You are on page 1of 16

MAKALAH

FUNGSI DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


DOSEN : NCI NELLY PINANGKAAN SH, MH

ANGGOTA KELOMPOK :
PRICILIA SAROINSONG 210711010468
PUTRI MARTHIN 210711010471
REYNALDO MUAYA 210711010476
RIZAL MAHMUD 210711010478
ROBI SAMPE 210711010479
SABRINA RINDINGPADANG 210711010480
SARMILA DARISE 210711010483
SINDIANTI MAHMUD 210711010484
SRI HANDAYANI PAPUTUNGAN 210711010486

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Fungsi dan Materi
Muatan Peraturan Perundang-Undangan” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memunuhi tugas dari Nci Nelly Pinangkaan, SH, MH dalam mata kuliah “Perancangan
Perundang-Undangan”.
Tak lupa juga mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Perancangan Perundang-undangan
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karenanya kami menerima kritik serta saran yang membangun
dari para pembaca agar kami dapat menulis makalah secara lebih baik pada kesempatan
berikutnya, besar harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat dan berdampak dalam
menambah ilmu serta pengetahuan dalam mata kuliah ini.

Manado, 29 september 2023

Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Peraturan Perundang-Undangan..........................................................2
B. Materi Muatan Peraturan Perundang-Undangan...........................................6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya Hukum dalam Masyarakat:
Peraturan perundang-undangan memiliki peran penting dalam menjaga keteraturan dan keadilan
dalam suatu masyarakat. Hukum memberikan kerangka kerja yang diperlukan untuk memastikan
keamanan, hak-hak individu, dan berfungsinya pemerintahan. Oleh karena itu, pemahaman
terhadap fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan sangatlah relevan.
Perkembangan Hukum dalam Negara:
Setiap negara memiliki sistem hukumnya sendiri yang berkembang seiring waktu. Perubahan
sosial, ekonomi, dan politik seringkali mengakibatkan perubahan dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana hukum di suaPerlindungan Hak-
hak dan Kewajiban:
Peraturan perundang-undangan mengatur hak-hak dan kewajiban warga negara serta hubungan
antara individu dan pemerintah. Dengan memahami materi muatan peraturan perundang-
undangan, individu dapat melindungi hak-hak mereka, mengetahui kewajiban mereka, dan
menghindari pelanggaran hukum.
Penegakan Hukum:
Hukum tidak hanya tentang pembuatan peraturan, tetapi juga tentang penegakan dan
kepatuhannya. Dalam konteks ini, pemahaman tentang fungsi peraturan perundang-undangan
menjadi sangat penting. Fungsi-fungsi tersebut mencakup penegakan hukum, perlindungan
masyarakat, dan menjaga ketertiban.
Mendorong Partisipasi Publik:
Pemahaman terhadap materi muatan peraturan perundang-undangan juga mendorong partisipasi
publik dalam proses legislatif. Warga negara yang terinformasi dapat berkontribusi dalam proses
perubahan atau penyusunan hukum yang lebih baik sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Memahami fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan adalah langkah awal yang
penting dalam membentuk masyarakat yang adil dan teraturtu negara berkembang dan mengapa
perubahan tersebut terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah fungsi dan jenis-jenis fungsi dari peraturan perundang-undangan?
2. Apa saja Materi yang termuat dalam peraturan perundang-undangan?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja jenis-jenis dan fungsi dari fungsi peraturan perundang-undangan.
2. Untuk mengetahui muatan materi yang ada di dalam peraturan perundang-undangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Peraturan Perundang-Undangan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti Fungsi : 1. jabatan (pekerjaan) yg dilakukan:
2.faal (kerja suatu bagian tubuh): 3 Mat besaran yg berhubungan, jika besaran yg satu berubah,
besaran yg lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5. Ling peran sebuah unsur bahasa dalam
satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sbg subjek). Terkait peraturan
perundang-undangan maka fungsi peraturan perundang-undangan dapat diartikan sebagai
kegunaan peraturan perundang-undangan secara umum dan secara khusus sesuai dengan jenisnya.
Atau dapat dikatakan bahwa peraturan perundang-undangan adalah sebagai instrumenkebijakan
(beleids instrument), yang dikeluarkan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang yang memiliki
kegunaan atau fungsi-fungsi tertentu.
Ada perbedaan antara fungsi hukum dan fungsi peraturan perundangundangan. Fungsi
hukum dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumber hukum, sedangkan fungsi peraturan
perundang-undangan adalah fungsi dari salah satu sumber hukum, yaitu peraturan perundang-
undangan itu sendiri.
Robert Baldwin dan martin cave, sebagaiman di kutip oleh Ismail Hasani dan Prof. DR.
A. Gani Abdullah, SH, mengemukakan bahwa peraturan perundang undangan memiliki fungsi :
a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;
b. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau lingkunganya;
c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan antar kelompok. (mendorong
perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok marginal);
d. Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi jangka pendek;
e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial, perluasan akses dan
redtribusi sumber daya;dan
f. Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sector ekonomi.
Sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan dapat dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.
1.Fungsi Internal.
Adalah fungsi peraturan perundang-undangan sebagai sub sistem hukum (hukum
perundang-undangan) terhadap sistem kaidah hukum. Secara internal, peraturan perundang-
undangan menjalankan fungsi penciptaan hukum, fungsi pembaharuan hukum, fungsi integrasi
pluralisme hukum, dan fungsi kepastian hukum:
a. Penciptaan hukum (rechtschepping)
yang melahirkan sistem kaidah hukum yang berlaku umum dilakukan atau terjadi melalui
beberapa cara yaitu melalui putusan hakim (yurisprudensi). Kebiasaan yang tumbuh sebagai
praktek dalam kehidupan masyarakat atau negara, dan peraturan perundang-undangan sebagai
keputusan tertulis pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang yang berlaku secara
umum. Secara tidak langsung, hukum dapat pula terbentuk melalui ajaran-ajaran hukum
(doktrin) yang diterima dan digunakan dalam pembentukan hukum.
Salah satu cara utama penciptaan hukum di Indonesia adalah melaluipembentukan peraturan
perundang-undangan. Atau dengan kata lain bahwa peraturan perundang-undangan merupakan
sendi utama sistem hukum nasional. Pemakaian peraturan perundang-undangan sebagai sendi
utama sistem hukum nasional karena:
1. Sistem hukum Indonesia – sebagai akibat sistem hukum Hindia Belandia –lebih menampakkan
sistem hukum kontinental yang mengutamakan bentuk sistem hukum tertulis
(geschrevenrecht, written law).
2. Politik pembangunan hukum nasional mengutamakan penggunaan peraturan perundang-
undangan sebagai Instrumen utama. Bandingkan dengan hukum yurisprudensi dan hukum
kebiasaan. Hal ini antara lain karena pembangunan hukum nasional yang menggunakan
peraturan perundang-undangan sebagai instrument dapat disusun secara berencana (dapat
direncanakan).
b. Fungsi Pembaharuan Hukum
Artinya bahwa peraturan perundang-undangan merupakan instrumen dalam
pembaharuan hukum (law reform) dibandingkan dengan penggunaan hukum kebiasaan atau
hukum yurisprudensi. Telah dikemukakan, pembentukan peraturan perundang-undangan dapat
direncanakan melalui program legislasi baik nasional maupun daerah, sehingga pembaharuan
hukum dapat pula direncakan. Pembaharuan tidak hanya dilakukan terhadap hukum yang sudah
ada tetapi dapat juga pula dipergunakan sebagai sarana memperbaharui yurisprudensi, Hukum
kebiasaan atau hukum adat.
Fungsi pembaharuan terhadap peraturan perundang-undangan antara lain dalam rangka
mengganti peraturan perundang-undangan dari masa pemerintahan Hindia Belanda. Termasuk
pula adalah memperbaharui peraturan perundang-undangan yang dibuat setelah kemerdekaan
yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat . Terhadap
hukum kebiasaan atau hukum adat, peraturan perundangundangan berfungsi mengganti hukum
kebiasaan atau hukum adat yang tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada.
Pemanfaatan peraturan perundang-undangan sebagai instrumen pembaharuan hukum kebiasaan
atau hukum adat sangat bermanfaat, karena dalam hal-hal tertentu kedua hukum yang disebut
belakangan tersebut sangat rigid terhadap perubahan.
c. Fungsi Integrasi Pluralisme Sistem Hukum
Pada saat ini, di Indonesia masih berlaku berbagai sistem hukum, yaitu: sistem hukum
Eropa kontinental (Barat), sistem hukum adat, sistem hukum agama (khususnya lslam) dan
sistem hukum nasional”. Hal ini menunjukkan adanya pluralisme hukum di Indonesia. Menurut
Erman Rajagukguk bahwa kendala terberat adanya pluralisme hukum adalah dalam
mewujudkan kepastian hukum. Hukum di Indonesia menurut guru besar tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor politik. Bahkan pemberantasan korupsi sampai saat ini pun oleh Erman
diakui sangat sulit karena dalam penegakannya banyak mempertimbangkan faktor politik.
Penataan kembali berbagai sistem hukum tersebut tidaklah dimaksudkan meniadakan
berbagai sistem hukum, terutama sistem hukum yang hidup sebagai satu kenyataan yang dianut
dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat. Pembangunan sistem hukum nasional adalah
dalam rangka mengintegrasikan berbagai sistem hukum tersebut sehingga tersusun dalam satu
tatanan yang harmonis satu sama lain. Mengenai pluralisme kaidah hukum sepenuhnya
bergantung pada kebutuhan hukum masyarakat. Kaidah hukum dapat berbeda antara berbagai
kelompok masyarakat, tergantung pada keadaan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Dengan demikian fungsi peraturan perundang-undangan adalah mengintegrasikan berbagai
(pluralisme) peraturan yang ada. Pemahaman akan pluralisme hukum menurut The
Commission on Folk Law and Legal Pluralism Prof. Anne Griffith perlu diberikan kepada
pengambil kebijakan, ahli hukum, antopolog, sosiolog dan ilmuwan sosial lainnya.
d. Fungsi kepastian hukum
Kepastian hukum (rechtszekerheid, legal certainty) adalah merupakan asas penting dalam
tindakan hukum (rechtshandeling) dan penegakan hukum (hendhaving, uitvoering). Adanya
peraturan perundang-undangan dapat memberikan kepastian hukum yang lebih tinggi daripada
pada hukum kebiasan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi. Namun, perlu diketahui,
kepastian hukum peraturan perundang-undangan tidak semata-mata diletakkan pada bentuknya
yang tertulis (geschreven, written) yakni selain harus memenuhi syarat-syarat formal, juga
harus memenuhi syarat-syarat lain, yaitu: Jelas dalam perumusannya (unambiguous), Konsisten
dalam perumusannya baik secara intern maupun ekstern. Konsisten secara intern mengandung
makna bahwa dalam peraturan perundang-undangan yang sama harus terpelihara hubungan
sietematik antara kaidah-kaidahnya, kebakuan susunan dan bahasa. Konsisten secara eketern,
adalah adanya hubungan “harmonisasi” antara berbagai peraturan perundang-undangan.
Selain itu adalah memperhatikan penggunaan bahasa yang tepat dan mudah dimengerti. Bahasa
peraturan perundang-undangan haruslah bahasa yang umum dipergunakan masyarakat. Tetapi
ini tidak berarti bahasa hukum tidak penting. Bahasa hukum –baik dalam arti struktur,
peristilahan, atau cara penulisan tertentu harus dipergunakan secara ajeg karena merupakan
bagian dan upaya menjamin kepastian hukum Melupakan syarat-syarat di atas, peraturan
perundang-undangan mungkin menjadi lebih tidak pasti dibandingkan dengan hukum
kebiasaan, hukum adat, atau hukum yurisprudensi.
2. Fungsi Eksternal, adalah keterkaitan peraturan perundang-undangan dengan
tempat berlakunya. Fungsi eksternal ini dapat disebut sebagai fungsi sosial hukum, undangan
tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu. Secara khusus fungsi peraturan perundang-undangan
dirinci sebagai berikut yakni:
1. Fungsi UUD Tahun 1945.
Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa: Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-
undangan. Dengan demikian sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-
aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat . UUD adalah
merupakan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945
juga merupakan sumber hukum tertulis dan memiliki kedudukan yang tertinggi dalam hierarchi
peraturan perundangundangan sebagaimana yang ditetukan dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12
Tahun 2011. Artinya bahwa setiap produk hukum dibawahnya seperti Tap MPR,
undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, Perda ataupun setiap tindakan atau
kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih
tinggiyakni UUD Tahun 1945.
Dalam kedudukan yang demikian itu, maka UUD Tahun 1945 mempunyai fungsi
sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD Tahun 1945 mengontrol apakah peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. UUD 1945 juga berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan
negara disusun, dibagi, dan dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu
dan pelindung hak dan kewajiban negara, aparat negara, dan warga negara.
2. Fungsi Ketetapan MPR
Fungsi Ketetapan MPR adalah sebagai landasan hukum bagi produk hukum yang ada
di bawahnya, selama ketetapan MPR itu masih dinyatakan berlaku, sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.
3. Fungsi Undang-Undang dan Perpu
Ada beberapa Fungsi Undang-Undang yaitu:
1. Pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang tegas-tegas
menyebutnya;
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945;
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya; Fungsi
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU)
pada dasarnya sama dengan fungsi dari undang-undang. Perbedaan keduanya terletak pada
Pembuatnya, undang-undang dibuat oleh Presiden bersama-sama dengan DPR dalam keadaan
normal sedangkan PERPU dibuat oleh Presiden. Perbedaan lainnya adalah Undang-undang
dibuat dalam suasana (keadaan) normal, sedangkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang dibuat dalam keadaan kegentingan yang memaksa.
Fungsi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang adalah:
1. Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945
yang tegas-tegas menyebutnya;
2. Pengaturan lebih lanjut secara umum aturan dasar lainnya dalam Batang Tubuh UUD
1945;
3. Pengaturan lebih lanjut dalam ketetapan MPR yang tegas-tegas menyebutnya;
4. Fungsi Peraturan Pemerintah
Landasan formal konstitusional PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945. Fungsi PP adalah:
1. pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya;
2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut, ketentuan lain dalam undangundang yang
mengatur meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.
5. Fungsi Perpres
Secara umum Fungsi Peraturan Presiden (regeling) adalah, sebagai berikut :
1. menyelenggarakan pengaturan secara umum dalam rangka penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahan. (sesuai Pasal 4 ayat 1 UUD 1945);
2. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah yang
tegas-tegas menyebutnya;
3. menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam Peraturan Pemerintah
meskipun tidak tegas-tegas menyebutkannya.
4. Fungsi Peraturan Daerah
Perda terbagi menjadi Perda Provinsi dan Perda Kabupaten. Fungsi Peraturan Daerah adalah
untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menjabarkan lebih lanjut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, sebagaimana diatur dalam Pasal
236 ayat (1) UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah (sebagaimana telah diubah beberapa
kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan. Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada
ketentuan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak
boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. sebagai
penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat di daerah,
namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah. Sedangkan
menurut Kepala pusat penyuluhan hukum Badan Pembinaan Hukum Nasional, Peraturan
Daerah mempunyai berbagai fungsi yaitu:
a) sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan tugas pembantuan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
b) merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Dalam fungsi ini, Peraturan Daerah tunduk pada ketentuan hierarki Peraturan Perundang-
undangan. Dengan demikian Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan yang lebih tinggi.
c) sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur aspirasi masyarakat
di daerah, namun dalam pengaturannya tetap dalam koridor Negara kesatuan Republik
indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik indonesia
Tahun 1945.
d) sebagai alat pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan daerah.
B. Materi Muatan Perundang-Undangan
Materi Muatan Istilah “materi muatan peraturan perundangan” diperkenalkan oleh A.
Hamid S. Attamimi, yang disampaikan secara lisan dalam Lokakarya mengenai Pengembangan
Ilmu Hukum, di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 22 Pebruari 1979. Naskahnya
diselesaikan sesudahnya, dimuat dalam Majalah Hukum dan Pembangunan, Nomor 3 Tahun
1979.43 A.Hamid S Attamimi secara tidak langsung mengartikan materi muatan peraturan
perundang-undangan sebagai materi yang harus dimuat dalam masing-masing jenis peraturan
perundang-undangan.
Sedangkan dala Pasal 1 angka 13 UU NO.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa: Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan Perundang-
undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan
demikian apa yang merupakan materi suatu peraturan perundang-undangan adalah berbeda-beda
tergantung jenis, fungsi dan materinya. Dalam menyusun materi muatan peraturan perundang-
undangan ada beberapa asas yang harus dipenuhi yaitu:
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
Dalam Penjelasan UU No.12 Tahun 2011, disebutkan arti dari asas-asas
tersebut adalah :
a. Asas pengayoman” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan harus
berfungsi memberikan pelindungan untuk menciptakan ketentraman masyarakat.
b. Asas kemanusiaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan harus
mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta harkat dan martabat
setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.
c. Asas kebangsaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan harus
mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk dengan tetap menjaga prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Asas kekeluargaan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan harus
mencerminkan musyawarah untukmencapai mufakat dalam setiap pengambilan keputusan.
e. Asas kenusantaraan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan Materi Muatan
Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah merupakan bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
f. Asas bhinneka tunggal ika” adalah bahwa Materi Muatan PeraturanPerundangundangan harus
memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta
budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
g. Asas keadilan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundangundangan harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.
h. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan” adalah bahwa setiap Materi
Muatan Peraturan Perundang-undangan tidak boleh memuat hal yang bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan, gender, atau status sosial.
i. Asas ketertiban dan kepastian hukum” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus dapat mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
kepastian hukum.
j. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah bahwa setiap Materi Muatan Peraturan
Perundang-undangan harus mencerminkan keseimbangan,keserasian, dan keselarasan, antara
kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara.
Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan
Perundangundangan tertentu dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum
Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan “asas
lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang
bersangkutan”, antara lain:
a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada hukuman tanpa kesalahan, asas
pembinaan narapidana, dan asas praduga tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian, antara lain, asas kesepakatan,
kebebasan berkontrak, dan itikad baik
Materi muatan dari jenis-jenis peraturan perundang-undangan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
 Materi Muatan UUD
UUD adalah merupakan hukum dasar negara. Atau the basic of the national legal order/
Sebagai the basic of the national legal order maka UUD atau konstitusi akan menjadi sumber
bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya. Perbedaan antara
UUD dengan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya , salah satunya adalah dari
segi materi muatan. Menurut K.C.Wheare UUD adalah suatu dokument hukum sehingga akan
merupakan :
a.Pernyataan pilihan (a short of manifesto);
b.Pengakuan dan keyakinan ( a consession of faith);
c.Pernyataan mengenai cita-cita bangsa/negara (a statement of ideals);
d.Piagam negara ( a charter of the land).
Karena itu menurut K.C.Wheare bahwa UUD sebagai suatu aturan hukum mengatur/berisi
aturan-aturan negara yang mengatur tentang :
1. Susunan (structure) pemerintahan, yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif;
2. Hubungan timbal balik (mutual relation ) antara alat-alat perlengkapan negara;
3. Hubungan antara alat-alat perlengkapan negara dengan masyarakat (community), agar hak
–hak masyarakat dan warga negara tidak dilanggar;
4. The quarantes of citizen.
Sedangkan menurut Struycken, Materi UUD berisi:
1. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang lampau;
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan;
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik untuk waktu sekarang
maupun yang akan datang;
4. Suatu keinginan, dengan mana perkembangan kehidupan ketatanegaraan hendak dipimpin.
Menurut Sri Sumantri Martosoewignyo , Materi muatan konstitusi setidaknya berisi tiga hal
pokok yaitu:
1. Adanya jaminan terhadap Hak Asasi Manusia dan Warga Negara;
2. Ditetapkannya susunan ketatanegraan suatu negara yang bersifat fundamental; dan
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang bersifat fundamental.
Sedangkan materi muatan konstitusi menurut Mr. J.G Steenbeek seperti yang dikutip oleh
Dahlan Thaib, Jaiz Hamidi dan N’imatul Huda, mulai dari Jaminan Hak Asasi Manusia dan hak
warga negaranya, susunan dasar ketatanegaraan negara yang bersangkutan, dan susunan dasar
pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraa telah mengalami perubahan mendasar.
Terkait materi UUD Tahun 1945 apa yang merupakan materi mutan UUD Tahun 1945
tidak diatur dalam UU No.12 Tahun 2011. Hal ini dapat dipahami karena kedudukan dari UU
No.12 Tahun 2011adalah lebih rendah dibandingkan dengan UUD, sehingga UU No.12 tidak
mengatur materi muatan UUD. Materi UUD Tahun 1945, dapat dilihat dalam Batang Tubuh
UUD Tahun 1945 yaitu: Pembukaan dan Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan
terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-
Pasal Undang Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72
Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal Aturan Peralihan dan 2 pasal
Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak
lagi merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu
kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan Bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak
dapat dipisahkan. Secara garis besar materi yang termuat dalam Batang Tubuh UUD Tahun 1945
adalah sebagai berikut:
1. Bentuk dan Kedaulatan
2. MPR (Pasal 2-3)
3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4- Pasal 16)
4. Kementrian Negara (Pasal 17)
5. Pemerintahan Daerah (Pasal 18)
6. DPR (Pasal 19 – 22B)
7. DPD (Pasal 22C)
8. Pemilihan Umum (Pasal 22 E)
9. Hal Keuangan (Pasal 23 – 23 D)
10. BPK (Pasal 23E
11. Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 – 25)
12. Wilayah Negara (Pasal 25A)
13. Warga Negara dan Penduduk (Pasal 26 – 28)
14. HAM (Pasal 28A -28J)
15. Agama (Pasal 29)
16. Pertahanan dan Keamanan Negara (Pasal 30)
17. Pendidikan dan Kebudayaan ( Pasal 31-32)
18. Perekonomian dan Kesejahtraan Sosial (Pasal 33- 34)
19. Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Pasal 35 -36);
20. Perubahan UUD.
Selain hal tersebut UUD Tahun 1945 juga memuat 3 pasal tentang Aturan
Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
 Materi Muatan Ketetapan MPR
Dalam UU No.12 Tahun 2011 tidak termuat materi muatan Ketetapan MPR. Dalam
Penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b, hanya menyebutkan bahwa: “Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:
I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003. Dengan demikian yang menjadi
materi Ketetapan MPR yang masih diakui adalah materi ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR
yang masih berlaku, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003. Berikut ini Ketetapan-
Ketetapan MPR yang masih tetap berlaku dan tidak dapat dicabut atau diganti dengan undang-
undang adalah:
1. Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia,
Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia
bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau
Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme, Leninisme; dan
2. Tap MPR Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam Rangka Demokrasi
Ekonomi;
Berdasarkan Uraian di atas, makna Ketetapan MPR adalah ketetapan yang dikeluarkan MPR
sebagai konsekuensi dari tugas, kedudukan dan kewenangan MPR sesuai UUD 1945. Adapun
Kedudukan Ketetapan MPR dalam sistem hukum nasional adalah sebagai salah satu sumber
hukum nasional.
 Materi Muatan Undang-Undang
 Materi Muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Dalam KRIS dan UUDS Tahun 1950 Perpu disebut dengan istilah UU Darurat. Istilah
UU Darurat ini menggambarkan pengertiannya sebagai emergency law (emergency
legislation).52 Perpu sebagai salah satu jenis peraturan perundangundangan diatur dalam
Pasal 22 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa: (1) dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti undang-
undang; (2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat dalam persidangan yang berikut, dan (3) jika tidak mendapat persetujuan, maka
Peraturan Pemerintah itu harus dicabut.
 Materi Muatan Peraturan Pemerintah
Dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyebutkan : Presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Ketentuan tersebut
menegaskan bahwa PP hanya dapat ditetapkan oleh Presiden jika ada UU induknya. Kewenangan
Presiden untuk menetapkan PP adalah merupakan salah satu wujud dari fungsi Presiden sebagai
kepala pemerintahan, yakni kepala kekuasaan eksekutif dalam negara, sehingga dalam rangka
menjalankan UU , Presiden mempunyai kekuasaan untuk menetapkan PP ( pouvoir reglementair).
Hal yang sama juga diatur dalam Pasal 12 UU No,12 Tahun 2011 yang menentukan
bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka PP berisi pengaturan lebih lanjut dari UU.J.A.H
Logemann mengatakan:Dit is een zeer ruime bevoegheid, maar het moet uitvoering blijven, geen
aan vulling ( ini adalah suatu kewenangan yang sangat luas, tetapi ia (PP) harus tetap sebagai
pelaksana belaka, tidak ada penambahan). Terkait materi yang memuat sanksi pidana, atau
pemaksa, bila UU tidak mencantumkannya maka dalam PP tidak boleh mencantumkan sanksi
pidana maupun sanksi pemaksa.
 Materi Muatan Peraturan Presiden
Pasal 13 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan Presiden
berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
 Materi Muatan Peraturan Daerah Propinsi dan Peraturan Daerah
Kabupaten
Dalam Pasal 14 UU No.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Materi muatan Peraturan
Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah
dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peraturan perundang-undangan memiliki peran sentral dalam menjaga
keteraturan, keadilan, dan ketertiban dalam suatu masyarakat. Fungsi utamanya adalah
memberikan kerangka kerja hukum yang mengatur hak-hak, kewajiban, dan
tindakan warga negara.
Ada perbedaan antara fungsi hukum dan fungsi peraturan perundangundangan.
Fungsi hukum dimaksudkan sebagai fungsi dari setiap sumber hukum, sedangkan fungsi
peraturan perundang-undangan adalah fungsi dari salah satu sumber hukum, yaitu
peraturan perundang-undangan itu sendiri.
Robert Baldwin dan martin cave, sebagaiman di kutip oleh Ismail Hasani dan Prof. DR.
A. Gani Abdullah, SH, mengemukakan bahwa peraturan perundang undangan memiliki
fungsi :
a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;
b. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau lingkunganya;
c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan antar kelompok.
(mendorong perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok marginal);
d. Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi jangka pendek;
e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial, perluasan
akses dan redtribusi sumber daya;dan
f. Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sector ekonomi.
Sedangkan fungsi peraturan perundang-undangan menurut Bagir Manan dapat dibagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal.
Materi muatan peraturan perundang-undangan mencakup berbagai aspek, seperti
definisi hukum, hak asasi manusia, prosedur hukum, sanksi, dan banyak lagi. Materi ini
harus disusun dengan jelas dan akurat agar dapat diterapkan secara efektif.
Proses perancangan undang-undang melibatkan banyak tahapan, termasuk penyusunan,
perdebatan, dan persetujuan oleh badan legislatif. Partisipasi publik dan keterbukaan
dalam proses ini penting untuk memastikan hukum yang dibuat mencerminkan
kepentingan masyarakat.
Perubahan dalam peraturan perundang-undangan sering kali diperlukan untuk
mengakomodasi perubahan dalam masyarakat, teknologi, dan ekonomi. Oleh karena itu,
fleksibilitas dan adaptabilitas dalam perancangan undang-undang sangatlah penting.
Penegakan hukum adalah bagian krusial dalam implementasi peraturan perundang-
undangan. Agar hukum efektif, diperlukan lembaga penegak hukum yang dapat
memberlakukan aturan dengan adil dan tegas.
Materi Muatan Istilah “materi muatan peraturan perundangan” diperkenalkan oleh
A. Hamid S. Attamimi, yang disampaikan secara lisan dalam Lokakarya mengenai
Pengembangan Ilmu Hukum, di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 22
Pebruari 1979. Naskahnya diselesaikan sesudahnya, dimuat dalam Majalah Hukum dan
Pembangunan, Nomor 3 Tahun 1979.43 A.Hamid S Attamimi secara tidak langsung
mengartikan materi muatan peraturan perundang-undangan sebagai materi yang harus
dimuat dalam masing-masing jenis peraturan perundang-undangan.
Sedangkan dala Pasal 1 angka 13 UU NO.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa:
Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam
Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan. Dengan demikian apa yang merupakan materi suatu peraturan
perundang-undangan adalah berbeda-beda tergantung jenis, fungsi dan materinya.
Pemahaman tentang fungsi dan materi muatan peraturan perundang-undangan
adalah pondasi penting bagi sistem hukum yang berfungsi baik. Dengan proses
perancangan undang-undang yang terbuka dan inklusif, serta penegakan hukum yang
kuat, sebuah masyarakat dapat mencapai keadilan, keamanan, dan keteraturan
yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5995527/peraturan-perundang-undangan-pengertian-
jenis-hingga-muatan-materi
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
21d72bd373564110789e3846d9e74f45.pdf

You might also like