You are on page 1of 6

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA INTERAKTIF BERBASIS HOTS

(HIGH ORDER THINKING SKILL) UNTUK MENINGKATKAN


KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA
POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

1)
Rizqi Wahyu Irma Wati, 2) Albertus Djoko Lesmono, 3) Sri Handono Budi Prastowo
Program Studi pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: rizqiwahyuirmawati@gmail.com

Abstract

This development research aims to produce physics interactive learning


materials in heat and thermo topic, insightful HOTS (High Order Thinking Skill) that
can enhance the literacy science ability of students. The background of this research
is the low literacy science ability of senior high school students/MA. The research
design used was Nieveen’s research design which consisted of three stages, namely
preliminary research, prototyping stage, and assessement stage. The instruments used
in this research were validation sheet and literacy science test. The results of expert
validation retrieved that physics interactive learning materials insightful HOTS valid
constructs and valid content. Based on development test results of the data analysis
concluded: (1) the validity of physics interactive learning materials, insightful HOTS
was at valid category with an average score of valid constructs was 4.17 and average
score of valid content was 4, (2) the effectiveness of physics interactive learning
materials in heat and thermo topic, insightful HOTS to improve students’ literacy
science skill showed that the average of N-Gain score was 0.59 which was in the
medium category, so the physics interactive learning materials in heat and thermo
topic, insightful HOTS was effective in improving literacy science skill.

Key Words: development, interactive learning materials, HOTS (High Order


Thinking Skill), literacy science

PENDAHULUAN 2013 selain sebagai bekal ilmu, fisika


dibelajarkan sebagai wahana untuk
Fisika merupakan salah satu dari memecahkan masalah dalam kehidupan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Mata sehari-hari, serta menumbuhkan
pelajaran IPA telah dipelajari sejak kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah.
pendidikan dasar (terpadu dengan pelajaran Permendikbud No. 59 Tahun 2014
lain). Berdasarkan PP Nomor 32 tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
kajian ilmu pengetahuan alam dimaksudkan Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada
untuk mengembangkan pengetahuan, lampiran 1 menyatakan bahwa kurikulum
pemahaman, dan kemampuan analisis 2013 yang disusun sekarang mengacu pada
peserta didik/siswa terhadap lingkungan adanya tantangan yang dihadapi dunia
alam dan sekitarnya. Kemampuan yang pendidikan baik dari internal maupun
diharapkan dari pembelajaran fisika adalah eksternal. Tantangan eksternal antara lain
peserta didik mampu memahami alam dan terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
dunia di sekitarnya. Berdasarkan kurikulum isu yang terkait dengan masalah lingkungan

202
203 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 3, September 2019, hal 202-207

hidup, kemajuan teknologi dan informasi, oleh Rizkita et al (2016) bahwa


kebangkitan industri kreatif, budaya, dan kemampuan awal literasi sains siswa SMA
perkembangan pendidikan di tingkat masih rendah. Selama ini pembelajaran
internasional. yang dilakukan guru menggunakan media
Sistem pendidikan yang disusun pembelajaran hanya berpusat pada
dalam kurikulum 2013 saat ini mendorong bagaimana siswa menghafalkan rumus
siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tanpa tahu menahu proses mendapatkannya.
tingkat tinggi (high order thinking skill) Kemampuan berpikir tingkat tinggi
bukan lagi berada pada kemampuan (HOTS) yang harus dimiliki siswa
berpikir rendah (low order thinking skill ). berhubungan erat dengan kemampuan
Ramos (2013) yang mengatakan bahwa literasi sains. Kemampuan berpikir tingkat
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (High tinggi merupakan suatu kemampuan
Order Thinking Skill) ditentukan dari berpikir yang tidak hanya membutuhkan
keluasan penggunaan pikiran dimana siswa kemampuan mengingat saja, namun
tidak lagi menghafal penyelesaian suatu membutuhkan kemampuan lain yang lebih
permasalahan yang ada tetapi sudah dapat tinggi, seperti kemampuan analisis, sintesis,
menempatkan kemampuan berpikirnya dan evaluasi. Keterampilan berpikir tingkat
pada tingkat kognitif yang lebih tinggi. tinggi muncul ketika seseorang menerima
Dalam taksonomi kognitif Bloom, informasi baru yang kemudian dikaitkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi berada antara informasi satu dengan yang lainnya.
pada ranah C5-C6, sedangkan ranah C1-C4 Ketersediaan modul pembelajaran
merupakan tingkat berpikir rendah. yang dapat menunjang pemahaman siswa
Hasil studi internasional OECD terhadap materi fisika sangatlah penting.
PISA 2015, siswa Indonesia dalam Berdasarkan penelitian oleh Hayati et all
kemampuan literasi sains memdapat skor (2015) berhasil mengembangkan media
409 poin di bawah skor rata-rata yang pembelajaran flipbook fisika yang dapat
ditetapkan oleh OECD sebesar 493 poin. meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Prestasi sains Indonesia menurun tiap Sementara Maturradiyah dan Rusilowati
tahunnya. (2015), “Buku ajar dapat meningkatkan
kemampuan literasi sains siswa. Muatan
Tabel 1. Prestasi Sains Indonesia menurut literasi sains yang harus ada pada buku ajar
PISA yaitu dalam kategori sains sebagai batang
tubuh pengetahuan, cara menyelidiki, cara
Peringkat Total Negara berpikir, dan interaksi sains, teknologi, dan
Tahun
Indonesia Peserta PISA masyarakat”. Penelitian yang dilakukan
2006 50 57 adalah buku ajar fisika SMA kelas XII di
kabupaten Pati. Hasil penelitian dari
2009 60 65 keseluruhan buku ajar yang dianalisis
2012 64 65 umumnya menekankan pada pengetahuan
sains. Bahan ajar interaktif hampir mirip
2015 62 70
dengan multimedia interaktif dimana
Sumber : PISA (2015) berbagai media konvensional seperti papan
Literasi sains adalah kemampuan teks, audio, dan video diintegrasikan ke
menggunakan pengetahuan sains, dalam satu jenis media interaktif. Husein et
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, all (2015) dalam penelitiannya mengatakan
menarik kesimpulan berdasarkan bukti- bahwa penggunaan multimedia interaktif
bukti untuk memahami dan membantu berpengaruh terhadap penguasaan konsep
membuat keputusan berkenaan tentang fisika yaitu suhu kalor pada siswa.
alam serta perubahan yang dilakukan Terdapat sejumlah bahan ajar
terhadap alam melalui aktivitas manusia interaktif yang dikembangkan pada materi
(OECD, 2003). Penelitian yang dilakukan
Wati, Pengembangan Modul Fisika...204

fisika suhu dan kalor. Beberapa ada yang Prototyping stage terdiri dari kegiatan
dikembangkan dengan tujuan menyusun perangkat pembelajaran yang
meningkatkan hasil belajar siswa maupun akan dikembangkan mulai dari analisis
kemampuan siswa yang lain. Meskipun pemilihan media, format modul, dan
demikian, beberapa penelitian tentang validasi tim ahli serta penilaian uji
pengembangan bahan ajar yang interaktif lapangan. Media yang digunakan yaitu
pada materi suhu dan kalor belum ada yang media komputer atau laptop. Asessement
menerapkan kerangka HOTS. Pendekatan stage terdiri dari kegiatan uji lapangan
HOTS yang dikembangkan selama ini untuk mengetahui tingkat keefektifan
hanya pada penyusunan soal-soal berbasis modul. Keefektifan bahan ajar ditinjau
HOTS. Soal-soal tersebut biasanya berdasarkan peningkatan kemampuan
dikembangkan dalam bentuk soal ujian literasi sains siswa. Keefektifan produk
nasional. diuji dengan menggunakan desain
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian one group pretest-postest design.
maka diperlukan bahan ajar yang dapat Instrumen yang digunakan dalam
membantu melengkapi dan penelitian ini adalah lembar validasi modul
menyempurnakan perangkat pembelajaran fisika interaktif dan pretest dan postest
guna mencapai kualitas pendidikan yang kemampuan literasi sains siswa.
lebih baik. Solusi konkret permasalahan Analisis validitas modul ditentukan
tersebut adalah dengan mengembangkan berdasarkan rata-rata skor total hasil
bahan ajar berupa modul interaktif berbasis validasi dengan mengacu pada kriteria
HOTS pada pokok bahasan suhu dan kalor. validitas yang terdapat pada Tabel 2.
berikut:
METODE
Tabel 2. Kategori Validitas
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan (development research) Kategori Interval
yang bertujuan menghasilkan produk Validitas
pengembangan berupa modul fisika Tidak valid 1 ≤ Va < 2
interaktif berbasis HOTS (High Order Kurang valid 2 ≤ Va < 3
Thinking Skill) untuk meningkatkan Cukup valid 3 ≤ Va < 4
kemampuan literasi sains siswa SMA.
Waktu uji pengembangan modul Valid 4 ≤ Va < 5
fisika interaktif dilaksanakan pada semester Sangat valid 5
genap tahun ajaran 2018/2019. Tempat uji Hobri (2010:52)
pengembangan modul fisika interaktif yaitu Analisis kemampuan literasi sains
di SMA Negeri Ambulu. Subjek penelitian siswa menggunakan uji N-Gain.
pengembangan ini adalah siswa kelas XI Perhitungan N-Gain didasarkan atas
Ipa SMA Negeri Ambulu. formula yang telah dikemukakan oleh Hake
Desain pengembangan bahan ajar (1998):
dalam penelitian ini adalah desain
pengembangan yang dikemukakan oleh Tabel 3. Kategori Skor Gain
Nieveen (2006) yang terbagi dalam Skor gain Kategori
beberapa tahap yaitu preliminary research, ternormalisasi
development or prototyping stage, dan 〈𝒈〉 ≥ 𝟎, 𝟕 Tinggi
asessement stage. Pada tahap preliminary
research dilakukan analisis permasalahan, 𝟎, 𝟕 > 〈𝒈〉 ≥ 𝟎, 𝟑 Sedang
studi literatur, dan analisis kebutuhan 〈𝒈〉 < 𝟎, 𝟑 Rendah
sehingga diperoleh solusi yang tepat untuk
mengatasi permasalahan yang ada. (Hake, 1998:4)
205 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 3, September 2019, hal 202-207

HASIL DAN PEMBAHASAN dapat -


VA3 digunakan
Berdasarkan hasil analisis nilai tanpa revisi
validitas modul fisika interaktif yang telah
divalidasi oleh dua dosen pendidikan fisika Data kualitatif menunjukkan modul fisika
FKIP Universitas Jember dan satu guru interaktif datap digunakan tanda adanya
fisika kelas XI SMAN Ambulu diketahui revisi.
bahwa modul yang dikembangkan Data peningkatan kemampuan
tergolong valid. Data ini merupakan literasi sains siswa diukur melalui pretest
validasi kuantitatif yang diperoleh dari nilai dan posttest menggunakan soal uraian
validasi tiap aspek. literasi sains. Berikut rata-rata N-Gain dari
pretest dan posttest.
No Aspek Rata- Valid Kate
rata itas gori
Tabel 6. rata-rata N-Gain literasi
Aspek sains siswa
VALIDITAS KONSTRUK
1 Format 4 Indikat Rera Rera N- Kategori
2 Ilustrasi 4,3 4,17 Valid or ta ta gai
3 Bahasa 4,3 Prete Postt n
VALIDITAS ISI st est
1 Unsur 4 Peningk
Kebarua atan
n kemamp
4 Valid uan 22,14 68 0,59 Sedang
2 Unsur 4
Kebutuh literasi
an sains
Tabel 4. Hasil kuantitatif validitas modul siswa
interaktif
Kemampuan literasi sains siswa yang
Hasil validasi ahli dapat dilihat pada Tabel diukur terdapat dua indikator yaitu
4 yang memperoleh nilai validitas sebesar indikator memahami metode penyelidikan
4,17 untuk aspek konstruk dan 4 untuk yang mengarah pada pengetahuan ilmiah
aspek isi dengan tingkat validitas valid. dan indikator mengorganisasikan,
menganalisis, dan menginterpretasi data
Tabel 5. Hasil kualititatif validitas modul kuantitatif dan informasi ilmiah. Kedua
interaktif indikator tersebut terbagi menjadi beberapa
aspek. Indikator pertama terdiri dari 4 aspek
Validator Penilaian Saran dan indikator dan indikator kedua terdiri dari 5
Ahli Secara Komentar aspek indikator. Ringkasan skor rata-rata
Umum kegiatan pretest dan posttest untuk setiap
dapat - indikator kemampuan literasi sains siswa
VA1 digunakan dapat dilihat pada Tabel berikut.
tanpa revisi
dapat sebaiknya
digunakan soal essay
tanpa revisi juga dapat
VA2 dilampirkan
atau
ditambahkan
dalam modul
Wati, Pengembangan Modul Fisika...206

Tabel 7. Rata-rata pretest dan posttest dalam meningkatkan kemampuan literasi


untuk tiap indikator sains siswa dan layak digunakan sebagai
Indikator Rata Rata N- Kateg modul pembelajaran pada pokok bahasan
pretest post Gai ori suhu dan kalor, dan (3) Kemampuan literasi
est n sains siswa setelah menggunakan modul
Memaham fisika interaktif berbasis HOTS mengalami
i metode peningkatan dilihat dari peningkatan nilai
penyelidik pretest dan posttest siswa.
an yang
2,63 8.03
0,7
Tinggi
Saran berdasarkan hasil
mengarah 3 pengembangan modul fisika interaktif
pada berbasis HOTS untuk meningkatkan
pengetahu kemampuan literasi sains siswa pada pokok
an ilmiah
bahasan suhu dan kalor yang telah
Mengorga dilakukan, yaitu: (1) penelitian
nisasikan,
pengembangan ini sebaiknya dilakukan ke
menganali
sis, dan
ruang lingkup yang lebih luas seperti di
menginter kelas lain atau di sekolah lain, dan (2)
0,4 Sedan penelitian menggunakan modul interaktif
pretasi 1,80 5,56
3 g berbasis HOTS (High Order Thingking
data
kuantitatif Skill) ini perlu adanya pembimbingan pada
dan awal sebelum pembelajaran, seperti
informasi panduan penggunaan dan cara
ilmiah pembelajaran menggunakan modul fisika
interaktif sebelum siswa belajar secara
Efektifitas modul fisika interaktif mandiri.
diperoleh dari data hasil belajar siswa
terhadap tes kemampuan siswa dalam DAFTAR PUSTAKA
mengerjakan soal yang diberikan di awal
dan di akhir pembelajaran. Keefektifan Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement
produk dinyatakan dengan cara vs. Traditional Methods: A
membandingkan hasil nilai pretest dan SixThousand-Student Survey of
posttest siswa berdasarkan besarnya N- Mechanics Test Data for
gain. Hasil N-gain sebesar 0,59 Introductory Physics Courses
menunjukkan kategori sedang sehingga Resume. Arlington: National Science
modul fisika interaktif dapat dinyatakan Foundation.
efektif dalam meningkatkan kemampuan Hayati, S., A. S. Budi, dan E. Handoko.
literasi sains siswa. 2015. Pengembangan Media
Pembelajaran Flipbook Fisika Untuk
SIMPULAN DAN SARAN Meningkatkan Hasil Belajar Peserta
Didik. Prosiding Seminar Nasional
Berdasarkan data yang diperoleh pada Fisika. 4. Oktober 2015. Universitas
hasil dan pembahasan pengembangan maka Negeri Jakarta: 49-54.
dapat disimpulkan yaitu: (1) Validitas Hobri. 2010. Metodologi Penelitian
modul fisika interaktif berbasis HOTS Pengembangan. Jember: Pena
untuk meningkatkan kemampuan literasi Salsabila.
sains siswa SMA pada pokok bahasan suhu Husein, S., L. Herayanti, dan Gunawan.
dan kalor dalam kategori valid bahasan 2015. Pengaruh Penggunaan
suhu dan kalor, (2) Modul fisika interaktif Multimedia Interaktif Terhadap
berbasis HOTS untuk meningkatkan Penguasaain Konsep dan
kemampuan literasi sains siswa SMA Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
dikatakan efektif pada kategori sedang
207 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 8 No. 3, September 2019, hal 202-207

Pada Materi Suhu dan Kalor. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Jurnal Pendidikan Fisika dan Nomor 32 Tahun 2013. Perubahan
Teknologi. 1 (3) : 221-225. atas Peraturan Pemerintah Nomor
Maturradiyah, N., dan A. Rusilowati. 2015. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Analisis Buku Ajar Fisika SMA Nasional Pendidikan. Tambahan
Kelas XII di Kabupaten Pati Lembaran Negara Republik
Berdasarkan Muatan Literasi Sains. Indonesia Tahun 2013 Nomor 5410.
Unnes Physics Education Journal. 4 Jakarta.
(1): 16-20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nieveen, N., McKenney, S., & Akker, J. V. Nomor 59 Tahun 2014. Kurikulum
2006. Educational design research: 2013 Sekolah Menengah
the value of variety. In: Van den Atas/Madrasah Aliyah. Berita
Akker, J., Gravemeijer, K, Negara Republik Indonesia Tahun
McKenney, S. & Nieveen, N. (Eds). 2014 Nomor 955. Jakarta.
Educational design research. Ramos, J. (2013). Higher Order Thinking
London: Routledge. Skills and Academic Performance in
OECD. 2003. PISA 2003 Assessment Physics of College Students: A
Framework – Mathematics, Reading, Regression Analysis. International
Science and Problem Solving Journal of Innovative
Knowledge and Skills. Paris: OECD. Interdisciplinary Research Issue. 4:
OECD. 2016. PISA 2015 Results (Volume 48-60.
I): Excellence and Equity in Rizkita, L., S. Hadi, dan H. Susilo. 2016.
Education. Paris : OECD. Analisis Kemampuan Awal Literasi
Sains Siswa SMA Kota Malang.
Prosiding Seminar Nasional II. 26
Maret 2016. Universitas Negri
Malang: 771-781.

You might also like