You are on page 1of 9

MAKALAH

SILA PERTAMA PANCASILA


“KETUHANAN YANG MAHA ESA”

DISUSUN OLEH :

1. KHILAL ANTARA MISBAHUDDIN


2. ATHIRA ADELIA ISWANDI
3. NURHALISA
4. ZASKIA NURFITRI A
5. RAFFI RISQULLAH
6. AHSYAN MAHA PUTRA

KELAS VIII.9

MTS NEGERI II KOTA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
1. Sejarah Sila Pertama Pancasila .....................................................................3
2. Makna Sila Pertama Pancasila ......................................................................4
3. Butir-butir Pengalaman Pancasila Sila Pertama ............................................4
4. Penerapan Sila Pertama Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari.................5
BAB III KESIMPULAN ..........................................................................................7

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia.
Sehingga tidak heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai
sesuatu yang sakral yang harus dihafalkan dan mematuhi apa yang diatur di
dalamnya.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu
bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila
terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan
sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku,
agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit
jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarata/Perwakila, dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang dimana tercantum pada
paragraph ke 4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Sila pertama Pancasila yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang
menciptakan alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptaannya yang
berkaitan dengan sila ini ialah manusia. sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan
tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada
warga negara dan penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianutnya. Oleh karena itu, di dalam Bangsa
Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kita seharusnya menghindari sikap atau perbuatan yang anti terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, anti agama.

1
Untuk itulah sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib mengkaji,
memahami dan menerapkan sila pertama Pancasila. Diharapkan melalui
pembahasan sila pertama Pancasila ini akan terwujud generasi-generasi penerus
bangsa Indonesia yang menjunjung nilai-nilai Ketuhanan dan berbudi luhur.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana sejarah sila pertama Pancasila?
2. Apakah makna sila pertama Pancasila?
3. Apa sajakah butir-butir pengalaman sila pertama Pancasila?
4. Bagaimana penerapan sila pertama Pancasila dalam kehidupan sehari-hari?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Sila Pertama Pancasila


Gagasan dasar negara tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945
yang sila pertamanya berbunyi : Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Piagam Jakarta pada tanggal 22 Juni 1945 ini telah ditandatangani oleh
BPUPKI yang dipimpin oleh Soekarno. Pada saat itu sila “Ketuhanan, dengan
kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” tidak dianggap
sebagai diskriminasi oleh karena hanya mengikat bagi pemeluk agama islam.
Bahkan anggota BPUPKI yang beragama Kristen yaitu A. A. Maramis tidak
berkeberatan dengan sila tersebut. Namun yang dipikirkan oleh anggota BPUPKI
tersebut tidak sama dengan yang dipikirkan oleh kalangan masyarakat yang
beragama islam.
Bung Hatta merevisi bunyi sila pertama, beliau membuka diri terhadap
berbagai kemungkinan makna yang muncul dan berbagai kemungkinan akibat
yang muncul dikemudian hari dari sila pertama ini. Bung Hatta menyatakan
bahwa kalau Indonesia tidak bisa bersatu, maka bisa dipastikan daerah-daerah di
luar Jawa dan Sumatera (tempat domisili penduduk non-muslim) akan kembali
dikuasai oleh Belanda.
Bung Hatta tidak memerlukan waktu yang lama untuk memahami
kekhawatiran dari kelompok-kelompok minoritas tersebut. Ia memutuskan untuk
membahas masalah tersebut pada sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Sebelum sidang dimulai, Bung Hatta mengadakan pertemuan pendahuluan dengan
5 anggota PPKI lainnya yaitu Ki Bagus Hadikoesoemo, dan Mr. Teuku Hasan.
Pertemuan itu menyepakati untuk mengganti kalimat “Ketuhanan, dengan
kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan
kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Rapat pendahuluan atas inisiatif Bung Hatta itu menyetujui bahwa
peraturan dalam kerangka syariat islam, yang hanya mengenai orang islam, dapat

3
diajukan sebagai rancangan undang-undang ke DPR, yang jika diterima oleh DPR
maka mengikat umat islam Indonesia. Rapat ini juga menyepakati bahwa hukum
nasional berlaku untuk semua warga negara.

2. Makna Sila Pertama Pancasila


Dengan sila ketuhanan yang maha esa bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya
manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar Kemanusiaan.
Adapun makna yang terkandung dalam sila pertama yaitu :
a) Pengakuan, kepercayaan dan keyakinan. Pengakuan dari seluruh bangsa
Indonesia tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam
semesta dan segala yang ada di dalamnya.
b) Taat dalam beragama. Pengakuan serta kebebasan dalam beragama. Setiap
warga negara secara individu maupun masyarakat berhak memeluk agama
yang dikehendakinya dan kemudian mengamalkan ajaran agama yang ia
yakini dan telah ditetapkan dalam hukum agama dan UUD.
c) Tidak ada paksaan dalam beragama. Setiap individu tidak boleh memaksa
kelompk ataupun perorangan untuk ikut masuk ke agama yang dianutnya.
Itulah mengapa semuanya tergantung dari keyakinan atau kepercayaan
yang dianut oleh masyarakat serta dilegalitaskan dalam segi hukum
negara.
d) Saling menghormati dan menghargai. Menciptakan atau membangun pola
hidup saling menghargai dan menghormati antarumat beragama dan
menjauhi sikap ketidak adilan atau membeda-bedakan (diskriminatif) pada
ajaran agama lain, meski bertentangan dengan keyakinannya.

3. Butir-butir Pengalaman Pancasila Sila Pertama


Ada beberapa butir-butir yang terkandung dalam Sila Pertama Pancasila,
yaitu sebagai berikut :

a) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaannya terhadap


Tuhan Yang Maha Esa

4
b) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab
c) mengembangkan sikap saling menghormati dan bekerja sama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
d) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragma dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa
f) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
g) Tidak memaksankan suatu agma dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.

Manusia selain merupakan makhluk cipataan Tuhan, juga merupakan


makhluk sosial yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan atau
bersosialisasi dengan manusia lainnya.
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-
masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma
agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda,
maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap saling
menghormati sesama pemeluk agama lain. Sikap toleransi yang dimaksud adalah
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing
dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain, tetapi bukan berarti
ajaran agama yang satu bercampur dengan ajaran agama lainnya.

4. Penerapan Sila Pertama Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Ada beberapa penerapan sila pertama Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari diantaranya sebagai berikut :
a) Meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa

5
b) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing
c) Menghormati agama orang lain
d) Hidup dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
e) Menghormati kebebasan orang menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya
f) Menghormati kebebasan orang merayakan hari besar keagamaan sesuai
keyakin dan kepercayaannya
g) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
h) Tidak mengganggu teman yang sedang beribadah
i) Mempersilahkan teman yang hendak beribadah saat belajar atau bermain
bersama
j) Menaati perintah Tuhan Yang Maha Esa
k) Tidak membeda-bedakan agama
l) Berbuat baik dan mulia kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan

6
BAB III
KESIMPULAN

Rumusan dasar negara ini merupakan penyempurnaan atas rumusan dasar negara
hasil Panitia Sembilan yang diterima bulat oleh BPUPKI yaitu mengenai sila
pertama yang semula berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembalikan sikap saling
menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup dan
antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu atau makhluk
sosial. Pancasila sebagai pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup, dan
petunjuk hidup sehingga pandangan hidup Pancasila dapat dipergunakan sebagai
petunjuk kehidup sehari-hari.

You might also like