You are on page 1of 11

Sawerigading, Vol. 28, No.

2, Desember 2022:

SAWERIGADING

Volume 28 No. 2, Desember 2022 Halaman 119—129

PALI DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI SUKU DAYAK NGAJU DESA


MANTANGAI HULU KABUPATEN KAPUAS
(Pali in the Daily Activities of Dayak Ngaju Village of
Exgai Hulu Kapuas Regency)
Lastariaa & Lailatul Fithriyah Azzakiyahb
a,b
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Jalan RTA Milono Km 1.5, Palangka Raya 73111, Indonesia
Telp. 0536 3222184
Pos-el: lastaria1213@gmail.coma, fitriyah178@yahoo.comb
(Naskah Diterima Tanggal: 27 Oktober 2022; Direvisi Akhir Tanggal 21 November 2022;
Disetujui Tanggal; 22 November 2022)

Abstract
Dayak Ngaju tribe is a tribe rich in ancestral heritage, so it has a culture that is entirely adhered to by the
owner of the culture itself. However, the culture is only inherited from oral to oral; thus, the cultural writing
form of the Dayak Ngaju community is minimal. Pali or pamali is the oral tradition of Dayak Ngaju, which is
almost extinct due to the development of the times. However, if investigated further that behind the word “pali”
or abstinence, there are educational values contained in it. The method used in this study is an experimental
method used to explore various events related to activities or activities that are prohibited by the Dayak Ngaju
tribe. Data collection techniques use direct observation of the field and interviews with community leaders and
surrounding youth as comparison data. Some taboos are classified as Dayak Ngaju tribe prohibitions based
on the study’s findings, including: (1) pali relating to oneself and others, (2) pali adapting towards parents,
ethics, and one’s behaviour toward elders must respect each other, (3) pali relating to homework, and (4) pali
associating with supernatural beings.
Keywords: activity; Dayak Ngaju; pali; tribe

Abstrak
Suku Dayak Ngaju merupakan kesukuan yang kaya akan warisan leluhur sehingga memiliki kebudayaan yang
cukup dipatuhi oleh pemilik budaya itu sendiri. Namun, kebudayaan tersebut hanya diwariskan dari lisan ke
lisan sehingga bentuk karya tulis kebudayaan masyarakat Dayak Ngaju sangat minim. Pali atau pamali juga
masuk dalam tradisi lisan Dayak Ngaju yang hampir punah karena perkembangan zaman. Namun, jika diselidiki
lebih jauh bahwa dibalik kata pali atau pantang tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan yang terkandung di
dalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif yang digunakan untuk
mengeksplorasikan berbagai peristiwa terkait kegiatan atau aktivitas yang menjadi larangan suku Dayak
Ngaju. Adapun teknik pengumpulan data dengan cara observasi langsung ke lapangan sekaligus wawancara
dengan tokoh masyarakat dan remaja sekitarnya sebagai data pembanding. Berdasarkan hasil penelitian
terdapat beberapa pantang yang diklasifikasikan ke dalam larangan suku Dayak Ngaju, yaitu: (1) pali yang
berhubungan dengan diri sendiri dan orang lain; (2) pali yang berhubungan dengan adab terhadap orang tua,
berkaitan dengan etika dan tingkah laku seseorang terhadap orang yang lebih tua harus saling menghormati
sehingga kesialan pun akan dialami orang yang melanggarnya; (3) pali yang berhubungan dengan pekerjaan
rumah; dan (4) pali yang berhubungan dengan makhluk gaib.
Keywords: aktivitas; Dayak Ngaju; pali; suku

119
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: 119—129

PENDAHULUAN dikaitkan dengan mitos tetapi terlepas dari hal


Suku Dayak Ngaju merupakan tersebut bahwasanya tersimpan makna tersurat
sekelompok suku yang tinggal di Kalimantan yang tertuang di dalamnya dan tidak hanya
Tengah. Suku Dayak ini kaya akan kebudayaan semata-mata untuk menakut-nakuti seseorang.
yang diwariskan secara lisan oleh leluhur kepada Banyak masyarakat yang masih mempercayai
generasi penerusnya meskipun demikian tetapi dan meyakininya sehingga pali juga bagian
sangat dipatuhi oleh masyarakat sekitarnya. dari sistem religi yang tertuang dalam ketujuh
Hal ini menjadikan bentuk kebudayaan unsur kebudayaan tersebut. Di era modernisasi
masyarakat Dayak Ngaju kurang dikenal oleh tentunya tidak semua masyarakat percaya
masyarakat luas dan minim karya-karya hasil akan tahayul ataupun kemistisan, namun
budaya yang sudah dipublikasikan. Banyak pada kenyataannya dilingkup desa Mantangai
dari kebudayaan suku Dayak Ngaju yang sudah Hulu masih ada masyarakat yang memegang
punah salah satunya sastra lisan seperti pantun teguh kepercayaan leluhur. Berdasarkan data
yang sudah jarang lagi muncul dalam pentas profil penduduk (Mantangai et al., 2018)
seni. Selain itu, pali atau pantang juga masuk bahwa mayoritas kependudukannya banyak
dalam tradisi lisan Dayak Ngaju yang hampir yang beragama muslim dengan jumlah 1.246
punah mengingat adanya perkembangan zaman jiwa, Kristen 563 jiwa, Hindu 247 jiwa, dan
sehingga hanya sedikit dari generasi modern kepercayaan terhadap tuhan YME (Kaharingan)
yang paham tentang pali tersebut. Padahal pali 107 Jiwa. Hal ini tentunya menjadi suatu yang
tersebut merupakan produk dari hasil budaya menarik untuk dikaji guna mengungkapkan
itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat nilai-nilai yang terkandung dalam kepercayaan
(Widiastuti, 2015) bahwa “Pali bagian dari masyarakat terhadap pali.
hasil folklor sebagian lisan dalam bentuk Penelitian ini bertujuan untuk
kepercayaan masyarakat.” Jika, kita selidiki mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung
lebih jauh bahwasanya dibalik kata pali atau dalam kepercayaan masyarakat terhadap
pantang tersebut banyak sekali nilai-nilai pali. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
pendidikan yang terkandung di dalamnya. untuk mengungkapkan dampak-dampak yang
Kebudayaan pada dasarnya mungkin ditimbulkan akibat dari pelanggaran
diklasifikasikan menjadi tujuh unsur yang dapat larangan-larangan yang dianggap akan
ditemukan pada semua bahasa di dunia. Ketujuh memperoleh kesialan atau musibah bagi yang
unsur-unsur yang dapat kita sebut sebagai isi melanggarnya. Oleh karena itu, penelitian
pokok dari setiap kebudayaan di dunia itu, ini sangat mendesak untuk diteliti mengingat
yaitu (1) bahasa; (2) sistem pengetahuan; (3) banyaknya masyarakat yang justru dengan
organisasi sosial; (4) sistem peralatan; (5) sangat mudahnya menerima sesuatu hal yang
sistem mata pencaharian; (6) sistem religi; dan mistis atau gaib yang jelas-jelas keberadaan
(7) kesenian, C. Kluckhohn (Lastaria, 2019). atau kebenarannya susah untuk dibuktikan,
Berbicara tentang sistem pengetahuan tentunya dibandingkan sesuatu yang bersifat nalar.
berkaitan dengan cara masyarakat zaman dulu
untuk mendidik anak-anaknya yang dirasa lebih KERANGKA TEORI
efektif dengan cara menakut-nakuti melalui Sastra Lisan Dayak Ngaju, Folklor, dan Pali
pali atau pantang sehingga pali merupakan Masyarakat Dayak Ngaju kaya akan
bagian dari sistem kepercayaan masyarakat sastra-sastra yang dilisankan sehingga hanya
Dayak Ngaju. Hadirnya kata pali tentunya sedikit yang dipublikasikan dalam lingkup
bukan tanpa alasan. Kata pali juga sering masyarakat luas. Jenis-jenis sastra lisan

120
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: Lastaria, Pali dalam Aktivitas...

masyarakat Dayak Ngaju ada yang berupa yang dilarang).” Terkait dengan larangan maka
puisi, syair, pantun, karungut, mantra dan sudah seharusnya dipatuhi oleh masyarakat
lainnya. Sastra lisan kadang-kadang ada yang budaya agar tidak tertimpa sial atau naas. Hal
murni dan ada yang tidak murni. Sastra lisan ini sejalan dengan pendapat (Harpriyanti &
murni bersifat murni berupa dongeng, legenda, Komalasari, 2018) bahwa pamali dikatakan
cerita yang tersebar secara lisan di masyarakat. sebagai kepercayaan yang diwariskan secara
Sastra lisan yang tak murni, biasanya berbaur turun-temurun yang dianggap sakral sehingga
dengan tradisi lisan, yaitu pamali Endraswara, akan berdampak buruk jika dilanggar. Dalam
(Rafiek, 2012). lingkup masyarakat Dayak Ngaju bahwa pali
Masyarakat Dayak Ngaju mengenal dikatakan sebagai cara orang tua di masa lalu
kata pamali dengan istilah pali yang mana dalam menakut-nakuti anaknya. Kelaziman di
tergolong dalam salah satu dari folklor sastra masa dulu, hal-hal yang mistis sangat mudah
lisan yang diwariskan dari mulut ke mulut dipercaya ketimbang hal-hal yang tampak atau
dari generasi ke generasi. Suatu yang bersifat nyata meskipun belum tentu terjadi. Orang bijak
lisan dapat dikatakan sebagai sastra lisan. tentu punya pandangan lain ihwal pali ini. Di
Hal ini sejalan dengan pendapat Hutomo (R. dalam makna pali (pamali) sarat akan nilai-nilai
dan S. Effendi, 2007) menyatakan “Sastra budi pekerti, pemeliharaan lingkungan hidup,
lisan merupakan kesusastraan yang mencakup serta kesehatan jasmani dan rohani. Dengan
ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan mengikuti pali (pamali), seseorang diharapkan
yang disebarkan dan diturunkan secara lisan dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan
(dari mulut ke mulut).” Salah satu kebudayaan hidup. The word ‘pamali’ often associated
yang diwariskan dari mulut ke mulut selain with taboo words. According to Nurhantoro
cerita rakyat berupa legenda dan mite ada juga (Nurhantoro, 2014) ”taboo is believed to be
berupa pantangan atau yang dikenal dengan related to bad things. However, along with the
istilah pali sudah menjadi istilah yang tidak development of society, now people feel more
asing lagi untuk didengar bahkan diucapkan freely to express their expression and aspiration”
oleh masyarakat Dayak Ngaju. Kata pali sering and opinion, (Allan, 2018) say “aboo terms
kali disangkut-pautkan dengan hukum yang may be used tenderly and lyrically, or brutally,
berlaku di masyarakat sekitarnya. Hal-hal yang lasciviously, and offensively. Context is vitally
dipamalikan ini yang sering kita dengar dari important to the way in which a potentially taboo
orang tua kita, kakek atau nenek kita. word is interpreted”.
Dipungkiri atau tidak, istilah pamali ini Pali (pamali) tergolong dalam folklore.
sudah menyebar luas dari pedesaan sampai Istilah folklore secara etimologis berasal dari
perkotaan. Setiap daerah memiliki jenis pamali bahasa Inggris folklore, kata dasarnya folk dan lore
yang berbeda Sejalan dengan uraian di atas (Danandjaja, 2015). Folk adalah suatu kelompok
(Wirasapoetra, 2012) mengatakan “Pamali etnik yang memiliki ciri-ciri fisik dan kekhususan
adalah sebuah larangan atau yang disebut budaya. Budaya itu dipelihara dan diamalkan
hukum adat.” Dalam Kamus Bahasa Banjar turun-temurun sebagai norma kehidupan.
dikatakan bahwa pamali adalah sebuah dosa Dengan demikian kekhasan budaya itu menjadi
karena melanggar larangan (Hapip, 2008). jati diri (identity) etnik itu. Lore adalah tradisi
Selain itu, dapat kita lihat definisi pamali dalam budaya yang berkembang atau dikembangkan
KBBI daring (Badan Pengembangan Bahasa oleh folk. Tradisi yang dimaksud adalah semua
dan Perbukuan, 2016) bahwa “Pamali tersebut tradisi yang diwariskan turun-temurun secara
tergolong dalam kelas kata nomina (kata lisan. Folklor adalah bentuk kebudayaan
benda) yang artinya tabu, pantang, atau hal masyarakat tradisional yang meliputi: (a) folklor

121
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: 119—129

lisan (verba folklore), (b) folklor sebagian lisan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(partly verba folklore), dan (c) folklor bukan atau yang disebut dengan Kaharingan (Wilson,
lisan (nonverbal folklore). Folklor lisan adalah 2017). Agama Kaharingan merupakan agama
folklor yang murni diturunkan secara lisan. awal suku Dayak Ngaju. Hal ini didukung oleh
Danandjaya (R. Effendi, 2011) menyebutkan pendapat Darmadi, (Darmadi, 2017) bahwa
“Beberapa tradisi rakyat yang termasuk folklor “Agama asli suku Dayak yang di Kalimantan
lisan, yaitu bahasa rakyat (logat, julukan, adalah Kaharingan sebelum bangsa Indonesia
pangkat tradisional, titel kebangsawanan), mengenal agama Hindu dan agama Kaharingan
ungkapan tradisional (peribahasa, pepatah, dan dikelompokkan dalam agama Hindu.”
pemeo), pertanyaan tradisional seperti teka- Meskipun agama Kaharingan dikelompokkan
teki, puisi rakyat, (pantun, gurindam, syair), ke dalam agama Hindu tetapi sistem kebiasaan,
prosa rakyat (mite, legenda, dongeng), dan penamaan, ataupun keseniannya tetap tidak
nyanyian rakyat;” Folklor sebagian lisan adalah sama. Misalnya, dalam budaya suku Bali
folklor yang di samping dituturkan dengan dikenal istilah “ngaben” (pembakaran mayat)
lisan juga menggunakan alat bantu lain, seperti tetapi suku Dayak tidak melakukan pembakaran
gendang, dan bunyi-bunyian lain, atau juga mayat namun setelah mayat dikubur maka
benda-benda yang dianggap dapat memberikan tulang-belulang mayat tersebut akan di tiwah.
kekuatan. Salah satu folklor sebagian lisan dari Tiwah disebut juga dengan upacara pengantaran
Kalimantan Tengah berbentuk kalimat larangan roh menuju lewu tatau (surga) bersama Ranying
atau pantangan. Dalam bahasa Dayak kata Hatalla (Tuhan). Dikutip dari laman Kemenag
pantang tersebut dikenal dengan istilah pali RI, Badan Litbang dan Diklat (Ahmad, 2012)
dan dalam istilah Jawa dikenal dengan kata bahwa secara substansial agama Kaharingan
pamali; dan Folklor bukan lisan adalah folklor tidak sama dengan agama Hindu.
yang tidak dituturkan dengan bahasa lisan tetapi Masyarakat Dayak masih memegang
murni berupa konsep berpikir yang melahirkan teguh kepercayaan dinamismenya. Mereka
kebudayaan nonverbal, di antaranya ada yang percaya setiap tempat-tempat tertentu ada
berwujud benda, seperti rumah adat, gerakan- penguasanya, yang mereka sebut: Jubata,
gerakan tari, permainan rakyat, dan lain-lain. Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain,
untuk sebutan Tuhan yang tertinggi. Mereka
Suku Dayak Ngaju dan Kepercayaanya yang memiliki kepercayaan tersebut memisah
Kata Dayak berasal dari kata Daya yang diri semakin jauh ke pedalaman. Kemudian,
artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat mereka masih mempunyai penguasa lain di
yang tinggal di pedalaman atau bagian hulu bawah kekuasaan Tuhan tertingginya misalnya:
Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat Puyang Gana (Dayak Mualang) adalah
khususnya, (walaupun kini banyak masyarakat penguasa tanah, Raja Juata (penguasa Air),
Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten Kama Baba (penguasa Darat), Jobata, Apet
dan provinsi) yang mempunyai kemiripan adat Kuyang (Dayak Mali), dan lain-lain. Selain itu,
istiadat dan budaya dan masih memegang masyarakat Dayak Ngaju memiliki berbagai
teguh tradisinya. Hal ini sejalan dengan tatanan kehidupan atau kebiasaan adat istiadat
pendapat (Wirasapoetra, 2012) mengatakan yang dijalankan. Sesuatu yang berkaitan
“Suku Dayak Ngaju atau bangsa Dayak Ngaju dengan adat istiadat merupakan wujud ideal
(biadju) yang artinya hulu.” Suku Dayak dari kebudayaan yang dipegang teguh dalam
Ngaju juga memiliki agama yang beragam, kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah
seperti Islam, Kristen, Hindu, dan agama pali. Menurut masyarakat Dayak Ngaju pali atau
larangan memiliki nilai-nilai yang tinggi yang

122
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: Lastaria, Pali dalam Aktivitas...

terkandung di dalamnya. Hal itu merupakan Pali yang berhubungan dengan Diri Sendiri
sistem kebudayaan yang di dalamnya terdapat dan Orang Lain
sistem norma dan sistem hukum yang menjadi Pali musik apui awi tau belum nule
pedoman hidup masyarakatnya. Mereka (pantang bermain api) karena bisa menjadi
menganggap sistem budaya yang mereka miliki yatim/yatim piatu. Pantang ini ditujukan
mempunyai nilai tinggi, berharga, bermakna, kepada anak-anak yang suka bermain api baik
penting untuk dihayati, dan dijalankan dalam di siang hari maupun di malam hari. Hal ini
kehidupan. pada dasarnya digunakan untuk menakut-nakuti
seorang anak agar tidak bermain api. Seorang
METODE anak akan menjadi lebih takut dan menurut jika
Pendekatan yang digunakan dalam mendengar kata pamali atau pantang. Dampak
penelitian ini adalah kualitatif untuk dari pantang ini dikatakan akan menjadi
mendeskripsikan, Pali yang terkandung dalam anak yatim ataupun yatim piatu tentunya jika
aktivitas sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju. dikaitkan dengan perbuatan anak yang suka
Adapun metode yang digunakan adalah metode bermain api dapat mengakibatkan kebakaran
eksploratif. Metode ini memiliki fungsi untuk dan tidak menutup kemungkinan dari musibah
mengamati berbagai peristiwa yang berkaitan tersebut akan memakan korban. Pantangan ini
dengan kegiatan sehari-hari masyarakat sering digunakan untuk mendidik seorang anak
Dayak Ngaju desa Mantangai Hulu sekaligus agar menjadi anak yang penurut dan memiliki
untuk mengeksplorasikan hasil penelitian rasa kasih sayang terhadap kedua orang tuanya
kepada masyarakat sekitarnya. Penelitian ini ataupun keluarganya. Oleh karena itu, pantang
juga menggunakan metode deskriptif untuk ini dianggap salah satu cara yang ampuh untuk
mendeskripsikan bentuk pelaksanaan pali menghentikan seorang anak yang sedang asyik
atau pantang yang dilakukan oleh masyarakat bermain api. Meskipun masyarakat itu sendiri
sekitarnya yang berkaitan dengan aktivitas menyadari bahwa pantang ini tidak dapat
sehari-harinya. Teknik yang digunakan untuk diyakini kebenarannya. Tetapi masyarakat
memperoleh data, yaitu teknik observasi meyakini bahwa cara mendidik seperti ini
langsung dan wawancara. Data penelitian merupakan budaya yang diwariskan oleh nenek
adalah tindakan masyarakat terhadap pali, moyangnya karena pesan yang terkandung agar
sedangkan sumber data diperoleh dari tokoh seseorang lebih berhati-hati dalam bermain api.
setempat atau suku asli Dayak Ngaju yang Pali kuman bapindah-pindah awi tau
berusia minimal 40 tahun dan tidak pernah belum kapehe (pantang makan berpindah-
bertransmigrasi ke daerah lain dan remaja pindah) karena bisa mengakibatkan kegagalan
berusia minimal 15 tahun. atau kesusahan dalam menjalankan kehidupan.
Nilai yang terkandung dalam pantang ini sebagai
PEMBAHASAN nilai nasihat yang berfungsi untuk menyerukan
Masyarakat Dayak Ngaju tentunya kebaikan kepada semua orang agar disiplin
memiliki sistem pengetahuan yang diyakini dalam menjalani hidup. Pantang ini tentunya
oleh masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hasil dikaitkan dengan kebiasaan seseorang yang
penelitian terdapat beberapa pali atau pantang tidak memiliki pendirian tetap, suka berubah-
yang cenderung dipatuhi terkait dengan ubah sehingga akan mengakibatkan kesusahan
aktivitas sehari-hari masyarakat Dayak Ngaju. dalam hidupnya karena tidak memiliki tujuan
Berikut uraian tentang hasil penelitian hidup.

123
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: 119—129

Pali kuman mamangku piring awi tau Pali munduk kuman kalingen (pantang
mangku uluh bane (pantang makan memangku duduk sewaktu makan menghadap bayangan)
piring) karena bisa mengakibatkan suami atau istilah lainnya kuman kalingen (makan
istrinya berpindah ke pangkuan orang lain. bayangan). Masyarakat Dayak Ngaju meyakini
Patang ini memiliki makna yang sama dengan jika seseorang melanggar pantang ini dapat
pali kuman bapindah-pindah (pantang makan mengakibatkan pendek usia. Dibalik larangan
berpindah-pindah). Menurut kepercayaan ini tentunya mengandung nilai kesopanan agar
masyarakat Dayak Ngaju bahwa orang yang lebih bisa menghormati orang lain. Hadirnya
suka berpindah-pindah tepat duduk saat makan larangan ini untuk menanaman nilai kesopanan
adalah orang yang tidak memiliki pendirian agar pada saat makan selalu memperhatikan
sehingga akan mengalami kegagalan dalam orang-orang di sekitar kita dan memperhatikan
rumah tangganya karena tidak konsisten dengan posisi duduk yang baik dan benar. Posisi
apa yang diucap ataupun yang diperbuat. Oleh duduk yang tidak benar dapat mengganggu
karena itu, pantang ini dikaitkan dengan suami pencahayaan di sekitar sehingga pencahayaan
ataupun istrinya akan berpaling ke pangkuan tertutupi oleh bayangan seseorang, apalagi
orang lain jika terlalu sering dibuat jenuh karena jika duduk saling membelakangi tentunya
selalu berubah pendirian. Kejenuhan tersebutlah memiliki nilai kesopanan yang tidak baik.
yang kemungkinan besar akan mengakibatkan Meskipun larangan ini tidak memiliki kaitan
keretakan dalam rumah tangga sehingga memilih apa pun dengan usia seseorang tetapi pesan dari
berpisah dan mencari pasangan yang dianggap larangan tersebut tentunya bermakna positif.
memiliki kecocokan terkait pendirian seseorang.
Dalam pantang ini tentunya mengandung nilai Pali yang Berhubungan dengan Adab
nasihat agar seseorang memiliki pendirian yang Terhadap Orang Tua
kuat, teguh, dan berdikari. Pali maingkang pai uluh bakas awi tau
Pali bakodak amun ganjil (pantang baburut/batumbung (pantang melangkahi kaki
berpotret bertiga atau dengan jumlah ganjil). orang tua). Istilah lain dari kata baburut sama
Larangan ini tidak hanya berjumlah tiga orang artinya dengan hernia, sedangkan batumbung
tetapi yang bersifat ganjil seperti lima, tujuh, dapat diartikan prolaps. Masyarakat Dayak
dan sebagainya. Masyarakat Dayak Ngaju Ngaju meyakini jika seeorang yang suka
meyakini jika melakukan foto dengan jumlah melangkahi kaki orang yang lebih tua darinya
ganjil dapat mengakibatkan salah satu dari dapat mengakibatkan tulah. Tulah tersebut
mereka meninggal dunia lebih cepat. Meskipun tentunya dapat menimpa siapa saja baik laki-
masih banyak masyarakat Dayak Ngaju Desa laki maupun perempuan. Jika dia laki-laki maka
Mantangai Hulu yang mematuhi larangan tulah yang di dapat adalah penyakit hernia
ini tetapi tidak sedikit juga orang-orang sedangkan jika dia perempuan maka dapat
yang melanggarnya khususnya bagi generasi terkana prolaps (rahim menonjol keluar). Hal ini
muda. Menurut masyarakat Dayak Ngaju asal tentunya sangat dipatuhi oleh masyarakat Dayak
usul larangan ini hadir pada saat banyaknya Ngaju agar tidak mendapatkan tulah maka
pemuda-pemudi yang berfoto bersama tanpa harus jalan berhati-hati dan membungkukkan
memperhatikan jaraknya meskipun berbeda saat berjalan di depan orang yang lebih tua.
kaum (kaum laki-laki dan kaum perempuan). Menghormati orang yang lebih tua itu lah nilai
Oleh karena itu, larangan ini hadir bukan yang terkandung di dalam pamali ini.
tanpa alasan. Larangan ini digunakan untuk Pali munduk baun batunggang (pantang
menanamkan adap bergaul antara laki-laki dan duduk di depan pintu). Masyarakat Dayak Ngaju
perempuan harus ada jarak.

124
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: Lastaria, Pali dalam Aktivitas...

meyakini jika seseorang yang sudah bersuami sangat disukai nyamuk, kecoak, kuman dan
melanggar larangan ini dapat mengakibatkan jenis binatang lainnya. Hal ini tentunya dapat
dirinya ditendang mertua, sedangkan jika menyebabkan penghuni rumah mudah terserang
yang melanggar larangan itu anak muda dapat penyakit. Oleh karena itu, hadirnya pantang ini
mengakibatkan jodohnya menjauh. Hadirnya dikarenakan dari kebiasaan anak-anak yang
larangan duduk di depan pintu tentunya bukan suka berlomba-lomba mandi di sungai tanpa
tanpa alasan. Larangan ini digunakan untuk menyiapkan peralatan mandi atapun pakaian
menanamkan nilai belum bahadat (hidup ganti seperti handuk. Pantang ini tentunya
beradab) dilingkungan keluarga atau di dalam bertujuan untuk mendisiplinkan seseorang
rumah agar kiranya mencari tempat duduk yang agar selalu menyiapkan pakaian ganti saat
baik dan tidak menghalangi jalan. mandi serta terbiasa bertanggung jawab untuk
Pali manyirup balut hapa sendok lukap menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain.
awi tau napak empo bau (pantang menghirup Diya tau banyanyi sambil bamasak
sayur menggunakan centong nasi) karena (tidak boleh menyanyi selagi masak). Menurut
bisa ditampar mertua tepat di bibir. Larangan kepercayaannya dapat mengakibatkan
ini pada dasarnya bukan tanpa alasan. Hal ini jodohnya menjauh jika yang melanggar masih
berhubungan dengan adab atau etika seseorang melajang atau belum menikah, sedangkan bagi
saat makan hendaknya menghargai orang yang yang sudah menikah dapat mengakibatkan
lebih tua, jangan memberikan makanan bekas para suami membencinya. Pantang ini tidak
kepada seseorang. Apalagi jika diberikan kepada dapat di analogikan secara rasional tetapi dapat
orang yang lebih tua tentunya adab tersebut dihubungkan dengan sebab akibat kesialan
tidak dapat ditoleransi oleh kebudayaannya dan aktivitas yang dilakukan. Pantang ini
sehingga adab ini harus dipatuhi oleh tentunya memiliki hubungan jika dikaitkan
masyarakat sekitarnya agar tidak mengalami dengan kesialan dalam mendapatkan jodoh dan
sial seperti mendapatkan tamparan dari orang kesialan dalam menjalankan rumah tangga.
yang lebih tua meskipun pada dasarnya tidak Antara jodoh dan kegagalan dalam berumah
hanya patuh atau hormat terhadap mertua tetapi tangga tentu tidak memiliki kaitan sama sekali
pada seluruh orang tua ataupun sebaya bahwa tetapi ketika dikaitkan dengan kebiasaan atau
hendaknya tidak mencicipi makanan dengan keteledoran seseorang dalam bekerja karena
sendok sama dan sebaiknya diambil dengan keasyikan menyanyi yang artinya sampai
wadah yang terpisah. melupakan tugas utamanya tentunya tidak dapat
dikategorikan sebagai suami ataupun istri yang
Pali yang Berhubungan dengan Pekerjaan baik, dan calon suami ataupun calon istri yang
Rumah baik. Kata baik di sini tentunya berhubungan
Pali tame huma baju bisa (pantang dengan ketelatenan ataupun kepiawaian dalam
masuk rumah baju basah). Pada dasarnya mengurus rumah tangga. Dalam lingkungan
pantang ini bertujuan untuk menanamkan gaya masyarakat Dayak Ngaju bahwasanya sebaik-
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari agar baiknya seorang calon istri/suami dan seorang
senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan istri/suami adalah yang piawai dalam mengurus
rumah ataupun tubuh sendiri. Kebersihan rumah tangga. Adapun nilai yang terkandung
dalam hal ini dapat diartikan jika seseorang dalam pantang ini tentunya keuletan seseorang
masuk ke dalam rumah dengan mengenakan dalam mengurus rumah tangga adalah hal yang
pakaian basah hal ini dapat menyebabkan paling utama dalam membangun rumah tangga
lantai basah dan lembab. Tempat yang lembap yang baik.

125
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: 119—129

Pali metun tilam dimpah karatak Pali batukang hamalem awi tau tege
(pantang menggotong kasur malam hari) pahari je malihi (pantang bertukang di malam
karena bisa diikuti makhluk gaib sehingga hari) karena bisa mengakibatkan kerabat dekat
terbawa masuk ke dalam rumah. Masyarakat meninggal dunia. Pekerjaan tukang di sini
Dayak Ngaju masih meyakini terhadap sial dikaitkan dengan bangunan rumah atau bangunan
yang dialami seseorang jika menggotong lainnya yang dilakukan di malam hari. Jika dilihat
kasur ke luar rumah akan diikuti oleh makhluk dari pesan nasihat yang terkandung di dalamnya
gaib. Diyakini bahwa makhluk gaib tersebut tentunya pantang ini berkaitan dengan risiko yang
akan mengganggu penghuni rumah sehingga harus dihadapi seseorang jika bekerja di malam
mengakibatkan salah satu dari penghuni rumah hari. Pekerjaan pertukangan bukanlah tugas
ada yang meninggal dunia. Berpindahnya yang mudah melainkan memiliki risiko yang
kasur dari satu rumah ke rumah yang lainnya sangat besar sehingga dikaitkan dengan petaka
dianggap sebagai perbuatan untuk mendoakan yang akan terjadi bahkan bisa mengakibatkan
penghuni rumah agar lebih cepat meninggal meninggal dunia. Hal ini tentunya tidak menutup
dunia. Pada dasarnya pantang ini berkaitan kemungkinan musibah tersebut akan terjadi
dengan kebiasaan masyarakat saat satiar (pergi karena bekerja dengan kondisi yang gelap dapat
berusaha) di malam hari. Hal ini tentunya mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja. Oleh
sangat berbahaya sehingga dikaitkan dengan karena itu, seseorang harus memiliki sikap
kematian seseorang. Pantang ini mengandung kewaspadaan terhadap dirinya sendiri.
nilai kepedulian untuk menasihati seseorang
agar tidak bepergian di malam hari. Pali yang Berhubungan dengan Makluk
Pali mekei tilam andau Jumat awi tau Gaib
are lilih (pantang menjemur kasur di hari Pali manalaga danum penyau sampai
Jumat). Menurut masyarakat Dayak Ngaju hamalem (pantang mendiamkan air kobokan
yang beragama muslim. Hari Jumat merupakan semalaman). Menurut kepercayaannya, jika
hari yang agung dan istimewa bagi umat Islam mendiamkan air kobokan sampai semalaman
sekaligus hari yang naas jika beraktivitas di batas dapat mengakibatkan petaka yang menghampiri
kewajaran pada hari Jumat. Masyarakat Dayak penghuni rumah. Masyarakat Dayak Ngaju
Ngaju meyakini bahwa hari Jumat adalah hari mengenal istilah bahutai atau yang disebut
yang dianjurkan untuk memperbanyak amalan. dengan anjing jadi-jadian. Sejenis serigala
Salah satunya dengan salat berjamaah ke masjid, yang suka mengganggu manusia saat di alam
zikir, dan berbagi rezeki. Antara kasur dan hari tidurnya dan mengakibatkan wajah ataupun
Jumat memang tidak memiliki hubungan apa badan seseorang membiru. Bahkan dapat
pun tetapi berkaca dari keyakinannya bahwa mengakibatkan orang yang terkena serangan
Jumat adalah hari yang baik untuk beribadah dan tersebut seperti orang strok dan yang paling
berbagi maka hendaknya mengurangi aktivitas parahnya dapat mengakibatkan kematian.
rumah di hari Jumat salah satunya seperti Anjing tersebut dipercaya akan berkeliaran
menjemur kasur. Hal ini tentunya dikhawatirkan di malam hari dan menyatroni rumah yang
akan turun hujan dan mengakibatkan kasur membiarkan air bekas kobokan tetap utuh.
tersebut basah. Kasur yang basah jelas akan Selain itu, anjing tersebut dikatakan sangat
menjadi sarang kutu kasur karena lembap. Dalam menyukai air kobokan karena air kotoran
pantang ini tentunya mengajarkan seseorang tersebut merupakan salah satu jenis minuman
agar bisa membagi waktunya untuk bekerja yang disukai oleh makhluk halus. Pantang
dan beribadah khususnya di hari yang istimewa ini berkaitan dengan kebiasaan pemuda-
seperti hari Jumat.

126
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: Lastaria, Pali dalam Aktivitas...

pemudi yang terbiasa meninggalkan tempat kuning merupakan cuaca yang paling disukai
makan tanpa dibersihkan. Dalam pantang ini oleh makhluk gaib untuk berkeliaran karena di
tentunya mengajarkan seseorang untuk hidup saat itu matahari mulai tenggelam dan di saat itu
bersih. Salah satunya membersihkan tempat pula waktu yang disenangi oleh makhluk gaib.
makan setelah selesai makan dan membuang Larangan ini tentunya berkaitan dengan aktivitas
air pencuci tangan agar tidak tertendang keluar rumah di saat hujan dan di saat matahari
dan tumpah. Mengingat kurangnya cahaya mulai tenggelam. Dibalik makna pamali yang
penerangan di malam hari khususnya bagi terkandung dalam hujan panas tentunya juga
masyarakat yang rumahnya hanya diterangi mengantung pesan nasihat. Nasihat yang
menggunakan lentera sehingga mengakibatkan tertuang di balik makna pamali tersebut adalah
penglihatan pun menjadi buram. sebuah larangan untuk semua orang agar tidak
Pali mamapui lauk saluang hamalem melakukan aktivitas di luar rumah di saat hujan.
(pantang membakar ikan seluang malam hari). Selain dapat mengakibatkan seseorang sakit,
Menurut kepercayaannya, jika membakar ikan juga sangat membahayakan diri sendiri jika
saluang di malam hari dapat mengundang beraktivitas saat hujan. Contohnya pada larangan
kedatangan jin karena ikan saluang dipercaya mandi ke sungai saat hujan panas yang dipercaya
memiliki bau amis yang khas dan menyengat akan disambar buaya. Ketika ada seseorang yang
sehingga mudah tercium oleh makhluk halus. meninggal dunia dikarenakan tenggelam maka
Hal ini tentunya dipercaya dapat mengakibatkan kematian orang tersebut akan dikaitkan dengan
dampak buruk bagi penghuni rumah. Pantang hal yang gaib. Padahal, bisa jadi kematian
ini tidak hanya mitos yang dipercaya oleh tersebut dikarenakan ia terpeleset dan terjatuh
masyarakat Dayak Ngaju tetapi mengandung sehingga mengakibatkannya tenggelam ke
nilai nasihat bahwasanya “jika ingin membakar dalam air. Namun, masyarakat sekitarnya lebih
ikan sebaiknya dilakukan di siang hari karena mempercayai adanya unsur gaib dibalik petaka
bisa mengakibatkan bara api bekas pembakaran tersebut.
menyebar dan kemungkinan dapat membakar Pali busik bupau hamalem (pantang main
hutan.” Hal ini tentunya terkait dengan aktivitas petak umpat malam hari) nanti disembunyikan
masyarakat yang cenderung membakar ikan di hantu. Masyarakat Dayak Ngaju meyakini
atas tanah tanpa alas atau alat lainnya sehingga bahwa makhluk halus sangat menyukai
api mudah merambat melalui ranting-ranting permain petak umpat sehingga ketika seseorang
dan akar di bawah tanah. bermain petak umpat di malam hari maka
Pali mandui ujan mandang (pantang tidak jarang orang tersebut akan menghilang.
mandi pada saat hujan panas) nanti diganggu Orang yang menghilang tersebut dipercaya
makhluk gaib. Jika seseorang sedang berada di masyarakat sekitarnya dibawa makhluk gaib
darat saat hujan panas dipercaya dapat diganggu ke alamnya. Malam hari tentunya bukanlah
oleh jin, tetapi jika sedang berada di sungai waktu yang tepat untuk bermain karena malam
bisa disambar buaya. Pantang ini tidak hanya hari lebih baik digunakan untuk beristirahat.
dilarang keluar saat hujan panas tetapi saat hujan Oleh karena itu, hadirnya kata pali ini tentunya
gerimis juga dilarang, apalagi mandi di sungai mengandung nilai nasihat yang ditujukan untuk
saat hujan gerimis karena dipercaya banyak anak-anak agar beristirahat di malam hari.
siluman buaya yang berkeliaran di saat hujan. Selain itu, bermain di malam hari tentunya
Larangan lain yang terkait dengan buaya, yaitu tidaklah baik bagi kesehatan anak karena jika
pali mandui melai sungei amun andau mandang kondisi si anak mulai lelah maka akan sangat
bahenda pas sanja (pantang mandi di sungai mudah bagi si anak terjatuh saat bermain atau
ketika senja kuning) nanti disambar buaya. Senja mungkin terbentur akibat berlari-lari sambil

127
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: 119—129

bersembunyi. dimiliki seseorang atas keyakinannya kepada


Pali mahantak nyiru melai dinding sang pencipta.
huma (pantang memukul tampah di dinding
rumah). Pantang yang diyakini masyarakat PENUTUP
Dayak Ngaju pada pali ini berhubungan Kesukuan dan kebudayaan merupakan
dengan kebiasaan masyarakat Dayak Ngaju dua hal yang sangat melekat dalam diri
yang suka memukul tampah ke bagian rumah manusia. Setiap suku dan budaya tentunya
ketika selesai menggunakannya. Menurut memiliki aturan-aturan yang harus dipatuhi
kepercayaan masyarakat bahwasanya tampah dan dihindari. Pali merupakan salah satu aturan
merupakan benda yang dianggap memiliki yang digunakan untuk mengatur kehidupan
kekuatan mistis. Kemistisan tampah ini karena masyarakat sekitarnya khususnya masyarakat
sering digunakan untuk memanggil roh halus Dayak Ngaju agar tidak mengalami kesialan dan
dengan cara dipukul-pukul. Tampah juga naas. Bentuk pantang atau pamali antara suku
diyakini mampu membuka perisai yang katanya yang satu dan yang lainnya kemungkinan besar
ketika ada seorang anak yang disembunyikan sama. Namun, cara masyarakat meyakininya
di alam gaib maka dengan dipukulnya tampah tentu berbeda. Kepercayaan masyarakat
dapat menghancurkan perisai yang menutup terhadap pali ini tentunya sangat berpengaruh
mata batin seseorang untuk membuka perisai bagi perilaku masyarakat itu sendiri sehingga
pelindung seorang anak yang disembunyikan muncul keinginan untuk menaati pantangan
oleh makhluk gaib tersebut. tersebut. Bentuk larangan dalam aktivitas
Pali manyuling hamalem awi tau sehari-hari juga diklasifikasi menjadi beberapa
mantehau kambe (pantang bersiul di malam bagian, yaitu (1) pali yang berhubungan dengan
hari) karena bisa mendatangkan makhluk gaib. diri sendiri dan orang lain, bahwa naas atau
Menurut kepercayaan masyarakat Dayak Ngaju sial ketika melanggar larangan tersebut bisa
jika bersiul di malam hari bisa mengundang berdampak pada diri sendiri dan juga orang-
kedatangan makhluk gaib. Hal ini tentunya orang terdekat, seperti keluarga yang diyakini
diyakini dapat mengganggu si pelaku maupun akan mengalami sial jika melanggar larangan
orang-orang yang tinggal satu atap dengannya. tersebut, misalnya “pamali mandi di sungai
Pesan moral yang terkandung di dalamnya saat senja” naas yang diyakini dalam pamali
adalah sikap kepedulian terhadap sesama. ini dikaitkan dengan kemunculan makhluk
Pali batiruh mahikep awi tau upang gaib atau disebut dengan jata (buaya) yang
kambe (pantang tidur tengkurap) karena bisa dapat mengakibat orang tersebut dibawa ke
ditindih setan dan pali batiruh manutup lingkau alam Jata; (2) pali yang berhubungan dengan
(pantang tidur menutup dahi) karena bisa adat terhadap orang tua, berkaitan dengan
diganggu oleh hantu atau jin. Pantang pada etika dan tingkah laku seseorang terhadap
kedua kalimat tersebut memiliki makna yang orang yang lebih tua harus saling menghormati
sama terhadap larangan tidur tengkurap dan sehingga kesialan pun akan dialami orang yang
menutup dahi. Menurut keyakinan masyarakat melanggarnya; (3) pali yang berhubungan
Dayak Ngaju yang beragama muslim bahwa di dengan pekerjaan rumah, berkaitan dengan
dahi setiap orang tertulis lafaz Allah sehingga aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan
muncullah sebuah pantang sebagai larangan larangan perkerjaan rumah; dan (4) pali yang
untuk menutup dahi di saat sedang tidur. Lafaz berhubungan dengan makhluk gaib. Hadirnya
tersebut diyakini dapat menghalau makhluk larangan-larangan ini tentunya bukan tanpa
gaib yang mengganggu seseorang saat sedang dasar salah satunya digunakan untuk mendidik
tidur. Hal ini menunjukkan sikap religius yang

128
Sawerigading, Vol. 28, No. 2, Desember 2022: Lastaria, Pali dalam Aktivitas...

seseorang sehingga tidak semua yang menjadi Harpriyanti, H., & Komalasari, I. (2018).
larangan hanya bernilai tahayul tetapi ada juga Makna dan Nilai Pendidikan Pamali
yang bernilai pendidikan untuk mengajar etika dalam Masyarakat Banjar di Desa
atau adat terhadap orang yang lebih tua, adat Barikin Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
terhadap sesama manusia lainnya, dan adat Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan
dalam bekerja. Misalnya, larangan bekerja Pengajarannya, 3(2), 242–252. https://
sampai malam hari khususnya pekerjaan yang doi.org/10.33654/sti.v3i2.962
berat seperti buruh bangunan karena sebaik- James Danandjaja. (2015). Pendekatan
baiknya pekerjaan yang berat dilakukan di Folklor dalam Penelitian Bahan-Bahan
siang hari agar terhindar dari musibah. Tradisi Lisan” dalam Pudentia (editor).
Metodologi Kajian Tradisi Lisan: Edisi
DAFTAR PUSTAKA Revisi. Asosiasi Tradisi Lisan.
Ahmad, S. M. (2012). Dinamika Perkembangan Lastaria. (2019). Satra Lisan dan Nilai Budaya
Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia. Dayak Ngaju. In K-Media. K. Media.
Badan Litbang Diklat Kementrian Mantangai, K., Kapuas, K., & Tengah, P. K.
Agama RI. (2018). Desa Mantangai Tengah.
Allan, K. (2018). Getting a grip on context as Nurhantoro, T. S. (2014). The Use of Taboo in
a determinant of meaning. In Further Djenar Maesa Ayu’s Mereka bilang, saya
Advances in Pragmatics and Philosophy monyet! Volume 14, 156.
(pp. 177–201). Springer. Rafiek, M. (2012). Kajian Teori dan Praktik.
Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Rafika Aditama.
(2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Widiastuti, H. (2015). Pamali dalam
V Daring. Kementerian Pendidikan dan Kehidupan Masyarakat Kecamatan
Kebudayaan Republik Indonesia. Cigugur Kabupaten Kuningan (Kajian
Darmadi, H. (2017). Dayak Asal-Usul dan Semiotik dan Etnopedagogi). Lokabasa,
Penyebarannya di Bumi Borneo (1). 6 (1), 71–78. https://doi.org/10.17509/
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan jlb.v6i1.3149
Sosial, 3 (2), 322–340. Wilson, W. (2017). Dayak Ngaju dalam Pusaran
Effendi, R. (2011). Sastra Banjar: Teori Kehadiran Agama-agama. An1mage
dan Interpretasi. Banjarbaru: Scripta Jurnal Studi Kultural, 2(2), 117–121.
Cendikia. Wirasapoetra, K. (2012). Panduan Praktis
Effendi, R. dan S. (2007). Sastra Daerah. In Bagi Damang dan Mantir Kepala Adat.
Sastra Daerah. PBS FKIP. Kalimantan Tengah. Petak Danum
Hapip, A. D. (2008). Kamus Banjar-Indonesia. Kalimantan Tengah.
Grafika Wangi Kalimantan.

129

You might also like