You are on page 1of 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA HUKUM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Bahasa Indonesia Hukum

Dosen Pengajar
Fitri Rubiyanti, SH., MH.

Disusun Oleh :
ARIEL FATTAH ERAWAN (227421003)
JONES JUNIOR TAMELAN (227421007)
MUH. ALWI ILYAS (227421010)

PROGRAM STUDI :
S1 ILMU HUKUM SEMESTER II
TAHUN AKADEMIK
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah dengan
judul Pentingnya Etika Berpikir dan Berbahasa Bagi Seorang Ahli
Hukum Dalam Mengambil Keputusan ini disusun sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan tugas kelompok Mata Kuliah Bahasa
Indonesia Hukum
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi
maupun tata bahasa. Namun, kami tetap berharap agar makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
penulisan makalah ini sangat saya harapkan dengan harapan sebagai
masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, Mei 2023

Penulis

2
Daftar Isi

I.I Latar belakang............................................................................................... 4


I.II Rumusan Masalah........................................................................................5
I.III Pembahasan :.............................................................................................. 5
II.I Etika............................................................................................................. 6
1. Pengertian Etika............................................................................................. 6
2. Pengertian Etika Menurut Para Ahli.............................................................. 7
3. Ciri atau Karakteristik Etika.......................................................................... 9
II.II Pentingnya Etika Bagi Seorang Ahli Hukum........................................... 10
II.III Pelanggaran etika hukum dan berbahasa bagi seorang ahli hukum....... 11
III.I Kesimpulan dan Saran.............................................................................. 12
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................. 13

3
Bab I
PENDAHULUAN

I.I Latar belakang


Indonesia sebagai negara yang meletakkan hukum sebagai kekuatan
tertinggi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 telah
memberikan jaminan bagi seluruh warga negaranya untuk mendapatkan
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan pada
kebenaran dan keadilan. Hukum mengatur segala hubungan antar
individu atau perorangan dan individu dengan kelompok atau masyarakat
maupun individu dengan pemerintah, hukum merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat manusia sehingga di
dalam masyarakat selalu ada sistem hukum, ada masyarakat ada norma
hukum. Jaminan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum tersebut
tentunya membutuhkan upaya konkrit agar terselenggara dengan seksama
sebagai bentuk pertanggungjawaban negara bagi kemakmuran dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Hukum berupaya menjaga dan
mengatur keseimbangan antara kepentingan atau hasrat individu yang
egoistis dan kepentingan bersama agar tidak terjadi konflik. Oleh karena
itu, secara hakiki hukum haruslah pasti dan adil sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.

4
I.II Rumusan Masalah
1. Mengapa etika berpikir dan berbahasa begitu penting bagi seorang ahli
hukum
2. Mengapa sering terjadi pelanggaran etika hukum dan berbahasa bagi
seorang ahli hukum

I.III Pembahasan :
1. a. Etika lahir dari buah pemikiran manusia sebagai landasan
moral manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Etika berpikir dan berbahasa yang baik bagi seorang ahli
hukum dapat mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan
untuk masyarakat.
2. a. Etika berpikir dan berbahasa patut ditaati dan ditegakan oleh
setiap profesi termasuk seorang ahli hukum.
b.

5
Bab II
PEMBAHASAN

II.I Etika

1. Pengertian Etika
Secara bahasa kata ‘etika’ lahir dari bahasa Yunani ethos yang artinya
tampak dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini yang menjadi perspektif objeknya
adalah perbuatan, sikap, atau tindakan manusia. Pengertian etika secara khusus
adalah ilmu tentang sikap dan kesusilaan suatu individu dalam lingkungan
pergaulannya yang kental akan aturan dan prinsip terkait tingkah laku yang
dianggap benar.Sedangkan pengertian etika secara umum adalah aturan, norma,
kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu
individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku. Penerapan norma ini
sangat erat kaitannya dengan sifat baik dan buruknya individu di dalam
bermasyarakat.Dengan begitu, Etika adalah ilmu yang mempelajari baik dan
buruknya serta kewajiban, hak, dan tanggung jawab, baik itu secara sosial
maupun moral, pada setiap individu di dalam kehidupan bermasyarakatnya. Atau
bisa dikatakan juga bahwa etika mencakup nilai yang berhubungan dengan akhlak
individu terkait benar dan salahnya. Adapun banyak jenis etika yang dapat kita
jumpai di lingkungan sekitar, misalnya, etika berteman, etika profesi atau kerja,
etika dalam rumah tangga, etika dalam melakukan bisnis, dan semacamnya. Etika
tentunya harus dimiliki oleh setiap individu dan sangat dibutuhkan dalam
bersosialisasi yang mana hal itu menjadi jembatan agar terciptanya suatu kondisi
yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh, etika yang sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan sekitar, yakni mengucap salam saat
bertamu ke rumah orang, baik itu saudara, kerabat, maupun teman. Kemudian,
meminta maaf setelah kita berbuat kesalahan, dan mengucapkan terima kasih saat
seseorang telah menolong atau membantu kita.

6
2. Pengertian Etika Menurut Para Ahli

1. Aristoteles

Aristoteles merupakan seorang filsuf asal Yunani dan murid dari Plato
berpendapat dengan membagi etika menjadi 2 pengertian, yakni Terminius
Technicus dan Manner and Cutom.

Terminius Technicus merupakan etika sebagai ilmu pengetahuan yang


mempelajari problema tingkah laku atau perbuatan individu (manusia),
sedangkan Manner and Cutom merupakan pengkajian etika berkaitan
dengan tata cara dan adat yang melekat dalam diri individu, serta terkait
dengan baik dan buruknya tingkah laku, perbuatan, ataupun perilaku
individu tersebut.

2. W. J. S. Poerwadarminta

Wilfridus. J. S Poerwadarminta merupakan salah satu tokoh sastra


Indonesia, mengemukakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuan terkait
perbuatan dan perilaku manusia dilihat dari sisi baik dan sisi buruknya
yang ditentukan oleh manusia pula.

3. Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja

Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja merupakan salah satu tokoh


pendidikan di Indonesia, memberikan definisi bahwa etika adalah suatu
ilmu yang memberikan arahan, acuan, dan juga pijakan pada suatu
perilaku atau perbuatan manusia.

4. Louis O. Kattsoff

Kattsoff memberikan pandangan bahwa etika pada hakikatnya lebih


cenderung berkaitan dengan asas-asas pembenaran dalam relasi tingkah
laku antarmanusia.

7
5. H. A Mustafa

H. A. Mustafa mengemukakan pengertian etika adalah ilmu yang


menelaah suatu tingkah laku atau perbuatan manusia dari segi baik dan
buruknya dengan memperhatikan perilaku manusia tersebut sejauh yang
diketahui oleh akal pikiran manusia.

6. K. Bertens

Menurut K. Bertens, pengertian etika, yakni:

○ Etika adalah nilai moral dan norma yang menjadi pedoman, baik bagi
suatu individu maupun suatu kelompok, dalam mengatur tindakan atau
perilaku. Dengan kata lain, pengertian ini disebut juga sebagai sistem nilai
di dalam hidup manusia, baik perorangan maupun bermasyarakat.
○ Etika berarti ilmu mengenai baik dan buruknya manusia (moral).
○ Kemudian, etika juga diartikan sebagai kumpulan nilai moral dan asas
(kode etik).

7. Prof. Robert Salemon

Menurutnya, etika adalah karakter atau kepribadian suatu individu atau


hukum sosial yang mengendalikan, mengatur, juga membahas terkait
perilaku individu.

8. Sumaryono

Sumaryono mendefinisikan etika sebagai studi yang membahas mengenai


suatu kebenaran dari tindakan atau perilaku manusia atas kodrat atau fitrah
yang memang sudah melekat pada diri manusia itu.

8
3. Ciri atau Karakteristik Etika
● Etika Bersifat Mutlak atau Absolut

Etika mempunyai sifat mutlak atau absolut berarti sebuah etika


berlaku untuk siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Etika
sebagai prinsip yang tidak dapat dinegosiasikan dan tidak pula
tergantung dengan dasar moral yang berubah-ubah. Sebagai
contoh, membunuh dan merampas hak atau milik orang lain
merupakan perbuatan dan tindakan yang tidak bermoral apapun itu
alasannya.

● Etika Tetap Berlaku Meskipun Tanpa Disaksikan oleh Orang Lain

Umumnya, etika tetap berlaku meskipun tidak disaksikan oleh


siapapun. Hal itu karena etika berkaitan dengan hati nurani dan
prinsip hidup manusia yang baik. Sebagai contoh, apabila ada
individu yang mencuri meskipun tak diketahui oleh orang lain,
tetap saja itu itu merupakan suatu tindakan yang telah melanggar
etika dan norma yang berlaku. Sehingga bagaimanapun juga moral
dari individu tersebut akan buruk, meski tidak dijerat oleh aparat
penegak hukum sekalipun.

● Etika Berhubungan dengan Cara Pandang Batin Manusia

Etika, yakni cara perspektif batin yang berhubungan dengan baik


dan buruknya suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia atau
individu.

Pada hakikat, setiap manusia tentu diajarkan berbagai hal yang


boleh dan tidak boleh dilakukan. Maka lambat laun manusia akan
mengetahui perkara yang baik dan buruk sehingga akan terbentuk
dan tertanam di hatinya. Hal ini tentunya akan memunculkan
perdebatan dalam diri manusia apabila ingin melakukan perbuatan
yang buruk atau jahat.

9
● Etika Berhubungan dengan Perbuatan, Perilaku, dan Tingkah Laku
Manusia

Etika sangat erat kaitannya dengan perilaku, perbuatan, dan tingkah laku
suatu individu. Dengan begitu, umumnya, etika akan terbentuk secara
alami akibat adanya perilaku, perbuatan, dan tingkah laku dari individu
tersebut. Perilaku dan perbuatan yang buruk dianggap sebagai etika yang
buruk, sedangkan perilaku dan perbuatan yang baik maka dianggap
sebagai etika yang baik pula. Intinya, bagaimanapun juga etika sangat
amat berkaitan dengan perilaku dan perbuatan yang dilakukan oleh
individu itu sendiri.

II.II Pentingnya Etika Bagi Seorang Ahli Hukum

Etika merupakan suatu hal yang penting bagi seorang ahli hukum. Etika adalah sebagai sikap
hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan profesional di bidang hukum
terhadap masyarakat dengan keterlibatan penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
melaksanakan tugas yang berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
hukum disertai refleksi seksama, dan oleh karena itulah di dalam melaksanakan profesi terdapat
kaidah-kaidah pokok berupa etika profesi. Etika profesi sendiri merupakan suatu ilmu mengenai
hak dan kewajiban yang dilandasi dengan pendidikan keahlian tertentu. Dasar ini merupakan hal
yang diperlukan dalam beretika profesi.Sehingga tidak terjadi penyimpangan - penyimpangan
yang menyebabkan ketidaksesuaian.

Profesionalisme sangat penting dalam suatu pekerjaan, bukan hanya loyalitas tetapi etika profesi
lah yang sangat penting. Etika sangat penting dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga bila
suatu profesi tanpa etika akan terjadi penyimpangan - penyimpangan yang mengakibatkan
terjadinya ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang lain akan mengakibatkan
kehilangan kepercayaan yang berdampak sangat buruk, karena kepercayaan merupakan suatu
dasar atau landasan yang dipakai dalam suatu pekerjaan. Kode etik profesi berfungsi sebagai

10
pelindung dan pengembangan profesi.Dengan adanya kode etik profesi, masih banyak kita temui
pelanggaran pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi.

II.III Pelanggaran Etika Hukum dan Berbahasa Bagi Seorang Ahli Hukum.

Kita sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat akan
selalu bertumpu pada norma-norma hukum yang ada pada lingkungan bermasyarakat. Jika
manusia tidak berpijak pada norma yang ada maka akan adanya sosialisasi bermasyarakat yang
bias. Sebab tidak menutup kemungkinan manusia memiliki perilaku menyimpang dari norma
yang ada, yang disebabkan karena terpengaruh oleh hawa nafsu yang tidak terkendali. Hal yang
sama juga akan berlaku bagi yang namanya profesi, khususnya bagi pengemban profesi hukum.
Berjalan tidaknya penegakan hukum dalam suatu masyarakat tergantung pada baik buruknya
profesionalisme hukum yang menjalani profesinya tersebut.

Pengemban profesi hukum yang profesional yaitu yang mempunyai kemampuan ilmu yang
memadai, dan mempunyai integritas moral. Pelanggaran kode etik profesi hukum akibat
kurangnya profesionalitas para pengemban profesi hukum merupakan salah satu kendala yang
cukup serius bagi profesi hukum. Dimana seorang profesional hukum harus memiliki
pengetahuan bidang hukum yang handal sebagai penentu kualitas pelayanan hukum secara
profesional kepada masyarakat. Terkait dengan profesionalitas pengemban profesi hukum dapat
dilihat juga dari tingkatan penguasaannya terhadap ilmu hukum, keterampilan dan kepribadian
para pengemban profesi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dalam bekerja. Seorang
pengemban hukum yang profesional tidak akan mendiamkan tindakan tidak etis rekan seprofesi.

11
BAB III

PENUTUP

III.I Kesimpulan dan Saran

Etika merupakan nilai yang sejatinya telah melekat pada diri individu dan sangat
dibutuhkan dalam bersosialisasi. Hal itu karena etika akan menjadi jembatan agar terciptanya
suatu kondisi yang diinginkan di dalam kehidupan bermasyarakat. Begitu pula dengan seorang
ahli hukum. Seorang ahli hukum harus menjaga dan menegakan etika agar dalam bersikap dan
mengambil tindakan tidak melanggar norma-norma yang sudah ada maupun yang telah
disepakati sebagai kode etik.

12
Daftar Pustaka

Nandy. 2022. Pengertian Etika: Macam-Macam Etika dan Manfaat Etika. Diakses pada tanggal
15 Mei 2023 dari https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian-etika/

Dr. Serlika Aprita, S.H., M.H. ETIKA PROFESI HUKUM. Diakses pada tanggal 15 Mei 2023
dari http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/10856/1/Etika%20Profesi%20Hukum.pdf

Sindy Octaviani. 2022. Pelanggaran Kode Etik Profesi Hukum Akibat dari Kurangnya
Profesionalitas Pengemban Profesi Hukum. Diakses dari
https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/sindyoctavian
i8127/635689a508a8b514fd21a9a2/pelanggaran-kode-etik-profesi-hukum-akibat-dari-kurangnya
-profesionalitas-pengemban-profesi-hukum?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQIUAK
wASCAAgM%3D#amp_ct=1684232901681&amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16842328027
351&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.kompa
siana.com%2Fsindyoctaviani8127%2F635689a508a8b514fd21a9a2%2Fpelanggaran-kode-etik-p
rofesi-hukum-akibat-dari-kurangnya-profesionalitas-pengemban-profesi-hukum

13

You might also like