You are on page 1of 86

LAPORAN PRENERS

PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama : ANGGI ADHELA

NPM : 1714201110068

Kelas : 7B

Kelompok : 3B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 30 Januari 2021


Mengetahui,
Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

(Anggi Adhela)
NIM. 1714201110068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(Novia Heriani,Ns.,M.Kep)
NIP. 1106118802

LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANGGI ADHELA
NIM : 1714201110068

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 30 Januari 2021


Mengetahui,
Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

(Anggi Adhela)
NIM. 1714201110068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(Novia Heriani,Ns.,M.Kep)
NIP. 1106118802
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

1. Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi

Gambar 1.1 Anatomi Ginjal tampak dari depan

Dari gambar 1.1 di atas dapat dilihat anatomi ginjal tampak dari depan, disini
dapat diketahui bahwa ginjal terletak di rongga abdomen, retroperitoneal kiri dan
kanan kolumna vertebralis yang dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang
peritonium.
Gambar 1.2 Anatomi Ginjal tampak dari samping

Dari gambar 1.1 dan gambar 1.2 di atas dapat dijelaskan bentuk ginjal
menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap kemedial. Pada sisi ini
terdapat hilus ginjal yaitu tempat sruktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik,
sistem syaraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.

Ginjal terletak di rongga abdomen, retroperitoneal primer kiri dan kanan


kolumna vertebralis yang dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang
peritoneum. Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke- 11 dan ginjal kanan setingi iga ke-
12 dan batas bawah ginjal kiri setinggi vertebr lumbalis ke-3. Setiap ginjal memiliki
panjang 11- 25cm, lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm. Ginjal kiri lebih panjang dari
ginjal kanan. Berat ginjal pada pria dewasa 150-170 gram dan pada wanita dewasa
115-155 gram dengan bentuk seperti kacang, sisi dalamnya menghadap ke
vertebra thorakalis, sisi luarnya cembung dan di atas setiap ginjal terdapat kelenjar
suprarenal

Struktur ginjal, setiap ginjal dilengkapi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang
dapat membungkusnya ,dan membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya
terdapat struktur ginjal, warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks di sebelah
luar dan bagian medulla di sebelah dalam. Bagian medulla ini tersusun atas lima
belas sampai enam belas massa berbentuk piramid, yang disebut piramid ginjal.
Puncak- puncaknya langsung mengarah ke helium dan berakhir di kalies. kalies ini
menghubungkan ke pelvis ginjal.
Gambar 1.3 Anatomi nefron

Nefron, Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang


merupakan satuan – satuan fungsional ginjal, diperkirakan ada 1.000.000
nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron mulai berkas sebagai kapiler (badan
malphigi atau glumelurus) yang serta tertanam dalam ujung atas yang lebar
pada urineferus atau nefron. Dari sisni tubulus berjalan sebagian
berkelok–kelok dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula proximal
tubula itu berkelok–kelok lagi, disebut kelokan kedua atau tubula distal,
yang bersambung dengan tubula penampung yang berjalan melintasi kortek
atau medulla untuk berakhir dipuncak salah satu piramidis.

Pembuluh darah, Selain tubulus urineferus, struktur ginjal


mempunyai pembuluh darah. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta
abdominalis ke ginjal, cabang-cabangnya beranting banyak di dalam ginjal
dan menjadi arteriola (artriola afferents) dan masing-masing membentuk
simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu badan malpighi, inilah
yang disebut glumelurus. Pembuluh eferen kemudian tampil sebagai arterial
aferen (arteriola afferents) yang bercabang-cabang membentuk jaringan
kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler- kapiler ini kemudian
bergabung lagi membentuk vena renalis, yang membawa darah dari ginjal
kevena kava inferior (Evelin, 2000).

2. Pengertian Gagal Ginjal Kronis


Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan
Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau
tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau
azotemia (Smeltzer, 2009).
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea
dan sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan pada ginjal yang terus
berlangsung dan tidak dapat diperbaiki, ini disebabkan oleh sejumlah kondisi
dan akan menimbulkan gangguan multisystem (Reeves Chalene,2001).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan
sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di
dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme
lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Etiologi Gagal Ginjal Kronis


Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar
ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur

b. Penyakit umum di luar ginjal


1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).

4. Patofisiologi dan Pathway


Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi
tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi
ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya
kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3
stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
pasien asimptomatik.
b. Stadium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung
dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan
pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat. Klien akan mulai merasakan gejala yang
lebih parah karena ginjal tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma
dan pasien menjadi oligurik dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
Pathway
5. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun
hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia,
GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan BUN sedikit
meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, latergi, anoreksia,
mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload), neuropati
perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma), yang
ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN
meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah
jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium,
khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi
yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum
dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh
karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang
menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal
ginjal.

7. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal

8. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme
dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperuremia
9. Tinjauan Teoritis
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun
waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik
atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia dan nyeri sendi sekunder terhadap
gagal ginjal.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
d. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap gagal ginjal.
e. Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan,
sistem pendukung kurang adekuat.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anorekasia,
mual, muntah, kehilangan selera, bau, stomatitis dan diet tak enak.
C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan 1. Pantau kreatinin dan BUN serum 1. Perubahan ini
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Rujuk pasien ke ahli diet untuk menunjukkan
kerusakan fungsi ginjal selama 3x24 jam, volume penyuluhan diet dan bantu dalam kebutuhan dialisat
cairan tubuh dapat merencanakan kebutuhan makanan segera
berrkurang dengan kriteria dengan modifikasi dalam protein, 2. Ahli diet adalah
hasil : kalium, fosfor, natrium dan kalori. spesialis nutrisi
1. Nilai elektrolit serum 3. Jangan memberikan obat-obatan dan dapat
dalam rentang normal sampai setelah dialisat, bila tekanan menjelaskan
2. Bunyi nafas bersih darah tetap di bawah 90/60 mmHg, alasan modifikasi
3. Tak ada edema jangan berikan obat anti hipertensi. diet dan dapat
4. Tekanan darah membantu pasien
sistolik (TD) diantara merencanakan
90-140 mmHg makanan untuk
5. Peningkatan berat memenuhi
badan saat ini dua pon kebutuhan nutrisi
dari berat badan tidak dalam batas diet.
edema. 3. Kebanyakan obat-
obatan
dikeluarkan
melalui dialisat

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Pantau berat badan setiap hari, 1. Untuk
berhubungan dengan anemia tindakan keperawatan kreatinin dan BUN serum, jumlah mengidentifikasi
dan nyeri sendi sekunder selama 3x24 jam, makanan yang dikonsumsi dalam indikasi
terhadap gagal ginjal. intoleransi aktivitas pasien setiap makanan, hasil laporan JDL, perkembangan
dapat teratasi dengan terutama hemoglobin dan atau
kriteria hasil : hematokrit, kadar besi dan feritin penyimpangan
1. Berkurangnya serum, nilai protein serum, dari hasil yang
keluhan lelah masukan dan haluaran, hasil diharapkan
2. Peningkatan kalsium serum dan kadar fosfat. 2. Ini dapat
keterlibatan pada 2. Konsul dokter bila keluhan menandakan
aktivitas social kelelahan menetap kemajuan
3. Laporan perasaan 3. Mungkin periode istirahat kerusakan ginjal
lebih berenergi sepanjang hari dan perlunya
4. Frekuensi pernafasan 4. Bila pasien mengeluh mulut penilaian
dan frekuensi jantung kering, izinkan pasien untuk tembahan dalam
kembali normal berkumur dengan air sedikitnya terapi
setelah penghentian tiap jam atau berikan batu es atau 3. Istirahat
aktivitas, permen lemon keras. memungkinkan
berkurangnya nyeri 5. Jamin lingkungan kondusif untuk tubuh untuk
sendi. makan selama waktu makan menyimpan
(bebas bau, makanan disajikan energi yang
sesuai kesukaan pasien). digunakan oleh
6. Berikan agen ikatan fosfat yang aktivitas
diprogramkan, suplemen kalsium 4. Stomatitis dapat
dan suplemen vitamin D. terjadi karena
7. Bantu pasien dalam merencanakan toksin uremik
jadwal aktivitas setiap hari untuk berlebihan pada
menghindari imobilisasi dan mukosa oral dan
kelelahan. penurunan
masukan cairan.
Selain itu
anoreksia,
ditambah dengan
mulut kering dan
lengket. Tindakan
ini meningkatkan
saliva.
5. Meskipun
anoreksia akibat
dari kombinasi
faktor-faktor
seperti kelelahan,
toksin uremik
berlebihan dan
depresi, penilaian
dapat dibuat
untuk
meningkatkan
nafsu makan.
6. Defosit kalsium
mengakibatkan
ketidaknyamanan
sendi pada gagal
ginjal,
metabolisme
vitamin D
berkurang, yang
menyebabkan
penurunan
absorpsi kalsium
dan saluran GI.
Bila kalsium
serum turun
produksi
parathormon
meningkat,
mengakibatkan
peningkatan
resorpsi fosfat
dan kalsium dari
tulang meningkat
dan akhirnya
demineralisasi
tulang.
7. Imobilisasi
meningkatkan
resorbsi kalsium
dari tulang.
3a. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan 1. Bila mungkin atur untuk 1. Individu yang
dengan kurang pengetahuan tindakan keperawatan kunjungan dari individu yang berhasil dalam
tentang kondisi, pemeriksaan selama 3x24 jam, mendapat terapi koping terhadap
diagnostik, rencana tindakan ansietas dapat berkurang 2. Berikan informasi tentang : gagal ginjal
dan prognosis. dengan kriteria hasil : (1) Sifat gagal ginjal kronik dapat
1. Mengungkapkan (2) Pemeriksaan diagnostik berpengaruh
pemahaman tentang termasuk tujuan, deskripsi positif untuk
kondisi singkat, persiapan yang membantu pasien
2. Pemeriksaan diperlukan sebelum tes. yang baru
diagnosik dan (3) Tujuan terapi yang didiagnosis
rencana tindakan; diprogramkan. memperhatikan
sedikit melaporkan 3. Sediakan waktu untuk pasien dan harapan dan
perasaan gugup dan orang terdekat untuk mulai menilai
takut. membicarakan tentang masalah perubahan gaya
dan perasaan tentang perubahan hidup yang akan
gaya hidup yang akan diperlukan diterima.
untuk memilih terapi. 2. Pasien sering
tidak memahami
bahwa dialisa
akan diperlukan
selamanya bila
gagal ginjal tak
dapat pulih.
Memberi pasien
informasi
mendorong
partisipasi dalam
mengambil
keputusan dan
membantu
mengembangkan
kepatuhan dan
kemandirian
maksimum.
3. Pengekspresian
perasaan
membantu
mengurangi
ansietas, tindakan
untuk gagal ginjal
berdampak pada
seluruh keluarga.

4b. Risiko tinggi kerusakan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Kuku pendek
integritas kulit berhubungan tindakan keperawatan mempertahankan kuku terpotong kurang mungkin
dengan pruritus sekunder selama 3x24 jam, risiko pendek, mempertahankan suhu untuk merobek.
terhadap gagal ginjal. kerusakan integritas kulit ruangan pada keadaan nyaman Keringat, panas
dapat diatasi dengan untuk mencegah keringat, dan kulit kering
kriteria hasil : mengikuti pembatasan diet yang meningkatkan
1. Tidak ada tanda diprogramkan, mandi dengan sabun pruritus. Toksin
garukan pada kulit, tanpa deodorant dan hipoalergik. urenik
keluhan pruritus lebih 2. Berikan agen ikatan fosfat atur menyebabkan
sedikit. untuk dialisa sesuai program. pruritus. Sabun
ringan kurang
mungkin untuk
menyebabkan
kulit kering dan
mengiritasi kulit.
2. Kadar fosfor
serum terlalu
tinggi. Karna
kalsium dan fosfor
berbanding
terbalik secara
proporsional,
kalsium serum
turun dan pasien
menjadi tremor.
Dialisa membuang
toksin dan
membantu
menormalkan
biokimia.
5c. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan 1. Tinjau kembali raasional untuk 1. Kepatuhan
ketidakpatuhan berhubungan tindakan keperawatan memodifikasi diet yang ditingkatkan bila
dengan kurang pengetahuan, selama 3x24 jam, ketidak diprogramkan pada rencana pulang pasien mengalami
sistem pendukung kurang patuhan dapat berkurang : efek-efek tindakan
adekuat. dengan kriteria hasil : 1). Tinjau kembali rasional untuk yang diprogramkan
1. Merupakan menghindari kelebihan yang untuk kondisi
pemahaman tentang meningkatkan kadar ureum. mereka
instruksi pulang, 2). Pembatasan natrium untuk 2. Instruksi verbal
mendemonstrasikan mengurangi retensi cairan. dapat mudah
kemampuan untuk 3). Pembatasan kalium dilupakan
merawat klien. 4). Bila oliguria, pembatasan 3. Untuk memastikan
cairan untuk mengurangi edema. keamanan
5). Kalori tinggi untuk menjamin pemberian
pengguna protein dan sintesis pengobatan
protein jaringan dan supai energi. 4. Tim pendukung
2. Yakinkan bahwa pasien dan orang yang tersedia dan
terdekat mempunyai hal tertulis konsisten diperlukan
mengenai : sepanjang hidup
1). Perjanjian untuk instruksi pasien
perawatan lanjut untuk perawatan
diri di rumah.
2). Petunjuk dan nomor telepon
pusat dialisa yang memberikan
terapi pemeliharaan.
3. Berikan instruksi tertulis tentang
semua rencana pengobatan untuk
digunakan di rumah, termasuk
nama, dosis, jadwal, tujuan dan
efek samping yang dapat
dilaporkan.
4. Yakinkan pasien mempunyai
nomor telepn orang sumber seperti
perawat dialisa atau koordinator
transplantasi, dokter, ahli diet
ginjal, pekerja sosial ginjal
yayasan ginjal Indonesia.
6 Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Konsul ahli diet untuk bantu 1. Persepsi diet yang tepat
dari kebutuhan tubuh yang tindakan keperawatan pengkajian nutrisi, penting dalam
berhubungan dengan selama 3x24 jam, mengidentifikasi tujuan nutrisi, penatalaksanaan gagal
anorekasia, mual, muntah, kebutuhan nutrisi meresepkan modifikasi diet dan ginjal kronik yang
kehilangan selera, bau, pasiendapat teratasi memberikan nutrisi pada klien. mencegah toksisitas
stomatitis dan diet tak enak. dengan kriteria hasil : 2. Pertegas instruksi diet dan berikan uremik,
materi tertulis untuk nstruksi ketidakseimbangan
verbal. cairan elektrolit dan
3. Diskusikan tentang pemilihan diet katabolisme.
dari pada pembahasan pantangan 2. Empati dan penguatan
diet. terhadap instruksi diet
4. Siapkan dan berikan dorongan oral dapat meningkatkan
hygiene yang baik sebelum dan kepatuhan terhadap
sesudah makan. pembatasan diet.
5. Batasi masukan cairan satu jam 3. Klien dan keluarga akan
sebelum dans esudah makan. menjadi tidak berselera
6. Berikan lingkungan yang bila diet terlalu dibatasi
menynangkan selama waktu dan tidak enak.
makan dan bantu sesuai 4. Oral hygiene yang tepat
kebutuhan. dapat mengurangi
7. Jelaskan perlunya kebutuhan klien mikroorganisme dan
untuk makan protein maksimum membantu mencegah
dari diet yang diizinkan. stomatitis
8. Bekerja bersama klien untuk 5. Pembatasan ini akan
mengembangkan rencana untuk mencegah perasaan
memasukkan diet yang diresepkan begah dan mengurangi
secara berhasil ke dalam gaya anoreksia.
hidup sehari-hari klien. 6. Nafsu makan dirangsang
pada situasi yang relaks
dan menyenangkan
7. Protein adekuat
diperlukan untuk
mencegah katabolisme
protein dan penggunaan
otot
8. Kolaborasi memberikan
kesempatan bagi klien
melakukan kontrol, yang
cenderung
meningkatkan
kepulihan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2
Edisi 8. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) Pada Tn. Y
Di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANGGI ADHELA
NIM : 1714201110068

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 30 Januari 2021


Mengetahui,
Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

(Anggi Adhela)
NIM. 1714201110068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(Novia Heriani,Ns.,M.Kep)
NIP. 1106118802

ASUHAN KEPERAWATAN CKD


(CHRONIC KIDNEY DISEASE)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Nama : Anggi Adhela


NPM : 1714201110068
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2021
Ruangan :-

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 42 tahun
Alamat : jl. S.Parman Gg. Kalimantan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Tanggal Masuk RS : 12 Januari 2021
Diagnosa Medis : CKD (Chronic Kidney Disease)
No. RM :-

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 38 th
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. S.Parman Gg. Kalimantan
Hubungan dengan klien : Istri

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan sesak nafas, kedua kaki bengkak, kencing tidak
lancar, badan lemes dan perut membesar.

2. Riwayat Kesehatan /penyakit sekarang


Keluarga klien mengatakan malam hari pada tanggal 10 januari
2021
Klien tiba tiba mengalami sesak nafas, dan kedua kaki klien
membengkak sedikit , pada pagi harinya klien mengatakan kencing tidak
lancar, badan klien lemes . klien kemuadian segera dilarikan ke RS Islam
Banjarmaisn oleh keluarga. ± 2 hari sebelum masuk RS klien
mengatakan perutnya membesar dan klien tidak meminum obat karena
takut akan membahayakan kondisi klien.

3. Riwayat Kesehatan/penyakit dahulu


Klien mengatakan ± 5 tahun yang lalu pernah di masuk Rumah Sakit
dengan penyakit Hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal turunan
sebelumnya, tetapi dari ayah ada riwayat hipertensi.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. TTV
 TD : 125 / 88 Mmhg
 Nadi : 82 x/menit
 RR : 26 x/menit
 Temp : 36C
b. Kesadaran
Kesadaran klien Composmentis
2. Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit kering, kulit normal tidak ada
integritas ( kerusakan kulit )

3. Kepala dan leher


Kepala klien bersih , simetris , tidak ada lesi, tidak ada hematoma. Dan
leher klien tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

4. Penglihatan dan Mata


Mata klien simetris, konjungtiva anemis, dan tidak ada edema
5. Penciuman dan hidung
Hidung simetris , tidak ada polip dan fungsi penciuman baik.

6. Pendengaran dan telinga


Telinga klien simetris, tidak ada penumpukan serumen berlebih,
pendengaran klien berfungsi dengan baik.

7. Mulut dan gigi


Mukosa bibir kering, lidah tampak bersih , terdapat caries gigi.

8. Dada, Pernafasan dan sirkulasi


Inspeksi : simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

9. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka dan benjolan
Palpasi : adanya nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 30 x/menit

10. Genetalia dan reproduksi


Vesika urinary tidak ada distensi kandung demih, produksi urin 250
cc/24 jam, warna urin keruh.
11. Ekstrimitas atas dan bawah
Terdapat edema di ekstermitas dan akral dingin
Tidak terdapat lesi

D. KEBUTUHAN FISIK, PSKOLOGI, SOSIAL DAN SPRITUAL


1. Aktivitas dan istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/saat
sakit)
Di Rumah : klien mengatakan dapat mandi, keramas, gosok gigi
sendiri Di RS : klien mengatakan tidak dapat melakuan aktivitas
karena badan klien lemas

2. Personal hygiene
Di rumah : klien mengatakan mandi 2 x sehari dan selalu gosok gigi,
dan keramas tiap hari.
Di RS : klien mengatakan hanya diseka keluarganya pagi dan sore.

3. Nutrisi
Di rumah : klien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi nasi dan lauk
seadanya dan minum air putih 4-5 gelas / hari, minum minuman berwarna.
Di RS: klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan dan mual,
makan 2 x sehari menghabiskan makan 1 porsi

4. Eliminasi
Di rumah : klien mengatakan BAK 4-5 x /hari dengan warna kuning jernih,
BAB 1 x / hari dengan konsistensi padat warna kuning.
Di RS : klien mengatakan BAK 4-5 x/hari tetapi
keluarnya sedikit, BAB 1 x/hari dengan konsistensi
padat warna kuning.

5. Seksualitas
Klien mengatakan terdapat penurunan frekuensi seksual yang diakibatkan
karena penyakit yang saat ini klien alami.

6. Psikososial
Klien mengatakan masih dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan baik, dan
klien berharap semoga penyakit yang diderita dapat sembuh dan klien bisa
beraktivitas seperti semula.

7. Spritual
Klien mengatakan masih bisa menjalankan sholat 5 waktu

E. DATA FOKUS
Data subyektif : klien mengatakan sesak nafas, kedua kaki bengkak, kencing
tidak lancar, badan lemas dan perut membesar.

Data objektif :

1. Inspeksi : tidak ada luka dan benjolan

2. Palpasi : adanya nyeri tekan

3. Perkusi : timpani

4. Auskultasi : bising usus 30 x/menit


5. TTV
TD : 125 / 88 Mmhg
Nadi : 82 x/menit
RR : 26 x/menit
Temp : 36C

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. pemeriksaan elektrolit
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Natrium 142 135-145 mEq/L
Kalium 3,8 3,5-5,5 mEq/L
Klorida 99 111 mEq/L

b. Metabolisme Karbohidrat
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
GDS 168 70-100 mg/dl

c. Imunologi
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
ANTI HCV Non reactive Non reactive
HbsAg Non reactive Non reactive

d. Faal ginjal
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Ureum 127 10-50 mg/dl
Creatinine 2,75 Lk 0,6-1,1 / pr 0,5-0,9
mgdl

e. Faal hati
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Bilirubin Negative 0-1, 1 mg/dl
SGOT 23 0,0-2,5 mg/dl
SGPT 21 Lk 0-3,7 / pr 0-37 u/l 0-
42 u/l

EKG : Normal, sinus rhytim


USG : CKD
Thorax : tampak normal

G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)


Venflon
Injeksi Lasix 2x1
Aminefron 3x1

H. ANALISA DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Kelebihan Volume Kegagalan mekanisme
Klien mengatakan kencing Cairan Regulasi

tidak lancar (NANDA, 2015-2017,


Klien mengeluh badan nya Hal 195)
lemas

DO :

produksi urin 250


cc/24 jam
terdapat edema di
ekstermitas
minum 4-5 gelas / hari
(1000 cc)
terapi obat (50 cc)
makan (200 cc)

TTV
TD : 125 / 88 Mmhg
Nadi : 82 x/menit
RR : 26 x/menit
Temp : 36C

2. DS : Risiko Disfungsi Ginjal

klien mengatakan kaki ketidakseimbangan


bengkak elektrolit
Klien mengatakan (NANDA, 2018-2020,
kencing tidak lancar Hal 179)
Klien mengatakan perut
nya membesar

DO :
Terdapat edema di
ekstermitas
produksi urin 250
cc/24 jam
terdapat edema di
ekstermitas
minum 4-5 gelas / hari
(1000 cc)
terapi obat (50 cc)
makan (200 cc)
hasil USG : CKD

TTV
TD : 125 / 88 Mmhg
Nadi : 82 x/menit
RR : 26 x/menit
Temp : 36C
3. DS : Ketidakseimbangan Factor biologis
Klien mengatakan nafsu nutrisi kurang dari
makan berkurang kebutuhan tubuh
Klien mengatakan mual (NANDA, 2018-2020,
Klien mengatakan lemas Hal 153)
DO :
Porsi makan 2 x sehari
hanya dihabiskan
1 porsi
Klien terlihat pucat
TTV
TD : 125 / 88 Mmhg
Nadi : 82 x/menit
RR : 26 x/menit
Temp : 36C

Prioritas masalah:
1. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi ginjal
2. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor
biologis

I. RENCANA KEPERAWATAN (Berdasarkan NIC dan NOC)


No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

Risiko Setelah dilakukan Management 1. Memberikan informasi tentang


keseimbangan cairan.
ketidakseimbangan tindakan keperawatan elektrolit
2. Untuk mengetahui keadaan
elektrolit berhubungan diharapkan Risiko 1. Catat intake
umum klien
dengan disfungsi ginjal ketidakseimbangan output dan hitung
3. Dapat membantu mengevaluasi
elektrolit dapat teratasi balance cairan
pernyataan verbal dan
dengan kriteria hasil : dalm 24 jam
keefektifan intervensi
1. Ketidakseimbangan 2. Monitor tanda-
4. Agar tidak terjadinya edema
elektrolit meningkat tanda vital
2. Edema berkurang 3. Berikan asupan
3. Tanda tanda vital cairan sesuai
normal dengan
4. BAK normal kebutuhan
Kelebihan Volume Setelah dilakukan Fluid management 1. Perubahan ini menunjukkan
Cairan berhubungan tindakan keperawatan dan fluid monitoring kebutuhan dialisat segera
dengan kegagalan diharapkan kelebihan 1. Pertahankan 2. Kebanyakan obat-obatan
mekanisme regulasi volume cairan dapat catatan intake dan dikeluarkan melalui dialisat
teratasi dengan kriteria output yang akurat 3. Ahli diet adalah spesialis nutrisi
hasil : 2. Monitoring vital dan dapat menjelaskan alasan
- Terbebas dari edema sign tiap 8 jam modifikasi diet dan dapat
- Bunyi nafas bersih 3. Monitoring membantu pasien
- Vital sign dalam indikasi retensi/ merencanakan makanan untuk
batas normal kelebihan cairan memenuhi kebutuhan nutrisi
( crecles, cvp, dalam batas diet.
edema, distensi
vena leher, asites)
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrion Management 1. Untuk memantau perubahan
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan 1. Timbang BB klien atau penurunan BB
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan tiap 24 jam 2. Mengatasi atau
berhubungan dengan masalah 2. Berikan antiemetic menghilangkan rasa mual
factor biologis ketidakseimbangan atau analgesic 3. Untuk meningkatkan nafsu
nutrisi kurang dari sebelum makan makan klien
kebutuhan tubuh dapat atau sesuai 4. Tempat yang bersih akan
teratasi dengan kriteria program mendukung pasien utuk
hasil : 3. Berikan makanan peningkatan nafsu makan
- BB klien ideal sesuai yang terpilih
dengan TB (kolaborasi dengan
- Mampu ahli gizi)
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
- Tidak ada penurunan
BB yang berarti.
RESUME BST
Pemeriksaan GDS (Gula Darah Sewaktu)

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANGGI ADHELA
NPM : 1714201110068

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 30 Januari 2021


Mengetahui,
Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

(Anggi Adhela)
NIM. 1714201110068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(Novia Heriani,Ns.,M.Kep)
NIP. 1106118802
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu
A. Definisi
Pemeriksaan gula darah sewaktu adalah pengambilan darah perifer untuk
mengetahui kadar gula sewaktu (tanpa puasa)
B. Jenis Tes Gula :
 Tes gula darah sewaktu

 Tes gula darah puasa

 Tes gula darah dua jam setelah makan

 Tes hemoglobin A1c (HbA1c)

a. Pengertian dari jenis Tes Gula Darah


 Tes gula darah sewaktu
Jenis tes gula darah ini bisa dilakukan kapan saja dengan pengambilan
sampel darah.
 Tes gula darah puasa
Tes gula darah puasa harus dilakukan setelah berpuasa terlebih dulu.
 Tes gula darah dua jam setelah makan
Tes gula darah dua jam setelah makan biasanya dilakukan berpasangan
dengan tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan mengetahui kemampuan
tubuh dalam mengatur kadar gula darah. Kadar gula darah akan meninggi
setelah dua jam makan, lalu akan kembali turun pada 2-3 jam sesudah
Anda makan.
 Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
Prosedur tes ini juga dijalani dengan pengambilan sampel darah untuk
menilai kadar gula darah Anda pada 2-3 bulan terakhir
C. Tujuan
Untuk mengetahui kadar gula sewatu sebagai indicator adanay metabolism
karbohidrat
D. Persiapan sebelum Pemeriksaan Tes Gula Darah :
1. Persiapan tes gula darah puasa
Berarti tidak boleh makan atau minum apapun selain air putih dalam
delapan jam sebelum tes gula darah puasa. Hal ini dilakukan agar hasilnya
akurat dan tidak dipengaruhi oleh asupan Anda. Karena itu, tes ini
sebaiknya dijadwalkan pada pagi hari sehingga pasien tidak perlu berpuasa
di siang hari.
2. Tes gula darah dengan pengambilan sampel darah
1) Prosedur pengambilan darah melalui pembuluh darah vena meliputi:
2) Tenaga medis akan membersihkan area pengambilan darah dengan
cairan antiseptik untuk membunuh kuman.
3) Lengan atas akan diikat oleh perban elastis agar aliran darah di lengan
dapat terkumpul.
4) Setelah vena ditemukan, darah lalu akan diambil dengan jarum suntik
steril dari pembuluh darah. Pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri
ketika jarum dimasukkan, tapi keluhan ini dapat diredakan dengan
melemaskan tangan.
5) Ketika sampel darah sudah cukup, jarum akan dilepas dan bagian yang
disuntik akan ditutup dengan perban.
6) Tenaga medis akan memberikan tekanan selama beberapa menit untuk
mencegah memar.
7) Sampel darah yang diambil kemudian dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis.
3. Tes gula darah dengan glukometer
1) Pastikan alat glukometer bersih dan siap digunakan.
2) Ambil strip tes glukosa dari wadahnya, lalu tutup kembali wadahnya
dengan rapat. Strip tes dapat rusak bila terpapar kelembapan udara.
3) Cuci tangan dengan sabun dan air hangat, lalu keringkan.
4) Jangan menggunakan alkohol karena dapat kulit dapat menjadi terlalu
kering.
5) Pijat tangan supaya darah mengumpul pada jari.
6) Gunakan jarum lancet untuk menusuk jari.
7) Tekanlah bagian dasar jari untuk mengalirkan darah ke atas strip tes
glukosa.
8) Letakkan strip tersebut ke dalam glukometer
LANGKAH-
1 Baca basmallah LANGKAH
2 * Mencuci tangan dengan 6 langkah dan Memasang sarung tangan
3 Mengatur posisi pasien dengan posisi semi fowler
4 Ambil strip dari wadahnya dan segera tutup kembali wadah tersebut
Nyalakan monitor dan periksa apakah kode angka pada strip sesuai
5 dengan kode angka
6 Ambil lanset
pada layar tanpa mengkontaminasi. Pilih lokasi penusukan yang sesuai
monitor
Pijat bagian pinggir jari tangan pada orang dewasa ke arah lokasi
7 penusukan dan bersihkan dengan kapas alcohol
8 Pegang lanset tegak lurus terhadap kulit dan tusuk area tersebut dengan
9 lanset
Lap tetesan pertama darah dari lokasi tersebut
Beri tekanan ringan pada lokasi penusukan secara perlahan sampai keluar
10 darah yang
darah tersebut dari
menggantung ke bantalan uji pada strip secara perlahan tanpa
lokasi tersebut
11 mengusapkan darah tersebut
12 Masukkan strip kedalam glucometer sesuai petunjuk alat tersebut.
13 Tekan lokasi penusukan dengan kapas alcohol
Baca hasil glukosa darah yang ditampilkan pada layar dan beritahukan
14 hasilnya pada
15 Matikan
pasien glucometer
16 Buang alat pada tempatnya dan buang lanset pada wadah benda-benda
17 tajam
Bereskan peralatan, lepas sarung tangan dan rapikan pasien
18 Cuci tangan dengan 6 langkah
LAPORAN PENDAHULUAN
GEA
(Gastroenteritis Akut)

Disusun oleh
Anggi Adhela
NPM 1714201110068

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui, Banjarmasin, 30 Januari 2021


Pembimbing Praktik/CI
Mahasiswa

(Anggi Adhela)
NIM. 1714201110068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(Novia Heriani,Ns.,M.Kep)
NIP. 1106118802

LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

I. Konsep Dasar Penyakit


A. Anatomi dan Fisiologi Gastrointestinal

1. Anatomi
Menurut Syaifuddin, ( 2003 ), susunan pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
1) Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,
bibir, dan pipi.
a) Bibir
Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam
di tutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris
menutupi bibir. Levator anguli oris mengakat dan depresor
anguli oris menekan ujung mulut.
b) Pipi
Di lapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang
terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c) Gigi
2) Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di
batasi sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis di sebelah
belakang bersambung dengan faring.
a) Palatum
Terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras) yang
tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan
lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum. Palatum mole (palatum
lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung
yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah. Lidah dibagi atas
3 bagian yaitu : Radiks Lingua = pangkal lidah, Dorsum Lingua =
punggung lidah dan Apek Lingua + ujung lidah. Pada pangkal lidah
yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung lidah (dorsum lingua)
terdapat puting- puting pengecapatau ujung saraf pengecap. Fenukun
Lingua merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah
kira-kira ditengah-tengah, jika tidak digerakkan ke atas nampak
selaput lendir.

c) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai ductus bernama ductus
wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2 yaitu kelenjar ludah
bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di bawah tulang
rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar
sublingualis) yang terdapat di sebelah depan di bawah lidah.
Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah
lidah di sebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa
kelenjar ludah (saliva). Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buah
kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan
dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,
duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis
menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). Kelenjar
submaksilaris terletak di bawah rongga mulut bagian belakang,
duktusnya duktus watoni bermuara di rongga mulut bermuara di
dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di dasari oleh saraf-saraf tak
sadar.
d) Otot Lidah
Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (m mandibularis,
oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk
anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat pada lidah.
M genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari
permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks lingua.

b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.

c. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, di belakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung
ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk
esofagus ke dalam lambung adalah kardia.

d. Gaster ( Lambung )
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fudus
uteri.

e. Intestinum minor ( usus halus )


Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus
halus terdiri dari :

1) lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (m.sirkuler)


2) otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).

Pergerakan usus halus ada 2, yaitu:


1) Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan
kimus
2) Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Aktifitas
peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya kimus ke
dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan gastroenterik
yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama di hancurkan
melalui pleksus mientertus dari lambung turun sepanjang dinding usus
halus.

Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang berfungsi
mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi sfingter
iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum. Refleksi
dari sekum ke sfingter iliosekal ini di perantarai oleh pleksus mienterikus.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan- pecahan
makanan yang dicerna).

Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna


protein, gula, dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa
usus,seperti terjadi pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa
yang dinamakan ”peristaltic rusrf” merupakan peristaltik sangat
kuat yang berjalan jauh pada usus halus dalam beberapa menit. intesinum
minor terdiri dari :
a) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membuktikan di sebut papila vateri. Pada
papila veteri ini bermuara saluran empedu ( duktus koledukus ) dan
saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
b) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas
adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan
panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada
dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-
cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf
ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang
tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan
seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis,
orifisium ini di perkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada
bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan
ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar
permukaan usus. Pada penampangan melintang vili di lapisi oleh epiel
dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan
enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.

f. Intestinium Mayor ( Usus besar )


Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar
dari dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
1) Seikum
Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cacing sehingga di sebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
2) Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini di sebut Fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon
transversum.

3) Appendiks ( usus buntu )


Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
4) Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
5) Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri
membunjur dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan
ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
6) Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung
bawahnya berhubung dengan rectum.
Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan
menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2
macam :
a. Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot
polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak
terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
b. Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus
besar yang mendorong feses ke arah anus.

g. Rektum dan Anus


Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor
dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis.
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak di antara pelvis, dindingnya di
perkuat oleh 3 sfingter :
1) Sfingter Ani Internus
2) Sfingter Levator Ani
3) Sfingter Ani Eksternus

Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.


Mekanisme :
1) Kontraksi kolon desenden
2) Kontraksi reflek rectum
3) Kontraksi reflek sigmoid
4) Relaksasi sfingter ani

B. Definisi Penyakit
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007).
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari
dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006).
Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan
usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
dan darah.

C. Etiologi
1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella,
V.Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan
rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c. Jamur : candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2. Factor malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi
dan anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan Makanan basi, beracun dan alergi makanan.
4. Faktor kebersihan Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja,
tidak mencuci tangan setelah BAB atau sebelum mengkonsumsi makanan.
5. Faktor psikologi Rasa takut dan cemas menyebabkan diare karena dapat
merangsang peningkatan peristaltic usus.
D. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu
klien ke klien yang lainnya.
Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus
yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam
basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output
berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun
10. Pucat, lemah
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan urine lengkap
3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
6. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif tentang pada diare kronik.
7. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit
(Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8. Pemeriksaan tinja
- makroskopik dan mikroskopik
- pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi laktosa
- bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test)
9. Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor
(terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia.

Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :


1. Kehilangan BB
a. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
b. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
c. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
d. Dehidrasi berat : menurun BB 10%
2. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk
(selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
a. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
b. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
c. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung
lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit,
leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan kretinin,
pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay
(ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray
abdomen.
Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama
pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan
kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul pada salmonellosis.
Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya kekurangan volume
cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat adanya
leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing
dan parasit dewasa.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Cairan oralit yang
dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333
mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L,
bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi
oral:
a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan
glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di
atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap

2) Cairan parentral
Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama
pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam
Wicaksana, 2011).

b. Pengobatan Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit
pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien
immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg
oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari),
Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg,
Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang sistematis dan pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Pada tahap ini semua data dan informasi tentang klien yang
dibutuhkan, dikumpulkan dan di analisa untuk menentukan diagnose keperawatan.
Adapun langkah-langkah dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat rumah,
suku bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama, pasien biasanya mengeluh berak encer dengan atau tanpa
adanya lender dan darah sebanyak lebih dari 3 kali sehari, berwarna kehijau-
hijauan dan berbau amis, biasanya disertai muntah, tidak nafasu makan,dan
disertai dengan demam ringan atau demam tinggi pada anakanak yang
menderita infeksi usus.
2. Riwayat kesehatan sekarang, meliputi lamanya keluhan : masing-masing orang
berbeda tergantung pada tingkat dehidrasi, atau gizi, keadaan social, ekonomi,
hygiene dan sanitasi. Akibat timbul keluhan : anak menjadi rewel dan gelisah,
badan menjadi lemah dan aktivitas bermain kurang. Faktor yang memperberat
adalah ibu mengehntikan pemberian makanan, anak tidak mau makan dan
minum, tidak ada pemberian cairan tambahan (larutan oralit atau larutan gula
garam).
3. Riwayat kesehatan dahulu, yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang
pernah diderita oleh anak maupun keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah
dalam keluarga pernah mempunyai riwayat penyakit keturunan atau pernah
menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit.
4. Riwayat tumbuh kembang yang perlu ditanyakan adalah hal-hal yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia
anak sekarang yang meliputi motorik kasar, motorik halus, perkembangan
kognitif atau bahasa dan personal social atau kemandirian.
5. Imunisasi yang ditanyakan kepada orang tua adalah apakah anak mendapat
imunisasi secara lengkap sesuai dengan usianya dan jadwal pemberian serta
efek samping dari pemberian imunisasi seperti panas, alergi dan sebagainya.
6. Kesehatan fisik meliputi pola nutrisi seperti frekuensi makanan, jenis makanan,
makanan yang disukai atau tidak disukai dan keinginan untuk makan dan
minum. Pola eliminasi seperti frekuensi buang besr dan buang air kecil di
rumah dan di rumah sakit. Selain itu juga ditanyakan tentang konsistensi,
warna dan bau dari objek eliminasi. Kebiasaan tidur seperti tidur siang, malam,
kebiasaan sebelum dan sesudah tidur. Pola aktivitas juga ditanyakan baik
dirumah dan juga bagaimana pola hygiene tubuh seperti mandi, keramas dan
ganti baju.
c. Pemeriksaan fisik
1. Secara umum
Tingkat kesadaran :
TTV : N, R, S
Pengukuran antropometri : BB, TB
2. Head to toe
Rambut :
Inspeksi : Turgor kulit kurang,kulit kering,tidak terdapat clubbingfinger,
warna kuku merah muda, warna rambut hitam
Kepala:
Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak terdapat
pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda infeksi,pertumbuhan
rambut rata
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada bagian kepala
Mata:
Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada bagian mata,
konjungtiva merah mudah,sclera putih,tidak terdpat katarak infantir
Telinga :
Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah, telinga kiri simetris
kiri dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada bagian telinga
Hidung :
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah mudah, tidak terdapat
cairan dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
Mulut :
Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
Leher :
Inspeksi : Warna leher sama dengan warna wajah, tidak terdapat pembesaran
kelenjar tiroid.
Dada :
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, pengembangan dada simetris
Auskultasi : Bunyi napas bronkovesikuler, Bunyi jantung s1&s2 lup dup
Punggung :
Inspeksi : Bentuk tulang belakang normal
Abdomen :
Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian dada, kontur abdomen
sedikit cekung, tidak terdapat pembesaran hati dan limfa, tidak
terdapat hernia umbilikus
Auskultasi : Peristaltik ususk 40x/menit,
Perkusi : Bunyi timpani dan pekak pada bagian abdomen
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lambung
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstremitas Bawah :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas Genital dan
anus Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra, tidak ada lesi dan
tidak terdapat edema. Pada anus tidak tampak hemoroid.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan faktor-faktor infeksi, makanan, psikologis
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah
4. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi

C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan atau Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Diare berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji faktor penyebab yang mempengaruhi
dengan faktor-faktor keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan pasien mencapai BAB diare.
infeksi, makanan,
psikologis normal dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan pada klien penggunaan yang tepat
1. Penurunan frekuensi BAB
sampai kurang 3x. dari obat – obat anti diare.
2. Feses mempunyai bentuk 3. Dapatkan sediaan faeses untuk
pemeriksaan kultur bila diare bertambah.
4. Pertahankan tirah baring
5. Pantau keefektifan dan efek samping dari
obat anti diare
6. Kolaborasi untuk mendapat
antibiotik

2. Defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor output cairan


cairan dan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan pasien dapat 2. Monitor intake cairan
elektrolit
mempertahankan
berhubungan 3. Berikan oralit tiap habis BAB
dengan kehilangan keseimbangan cairan dan 4. Kaji tanda – tanda dehidrasi
sekunder akibat elektrolit dengan kriteria hasil :
5. Pertahankan cairan parenteral dengan
diare. 1. Turgor baik
2. CRT < 2 detik elektrolit
3. Mukosa lembab Tidak
pucat

3. Perubahan nutrisi Tujuan : setelah dilakukan 1. Beri diet yang tidak merangsang
kurang dari tindakan keperawatan selama 1
2. Motivasi keluarga untuk memberikan
kebutuhan x 24 jam diharapkan kebutuhan
berhubungan nutrisi pasien terpenuhi dengan makanan yang tidak bertentangan dengan
dengan tidak kriteria hasil :
diare dan sesuai waktu
adekuatnya absorbsi 1. Asupan makanan dan cairan
usus terhadap zat 3. Pertahankan kebersihan mulut
adekuat.
gizi, mual / muntah,
4. Timbang berat badan tiap hari
anoreksia 2. Zat gizi terpenuhi.
5. Beri diet tinggi kalori, protein, dan mineral
3. Asupan cairan oral atau IV
serta rendah zat sisa
dapat terpenuhi dengan baik.

Mencapai berat badan yang


ideal.

4. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kenaikan suhu tubuh dan
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam perubahan yang menyertai.
dengan penurunan diharapkan masalah hipertermi 2. Beri kompres hangat pada daerah dahi,
sirkulasi sekunder dapat teratasi dengan kriteria aksila dan lipat paha.
terhadap dehidrasi hasil : 3. Monitor tandatanda vital setiap 1 jam.
1. Suhu kulit dalam rentang 4. Anjurkan untuk minum cukup.
yang diharapkan. 5. Anjurkan untuk menggunakan pakaian
2. Suhu tubuh dalam batas tipis dan menyerap keringat.
normal. 6. Kolaborasi dengan tim medis untuk
3. Nadi dan pernafasan dalam pemberian antipiretik
rentang yang diharapkan.
4. Tidak ada perubahan warna
kulit.
5. Tidak tampak keletihan dan
mudah tersinggung.
Daftar Pustaka

Hidayat, A.A.A. 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2017. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Sodikin. 2016. Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Sudaryat, 2017. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto
ASUHAN KEPERAWATAN
GEA (Gastroenteritis Akut) Pada Ny. Z
Di Rumah Sakit Islam Banjarmasin

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANGGI ADHELA
NPM : 1714201110068

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarmasin, 30 Januari 2021


Mengetahui,
Pembimbing Praktik/CI Mahasiswa

(Anggi Adhela)
NIM. 1714201110068

Mengetahui,
Pembimbing Akademik/CT

(Novia Heriani,Ns.,M.Kep)
NIP. 1106118802
ASUHAN KEPERAWATAN GEA
(Gastroenteritis Akut)
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN

Nama : Anggi Adhela


NPM : 1714201110068
Hari/Tanggal : Jumat, 22 Januari 2021
Ruangan :-

1. PENGKAJIA
N
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. Z
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 50 tahun
Alamat : jl. Belitung Darat Gg.
Manunggal
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan :
Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar /
Indonesia
Tanggal Masuk RS : 18 Januari 2021
Diagnosa Medis : GEA (Gastroenteritis Akut)
No. RM :-
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 th
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Belitung Darat Gg. Manunggal
Hubungan dengan klien :
Anak

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan sakit perut, BAB cair lebih dari 8 x disertai
muntah 5 x dan demam 2 hari.

2. Riwayat Kesehatan /penyakit sekarang


Keluarga klien mengatakan malam hari pada tanggal 17 januari
2021
Setelah makan klien mengalami sakit perut, dan tidak lama setelah
itu klien mengalami diare dari malam sampai subuh dan disertai
muntah, pada pagi harinya klien mengatakan badan klien terasa
lemes . klien kemuadian segera dilarikan ke RS Islam Banjarmaisn
oleh keluarga. ± 2 hari sebelum masuk RS klien mengatakan agak
demam.

3. Riwayat Kesehatan/penyakit dahulu


Klien mengatakan ± 3 tahun yang lalu pernah di masuk Rumah
Sakit dengan penyakit yang sama

4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang menular

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. TTV
 TD : 130 / 80 Mmhg
 Nadi : 102 x/ menit
 RR : 20 x/ menit
 Temp : 37,9 C
b. Kesadaran
Kesadaran klien Composmentis

2. Kulit
Inspeksi : Warna kulit kuning langsat, turgor kulit kering,
tidak ada lesi

3. Kepala dan leher


Inspeksi : Bentuk kepala oval,Ubun-Ubun cekung tidak
terdapat pembengkakan,tidak terdapat tanda-tanda
infeksi,pertumbuhan rambut rata Dan Warna leher
sama dengan warna wajah, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.

4. Penglihatan dan Mata


Inspeksi : Cekung, Tidak terdapat pembengkakan pada
bagian mata, konjungtiva merah mudah,sclera
putih,tidak terdpat katarak
5. Penciuman dan hidung
Inspeksi : Tidak terdapat sekret, warna mukosa merah muda,
tidak terdapat cairan dalam hidung
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
6. Pendengaran dan telinga
Inspeksi : Warna kulit telinga sama dengan warna wajah,
telinga kiri Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada
bagian telinga
7. Mulut dan gigi
Inspeksi : warna lidah merah muda, mukosa mulut kering
dan gigi bersih

8. Dada, Pernafasan dan sirkulasi


Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan,
pengembangan dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler

9. Abdomen
Inspeksi : Warna abdomen sama dengan warna bagaian
dada, abdomen sedikit cekung tidak ada luka dan
benjolan
Palpasi : adanya nyeri tekan (skala nyeri 4)
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik usus 40 x/menit

10. Ekstrimitas atas dan bawah


Ekstermitas atas :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkakan pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Ekstermitas bawah :
Inspeksi : Tidak terdapat pembengkaka pada ekstremitas
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada bagian Ekstremitas atas
Genital dan anus Genitalia tampak bersih, letak saluran uretra,
tidak ada lesi dan tidak terdapat edema. Pada anus tidak tampak
hemoroid.

D. KEBUTUHAN FISIK, PSKOLOGI, SOSIAL DAN SPRITUAL


1. Aktivitas dan istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah
sakit/saat sakit)
Di Rumah : klien mengatakan dapat mandi, keramas, gosok gigi
sendiri Di RS : klien mengatakan tidak dapat melakuan aktivitas
karena badan klien lemas

2. Personal hygiene
Di rumah : klien mengatakan mandi 2 x sehari dan selalu gosok
gigi, dan keramas tiap hari.
Di RS : klien mengatakan hanya diseka keluarganya pagi dan sore.

3. Nutrisi
Di rumah : klien mengatakan makan 3 x sehari dengan porsi nasi dan
lauk seadanya dan minum air putih 5-6 gelas / hari, minum minuman
berwarna.
Di RS: klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan dan
mual, makan 2 x sehari menghabiskan makan 1 porsi

4. Eliminasi
Di rumah : klien mengatakan BAK 4-5 x /hari dengan warna kuning
jernih, BAB 1 x / hari dengan konsistensi padat warna kuning.
Di RS : klien mengatakan BAK 4-5 x/hari tetapi ,
BAB 8 x/hari dengan konsistensi cair warna
kehijau hijauan.

6. Psikososial
Klien mengatakan masih dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan
baik, dan klien berharap semoga penyakit yang diderita dapat sembuh dan
klien bisa beraktivitas seperti semula.

7. Spritual
Klien mengatakan masih bisa menjalankan sholat 5 waktu

E. DATA FOKUS
Data subyektif : Klien mengatakan sakit perut, BAB cair lebih dari 8 x
disertai muntah 5 x dan demam 2 hari.

Data objektif :

1. Inspeksi : tidak ada luka dan benjolan

2. Palpasi : adanya nyeri tekan (skala nyeri 4)

3. Perkusi : timpani

4. Auskultasi : bising usus 40 x/menit


5. TTV
TD : 130 / 80 Mmhg
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37,9 C

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
- Hemoglobin : 13
- Leukosit : 11,3
- Hematocrit : 45.7
- Thrombosit : 265
- Eritrosit : 7,5
- GDS : 129
- SGOT : 25
- SGPT : 23
G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)
Inf. RL : 20 tpm
Inf. Paracetamol 3 x 1 fls
Inj. Ceftriaxone 3x1 VIAL
Inj. Ondancentron 3x 8 Mg
Lodia 3x2 tab
H. ANALISA
DATA

No DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Diare Inflamasi
Klien mengatakan sakit perut, (NANDA, 2015-2017, Gastrointestinal
BAB cair lebih dari 8 x disertai
Hal 216)
muntah 5 x

DO :

Klien terlihat lemas


Bibir klien terlihat pucat
Klien terlihat terus memegang
perutnya
TTV
TD : 130 / 80 Mmhg
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37,9 C
2. DS : Kekurangan Volume Kehilangan cairan
Klien mengatakan sakit perut, Cairan aktif
BAB cair lebih dari 8 x disertai
(NANDA, 2015-2017,
muntah 5 x
Hal 193)
DO :
Klien terlihat lemas
Bibir klien terlihat pucat
TTV
TD : 130 / 80 Mmhg
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37,9 C

3. DS : Hipertermia (NANDA, Dehidrasi


Klien mengatakan demam 2 hari 2015-2017, Hal 457)
DO :
Klien tampak pucat
Klien tampak lemah
Mukosa bibir kering
TTV
TD : 130 / 80 Mmhg
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37,9C

4 DS : Nyeri Akut (NANDA, Agens cidera


Klien mengatakan sakit perut
2018-2020, Hal 445) biologis

P: klien mengatakan sakit perut


setelah makan makanan pedas
Q : klien mengatakan rasa nyeri
seperti dililit
R : klien mengatakan nyeri nya
diperut
S : klien mengatakan skala nyeri 4
dari skala nyeri (1-10)
T : klien mengatakan rasa nyeri hilang
timbul

DO :
Klien terlihat memegang terus
perutnya

Inspeksi : tidak ada luka dan


benjolan

Palpasi: adanya nyeri tekan (skala


nyeri 4)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus 40


x/menit
TTV
TD : 130 / 80 Mmhg
Nadi : 102 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37,9C

Prioritas masalah:
1. Diare berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Hipertermia berhubungan dengan Dehidrasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
I. RENCANA KEPERAWATAN (Berdasarkan NIC dan NOC)

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan 6. Monitor output 1. Untuk mengumpulkan dan
tindakan keperawatan
cairan berhubungan cairan menganalisis data pasien
selama 1 x 24 jam
dengan kehilangan cairan diharapkan pasien dapat 7. Monitor intake cairan untuk mengatur
mempertahankan
aktif 8. Kaji tanda – tanda keseimbangan cairan.
keseimbangan cairan
dan elektrolit dengan dehidrasi 2. Untuk mengetahui
kriteria hasil :
9. Pertahankan cairan adanya tanda-tanda
4. Turgor baik
5. Mukosa lembab parenteral dengan dehidrasi dan mencegah
Tidak pucat
elektrolit syok hipovolemik.
3. Untuk memenuhi
kebutuhan hidrasi.
2. Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan1. Kaji faktor 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan
inflamasi gastrointestinal penyebab yang penyebab diare
selama 1 x 24 jam
diharapkan pasien mempengaruhi 2. Menghindari diare
mencapai BAB normal
diare. berlanjut
dengan kriteria hasil :
1. Penurunan frekuensi2. Anjurkan pasien 3. Menghindari iritasi,
BAB sampai kurang
untuk menghindari meningkatkan istirahat
3x.
2. Feses mempunyai makanan pedas, usus
bentu dan makanan yang 4. Untuk menjaga asupan
mengiritasi saluran makanan yang dibutuhkan
cerna. tubuh.
3. Berikan diet cairan 5. Menurunkan motilitas
untuk atau peristaltic usus dan
mengistirahatkan menghilangkan kram dan
usus diare.
4. Anjurkan pasien
untuk makan
dalam porsi kecil,
tetapi seringg dan
tingkatan
kepadatannya
bertahap
5. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi.
3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan 7. Kaji tingkat kenaikan1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan suhu tubuh dan
dengan Dehidrasi kenaikan suhu tubuh secara
selama 1 x 24 jam perubahan yang
diharapkan masalah menyertai. tiba tiba
hipertermi dapat teratasi 8. Beri kompres hangat
2. Untuk menurunkan suhu
dengan kriteria hasil : pada daerah dahi,
6. Suhu kulit dalam aksila dan lipat paha. tubuh
rentang yang 9. Monitor tandatanda
3. Untuk mengetahui apakah
diharapkan . vital setiap 1 jam.
7. Suhu tubuh dalam 10. Berikan selimut adanya perubahan tanda vital
batas normal (36,5 kepada klien.
4. Untuk mendorong
C) 11. Sarankan oral
8. Nadi dan pernafasan hygiene karena kehilangan panas melalui
dalam rentang yang membrane mukosa
konduksi dan konveksi
diharapkan. mulut mudah
9. Tidak ada perubahan mengering akibat5. Hygine oral untuk
warna kulit. dehidrasi.
membrane mukosa
Tidak tampak keletihan 12. Kolaborasi
dengan tim medis mulut klien agar tetap
dan mudah tersinggung
untuk pemberian
lembab.
antipiretik
6. Untuk menurunkan
titik pengaturan.
4. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui kualitas
tindakan keperawatan nyeri secara
dengan agen cidera biologis nyeri yang dirasakan klien
selama 1 x 24 jam komprehensif
diharapkan masalah 2. Berikan posisi yang 2. Untuk mengurangi rasa
nyeri akut dapat meringankan nyeri
nyeri
teratasi dengan 3. Mengajarkan
kriteria hasil : Teknik relaksasi
1. Skala nyeri nafas dalam
berkurang 4. Kombinasi
2. Klien pemberian analgetic
melaporkan nyeri
yang terkontrol
3. Klien nyaman
setelah nyeri
berkurang
Documentasi Ujian Pre Ners

You might also like