nilai tukar
kedelai. Hal tersebut terlihat dari semakin merupakan perubahan yang dipengaruhi
kecilnya nilai PCR sistem usahatani oleh kondisi eksternal. Pemerintah tidak
kedelai saat dilakukan perubahan harga dapat mengontrol perubahan tersebut
output kedelai domestik. Artinya karena telah diserahkan seluruhnya pada
kenaikan harga output kedelai domestik mekanisme pasar. Persentase perubahan
membantu meningkatkan keunggulan nilai tukar rupiah berdasarkan fluktuasi
kompetitif kedelai domestik terhadap nilai tukar rupiah yang terjadi, kondisi
kedelai impor. pertumbuhan ekonomi dunia yang
Harga kedelai aktual saat ini di melambat juga mempengaruhi nilai tukar
tingkat petani memang menjadi keluhan rupiah. Skenario perubahan nilai tukar
bagi petani kedelai di lokasi penelitian. yang dilakukan yaitu depresiasi nilai
Petani menganggap harga kedelai masih tukar sebesar 20,00 persen, 27,00 persen
sangat murah dan perlu ditingkatkan agar dan 39,00 persen. Kondisi ekonomi
para petani kembali bergairah untuk Indonesia yang mengalami pelambatan
menanam kedelai. Harga kedelai yang pertumbuhan memicu depresiasi nilai
diinginkan oleh petani yaitu sebesar tukar terhadap dolar amerika dan belum
150,00 persen dari harga gabah. Akan adanya tanda-tanda penguatan perekono-
tetapi hal tersebut masih jauh dari mian. Sehingga dilakukan skenario
harapan, dikarenakan kebijakan saat ini kondisi nilai tukar yang terus mengalami
mengenai harga dasar kedelai di tingkat depresiasi.
petani belum berjalan dengan baik karena Pada Lampiran 9 menunjukkan
tidak adanya badan khusus yang secara bahwa depresiasi nilai tukar rupiah
konsisten menampung produksi kedelai sebesar 20,00 persen, 27,00 persen dan
petani dan membeli harga sesuai harga 39,00 persen meningkatkan keunggulan
dasar yang telah direkomendasikan oleh komparatif kedelai domestik, hal tersebut
pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat dilihat dari nilai DRCR<1. Nilai
mengenai harga dasar kedelai hanya koefisien DRCR untuk depresiasi nilai
sebatas rekomendasi bagi para pedagang tukar sebesar 20,00 persen, 27,00 persen
dan tidak terlalu mengikat, sehingga dan 39,00 persen berturut-turut sebesar
pelaksanaan aktual dilapang tidak sesuai 0,96; 0,91 dan 0,84. Depresiasi terhadap

40
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

nilai tukar rupiah membuat harga kedelai sebesar 5,00 persen belum dapat
impor lebih mahal jika dibandingkan meningkatkan keunggulan kompetitif
dengan kedelai domestik. Hal ini maupun komparatif kedelai domestik.
menunjukkan bahwa depresiasi nilai Artinya sistem usahatani kedelai
tukar rupiah terhadap dolar sebesar 20,00 domestik tidak efisien dan belum dapat
persen, 27,00 persen dan 39,00 persen menghemat penggunaan jumlah sumber-
membuat sistem usahatani kedelai daya domestik. Kebijakan penerapan tarif
semakin efisien dan mempunyai terhadap kedelai impor saat ini belum
keunggulan komparatif yang tinggi. membantu petani dalam bersaing dengan
Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah kedelai impor. Kebijakan pengenaan tarif
dapat menghemat jumlah sumberdaya kedelai impor diperlukan untuk me-
domestik yang digunakan untuk meng- lindungi produsen kedelai domestik agar
hasilkan satu unit devisa. dapat bertahan dari persaingan dengan
Kebijakan selanjutnya yang pernah kedelai impor.
dilakukan oleh pemerintah Indonesia Suku bunga merupakan komponen
terhadap komoditas kedelai yaitu kebijakan pemerintah yang mem-
pengenaan tarif terhadap kedelai impor. pengaruhi biaya pengembalian petani
Pengenaan tarif itu sendiri bertujuan terhadap pinjaman yang mereka ajukan.
untuk melindungi produsen kedelai Kondisi responden di lokasi penelitian
domestik. Akan tetapi sejak tahun 2013 umumnya meminjam modal usahatani
tarif yang diberlakukan untuk kedelai dari kelompok tani. Pengelolaan kredit
impor diturunkan menjadi nol persen. usahatani di tingkat petani menerapkan
Sebelum diturunkannya tarif impor suku bunga yang rendah, akan tetapi
menjadi nol persen, tarif yang pernah modal yang di miliki Gapoktan untuk
diberlakukan yaitu sebesar 5,00 persen. menyalurkan kredit usahatani berasal dari
Naiknya tarif kedelai impor sebesar 20,00 Bank BRI. Kondisi suku bunga secara
persen dan 30,00 persen dapat tidak langsung mempengaruhi tingkat
meningkatkan efisiensi sistem usahatani peminjaman modal usahatani. Pening-
kedelai domestik (Kemenaung, 2002; katan suku bunga sebesar 10,00 persen
Handayani, 2007). Naiknya harga kedelai berdampak pada semakin turunnya daya
dunia dan kurangnya pasokan kedelai saing komparatif kedelai domestik
domestik membuat harga kedelai di pasar terhadap kedelai impor yang sebelumnya
tidak terkendali, sehingga untuk nilai koefisien PCR sebesar 1,15 menjadi
menstabilkan harga kedelai pemerintah 1,18.
menurunkan tarif kedelai impor sebesar Kebijakan selanjutnya yaitu
nol persen. Diharapkan pada masa yang mengenai subsidi pupuk, sebelumnya
akan datang, pemerintah akan menaikan pemerintah pernah membuat kebijakan
kembali tarif kedelai impor agar dapat mengurangi subsidi terhadap pupuk. Pada
melindungi produsen kedelai domestik. kondisi saat ini, dengan kebijakan
Hasil analisis sensitivitas menunjuk- pemerintahan yang cenderung me-
kan bahwa penerapan tarif kedelai impor ngurangi kebijakan subsidi terhadap

41
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

masyarakat dan mengalihkannya pada pemerintah agar kebijakan yang di-


sektor infrastruktur, sehingga terdapat keluarkan benar-benar bermanfaat dan
kemungkinan adanya kebijakan dalam dapat dirasakan langsung oleh petani.
mengurangi subsidi pupuk. Kebijakan Sebelumnya telah dilakukan analisis
peningkatan harga pupuk sebesar 40 sensitivitas terhadap perubahan kebijakan
persen membuat petani kedelai semakin tunggal pemerintah. Pada Lampiran 10
tidak berdaya saing. Kebijakan ini dilakukan analisis sensitivitas terhadap
merugikan petani dan akan membuat perubahan gabungan kebijakan peme-
produksi kedelai nasional terus turun rintah. Kondisi ekonomi yang dinamis
karena usahataninya merugi. Hal ini terkadang terjadi perubahan yang lebih
sejalan dengan penelitian sebelumnya kompleks, tidak hanya satu kebijakan
yang menyatakan peningkatan harga saja, terkadang beberapa kebijakan dapat
pupuk sebesar 40,00 persen meng- berubah sesuai dengan kondisi ekonomi
akibatkan surplus konsumen menurun yang sedang terjadi. Analisis sensitivitas
dan permintaan kedelai menurun karena gabungan ini dilakukan agar dapat
naiknya harga kedelai domestik mengantisipasi perubahan kebijakan
(Kemenaung, 2002). Hal tersebut karena kondisi yang lebih kompleks
menunjukkan bahwa kebijakan subsidi sesuai dengan keadaan sebenarnya.
masih diperlukan oleh petani kedelai. Analisis sensitivitas gabungan mencakup
Berdasarkan hasil analisis sensi- perubahan harga kedelai domestik, tarif
tivitas pada Lampiran 9 menunjukkan impor kedelai, suku bunga, nilai tukar,
bahwa perubahan harga output kedelai subsidi, dan upah tenaga kerja petani.
domestik sebesar 15,00 persen, depresiasi Skenario analisis sensitivitas
nilai tukar dan upaya peningkatan gabungan pertama adalah naiknya harga
produksi dapat dikatakan efisien karena kedelai domestik sebesar 20,00 persen
dapat meningkatkan daya saing kedelai dan tarif impor kedelai sebesar 20,00
domestik secara komparatif dan persen. Kebijakan pemerintah tersebut
kompetitif. Sedangkan kebijakan me- berdampak efisien terhadap daya saing
naikkan suku bunga dan pengurangan kedelai domestik. Peningkatan harga
subsidi pupuk merugikan petani kedelai. kedelai domestik dan penetapan tarif
Hal tersebut menunjukkan bahwa impor kedelai sebesar 20,00 persen dapat
kebijakan subsidi pupuk dan subsidi suku meningkatkan dayasaing kedelai
bunga masih diperlukan untuk menjaga domestik baik secara kompetitif maupun
daya saing kedelai domestik. Sehingga komparatif. Meningkatnya dayasaing
berdasarkan hasil tersebut, apabila kedelai domestik dapat dilihat dari nilai
pemerintah ingin meningkatkan daya koefisien PCR dan DRCR < 1. Nilai
saing kedelai domestik diperlukan koefisien PCR dan DRCR menunjukkan
kebijakan-kebijakan tersebut dan me- bahwa, kedelai domestik memiliki
mastikan dapat diaplikasikan dilapang keunggulan kompetitif maupun kom-
dengan baik. Pengawasan dan pelaksaaan paratif karena dapat menghemat sumber
dengan sistem yang baik perlu dibuat oleh daya yang dikeluarkan untuk meng-

42
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

hasilkan satu unit devisa serta mampu kondisi dayasaing sistem usahatani
membayar biaya domestik dan tetap kedelai domestik tidak berubah dan tetap
kompetitif. Kebijakan peningkatan harga tidak berdayasaing dengan kedelai impor.
kedelai domestik memang perlu Kombinasi kebijakan tarif impor
dilakukan, karena pada kondisi saat ini sebesar nol persen, harga kedelai
harga kedelai di tingkat petani masih domestik naik sebesar 10,00 persen, suku
belum dapat memberikan insentif yang bunga naik sebesar 10,00 persen dan
menguntungkan bagi petani. Rendahnya harga pupuk sebesar 20,00 persen dapat
insentif yang diperoleh petani kedelai dikatakan tidak efisien. Peningkatan
menjadi salah satu penyebab mengapa harga kedelai domestik meningkatkan
usahatani kedelai di lokasi penelitian pendapatan yang diterima oleh petani
kurang berkembang. Peningkatan harga kedelai. Akan tetapi, naiknya suku bunga
kedelai domestik sebesar 20,00 persen dan harga pupuk ikut meningkatkan biaya
dan penetapan tarif impor kedelai sebesar input usahatani. Sehingga peningkatan
20,00 persen berdampak pada mening- harga kedelai domestik tidak berdampak
katnya luas panen, produksi kedelai dan signifikan terhadap usahatani kedelai.
harga riil kedelai domestik (Handayani, Kebijakan tarif impor kedelai sebesar nol
2007). persen membuat kedelai domestik tidak
Dampak kebijakan kenaikan harga berdayasaing karena kondisi usahatani
kedelai sebesar 10,00 persen dan suku kedelai domestik yang masih tradisional
bunga sebesar 10,00 persen dapat dan tidak efisien. Adanya penerapan tarif
dikatakan tidak efisien. Hal tersebut impor nol persen membuat harga kedelai
terlihat dari nilai koefisien PCR dan impor lebih murah dibandingkan kedelai
DRCR pada Lampiran 10. Penerapan domestik dan pasokannya dapat
kebijakan peningkatan harga kedelai memenuhi kebutuhan kedelai nasional.
domestik sebesar 10,00 persen dan suku Kombinasi kebijakan ini merugikan
bunga sebesar 10,00 persen menghasilkan petani karena peningkatan harga kedelai
nilai koefisien PCR dan DRCR>1. domestik tidak sebanding dengan biaya
Berdasarkan nilai koefisien PCR dan yang harus ditanggung oleh petani.
DRCR, kebijakan tersebut belum efisien Kondisi kebijakan ini tidak mendukung
karena belum dapat meningkatkan tujuan pemerintah dalam upaya untuk
dayasaing kedelai domestik. Kombinasi meningkatkan produksi kedelai domestik
kebijakan tersebut tidak efisien karena dan menjadikannya sebagai subtitusi
dengan peningkatan harga kedelai kedelai impor.
domestik diharapkan meningkatkan
keuntungan usahatani kedelai, tetapi KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
disisi lain dengan peningkatan suku KEBIJAKAN
bunga justru menurunkan keuntungan. Kesimpulan
Sehingga dampak kebijakan peningkatan 1. Pengusahaan komoditas kedelai di
harga kedelai domestik dibarengi dengan Kabupaten Lamongan tidak meng-
meningkatnya nilai suku bunga, membuat untungkan dan tidak efisien baik

43
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

secara finansial (Privat) maupun menguntungkan sehingga perlunya


ekonomi (Sosial). perbaikan teknologi dan peningkatan
2. Berdasarkan indikator daya saing efisiensi teknis dapat dilakukan
yaitu PCR dan DRCR, menunjukkan melalui program PTT dan saat ini
bahwa sistem usahatani kedelai di menjadi GP-PTT, optimalisasi lahan
Kabupaten Lamongan tidak memiliki melalui tumpang sari, misal: sawit dan
daya saing. kedelai, dan PAT.
3. Berdasarkan indikator transfer input, 2. Berdasarkan hasil penelitian terlihat
menunjukkan bahwa pemerintah me- bahwa kebijakan pemerintah terhadap
lakukan kebijakan subsidi terhadap petani kedelai cukup merugikan, dan
input pupuk yang digunakan oleh justru lebih menguntungkan konsu-
petani kedelai. Sedangkan berdasar- men. Sehingga berdasarkan hal
kan indikator transfer output tersebut diperlukan kebijakan insentif
menunjukkan bahwa kebijakan peme- baik dari segi harga input maupun
rintah terhadap harga output kedelai harga output yang dapat memacu
lebih menguntungkan konsumen, partisipasi petani kedelai di
karena konsumen menerima harga Kabupaten Lamongan.
lebih rendah dari harga sebenarnya. 3. Penelitian lanjutan yang berkaitan
4. Berdasarkan indikator dampak diver- dengan dengan pengukuran daya saing
gensi kebijakan pemerintah terhadap kedelai diharapkan dapat
input-output usahatani kedelai me- menganalisis efisiensi dan faktor-
nunjukkan bahwa kebijakan peme- faktor yang mempengaruhi daya saing
rintah yang ada merugikan pengusaha- usahatani kedelai di Kabupaten
an usahatani kedelai di Kabupaten Lamongan dan mencari sumber-
Lamongan. Biaya yang harus sumber pertumbuhan dayasaing
dikeluarkan oleh petani kedelai lebih kedelai domestik.
besar dibandingkan dengan ke-
untungan yang diperolehnya. DAFTAR PUSTAKA
Amar K.Z., Wahyuding K.S dan Reni
Implikasi Kebijakan
Kustiari. 2010. Analisis Daya
Implikasi kebijakan setelah dilaku- Saing Komoditas Kedelai Menurut
kan penelitian ini yaitu mencari sumber- Agro Ekosistem: Kasus di Tiga
sumber pertumbuhan produktivitas yang Provinsi di Indonesia. Jurnal Agro
dapat dilakukan. Sumber-sumber per- Ekonomi, Volume 28 No.1, Mei
tumbuhan produktivitas dan kebijakan 2010: 21-37.
yang relevan dan dapat diaplikasikan di Coelli, T.J., D.S.P. Rao and G.E. Battese.
lapang yaitu: 1998. An Introduction to
1. Berdasarkan hasil penelitian terlihat Efficiency and Productivity
bahwa secara finansial (Privat) yaitu Analysis, Kluwer-Nijhoff, Boston.
dengan kondisi teknologi aktual Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi
dilapang, usahatani kedelai tidak Proyek-proyek Pertanian.
44
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

Terjemahan. Edisi Kedua. UI- Monke, E.A. and S.K. Pearson. 1989. The
Press dan John Hopkins, Jakarta. Policy Analysis Matrix for
Agricultural Development. Cornell
Handayani, Dian. 2007. Simulasi
University Press. Ithaca and
Kebijakan Daya Saing Kedelai
London.Pearson S,C, S. Bahri.
Lokal Pada Pasar Domestik. Tesis
2005. Aplikasi Policy Analysis
Magister Sains. Program
Matrix pada Pertanian Indonesia.
Pascasarjana, Institut Pertanian
Terjemahan. Yayasan Obor
Bogor, Bogor.
Indonesia, Jakarta.
Hermanto, A. Zulham, and S.H.
Rosegrant, M.W., F. Kasryno, L.A.
Suhartini. 1993. Local
Gonzales, C.A. Rasahan, and Y.
Comparative Advantage of
Saefudin. 1987. Price and
Soybean Production: Case from
Invesment in Indonesian Food
East Java, Indonesia. Local
Crops Sector. IFPRI, Washington,
Soybean Economics and
D.C. and CASER, Bogor,
Government Policies in Thailand
Indonesia.
and Indonesia. (Ed. P.
Jierwiriyapant et al.), CGPRT Rusastra, I W. 1995. Keunggulan
Center and CASER, Bogor. Komparatif , Struktur Proteksi dan
Perdagangan Internasional Kedelai
Kemenaung, A.G. 2002. Dampak
Indonesia. Ekonomi Kedelai di
Kebijakan Ekonomi dan
Indonesia (Ed. B. Amang, M.H.
Liberalisasi Perdagangan Terhadap
Sawit, A. Rachman), IPB Press,
Keragaan Industri Komoditas
Bulog, Jakarta.
Kedelai Indonesia. Disertasi.
Program Pascasarjana, Institut Rusastra, I W., B. Rachman dan
Pertanian Bogor, Bogor. S.Friyatno. 2004. Analisis Daya
Saing dan Struktur Proteksi
Khai, H.V. and M. Yabe. 2013. The
Komoditas Palawija. Prosiding
Comparative Advantage of
Efisiensi dan Daya Saing Sistem
Soybean Production in Vietnam: A
Usahatani Beberapa Komoditas
Policy Analysis Matrix Approach.
Pertanian di Lahan Sawah Hal. 28-
A Comprehensive Survey of
49, Pusat Penelitian Sosial
International Soybean Reasearch:
Ekonomi Pertanian, Bogor.
Genetics, Physiology, Agronomy
and Nitrogen Relationship, pp. Saptana, 2010. Tinjauan Konseptual
161-179. Mikro-Makro Daya Saing dan
Strategi Pembangunan Pertanian.
Mutiara, F., Koestiono, D., and
Forum Penelitian Agro Ekonomi
Muhaimin, A.B. 2013.
Vol. 28 No.1 hal 1-18. Bogor.
Keunggulan Komparatif dan
Dampak Kebijakan Subsidi Input Simatupang, P. 1990. Comparative
Output Terhadap Pengembangan Advantage and Government
Komoditas Kedelai di Kabupaten Protection Structure of Soybean
Pasuruan. HABITAT, Vol. XIV Production in Indonesia.
No.2: 92-102. Comparative Advantage and
Protection Structures of the

45
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

Livestock and Feedstuff


Subsectors in Indonesia (Ed. F.
Kasryno and P. Simatupang).
CASER,AARD,Bogor

46
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

Lampiran 1. Alokasi Biaya Komponen Domestik dan Asing pada Sistem


Usahatani Kedelai
Jenis Biaya Domestik (%) Asing (%)
Benih 100 0
Pupuk Urea 0 100
Pupuk SP-36 0 100
Pupuk ZA 0 100
Pupuk NPK 0 100
TSP 0 100
Pupuk kandang 100 0
ZPT 0 100
Pestisida 0 100
Herbisida 0 100
Tenaga kerja 100 0
Penyusutan Alat 0 100
Biaya modal 100 0
Sewa lahan 100 0
Pengolahan 33 67
Pengangkutan kedelai 55 45
Penanganan kedelai 65 35

Lampiran 2. Justifikasi Perhitungan Harga Bayangan Kedelai


Uraian Harga
Harga CIF (US$/ton) 616,99
Harga CIF (US$/kg) 0,62
Exchange Rate (Rp/US$) 10.407,60
Harga CIF (Rp/kg) 6.421,40
Biaya angkutan dan penanganan (Rp/kg):
a. Pelabuhan-kota provinsi 200,00
b. Kota provinsi-kota kabupaten 400,00
c. Kota kabupaten-desa 250,00
d. Penanganan (bongkar/muat) 200,00
Harga sosial di petani (Rp/kg kedelai) 7.471,40

Lampiran 3. Justifikasi Perhitungan Harga Bayangan Pupuk Urea


Uraian Harga
Harga FOB (US$/ton) 354,96
Exchange Rate (Rp/US$) 10.407,6
Harga FOB (US$/kg) 0,35
Harga FOB (Rp/kg) 3.694,29
Biaya angkutan & Penanganan (Rp/kg)
Pelabuhan-kota Provinsi 200,00
Kota provinsi-kota kabupaten 400,00
Kota Kabupaten-desa 250,00
Penanganan (bongkar/muat) 200,00
Harga sosial di petani (Rp/kg) 4.744,29

47
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

Lampiran 4. Justifikasi Perhitungan Harga Bayangan Pupuk SP-36


Uraian SP-36
Harga CIF (US$/ton) 304,07
Exchange Rate (Rp/US$) 10.407,60
Harga CIF (US$/kg) 0,30
Harga CIF (Rp/kg) 3.164,67
Biaya angkutan & Penanganan (Rp/kg)
Pelabuhan-kota Provinsi 200,00
Kota provinsi-kota kabupaten 400,00
Kota Kabupaten-desa 250,00
Penanganan (bongkar/muat) 200,00
Harga sosial di petani (Rp/kg) 4.214,67

Lampiran 5. Justifikasi Perhitungan Harga Bayangan Pupuk NPK


Uraian NPK
Harga CIF (US$/ton) 549,03
Exchange Rate (Rp/US$) 10.407,60
Harga CIF (US$/kg) 0,55
Harga CIF (Rp/kg) 5.714,08
Biaya angkutan & Penanganan (Rp/kg)
Pelabuhan-kota Provinsi 200,00
Kota provinsi-kota kabupaten 400,00
Kota Kabupaten-desa 250,00
Penanganan (bongkar/muat) 200,00
Harga sosial di petani (Rp/kg) 6.764,08

Lampiran 6. Fisik Input-Output Usahatani Kedelai, Tahun 2013


Input-Output Unit Jumlah
Input Tradabel
Pupuk :
a. Pupuk Kimia
- Urea kg/ha 139,19
- SP-36 kg/ha 41,03
- NPK kg/ha 188,29
b. Pestisida Cair Liter/ha 1,00
c. Pestisida Padat gr/ha 1,00
Faktor Domestik
Benih kg/ha 84,85
Pupuk Kandang kg/ha 66,00
Tenaga Kerja:
a. Tenaga Kerja Pria DK HKP/ha 42,00
b. Tenaga Kerja Wanita DK HKW/ha 15,00
c. Tenaga Kerja Pria LK HKP/ha 29,00
d. Tenaga Kerja Wanita LK HKW/ha 10,00
Modal Usahatani Rp/ha 8.162.267,15
Sewa Lahan Ha 1,00

Ouput
Produksi kg/ha 1.442,58

48
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

Lampiran 7. Harga dan Bujet Privat Usahatani Kedelai di Lokasi Penelitian, MK


2013
Input-Output Unit Harga Privat Bujet Privat Persentase
Input Tradabel
Pupuk :
a. Pupuk Kimia
- Urea Rp/kg 1.736,19 241.651,97 2,24
- SP-36 Rp/kg 2.300,00 94.358,97 0,87
- NPK Rp/kg 2.783,74 524.153,43 4,85
b. Pestisida Cair Rp/unit 212.817,66 212.817,66 1,97
c. Pestisida Padat Rp/unit 2.384,15 2.384,15 0,02
Total Biaya Input Tradabel 1.075.366,19 9,95
Faktor Domestik
Benih Rp/kg 7.032,52 596.742,42 5,52
Pupuk Kandang Rp/kg 500,00 33.001,03 0,31
Tenaga Kerja:
a. Tenaga Kerja Pria Rp/HKP 78.032,52 3.292.113,81 30,47
DK
b. Tenaga Kerja Rp/HKW 62.686,80 940.301,97 8,70
Wanita DK
c. Tenaga Kerja Pria Rp/HKP 78.032,52 2.251.505,41 20,84
LK
d. Tenaga Kerja Rp/HKW 62.686,80 626.867,98 5,80
Wanita LK
Modal Usahatani % 0,06 489.736,03 4,53
Sewa Lahan Rp/unit 1.500.000,00 1.500.000,00 13,88

Total Biaya Faktor Domestik 9.730.268,66 90,05


Ouput
Produksi Rp/kg 6.585,83 9.500.615,31 -

49
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

Lampiran 8. Harga dan bujet sosial usahatani kedelai di lokasi penelitian, MK 2013
Input-Output Unit Harga Sosial Bujet Sosial Persentase
Input Tradabel
Pupuk :
a. Pupuk Kimia
- Urea Rp/kg 4.744,29 660.334,30 5,55
- SP-36 Rp/kg 4.214,67 172.909,52 1,45
- NPK Rp/kg 6.764,08 1.273.616,59 10,71
b. Pestisida Cair Rp/unit 212.817,66 212.817,66 1,79
c. Pestisida Padat Rp/unit 2.384,15 2.384,15 0,02
Total Biaya Input Tradabel (Rp/ha) 2.322.062,22 19,53
Faktor Domestik
Benih Rp/kg 7.032,52 596.742,42 5,02
Pupuk Kandang Rp/kg 500,00 33.001,03 0,28
Tenaga Kerja:
a. Tenaga Kerja Rp/HKP 78.032,52 3.292.113,81 27,69
Pria DK
b. Tenaga Kerja Rp/HKW 62.686,80 940.301,97 7,91
Wanita DK
c. Tenaga Kerja Rp/HKP 78.032,52 2.251.505,41 18,94
Pria LK
d. Tenaga Kerja Rp/HKW 62.686,80 626.867,98 5,27
Wanita LK
Modal Usahatani % 0,04 489.736,03 2,75
Sewa Lahan Rp/unit 1.500.000,00 1.500.000,00 12,62

Total Biaya Faktor Domestik (Rp/ha) 9.567.023,32 80,47


Ouput
Produksi Rp/kg 7.471,40 10.778.112,59

Lampiran 9. Indikator Daya Saing Sistem Usahatani Kedelai Berdasarkan


Analisis Sensitivitas Perubahan Kebijakan Tunggal
Indikator Daya Saing
No. Skenario
PCR DRCR
1 Harga Kedelai Domestik Naik 13 persen 1,01 1,13
2 Harga Kedelai Domestik Naik 15 persen 0,99 1,13
3 Depresiasi Nilai Tukar Rupiah 20 persen 1,15 0,96
4 Depresiasi Nilai Tukar Rupiah 27 persen 1,15 0,91
5 Depresiasi Nilai Tukar Rupiah 39 persen 1,15 0,84
6 Tarif Impor Kedelai 5 persen 1,15 1,07
7 Suku Bunga Naik 10 persen 1,18 1,13
8 Harga Pupuk Naik 40 persen 1,22 1,25
9 Kondisi Aktual (tarif nol persen, kurs th,2013 ) 1,15 1,13

50
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah …

Lampiran 10. Indikator Daya Saing Sistem Usahatani Kedelai Berdasarkan


Analisis Sensitivitas Perubahan Kebijakan Gabungan
Indikator Daya Saing
No. Skenario
PCR DRCR
1 Harga Kedelai Domestik Naik 20 persen dan Tarif
0,94 0,93
Impor Kedelai 20 persen
2 Harga Kedelai Domestik Naik 10 persen dan Suku
1,06 1,18
Bunga Naik 10 persen
3 Tarif Impor Kedelai Nol persen, Harga Kedelai
Domestik Naik 10 persen, Suku Bunga Naik 10 1,04 1,13
persen dan Harga Pupuk Naik 20 persen
4 Kondisi Aktual (Tarif nol persen, kurs th,2013) 1,15 1,13

51
Syahrul Ganda Sukmaya, Dwi Rachmina, dan Saptana

52

You might also like